• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN EFIKASI DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN EFIKASI DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN

EFIKASI DIRI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA

Oleh:

ADIYAKSA ATMA ANGGARA 07320227

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016

(2)
(3)

ii

The Relation Between Parental Social Support and Career Decision Making Self-Efficacy Among Adolesecents.

Adiyaksa Atma Anggara

Hariz Enggar Wijaya

Abstract

This study aimed to determine: 1. Positive correlation between social supports to career decision making self-efficacy among students on SMK SMTI Yogyakarta. 2. Positive relationship between career decision making and social support that came from father and mother among students XI grade from all major study on SMK SMTI Yogyakarta. There were two scale being used in this study; 1. CDMSE scale which adapted from Taylor and Betz (1983) CDMSE theory, social support scale constructed from House’s (Smet, 1984) theory. Data on this study gathered from 71 respondents. Results of these studies were analyzed by SPSS 16.0 for Windows. This study resulted correlation value r = 0,367 and p = 0,000 (p < 0,001) on CDMSE upon Social Support which came from father side variable, this result shown there was average correlation, thus hypothesis in this variable was approved. Meanwhile, CDMSE to Social Support that came from mother side variable resulted r = 0, 434 and p = 0, 000 (p> 0, 0001) which meant there was very significant correlation in this variable, so that, hypothesis in this variable was approved either.

(4)

1 Pengantar

Remaja yang duduk di bangku sekolah menengah atas maupun sederajat dihadapkan pada pemilihan jurusan yang nantinya akan mempengaruhi jalur karir yang akan di tempuhnya selama di perguruan tinggi. Masa transisi selepas sekolah menengah atas maupun yang sederajat ini merupakan suatu periode krusial dalam perkembangan karir remaja karena akan membentuk jalur yang akan dilalui individu dalam kehidupannya karena pilihannya menentukan aspek-aspek dimana dari profesi individu yang harus dikembangkan, tipe alternatif yang dianggap memungkinkan untuk dijalani, dan gaya hidup yang akan diikuti.

Pada kenyataannya seringkali ditemui fenomena dimana remaja begitu sulit untuk menentukan pilihan karir yang akan dipilihnya setelah lulus dari bangku SMA/SMK sederajat. Dari temuan penulis dilapangan seringkali masalah ini tak terlepas dari faktor indvidu remaja tersebut maupun oleh pengaruh oleh orangtua dan teman sebaya dalam menentukan keputusan karir mereka, apakah hendak melanjutkan ke studinya di perguruan tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja.

Dalam beberapa kasus ditemukan remaja kurang memahami informasi yang didapatkan yang dapat membantu mereka dalam memutuskan pilihan karirnya, kurang yakin akan pilihan yang ada, tidak yakin dengan potensi diri yang dimiliki oleh diri siswa tersebut, namun dalam kasus yang penulis temui ada pula orangtua yang menginginkan anaknya untuk memilih jurusan tertentu di pergururuan tinggi akan tetapi hal tersebut tidak sejalan dengan bakat minat dan kemampuan remaja itu sendiri.

(5)

2

Berdasarkan pemaparan tersebut menunjukkan bahwa pentingnya keputusan karir yang diambil oleh remaja, meskipun proses tersebut bukanlah hal yang mudah karena individu harus mengatasi ketidakjelasan mengenai kapabilitasnya, kestabilan minat, prospek alternatif pilihan untuk saat ini dan masa yang akan datang, dan identitas yang ingin dikembangkan dalam diri mereka sendiri (Bandura, 1997). Hal ini menyebabkan tidak semua remaja dapat dengan mudah mengambil keputusan karir, dan banyak dari mereka yang mengalami episode keraguan sebelum mantap pada suatu jalur karir (Creed, Patton, & Prideaux, 2006). Padahal keyakinan remaja pada efikasi dirinya merupakan kunci penting dalam perkembangan karir remaja (Bandura, 1997), dan dalam penelitian ini penulis menekankan pada efikasi pengambilan keputusan karir.

Sejalan dengan hal tersebut beberapa penelitian menemukan bahwa keragu-raguan serta kesulitan remaja remaja dalam mengambil keputusan karir dipengaruhi oleh rendahnya efikasi remja dalam mengambil keputusan karir. Taylor dan Popma (Bandura, 1997) mengungkapkan bahwa efikasi pengambilan keputusan merupakan prediktor yang memiliki peran signifikan dalam keragu-raguan dalam menentukan pilihan pekerjaan. Hal tersebut sejalan dengan temuan Betz dan Voyten (Creed, dkk, 2006), yang menyatakan bahwa efikasi pengambilan keputusan karir merupakan faktor terbaik pada keragu-raguan dalam proses pengambilan keputusan karir.

Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ginzberg (Santrock, 2002) bahwa remaja yang berada pada rentang usia 17 – 18 tahun hingga awal usia 20-an sedang berada dalam fase realistic dari pemilihan karir. Pada fase ini remaja secara intensif mengeksplorasi lebih luas atas pilihan-pilihan karir yang ada, lalu pada tahap

(6)

3

selanjutnya memfokuskan diri pada satu bidang yang pada akhirnya mengambil keputusan dan memilih salah satu jenis pekerjaan spesifik dalam karir tersebut.

Havinghurst (1973) menyebutkan terdapat sepuluh tugas perkembangan remaja. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain adalah mencapai relasi sosial yang matang dengan teman sebayanya baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan lawan jenis, dapat menjalankan peran sosial sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat, menerima realitas jasmaniah, memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan, mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Dari tugas perkembangan remaja tersebut dapat dilihat dalam upaya memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menentukan pendidikan yang sesuai dan memadai dalam rangka mempersiapkan diri remaja untuk memasuki jenjang pendidikan yang selanjutnya maupun untuk memasuki dunia kerja setelah remaja tersebut lulus dari bangku SMA/SMK sederajat.

Remaja sering memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan karir dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian dan stress. Ginzberg (Al-Mighwar, 2006) mengemukakan bahwa dalam masa remaja (awal atau akhir) melewati tahap-tahap pemilihan dan sub tahap pemilihan jabatan dalam usaha memilih pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hal tersebut terjadi juga dalam memilih lapangan pendidikan atau jenis sekolah. Pekerjaan atau jabatan yang dipilih seorang remaja akhir dipengaruhi oleh minat dan aspirasinya sendiri, orang tua atau hasil interaksi dari teman sebaya. Pada remaja akhir dapat dilihat adanya faktor kesempatan dalam memilih dan

(7)

4

memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau jenis pilihan pekerjaan sehingga dapat meminimalisir konflik-konflik yang terjadi dalam proses pemilihan jenis pendidikan.

Keraguan tersebut termanifestasikan sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu ketika memutuskan karir (Gati, Krausz, & Osipov, 1996), sehingga kesulitan-kesulitan ini dapat menjadikan individu menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan pada orang lain, atau menunda dan menghindar dari tugas mengambil keputusan, yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang tidak optimal. Tekanan yang dirasakan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari, cara individu mengambil keputusan akan mempengaruhi caranya dalam mengambil keputusan karir di masa depan (Gati & Saka, 2001), serta dapat mengakibatkan konsekuensi negatif jangka panjang untuk masa depan vokasional, kesejahteraan psikologis, kesehatan, dan penerimaan sosial. (Mann, Harmoni & Power, 1989).

Sampai saat ini telah ditemukan beragam variabel yang terkait dengan pengambilan keputusan karir, misalnya perfeksionisme, self-consciousness, ketakutan terhadap komitmen, kecemasan, serta status identitas moratorium (individu sedang bereksplorasi dan belum berkomitmen) dan diffusion (individu tidak bereksplorasi dan tidak berkomitmen), gaya pengambilan keputusan rasional, efikasi diri pengambilan keputusan karir, dan tingkat identitas ego, interaksi positif dengan keluarga dan teman sebaya, pengalaman dengan teman sebaya dan orang tua (Guay, Senecal, Gauthier, & Fernet, 2003).

(8)

5

Sarwono (2005) mengamati gejala yang sama dari tahun ke tahun di Indonesia, yaitu lulusan SMA, tidak tahu akan meneruskan studinya ke mana. Para psikolog pada bulan Januari-Mei banyak didatangi oleh siswa SMA yang ingin tes bakat untuk mengetahui setelah lulus sebaiknya melanjutkan ke fakultas atau jurusan apa. Sementara dalam penelitian Moesono (2001) menunjukkan bahwa dalam memilih jurusan di perguruan tinggi, mahasiswa baru hanya memanfaatkan sedikit saja informasi yang penting bagi pemilihan jurusan dan tidak melakukan tahap terakhir pengambilan keputusan yaitu sikap kritis dan kemungkinan mengubah strategi dengan memanfaatkan umpan balik. Selanjutnya dikemukan oleh Moesono (dalam Sarwono, 2005) bahwa ternyata siswa SMA tidak pernah betul-betul tahu apa yang diinginkannya, tidak terbiasa tertantang menggali informasi hingga tuntas, namun hanya bermodal informasi yang hanya 40% petunjuk orang tua, dan keberanian beresiko.

Fakta-fakta tersebut menimbulkan pertanyaan apakah kurangnya eksplorasi dan atau komitmen dalam beragam domain kehidupan, dengan semakin tingginya keraguan mengambil keputusan karir (Vondracek, Schulenberg, Skonkov, Gillespie, & Wahlheim, 1995; Wallace-Broscious, Serafica & Osipow,1994; Guerra & Braumgart-Rieker, 1999).

