• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PROAKTIF REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI LOKALISASI DITINJAU DARI CITRA DIRI Sri Indah Martiningsih FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PROAKTIF REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI LOKALISASI DITINJAU DARI CITRA DIRI Sri Indah Martiningsih FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

137 PERILAKU PROAKTIF REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI

LOKALISASI DITINJAU DARI CITRA DIRI Sri Indah Martiningsih

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara citra diri dengan perilaku proaktif pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara citra diri pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi dengan perilaku proaktif. Semakin positif citra diri pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi maka semakin tinggi perilaku proaktif, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 37 subjek yang merupakan remaja putri yang tinggal di lokalisasi Sunan Kuning Semarang, berusia 15-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Perilaku Proaktif dan Skala Citra Diri Remaja Putri yang Tinggal di Lokalisasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara citra diri remaja putri yang tinggal di lokalisasi dengan perilaku proaktif yang ditunjukkan dengan nilai rxy = 0,564 p = 0,000 (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian

ini diterima.

Kata Kunci : perilaku proaktif, citra diri

Proactive Behavior of Young Women Living in Localization in Terms of Self-Image

ABSTRACT

This study aims to determine empirically the relationship between self-image with proactive behavior with the young women who live in localization. The hypothesis of investigators was a positive relationship between the self-image of young women living in localization with proactive behavior. The more positive self-image in young women who live in the localization of proactive behavior high, and vice versa. The subject in this study amounted to 37 young women who live in the localization of Sunan Kuning Semarang, aged 15-18 years. Sampling techniques used are incidental sampling techniques.

Research Data collected with the use of Proactive Behavior Scale and scale Self-image young women who live in Localization. Data analysis was done by using correlation technique Product Moment. The results showed that there was a very significant positive relationship between self-image young women who live in the localization of proactive behavior, indicated by the value of rxy = 0,564 p = 0.000 (p < 0.01), so the hypothesis in this study was received.

(2)

138 PENDAHULUAN

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu itu tidak timbul dengan sendirinya tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan baik stimulus eksternal atau internal. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia ditandai dengan kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan (Sunaryo, 2004: 3). Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku proaktif. Individu proaktif dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai, memiliki inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey, 1997: 61).

Rendahnya perilaku proaktif dapat menjadikan individu merasa tidak berdaya, tidak memiliki kebebasan, serta ketidakmampuan memilih respon terhadap sesuatu yang terjadi atau menimpa individu berdasarkan nilai-nilai yang dianut (Harefa, 2005: 127). Ketidakmampuan dalam berperilaku proaktif akan menjadikan individu hanya mengambil pemecahan sesaat atas permasalahan yang sedang dihadapi. Perilaku proaktif pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi akan menjadikannya mampu menumbuhkan pandangan bahwa pandangan masyarakat terhadap diri yang tinggal di

lokalisasi bukanlah yang berpengaruh pada kehidupannya.

Monks, dkk (2002: 262) membatasi masa remaja ke dalam usia 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12 - 15 tahun merupakan masa remaja awal, 15 - 18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18 - 21 tahun merupakan masa remaja akhir. Bagi remaja putri yang tinggal di lokalisasi, penilaian masyarakat umum terhadap dirinya dapat menjadikan terbentuknya citra diri negatif, dimana remaja putri akan merasa rendah diri dengan berbagai penilaian masyarakat mengenai sisi negatif lokalisasi. Remaja putri diharapkan dapat menunjukkan perilaku proaktif ketika berada di lingkungan masyarakat dengan menunjukkan keberanian untuk menunjukkan potensi diri tanpa harus terpengaruh oleh kesan-kesan yang diberikan orang lain kepada dirinya yang bertempat tinggal di lokalisasi.

Proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Proaktif berarti bahwa individu bertanggung jawab atas diri sendiri. Proaktif adalah fungsi dari keputusan individu, bukan kondisi individu. Individu proaktif dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai, memiliki inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey, 1997: 61). Proaktif pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi akan menjadikannya mamndang penilaian orang lain sebagai hal yang wajar terjadi karena tinggal di lokalisasi, serta berusaha menunjukkan bentuk-bentuk

(3)

139 perilaku positif yang dapat menghilangkan

penilaian negatif terhadap diri. Proakif akan menjadikan remaja putri yang tinggal di lokalisasi mampu menentapkan tindakan yang akan diambil untuk mengatasi penilaian negatif dari masyarakat.

