• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERSAWAHAN IRIGASI DI KALIMANTAN SELATAN STUDI KASUS DI DESA SUNGAI RANGAS Samharinto1, Abdul Latief Abadi2, Bambang Tri Rahardjo2 dan Hakimah Halim1

1

Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 2

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email: samharinto@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap arthropoda pada tanaman padi sawah beririgasi di desa Sungai Rangas Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan sejak bulan April – Nopember 2011. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah,status dan keanekaragaman arthropoda yang terdapat pada tanaman padi di persawahan yang beririgasi. Untuk mengetahui jumlah, jenis dan keanekaragaman jenis artrhropoda tersebut dilakukan penangkapan artrhropoda dengan menggunakan jaring serangga, jebakan sumuran, dan perangkap kuning. Arthropoda yang tertangkap diidentifikasi berdasarkan morfospesies dan dikelompokan menjadi arthropoda fitofagus, parasitoid, predator dan lainnya. Keanekaragaman jenis arthropoda ditentukan dengan indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener. Dari hasil penelitian telah diketahui arthropoda fitofagus berjumlah 4.579 ekor yang terdiri dari 46 jenis, parasitoid berjumlah1.298 ekor yang terdiri dari 29 jenis, predator berjumlah 2.828 ekor yang terdiri dari 37 jenis dan arthropoda lainnya berjumlah 174 ekor yang terdiri dari 6 jenis. Berdasarkan jenis-jenis artrhropoda yang berhasil ditangkap telah diketahui indeks keanekaragaman jenis sebesar 2,6. Kata kunci: Keanekaragaman jenis artrhropoda, persawahan irigasi Kalimantan Selatan

I. PENDAHULUAN

Arthropoda adalah salah satu organisme yang hidup di sekitar pertanaman padi di persawahan, dan berperan penting baik sebagai perusak tanaman (fitofagus), parasitoid, predator maupun sebagai organisme yang menguntungkan seperti penyerbuk, pengurai dan lain-lain (Pimentel et al., 1989). Keanekaragaman jenis arthropoda yang merupakan bagian dari keanekaragaman hayati memberikan konstribusi kepada keseimbangan biologis. Persawahan di provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari berbagai tipe salah satu diantaranya adalah persawahan beririgasi. Air irigasi yang digunakan berasal dari bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pangeran Muhammad Noor.

Keanekaragaman arthropoda di persawahan irigasi belum banyak diteliti sehingga perlu diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis arthropoda penting di persawahan yang berperan baik yang berguna maupun yang tidak berguna, dan dengan diketahuinya nilai indeks keanekaragaman jenis artrhropoda tersebut maka akan diketahui pula kestabilan agroekosistem di persawahan irigasi tersebut.

(2)

II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di desa Sungai Rangas, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan sejak bulan April – Oktober 2011.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman padi varietas lokal Siam, pupuk Urea, SP 36 dan KCl, herbisida berbahan aktif glyfosat.

Alat yang digunakan jaring serangga, jebakan kuning, lampu perangkap, perangkap jatuhan, botol pembunuh, botol koleksi.

2.3. Metode

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis artrhropoda dilakukan penangkapan arthropoda dengan menggunakan empat jenis alat, yaitu jaring serangga, perangkap kuning, lampu perangkap dan perangkap jatuhan. Penangkapan arthropoda dilakukan sejak tanaman padi berumur ± 1,5 bulan setelah tanam hingga menjelang panen (± 5 bulan setelah tanam) dengan periode penangkapan satu minggu sekali, dengan pada petak percobaan seluas 10 x 50 m. Penggunaan jaring serangga dengan mengayunkan jaring 10 x ayunan ganda pada titik-titik sudut dan pada perpotongan diagonal petak demikian juga pemasangan perangkap jatuhan pada titik-titik tersebut. Perangkap kuning yang digunakan sebanyak dua buah pada garis tengah memanjang dari petak, sedangkan lampu perangkap sebanyak satu buah diletakkan di tengah-tengah petak. Hasil tangkapan dikoleksi dengan koleksi basah dan kering, di foto untuk selanjutnya diidentifikasi secara morfospesies sampai tingkat famili dan tingkat jenis apabila memungkinkan. Hasil identifikasi divalidasi di Laboratorium Entomologi LIPI Cibinong. Pustaka rujukan yang digunakan adalah pengenalan serangga dan musuh alami hama tanaman padi oleh Borror et al. (1991), Gauld (1984), Reissig et al. (1986), Goulet dan Huber (1993), Bolton (1994), Barrion dan Litsinger (1995), Jocque, Dippenaar-Schoeman (2006) dan Oosterbroek (1998)