Berdasarkan pemaparan tersebut membuat penulis tertarik untuk memfokuskan pada hubungan antara pengaruh dukungan sosial orangtua yang berasal dari dukungan sosial ayah dan ibu dengan efikasi pengambilan keputusan karir pada remaja dalam menentukan pilihan karirnya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi maupun langsung

(9)

6

terjun ke dunia kerja selepas remaja tersebut melewati fase pendidikannya di SMA/SMK.

Dukungan sosial orangtua yang berasal dari ayah dan ibu merupakan sumber dukungan pertama dan yang terdekat untuk didapatkan oleh remaja dalam membuat keputusan karir yang hendak diambil oleh remaja, untuk itu peran dukungan orangtua sangat diperlukan bagi remaja dalam kaitannya untuk memilih melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi atau memilih untuk terjun langsung dalam dunia kerja yang sesuai dengan minat dan kemampuan remaja tersebut.

Dukungan sosial orangtua dapat berupa saran maupun nasihat yang ketika remaja hendak membuat suatu keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting akan tetapi tidak mudah untuk dilakukan oleh remaja tersebut baik itu keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi atau memilih jenis pekerjaan tertentu yang sesuai dengan minat bakat yang akan ditempuh dimasa depan. Berdasarkan uraian ini, penulis akan memfokuskan pada masalah dukungan sosial orang tua terhadap efikasi diri pengambilan keputusan pada remaja.

Masa remaja dipandang sebagai tahap transisi yang krusial karena pada fase ini terjadi perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada fase ini remaja dituntut untuk secara serius memikirkan tentang apa yang akan dilakukan dengan hidupnya dimasa depan, termasuk tentang karir yang akan dipilih dan ditekuni di masa mendatang (Bandura, 1997). Pada kenyataanya, masih banyak ditemukan remaja yang mengalami kebingungan maupun keragu-raguan dalam menentukan pilihan karir,

(10)

7

Morgan dan Ness (2003) mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena rendahnya efikasi remaja dalam pengambilan keputusan karir.

Remaja yang memiliki efikasi dalam pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari individu tersebut maupun yang berasal dari lingkungan luar individu. Beberapa hasil penelitian menemukan faktor internal individu yang dapat mempengaruhi efikasi remaja dalam pengambilan keputusan karir, beberapa diantaranya adalah gender (Gianakos, 2001), akulturasi budaya (Patel dkk, 2008), body image (Woodrow-Keys, 2006). Faktor dari luar diri individu juga turut mempengaruhi efikasi remaja dalam pengambilan keputusan karir, diantaranya faktor keluarga (Sumari, 2009),dan dukungan teman sebaya (Patel, dkk,2008)

Keluarga diyakini memiliki peran penting dalam perkembangan karir remaja. Keluarga yang dapat menciptakan suasana yang dapat mendorong remaja untuk secara aktif melakukan eksplorasi terhadap lingkungan disekitarnya dan memberikan dukungan serta kesempatan kepada remaja untuk menggali pengalaman keberhasilan yang akan berdampak positif terhadap perkembangan karir remaja (Nota, dkk, 2007). Lopez dan Andrew (Sumari, dkk) memandang bahwa pilihan karir pada remaja tidak dapat hanya dilihat sebagai keberhasilan individu namun juga dipandang sebagai hasil dari interaksi antara individu dan keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan banyak pengaruh pada perkembangan anak. Dalam keluarga, orang tua adalah pemegang peranan dalam mengasuh, membimbing, dan membantu anak. Young (Gianakos, 2001) menyatakan

(11)

8

bahwa orang tua memegang peran sebagai sumber aktif dalam memberikan bantuan instrumental maupun pemberian rasa aman terkait dengan perkembangan karir remaja.

Turner, dkk (2003) menyatakan bahwa orang tua merupakan sumber terpenting penyedia sumber informasi dalam pembentukan efikasi diri remaja. Menurut Bandura (1997), orang tua dapat membantu anak membangun kompetensinya sejak dini. Orang tua dapat memberikan dorongan kepada anak untuk maju, menunjukkan penghargaan yang tepat pada setiap apapun yang telah dikerjakan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan dapat membentuk keyakinan tentang kemampuan diri anak.

Sejalan dengan hal tersebut, Blustein, dkk (Gianakos, 2001) menyatakan bahwa apabila orang tua dapat melakukan fungsinya sebagai pendorong, memberikan kebebasan secara emosional, dan memberikan berbagai pengalaman keberhasilan pada remaja maka akan membuat remaja menunjukkan tingginya derajat keyakinan terhadap komitmen karirnya dan meningkatkan efikasi remaja dengan karir.

Orang tua yang dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan anak dengan cara menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta, kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus kepada anak akan membangkitkan perasaan nyaman sehingga remaja akan merasa nyaman ketika ingin mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Perasaan dicintai dan dihargai yang dirasakan remaja akan mampu menilai dirinya secara positif dan akan berpengaruh positif pula terhadap perkembangan anak.

