• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Penguasaan Konsep, Kemampuan Memecahkan Masalah, Kemampuan Berpikir Kreatif, STAD, PjBL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Penguasaan Konsep, Kemampuan Memecahkan Masalah, Kemampuan Berpikir Kreatif, STAD, PjBL."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 1 TUMPANG

Arika Masruroh, Ibrohim, Masjhudi

FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang E-mail: caicakira@gmail.com, ibrohim.fmipa@um.ac.id,

masjhudi.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model STAD dan

PjBL terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 5 di SMA Negeri 1 Tumpang, dengan menggunakan rancangan penelitian Quasi Experimen Design non randomized pretest-posttest control group design. Data hasil tes dianalisis menggunakan ANAKOVA (Analisis Kovarian). Hasil penelitian menunjukkan model STAD dan PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Tumpang dengan nilai p (0,000) < α (0,05). Dari hasil penelitian tersebut disarankan agar guru dapat menjadikan pembelajaran STAD dan PjBL sebagai alternatif penggunaan model dalam proses pembelajaran di kelas.

Kata kunci: Penguasaan Konsep, Kemampuan Memecahkan Masalah,

Kemampuan Berpikir Kreatif, STAD, PjBL.

ABSTRACT: This research have a purpose to determine the effect of STAD model and PJBL towards mastery of concepts, problem-solving skills and creative thinking of students of class XI MIA 5 in SMA Negeri 1 Tumpang. This study uses a study design Quasi Experiment Design non randomized pretest-posttest control group design. The result test of data were analyzed by using ANACOVA (Analysis of Covariance). The results show that STAD and PJBL models significantly affect towards mastery of concepts, problem-solving skills and creative thinking abilities of students of class XI MIA 5 SMA Negeri 1 Tumpang with a p-value (0.000) <α (0.05). From these results, it is suggested that teachers can make STAD and PJBL learning as an alternative to the use of models in the learning process in the classroom.

Keywords: Control Concepts, Problem Solving Ability, Creative Thinking Skills,

STAD, PjBL.

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini berupaya untuk meningkatkan aspek pengetahuan kreatif dan kritis siswa melalui pendekatan saintifik dengan banyak model yang berbasis masalah, sehingga meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa (Permendikbud No. 103 Tahun 2014). Berbagai upaya dilakukan

(2)

guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, diantaranya menerapkan model pembelajaran inovatif, menggunakan media pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan (Putrama, 2012).

Permasalahan yang ada pada kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang, hasil ulangan harian menunjukkan hanya 30% siswa yang mampu menguasai konsep pada materi sistem ekskresi, dan sekitar 60% siswa yang mencapai ketuntasan dan banyak yang masih di bawah nilai standar kelulusan di SMA Negeri 1 Tumpang yaitu sebesar 75. Pembelajaran berpusat pada guru, Siswa cenderung kurang kreatif, karena tidak adanya kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara leluasa. Siswa lebih termotivasi jika pembelajaran dapat melibatkan siswa dan terdapat penghargaan, namun siswa masih kurang kompetitif dan kurang menunjukkan kemampuan diri, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang.

Jagantara, dkk (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang kolaboratif, inovatif, unik dan berfokus pada pemecahan masalah. Maula, dkk (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek akan merangsang seluruh indra siswa untuk mengerjakan tugas-tugas ataupun permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa akan terbiasa aktif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pembelajaran dengan model Student Team Achievement And Division (STAD) yang berupa siswa belajar secara individu pada pesentasi kelas, kemudian siswa belajar kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan juga penghargaan tim (Slavin, 2010). Diharapkan dengan menggunakan pembelajaran STAD dapat membuat siswa lebih menguasai konsep, salah satu pembelajaran inovatif tersebut adalah pembelajaran kooperatif dan juga pembelajaran berbasis masalah (Afifah dkk, 2013).

Menurut Bloom (1968) penguasaan konsep adalah bentuk dari ekspresi ketrampilan bahasa dan kemampuan kognitif yang sesuai dengan tingkatan istimewa siswa dalam melakukan tugas sekolah, bersikap dengan baik dan memiliki ketrampilan yang relevan. Crebert, dkk (2011) menyatakan bahwa pemecahan masalah secara efektif menuntut siswa untuk mengidentifikasi, menentukan dan memecahkan masalah menggunakan logika, serta pemikiran lateral dan kreatif.