Holden (2007: 95) menyatakan bahwa citra diri merupakan dasar yang menentukan apakah individu akan bertindak atau tidak bertindak. Citra diri membimbing indvidu untuk melakukan suatu tindakan. Hal senada diutarakan Bartruff (2005: 55-56) bahwa citra diri menjadi dasar dari semua perbuatan individu. Citra diri adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri. Citra seseorang terhadap dirinya sendiri akan mempunyai dampak yang mendalam terhadap arah kehidupannya. Individu yang memahami siapa dirinya, termasuk citra dirinya akan dapat mengatasi situasi yang individu hadapi dengan lebih baik. Citra diri merupakan landasan bagi suatu bangunan yang dinamakan kepribadian. Kepribadian merupakan sistem atau kesatuan berbagai ide atau opini yang saling berhubungan. Di pusat sistem inilah terdapat citra diri atau konsep mengenai dirinya. Seseorang mampu mengubah konsepsinya mengenai dirinya sendiri maka dia mampu mengubah kehidupannya. Citra diri banyak menentukan dalam keberhasilan menggali potensi meskipun bantuan dan dorongan orang lain juga ikut menentukan keberhasilan tersebut.

Citra diri positif akan menjadikan remaja putri yang tinggal di lokalisasi mampu memahami dirinya meskipun tinggal di lokalisasi namun tidak seperti penghuni lokalisasi lainnya. Citra diri positif akan menjadikan remaja putri mampu menunjukkan potensi yang dimilikinya, sehingga dapat menghindarkannya dari perasaan rendah diri yang dapat berpengaruh terhadap perilaku proaktif yang ditunjukkan remaja putri. Kemampuan dalam memahami citra diri pada remaja akan menghindarkan remaja dari kesulitan berperilaku proaktif. Kenyataannya, remaja masih kesulitan dalam menunjukkan perilaku proaktif sehingga dikhawatirkan menghambat kemampuan remaja dalam memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Perilaku Proaktif

Proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Proaktif berarti bahwa individu bertanggung jawab atas diri sendiri. Proaktif adalah fungsi dari keputusan individu, bukan kondisi individu. Individu proaktif dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai, memiliki inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey, 1997: 61). Proaktif merupakan sebuah kepribadian yang dapat menjadikan individu mengambil tanggung jawab terhadap hidupnya, dari pada mencari penyebab di luar kendalinya (Al-Hasani, 2008: 14). Secara mekanik proses proaktif relatif memiliki pertimbangan-pertimbangan rasional yang

(4)

140 menghormati kebebasan akal pikir seseorang,

sebelum akhirnya ia menjatuhkan sebuah keputusan. Sikap ini sulit untuk dinyatakan sebagai bentuk karakter bawaan seseorang.

Proaktif merupakan tindakan berdasarkan nilai-nilai yang dianut meskipun mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang lain (Amrih, 2008: 55). Individu dikatakan proaktif bila mampu mengambil inisiatif untuk bertindak, berpikir positif terhadap apa yang telah terjadi dan menerima tanggung jawab atas tindakannya. Individu proaktif merespon lingkungan secara positif, bahkan sering kali justru mengubah lingkungannya (Poniman, dkk, 2006: 292).

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa perilaku proaktif adalah segala sesuatu yang dilakukan atau ditunjukkan individu yang mencakup kekuasaan, kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respon-respon terhadap apa yang terjadi atau menimpa diri individu berdasarkan nilai-nilai yang dianut.