Sebaliknya, orang tua yang kurang memberikan perhatian pada anak,mengkritik, sering memarahi tapi apabila anak berbuat baik orang tua tidak pernah mengapresiasi,

(12)

9

tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai anak, atau menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan anak akan menghambat perkembangan anak karena anak akan merasa dirinya lemah, buruk, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, gagal sehingga anak akan merasa rendah diri. Ketika anak mempersepsi dirinya negatif maka ia akan cenderung mempersepsi segalanya negatif (Fatimah, 2006).

Selain pengaruh orang tua, teman sebaya juga memiliki pengaruh yang penting terhadap perkembangan karir remaja. Steinberg, dkk (Patel, dkk 2008) menyatakan bahwa teman sebaya memiliki peran yang lebih besar dibandingkan keluarga dalam pembentukan karir dan perkembangan pendidikan remaja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena teman sebaya memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan keyakinan remaja terkait dengan pemilihan karir karena sebagian besar remaja menghabiskan waktu bersama teman sebaya dalam melakukan berbagai aktifitas yang mempengaruhi perkembangan keyakinan pengambilan keputusan karir terjadi dalam konteks persahabatan.

Kuatnya jalinan teman sebaya terjadi karena adanya kecenderungan remaja memilih teman yang meiliki kesamaan nilai, minat, dan kemampuan dengan dirinya sehingga teman sebaya tersebut juga dijadikan modeling (Ryan, 2000). Perasaan kesamaan karakter antar remaja dengan kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi efikasi remaja. Bandura (1997) menyatakan bahwa semakin individu merasa memiliki kesamaan dengan model, maka semakin berpengaruh juga kegagalan dan keberhasilan model terhadap individu. Ketika remaja melihat bahwa temannya mampu untuk menyelesaikan suatu tugas, maka remaja akan memiliki perasaan bahwa dirinya juga

(13)

10

mampu menyelesaikan tugas yang sama, namun ketika teman sebaya mengalami kegagalan maka akan mempengaruhi keyakinan rem aja bahwa ia juga akan gagal. Patel, dkk (2008) menemukan bahwa dukungan teman sebaya merupakan prediktor efikasi pengambilan keputusan karir pada remaja.

Sejalan dengan kepercayaan bahwa dukungan orang tua memiliki peran dalam keyakinan diri remaja dalam pengambilan keputusan karir, dalam penelitian ini penulis menduga bahwa dukungan dari orangtua yang berasal dari ayah dan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan efikasi pengambilan keputusan terhadap karir.

Metode Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk dibangku SMA/SMK sederajat, baik laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia antara 16 tahun hingga 18 tahun dan masih tinggal bersama orangtua.

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode skala. Metode skala menurut pendapat Azwar (2008) adalah bahwa data yang diungkap oleh skala psikologi berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu berupa pernyataan atau pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh respon yang bersangkutan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efektifitas pengambilan keputusan untuk variabel tergantung dan skala kecemasan menghadapi masa depan untuk variabel bebasnya.

(14)

11 1. Skala Efikasi Pengambilan Keputusan karir

Skala efikasi pengambilan keputusan diungkap melalui skala pengambilan keputusan yang disusun oleh peneliti berdasarkan pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Taylor dan Betz (1983), yaitu keyakinan individu terhadap dirinya untuk berhasil melaksanakan serangkaian tugas penting kaitannya dengan eksplorasi dan seleksi dalam membuat keputusan karir.

Skala pengambilan keputusan ini terdiri dari 50 aitem yang terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), dan tidak sesuai (TS). Adapun kriteria pemberian nilai adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pemberian Skor dalam Pernyataan Favourabel dan Tidak Favourabel Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir

Pilihan Jawaban Favourabel Tidak Favourabel

SS Sangat sesuai 4 1

S Sesuai 3 2

TS Tidak sesuai 2 3

STS Sangat Tidak sesuai 1 4

Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti pengambilan keputusan yang dimiliki subjek efektif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti pengambilan keputusan yang dimiliki subjek semakin rendah.

(15)

12

Tabel 2. Blue Print Skala Efikasi Dalam Pengambilan Keputusan Karir

Aspek Favourabel Tidak Favourabel Jumlah

Self Appraisal 1, 6, 11, 36 , 41, 16, 21, 26, 31,46 10 Gathering Occupational Information 7, 12,17, 32, 42, 2, 22, 27 ,37,47 10 Goal Selection 3, 8, 13, 18, 43, 9, 23, 28, 38, 48 10 Planning 4, 14,19, 33, 44 24, 29, 34, 38, 49 10 Problem solving 5, 15, 20, 35, 38,45 10, 25, 30,40,50 10 Jumlah 25 25 50

2. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial pada remaja diungkap melalui skala dukungan sosial orang tua yang disusun sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek-aspek dukungan sosial House (Smet, 1984) yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional.