Keanekaragaman jenis arthropoda ditentukan dengan Indeks Keanekaragaman Jenis menurut Shannon-Wiener, dengan rumus:

(3)

H’ = -Σ (ni/N)Ln(ni/N) dimana :

H’ = indeks keanekaragaman jenis ni = Jumlah individu tiap jenis N = Jumlah total semua individu Ln = Logaritma natural

Nilai H’ akan berkisar antara 1 – 3 dengan kreteria sebagai berikut (Rahayu, Setiawan, Husaeni dan Suyanto, 2006):

Nilai H < 1 berarti keanekaragaman rendah. Nilai 1 < H < 3 berarti keanekaragaman sedang. Nilai H’ > 3 berarti keanekaragaman tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penangkapan telah diketahui bahwa arthropoda terdiri dari fitofagus, parasitoid, predator dan lainnya adalah

Tabel. Status artrhropoda, jumlah jenis dan kelimpahannya pada sawah irigasi di Desa Sungai Rangas

Status Kelimpahan

Jenis Indvidu (ekor)

Fitofagus 46 4.579 Parasitoid 29 1.298 Predator 37 2.828 Penyerbuk 1 2 Pengurai 3 13 Vektor 1 9

Musuh alami gulma 1 150

Lainnya 0 0

Jumlah 118 8.879

Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis telah diperoleh nilai H’ sebesar 2,6, nilai ini termasuk keaneragaman sedang (Rahayu, et al., 2006).

Dari tabel di atas ternyata baik jumlah jenis maupun individu arthropoda yang berstatus musuh alami berupa parasitoid dan predator secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan hama (fitofagus), sehingga diduga akan mampu menekan

(4)

perkembangan populasi hama. Menurut Yuherwandi dan Syam (2007) keanekaragaman jenis adalah salah satu yang utama dalam penelitian ekologi, seperti untuk mempelajari pengaruh perubahan kondisi lingkungan terhadap keanekaragaman spesies dan bagaimana keanekaragaman tersebut mempengaruhi stabilitas komunitas alami. Menurut Arifin et al. (1997) kestabilan ekosistem erat kaitannya dengan indeks keanekaragaman. Di sisi lain menurut Mahrub (1999) pada agroekosistem persawahan serangga menempati kedudukan dan fungsi dinamis yang dapat menjaga keseimbangan dan kestabilan ekosistem.

Menurut Arifin et al. (1997) indeks keanekaragaman jenis dalam ekosistem padi tanpa pestisida relatiif lebih tinggi dengan jenis yang relatif lebih banyak dan kondisi ini mendorong terjadinya kestabilan populasi. Keragaman flora dan fauna dalam suatu habitat akan membentuk jaring makanan (food web) yang menguntungkan bagi semua komponen yang saling berinteraksi dan akhirnya akan menciptakan agroekosistem yang stabil (Tarmizi, 2008).

KESIMPULAN

Keanekaragaman jenis arthropoda di persawahan irigasi di desa Sungai Rangas tergolong sedang dengan nilai indeks keanekaragaman jenis sebesar 2,6, sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan agroekosistem di lokasi tersebut juga sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., I.B.G. Suryawan, B.H. Priyanto dan A. Alwi. 1997. Diversitas artropoda pada berbagai teknik budidaya padi di Pemalang, Jawa Tengah. Pen Perta Puslitbangtan 15 (2): 5-12.

Borror, D.J., De Long D.M. and Triplehorn, C.A. 1991. An Introduction to The Study of Insects. Philadelphia, Saunders College Publishing.

Bolton, B. 1994. Identification Guide to The Ant Genera of The World. Harvard University Press. Cambridge, Massachusetts, London England. 222 pp.