Covey (1997: 61-73) menyatakan ciri-ciri perilaku proaktif adalah:

a. Tanggung jawab (responsibility)

Individu yang proaktif memiliki kemampuan untuk memilih respon. Individu tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku. Perilaku individu adalah produk dari pilihan sadar berdasarkan nilai dan bukan produk dari kondisinya, berdasarkan

perasaan. Individu proaktif dapat mengatur perasaannya sendiri.

b. Kemampuan menomorduakan impuls sesudah nilai

Individu proaktif digerakkan oleh nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati. Berbeda dengan individu reaktif yang digerakkan oleh perasaan, keadaan, kondisi dan lingkungannya.

c. Mengambil inisiatif

Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau agresif. Banyak individu menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurusnya. Individu proaktif merupakan solusi bagi masalah, bukan masalah itu sendiri dan yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja yang diperlukan, konsisten dengan prinsip-prinsip yang benar, untuk menyelesaikan pekerjaannya. d. Memfokuskan upaya di dalam lingkaran

pengaruh

Individu proaktif mengerjakan hal-hal yang terhadapnya dapat berbuat sesuatu. Sifat dari energi ini adalah positif, memperluas dan memperbesar yang menyebabkan lingkaran pengaruh meningkat.

(5)

141 Al-Hasani (2008: 14) menyatakan bahwa

ciri-ciri perilaku proaktif adalah, sebagai berikut:

a. Tidak mudah tersinggung

b. Bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri

c. Berpikir sebelum bertindak

d. Cepat pulih bila terjadi sesuatu yang buruk e. Selalu mencari jalan untuk menjadikan

segalanya terlaksana

f. Fokus pada hal-hal yang bisa diubah dan tidak dicemaskan hal-hal yang tidak bisa diubah.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti akan menggunakan pendapat yang diutarakan oleh Covey (1997: 61-73) bahwa ciri-ciri perilaku proaktif adalah tanggung jawab (responsibility), kemampuan menomorduakan impuls sesudah nilai, mengambil inisiatif, serta memfokuskan upaya di dalam lingkaran pengaruh.

Citra diri remaja putri yang tinggal di lokalisasi

Gambaran tubuh (body image) merupakan salah satu segi dari gambaran diri. Individu yang puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya, pada umumnya memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dari pada yang tidak (Centi, 1993: 36). Lebih lanjut La Rose (1996: 112-113) menyatakan bahwa citra diri adalah apa yang memantul ke luar yang datang dari dalam diri individu, yakni identitas. Maltz (1997: 3) mendefinisikan citra

diri sebagai konsepsi individu mengenai orang macam apakah diri individu. Citra diri merupakan produk dari pengalaman masa lalu, beserta sukses dan kegagalannya, penghinaan dan kemenangannya, serta cara orang lain bereaksi terhadap diri. Citra diri adalah cara individu melihat diri sendiri dan berfikir mengenai diri sendiri. Citra diri sering disebut sebagai cermin diri (Gunawan, 2003: 6). Citra diri merupakan landasan bagi suatu bangunan yang dinamakan kepribadian. Kepribadian merupakan sistem atau kesatuan berbagai ide atau opini yang saling berhubungan. Di pusat sistem inilah terdapat citra diri atau konsep mengenai dirinya. Seseorang mampu mengubah konsepsinya mengenai dirinya sendiri maka dia mampu mengubah kehidupannya. Citra diri kita banyak menentukan dalam keberhasilan menggali potensi meskipun bantuan dan dorongan orang lain juga ikut menentukan keberhasilan tersebut. Wibowo (2007: 70) menyatakan bahwa pandangan seseorang terhadap kesuksesan dan kegagalan sangat bervariasi, citra diri yang ditampilkan setiap orangpun akan sangat bervariasi. Elfiky (2009: 46-48) menyatakan bahwa citra diri dikategorikan sebagai salah satu penyebab terjadinya perubahan. Citra diri menjadi faktor utama bagi keberhasilan dan kebahagiaan atau kesengsaraan. Lebih lanjut Lusi (2010: 70) menyatakan bahwa membangun citra diri positif adalah sebuah langkah nyata untuk

(6)

142 mengungkap identitas individu. Membangun

citra diri positif berarti memastikan bangunan dasar citra diri terbebas dari berbagai persepsi negatif yang membatasi atau membiaskan kesejatian diri individu. Schilder (dalam Grogan, 2008: 3) menyatakan bahwa citra diri adalah gambaran individu mengenai tubuh yang terbentuk dalam pikiran atau suatu cara individu menggambarkan tubuhnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa citra diri adalah gambaran individu mengenai keadaan dan penampilan fisiknya yang terbentuk dalam pikiran yang memantul ke luar dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan.