Skala dukungan sosial ini terdiri dari 40 aitem yang terdiri dari 20 aitem favourable dan 20 aitem tidak favourable. Aitem favourable adalah pernyataan yang mendukung variabel penelitian, sedangkan aitem tidak favourable adalah pernyataan yang tidak mendukung penelitian.

Pilihan jawaban memiliki 4 alternatif yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Adapun kriteria pemberian nilai adalah sebagai berikut :

(16)

13

Tabel 3. Pemberian Skor dalam Pernyataan Favourabel dan Tidak Favourabel Orangtua

Pilihan Jawaban Favourabel Tidak Favourabel

SS Sangat sesuai 4 1

S Sesuai 3 2

TS Tidak sesuai 2 3

STS Sangat Tidak sesuai 1 4

Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti dukungan sosial yang dimiliki subjek semakin tinggi, sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh berarti dukungan sosial yang dimiliki subjek semakin.

Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 71 orang yang terdiri dari siswa kelas IX SMK SMTI. Sebelum penulis melakukan pengujian hipotetis terlebih dahulu penulis melakukan uji asumsi terlebih dahulu,

Data penelitian ini dapat digunakan untuk membandingkan antara skor hipotetik dan skor empirik. Nilai empirik bergunanya untuk mengetahui nilai yang diperoleh subjek penelitian, meliputi nilai maksimal, minimal, mean, dan SD. Nilai hipotetik gunanya untuk mengetahui nilai yang diperoleh subjek apabila jawaban yang diberi subjek rata-rata. Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memahami kondisi subjek penelitian dibandingkan dengan populasi yang ada. Nilai maksimal hipotetik merupakan nilai maksimal yang diperoleh apabila subjek menjawab dengan jawaban SS secara keseluruhan untuk pernyataan favorabel dan STS secara keseluruhan untuk pernyataan unfavorabel. Nilai maksimal empirik merupakan skor paling tinggi yang

(17)

14

diberikan subjek. Nilai minimal hipotetik merupakan skor yang diperoleh apabila subjek mengisi secara keseluruhan dengan jawaban STS untuk pernyataan favorabel dan SS secara keseluruhan untuk pernyataan unfavorabel. Skor paling rendah yang diberikan subjek pada efikasi diri pengambilan keputusan karir adalah 113, sedangkan pada skala dukungan sosial yang berasal dari ayah adalah 81, sementara itu pada skala dukungan sosial yang berasal dari ibu adalah 83.

Berdasarkan data efikasi diri pengambilan karir maka dapat dilihat bahwa mean empirik dukungan sosial yang berasal dari ayah dan ibu lebih rendah dari mean hipotetik. Hal terebut menunjukkan bahwa subjek penelitian pada kenyataannya memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karir yang tinggi. Data efikasi diri pegambilan keputusan karir menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi dari mean hipotetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian pada kenyataannya memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karir

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi sebaran jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis, dengan kata lain bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji hipotesis nihil (Ho) bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi sebaran skor subjek sampel penelitian dan distribusi sebaran skor subjek pada populasi penelitian.

Distribusi sebaran yang normal memiliki arti bahwa penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada, sebaliknya apabila sebaran tersebut tidak normal, maka disimpulkan bahwa subjek penelitian itu tidak

(18)

15

representatif atau tidak dapat mewakili keadaan populasi yang sebenarnya sehingga hasilnya tidak layak untuk digeneralisasikan pada populasi tersebut.

Hasil uji normalitas dengan menunjukkan bahwa data yang dianalisis sebarannya adalah normal, diperoleh dengan nilai untuk efikasi diri pengambilan keputusan karir adalah 1,018 p >0.03, dan nilai dukungan sosial yang berasal dari ayah dengan 0,938 p > 0.03, serta nilai dukungan sosial yang berasal dari ibu 0,735 p > 0,03 Hal ini menunjukkan bahwa ketiganya memiliki sebaran yang normal. Maka dapat disimpulkan p > 0,03 maka H0 tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Tujuan dari linieritas penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel efektifitas pengambilan keputusan dan kecemasan masa depan. Suatu hubungan dapat dikatakan linier apabila sebaran nilai variabel-variabel penelitian ini berada dalam satu garis lurus.

Uji linieritas untuk hubungan antar variabeldiperoleh hasil bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah dengan nilai P 0,00 untuk variabel efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial ayah diperoleh F sebesar 17,306 dengan p < 0,03 dan variable efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial yang berasal dari ibu diperoleh F sebesar

(19)

16

10,601 dengan p < 0,03 sehingga dengan hasil ini maka hubungan antar ketiga variabel adalah linier.

Uji Hipotesis

Hipótesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial yang berasal dari ayah dan ibu yang dialami oleh seseorang maka efikasi diri pengambilan keputusan karir yang diambil tidak efektif (rendah) dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang berasal dari ayah dan ibu efektif (tinggi). Hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial yang berasal dari ayah diterima. Hal itu ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0.367 untuk R² sebesar 0,135 dan p=0,000 (p<0,01).