Christa and Deeleman Reinhold. 2001. Forest Spiders of South East Asia with A Revision of The Sac and Ground Spiders (Araneae: Clubionidae, Corinnidae, Liocranidae, Gnaphosidae, Prodidomidae and Trochanterriiaae). Brill Leiden, Boston, Koln. 591 pp.

(5)

Gauld, I. D. 1984. An Introduction to Ichneumonidae of Australia. British Museum (Natural History) Cromwelld Road London SW 75BD. Publication No. 895. 419 pp.

Goulet, G. and J. T. Huber. 1993. Hymenoptera of The World. Centre for Land and Biological Resources Research Ottawa Ontario. Research Branch Agricultural Canada. Publication 1894 LF. 668 pp.

Jocque, R., A.S. and Dippenaar-Schoeman. 2006. Spider Families of The World. 2006. Spder Families of The World. Africa Tervuren: Koninklijk Museum vorr Midden-Africa Musee Royal De L’Afrique Centrale ARC-PPRI. 336 pp.

Mahrub, E. 1999. Kajian Keanekaragaman Artropoda pada Lahan Sawah Tanpa Pestisida dan Manfaatnya dalam Pengendalian Hama Terpadu. J Perlintan Ind. 5 (1): 35-41, Juli 1999.

Oosterbroek, P. 1998. The Families of Diptera of Malay Archipelago. Fauna Maleysiana Handbook 1. Brill Leiden, Boston, Koln. 217 pp.

Pimentel, D., T. W. Buttler, I. W., Reinemann, D. J. and Beckman, K. B. 1989. Low Input Suistanable Agriculture Using Ecological Management Practice. Agric. Ecosyst. Environ. 27(3):24

Rahayu, S., A. Setiawan, E.A. Husaeni dan S. Suyanto. 2006. Pengendalian Hama Xylosandrus compactus pada Agroforestry Kopi Multi Strata Secara Hayati Studi Kasus di Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Agrivita 28 (3):286-297. Oktober 2006.

Reissig, W.H., E.A. Heinrichs, J.A. Litsinger, K. Moody, L. Fiedler, T.W. Mew and A.T. Barrion. 1986. Illustrated Guide to Integrated Pest Management in Rice in Tropical Asia. International Rice Research Institute Los Banos Lguna Philippines. Manila. 411 pp.

Tarmizi. 2008. Pengelolaan Habitat pada Satu Siklus Pola Tanam Berbasis Padi untuk Pengendalian Hama Spodoptera exigua Hubn. di Ekosistem Bawang Merah. Disertasi. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 109 pp.

Yaherwandi, Syam U. 2007. Keanekaragaman dan Biologi Reproduksi Parasitoid Telur Wereng Coklat Nillaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) pada Struktur Lanskap Pertanian Berbeda. J. Akta Agrosia 10 (1):76-86. Januari – Juni 2007. Diakses tanggal 07 September 2010

Referensi

Dokumen terkait

Target penatalaksanaan konstipasi kronis adalah untuk mengurangi gejala, mengembalikan kebiasaan defekasi yang normal, keluarnya feses yang berbentuk dan lunak setidaknya 3 kali

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri Kecamatan Tangerang Kota Tangerang memiliki kebutuhan yang tinggi akan layanan online self-help dengan menampilkan

Alhamdulillahirabbil„alamin penulis ucapkan dan segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiratan Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya pula penulis dapat

Adanya Sumber Daya Manusia yang baik tentunya perusahaan dapat mencapai tujuannya, karena Sumber daya Manusia merupakan penunjang dalam suatu perusahaan.Tujuan

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 193/P12012 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1741P12012 tentang Anggota

(3) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk membiayai program pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional, bantuan operasional sekolah,

Dokumen ini bertujuan untuk memperlihatkan hasil perhitungan untuk Pondasi Tangki Air Kapasitas 5000 Bbl pada proyek SPU Anggana UBEP Lirik.

Pola usaha peternakan kambing di wilayah Eks-Karesidenan Banyumas diklasifikasikan menjadi tiga tipologi (model) berdasarkan tujuan pemeliharaan: (i) Tipologi usaha