Tylka (dalam Cash dan Smolak, 2011: 59-60) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik dari citra diri, antara lain:

a. Apresiasi terhadap tubuh

Apresiasi terhadap tubuh meliputi penghargaan terhadap fungsi, kesehatan dari tubuh, memuji diri ketika tubuh mampu melakukan sesuatu melebihi penampilannya.

b. Penerimaan dan cinta terhadap tubuh Penerimaan dan cinta terhadap tubuh meliputi mengekspresikan kenyamanan dengan dan cinta terhadap tubuh, meskipun tidak benar-benar puas dengan semua aspek dari tubuh, memilih untuk fokus pada aset tubuh daripada kelemahan tubuh dirasakan, serta menghindari potensi

berbahaya yang berarti mengubah penampilan.

c. Batin yang positif

Individu merasa bahwa kualitas batin positif bersinar melalui penampilan luar dan perilaku merupakan manifestasi dari batin yang positif, seperti membantu orang lain, tersenyum, menyatakan keinginan, dan lain-lain.

d. Konsep yang luas mengenai kecantikan Konsep yang luas mengenai kecantikan mencakup pengamatan terhadap berat, bentuk dan penampilan sehingga individu percaya bahwa kecantikan memiliki cahaya yang membuat individu mampu membawa diri dengan baik.

e. Mempelajari media

Individu menolak atau menantang gambar dan pesan yang bisa membahayakan citra tubuh

f. Penerimaan tanpa syarat

Penerimaan tanpa syarat berkaitan dengan perasaan dicintai, khusus dan dihargai karena kualitas otentik tidak bergantung pada pakaian dan gaya rambut

g. Rohani / agama

Percaya bahwa kekuatan yang lebih tinggi dirancang untuk menjadikan individu istimewa. Ini membantu individu menghargai kualitasnya yang unik. Individu mampu menunjukkan rasa hormat dengan menjaga kesehatan tubuhnya

(7)

143 h. Memahami dan merawat tubuh

Mendengarkan dan merawat tubuh meliputi terlibat dalam latihan menyenangkan dan menghilangkan stres adaptif secara teratur.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti akan menggunakan pendapat yang diutarakan oleh Tylka (dalam Cash dan Smolak, 2011: 59-60) bahwa karakteristik citra diri adalah apresiasi terhadap tubuh, penerimaan dan cinta terhadap tubuh, batin yang positif, konsep yang luas mengenai kecantikan, mempelajari media, penerimaan tanpa syarat, rohani / agama, serta memahami dan merawat tubuh.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang tinggal di lokalisasi Sunan Kuning Semarang, berusia 15 - 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu incidental sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu Skala Perilaku Proaktif dan Skala Citra Diri Remaja Putri yang Tinggal di Lokalisasi.

Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang

diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,564

p = 0,000 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara citra diri remaja putri yang tinggal di lokalisasi dengan perilaku proaktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara citra diri pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi dengan perilaku proaktif. Semakin positif citra diri pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi maka semakin tinggi perilaku proaktif, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Bartruff (2005: 55-56) menyatakan bahwa citra diri merupakan dasar dari semua perbuatan individu. Citra diri menimbang situasi dan menyarankan individu mengambil suatu tindakan atau tidak bertindak (Holeden, 2007: 95).

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel perilaku proaktif diperoleh Mean Empirik sebesar 59,19. Mean Hipotetiknya sebesar 43,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 14,5. Mean Empirik variabel perilaku proaktif pada area (+)1SD hingga (+)2SD dari Mean Hipotetiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku proaktif tergolong pada kategori tinggi. Perilaku proaktif yang tergolong tinggi berarti bahwa remaja putri dapat menunjukkan kemampuan untuk memilih respon-respon terhadap apa yang terjadi atau menimpa diri individu.