Sementara itu, hipótesis penelitian yang menyatakan ada hubungan efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial yang berasal dari ibu diterima, hal ini ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0,434 untuk R² sebesar 0,188 dan p=0,000 (p<0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri pengambilan keputusan karir dengan dukungan sosial yang berasal dari ayah dan ibu. Hal ini menunjukkan bahwa hipótesis yang diajukan diterima. Dari hasil uji hipótesis tersebut dapat dilihat bahwa dukungan sosial yang berasal dari ibu lebih signifikan daripada dukungan sosial yang berasal dari ayah.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada remaja. Analisis data dalam penelitin ini menggunakan metode

(20)

17

statistik analisis regresi ganda menghasilkan nilai korelasi r = 0,367 dengan p = 0,000 (p < 0,01) dukungan sosial yang berasal dari ayah terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karir, yang berarti terdapat korelasi yang sedang dan signifikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diterima. Sedangkan dukungan sosial yang berasal dari ibu dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir remaja menghasilkan nilai korelasi r = 0, 434 dengan p = 0, 000 (p > 0,01) yang berarti terdapat korelasi yang tinggi dan signifikan antara dukungan sosial yang berasal dari ibu dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir remaja. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima.

Dengan demikian, dukungan sosial yang kuat yang berasal dari lingkungan sekitar terutama orangtua dapat membantu remaja dalam menentukan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada remaja. Dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfaat sehingga individu menjadi tahu bahwaada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Desmita (2008), kasih sayang dan dukungan yang diterima oleh remaja dari orangtua dapat membantu remaja untuk mengembangkan kepercayaan dirinya, dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan dicapai serta menjadi lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan untuk masa depan. Sebaliknya, pada remaja yang kurang mendapat dukungan dari orangtua akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas kemampuannya dan memiliki pemikiran yang tidak sistematis dan kurang terarah.

(21)

18

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada remaja, namun hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan diantaranya jumlah subjek masih berada dalam lingkup yang kecil, perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan ruang lingkup yang lebih luas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan atau menambahkan variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini secara keseluruhan memiliki kelemahan, antara lain pada saat pengambilan data tidak terlalu memperhatikan keadaan kondisi fisik dan waktu para subjek penelitian sehingga kemungkinan dalam pengisian angket, subjek mengisi secara terburu-buru dan merasa tidak nyaman. Kelemahan lain dalam penilitian ini adalah dari segi angket yang cenderung mengandung unsur social desirability yang cukup tinggi, subjek cenderung mengisi angket berdasarkan kesesuaian dengan norma-norma sosial atau ingin dianggap baik oleh lingkungan sekitar.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa hipotesis penelitian dapat diterima.

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir pada remaja. Artinya semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang berasal dari dukungan ayah dan ibu maka semakin besar pula efikasi

(22)

19

diri pengambilan keputusan karir yang diambil oleh remaja dalam menentukan masa depannya selepas lulus dari SMK.

2. Dukungan sosial dari ibu memiliki signifikansi yang lebih besar daripada dukungan sosial yang berasal dari ayah, meskipun keduanya sama-sama berpengaruh signifikan pada efikasi diri pengambilan keputusan karir pada remaja.

Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis merekomendasikan beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, antara lain:

1. Bagi para siswa yang tengah melanjutkan pendidikannya di SMA/SMK sederajat, hendaknya penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menetukan pilihan karir yang tepat dimasa depan dengan mengidentifikasi skill apa sajakah yag diperlukan untuk menentukan karir yang tepat yang sesuai dengan minat dan bakat.

2. Bagi peneliti selanjutnya masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Penelitian ini masih perlu dilakukan dan dikembangkan lagi dengan harapan penelitian ini dapat disempurnakan dengan ruang lingkup yang lebih luas tidak sebatas pada lingkup SMK tetapi juga disekolah menengah sederajata lainnya. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji dukungan sosial dan efikasi diri pengambilan karir remaja disarankan untuk : (a) mempersiapkan waktu yang cukup panjang dalam

(23)

20

penelitian ini sehingga dalam observasi tidak terburu-buru sehingga mendapatkan data yang mendukung rumusan masalah yang baik dan factual. (b) peneliti selanjutnya disarankan mengungkap variable lain yang terkait dengan efikasi diri pengambilan keputusan karir remaja,baik berupa variable internal semisal kecemasan, konsep diri, motivasi, maupun variable eksternal seperti attachment, peran peers group, peran sosial budaya yang mempengaruhi efikasi diri pengambilan keputusan karir remaja. (c) membuat aitem kuesioner menggunakan kalimat yang lebih spesifik dan mudah dipahami oleh responden sehingga data yang diperoleh lebih sesuai dengan fakta yang ada, (d) peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan dan memperbanyak teori-teori yang lebih baru, sehingga lebih mampu merefleksikan keadaan pada masa sekarang, (e) diharapkan bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti variabel perilaku konsumtif disarankan untuk memperluas subjek penelitian atau mengambil kelompok subjek dengan latar belakang yang berbeda, (f) pada penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan teknik sampling serta ketepatan pemilihan subjek dengan karakteristik subjek yang lebih spesifik.

(24)

21

DAFTAR PUSTAKA

Al Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja.. Bandung : C.V. Pustaka Setia Azwar, S. A. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

_________ . 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar _________ . 1997. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bandura, A. 1997. Self Efficacy : The Exercise of Control. New York: W. H. Fineman and Co.

Betz, N. E. 2000 . Self- Efficacy Theory as Basis for Career Assesment

http://jcd.sagepub.com/cgi/abstarct/8/3/205/.21/08/08

__________ & Hackett, Gail. 1981. The relationship of career-related self-efficacy expectations to perceived career options in college women and men. Journal of

Counseling Psychology. Vol 28(5), Sep 1981, 399-410

http://psycnet.apa.org/psycinfo/1982-02194-001

__________& Hackett, Gail. 2006. Creer Self-Efficacy Theory : Back to the Future

http://jcd.sagepub.com/cgi/content/abstract/14/1/3/21/8/08

_________ , Klein, K. L., Taylor, K. M. 1996. Evaluation of a Short Form of the Career Decission-Making Self-Effficacy Scale.

http://jcf.sagepub.com/cgi/content/abstract/4/1.47/20/8/08

__________ & Luzzo, D.A. (1996). Career assessment and the career decision-making self-efficacy scale. Journal of Career Assessment, 4, 413-428.

& Taylor, K.M. (2006). Manual for the Career Decision Self-Efficcay Scale and CDSE-Short Form. Ohio: The Ohio State University.

Chaplin, J. P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. penerjemah : Kartini Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Cohen, S. 1992. Stress, Social Support, and Disorder.

http://www.psy.cmuedu/~scohen/stresschap.pdf.10/02/2011

__________ ,& Syme, S. L. 1985. Social Support and Health.. London : Academic Press. Inc

(25)

22

Creed, P, Patton, W. ,Prideaux, L. A. 2006. Causal Career Indecission and Career Decission Making Self- Efficacy : A longitudinal Cross Lagged Analysis.

http://jcd.sagepub.com/cgicontent/abstract/331/1/47,28/08/08

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor :Ghalia Indonesia.

Deci. E. L & Ryan R.M. 2000. The What and Why of Goal Pursuit: Human Needs and the Self -Determination of Behavior. U.S: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (Peserta Didik). Bandung. CV. Pustaka Setia

Gati, I. Krausz, M. & Osipow, S. 1996. A taxonomy of difficulties in career decision making. Ohio. Journal of Counseling Psychology. 43 (4), 510-526

Gati, I & Saka, N. 2001. High school development, career students, career related decision-making developments, and difficulties. Ohio. Journal of Counseling Psychology & Psychological Separation Development, 79 (3). 331-340

Gianakos, I. 2001. Predictors of Career Decission Making Self- Efficacy. http://jca.sagepub.com/cgi/content/abstract/9/2/101,21/10/09

Gottlieb, H.B. 1983. Social Support. London, New Delhi: Sage Publication Beverly Hills

Guay, F., Senecal, C., Gauthier, L., & Fernet, C. 1989. Predicting career indecision : a self- determination theory perspectives. American Psychological Association ; Journal of Counseling Psychology. 50 (2). 165 – 177

Havighurst, R. J. 1973. Developmental Tasks and Education. New York. Mac Kay. Hui, C. Harry & Triandis. 1986. Individualim-Collectivism : A Study of Cross- Cultural

Researcher. Journal of Cross-Cultural Psychology. 177 : 225 http://www.academia.edu/778652/Hui_and_Triandis_1986_Individualism-collectivism_A_study_of_crosscultural_researchers_

Keller, B. K. & Whiston, S. C. 2008. The Role of Parental Influences on Young

Adolescent’ Career Development.

http://jca.sagepub.com/cgi/content/abstract/16/2/198

Maharani & Andayani (2003). Hubungan Antara Dukungan Sosial Ayah Dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Fakultas UGM.

Mann, L. Harmoni, R. Power, C. 1989. Adolescent decision-making: the development of competence. Journal of Adolescent

(26)

23

Mappiere, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya. Usaha Nasional

Mau, W. C. 2000. Cultural Differences in Career Decission-Making Styles and Self Efficacy. http://www.idealibrary.com/doi:10.1006/jvbe.1999.1745

Moesono, A. 2001. “Decision making” Memilih Studi Psikologi Pada Mahasiswa Baru

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jurnal Psikologi Sosial. Jakarta.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tahun 7 No. 9 (79-87)

Nauta, M.M & Kahn, J.H. 2007. Identity status, consistency and differentiation of interests, and career decision self-efficacy. Journal of Career Assessment, 15, 55-65.