Pada variabel citra diri remaja putri yang tinggal di lokalisasi diperoleh Mean Empirik sebesar 88,97, Mean Hipotetiknya sebesar 70 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 14. Mean Empiriknya pada area (+)2SD. Hal ini

(8)

144 berarti mengindikasikan bahwa citra diri

remaja putri yang tinggal di lokalisasi tergolong pada kategori positif. Citra diri yang tergolong positif berarti bahwa remaja putri yang tinggal di lokalisasi mampu memahami gambaran diri, terutama berkaitan dengan fisik di mana remaja putri tidak memandang fisik secara rendah meskipun berada di pusat prostitusi.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif antara citra diri pada remaja putri yang tinggal di lokalisasi dengan perilaku proaktif.

Daftar Pustaka

Al-Hasani, A. Y. 2008. Proaktif dalam

Berdakwah. Jakarta: Robbani Press.

Amrih, P. 2008. The 7 Habits of Highly

Effective People. Jakarta: Pinus.

Covey, S. R. 1997. The 7 Habits of Highly

Effective Families. Alih Bahasa: Drs.

Budijanto. New York: Franklin Covey Taylor, Maurice & McGee.

Bartruff, B. D. 2005. Pribadi Maximal. Alih Bahasa: Yakob Riskihadi. Yogyakarta: ANDI.

Cash, T. F., dan Smolak, L. 2011. Body

Image: A Handbook of Science, Practice and Prevention. New York: The Guilford

Press. http://books.google.co.id/books?id=5IptK kNwTvkC&pg=PA64&dq=characteristic+ body+image+Tylka&hl=id&sa=X&ei=gq 66UL-aCJDLrQeN8YDYAQ&ved=0CC0Q6AE wAA#v=onepage&q=characteristic%20bo dy%20image%20Tylka&f=false. Diakses pada tanggal 04 Desember 2012.

Elfiky, I. 2009. Terapi Berpikir Positif. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Grogan, S. 2008. Body Image: Understanding

Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. New York: Psychology Press.

Harefa, A. 2004. Membangkitkan Etos Profesionalisme. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Holeden, R. 2007. Success Intelligence. Alih Bahasa: Yuliani Liputo. Bandung: Mizan Media Utama.

La Rose. 1996. Menggali Potensi Diri. Jakarta: Pustaka Kartini.

Luci, S. S. 2010. The Real You is The Real

Success: Panduan Menjadi Diri Sendiri dan Menemukan Potensi Autentik Untuk Meraih Tujuan Tertinggi Anda. Jakarta:

Gramedia.

Maltz, M. 1997. Kekuatan Ajaib Psikologi

Citra Diri. Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto.

Jakarta: Mitra Utama.

Poniman, F., Indra, N., dan Jamil, A. 2006.

Kubik Leadership. Bandung: Mizan Media

Utama.

Wibowo, H. 2007. Fortune Facors the Ready. Alih Bahasa: Prof. DR. Sawitri Supardi Sadarjoen. Bandung : OASE Mata Air Makna.

Referensi

Dokumen terkait

UUD 1945. BP MPR yang dibentuk setelah Sidang Umum MPR 1999 menetapkan mekanisme pembahasan untuk perubahan UUD 1945 melalui tahapan Pembahasan Pertama di PAH III SU MPR

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) kegiatan guru memfasilitasi proses pembelajaran matematika berparadigma pedagogi reflektif yang terjadi selama empat kali

Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi, gunakan media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yang bersangkutan, Jika tersedia inaktivator

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

Seperti dalam pembahasan diatas diketahui nilai t hitung yang diperoleh dari pengolahan data adalah - 2,801 dengan tingkat siginifikansi sebesar 0,007 atau lebih kecil 0.05 maka

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jarak tanam yang disertai frekuensi penyiangan berpengaruh nyata pada bobot segar total tanaman.. Hal ini

Dapat dikatakan faktor-faktor dalam negri mampu menjadikan dan mendorong indonesia membangun kemampuan pertahanan yang kuat serta mampu bersaing dengan kekuatan

Khusus untuk calon peserta yang mengajukan permohonan tugas belajar secara mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, menyampaikan bukti kelulusan seleksi yang