Nawaz, Samia & Gilani, Nighat. 2011. Relationship of Parental and Peer Attachment Bonds with Among Adolescents and Post Adolescents. Journal of Behavioural Sciences. Islamabad. Vol. 21 No. 1

Nota. Laura, Ferrari. Lea,Solberg,V. Scott H., Soresi, Salvatore. 2007. Career Search Self-Efficacy, Family Support, and Career Indecision With Italian Youth. http://jca.sagepub.com/content/15/2/181.abstract

Patel, S. G., Salahuddin, N.M., O’Brien, K. M. 2008. Career Decission- Making Self- Efficacy of Vietnamese Adolescent : The Role of The Acculturation, Social

Support, Socioeconomic Status and Racism.

http://jcd.sagepub.com/cgi/content/abstract/34/3/218,29/8/08

Prawirohardjo, Sarwono 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Roach, Kristen L. 2010. The Role of P erceived P arental Influences on the Career Self-Efficacy of College Students. Tesis. New York. The College at Brockport : State University of New York

Sarafino, E. P. 1994. Healthy Psychology : Biopsychosocial Interaction 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Santrock, J. W.2002. Life-Span Development ; Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sawitri, D. R. 2008. Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir Pada

Mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro.. Jurnal Psikologi Undip

Vol. 5 No. 2

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Steinberg, L. 2002. Adolescence.(6th ed.). New York: McGraw-Hill. Taylor, K.M., & Betz, N

(27)

24

Super, Donald E. & Crites, John O. 1965. Appraising Vocational Fitness. New York. HarperCollins Publisher

Taylor, K. M., & Betz, N. E. 1983. Applications of self-efficacy theory to the understanding and treatment of career indecision. Journal of Vocational Behavior, 22, 63-81.

Taylor, K.M., & Popma, J.1990. An examination of the relationship among career decision-making self-efficacy, career salience, locus of control, and vocational Trickett, Edison. Persky, Irena & Espino, Susan Ryerson. 2001. Acculturation

Research: Proxies as Sources of Concept Obfuscation. Illinois. University of Illinois at Chicago

Turner, B. L. dkk. 2003. A Framework for Vulnerability Analysis in Sustainability Science. Worchester. Clark University. Vol. 100 No. 14. 8074-8079

Vondracek, F.W., Schulenberg, J., Skoriov, V., Gillespie, L.K.., & Wahlheim, C. (1995). The relationship of identity status to career indecision during adolescence. Journal of Adolescence, 17-18

White, Tiffany N. 2009. The influence of perceived social support from parents, classmates, and teachers on early adolescents' mental health. Disertasi. Florida. Graduate school theses and Dissertations. University of South Florida

Woodrow-Keys, E. 2006. The effect of body image on career decision-making self-efficacy and assertiveness in female athletes and non-athletes. Unpublished Master thesis, Marshal University, US.

Wolfe, Jessica B. & Betz, Nancy E. 2004. The Relationship of Attachment Variables to Career Decision-Making Self-Efficacy and Fear of Commitment. Career

Gambar

Tabel  1.  Pemberian  Skor  dalam  Pernyataan  Favourabel  dan  Tidak  Favourabel   Efikasi Diri dalam Pengambilan Keputusan Karir
Tabel 2. Blue Print Skala Efikasi Dalam Pengambilan Keputusan Karir
Tabel  3.  Pemberian  Skor  dalam  Pernyataan  Favourabel  dan  Tidak  Favourabel  Orangtua

Referensi

Dokumen terkait

Kertas karya ini berjudul “The Adventure Of Quentin To Find Margo InJhon Green’s Novel Paper Towns” karya ini membahas petualangan Quentin dan teman-temannya untuk menemukan

Perancangan pusat kerajinan akar kayu jati mengambil pendekatan tema metafora akar dengan konsep akar tunggang dengan menerapkan sifat-sifat akar yang terlihat

결론 퇴행성 변화를 일으킨 추간판의 섬유륜 및 수핵 세포는 체외 에서 계대 배양의 횟수가 증가함에 따라서 점차적으로 고유의 표현형을 잃어버리며 3차 계대 배양에서는

Selain itu juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman atau memudahkan penafsiran data, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan, kreatif dan tidak

yang memberikan permasalahan dalam kelas, dan teknik penyelesaian permasalahan tersebut dilakukan dengan kegiatan laboratorium. Setelah masalah terpecahkan melalui

pentingnya karakter ini sehingga beliau, dalam pidatonya 1 Juni 1945, mengatakan: “hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap -tiap orangnya dapat menyembah

disampaikan pada proposal penawaran proyek menunjukkan jawaban tertinggi ditunjukkan pada pilihan jawaban sangat setuju sebesar 53%, sedangkan jumlah responden terkecil

grafik berwarna biru adalah hasil post-test dan grafik berwarna merah adalah hasil pre-test, yang dimana siswa tidak memahami konsep pada fisika umum yang tidak