(3)

Polya (1973) menyatakan kemampuan memecahkan masalah dengan empat indikator sebagai berikut.

1. Understanding the Problem (Mengetahui konsep yang sesuai dengan masalah) 2. Devising a Plan (Mencari data untuk menemukan solusi dan memilih solusi

yang tepat)

3. Carrying Out the Plan (Memberi kebenaran solusi yang ditawarkan)

4. Looking Back (Merefleksikan solusi yang diperoleh dengan memperhatikan pendapat orang lain)

Trefingger, dkk (2012) menyatakan bahwa seseorang yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, rencana inovatif mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Proses berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif (Syafi’i dkk, 2011). Indikator penjelasan aspek berpikir kreatif menurut Trefingger, dkk (2012) adalah sebagai berikut.

1. Fluency (kelancaran). Mengemukakan jawaban dengan banyak alternatif 2. Flexibility (keluwesan). Memikirkan berbagai jawaban dari sudut pandang dan

menggolongkan hal menurut pembagian yang berbeda

3. Originality (keaslian). Menemukan kombinasi unik berbeda dengan yan lain dan menyelesaikan masalah dengan gagasan sendiri

4. Elaboration (merinci). Menjelaskan detail logis suatu permasalahan dan mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan menggunakan langkah terperinci

5. Metaphorical thinking (berpikir metafora). Menjelaskan detail logis suatu permasalahan

Menurut Slavin (2010) terdapat lima langkah pembelajaran kooperatif STAD, yaitu sebagai berikut.

1. Presentasi kelas, guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi yang akan dicapai.

(4)

2. Belajar dalam tim, guru membentuk kelompok dan memberikan tugas kepada siswa.

3. Kuis, siswa mendapat kuis secara individu.

4. Skor perkembangan individu, skor dicatat oleh guru agar mengetahui perubahan dan untuk dibandingkan dengan skor sebelumnya.

5. Penghargaan tim, penghargaan diberikan dari rata-rata skor yang diterima oleh individu dalam kelompok.

Langkah pembelajaran PjBL sebagai berikut (Divisi Teknologi Pendidikan Menteri Pendidikan Malaysia, 2006).

1. Start With the Essential Question (memulai dengan menggunakan pertanyaan esensial)

2. Design a Plan for the Project (merancang rencana proyek) 3. Create a Schedule (membuat jadwal)

4. Monitor Students and Project Progress (memonitori siswa dan pekerjaan siswa dalam mengerjakan proyek)

5. Assess the Outcome (memberikan penilaian terhadap semua aktifitas siswa) 6. Evaluate the Experience (memberikan evaluasi terhadap kinerja siswa)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model STAD dan PjBL terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 5 di SMA Negeri 1 Tumpang.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimen Design dengan desain non randomized pretest-posttest control group design, seperti pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir

Kelas Eksperimen 𝑇1 X 𝑇2

Kelas Kontrol 𝑇3 - 𝑇4

Keterangan :

T1: pemberian tes awal pada kelas eksperimen T2: pemberian tes akhir pada kelas eksperimen T3: pemberian tes awal pada kelas kontrol T4: pemberian tes akhir pada kelas kontrol X: pembelajaran berbasis STAD dan PjBL -: pembelajaran menggunakan 5M

(5)

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tumpang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelas XI MIA 4 yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 5 yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari awal semester genap pada bulan April-Mei 2016. Jenis data dan instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

No. Jenis Data Sumber

Data

Instrumen

1. Keterlaksanaan model pembelajaran Student Team Achievement and Division (STAD) dan Project based learning (PJBL)

Guru dan Siswa

 Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran Project based learning (PJBL)

 Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran Student Team Achievement and Division (STAD)

2. Penguasaan Konsep Siswa  Soal Tes 3. Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa  Soal Tes 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa  Soal Tes

Teknik analisis data menggunakan ANAKOVA (Analisis Kovarian) untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari model STAD dan PjBL terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Uji ANAKOVA sesuai dengan rancangan penelitian yang dilakukan yaitu non randomized pretest-posttest control group design, dengan pretes sebagai kovariat.

HASIL

1. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran

Hasil analisis observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran menunjukkan persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran oleh guru dan siswa baik pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 85%-91%. Hal tersebut juga didukung hasil analisis uji konsistensi melalui regresi linier berganda menggunakan data regresi pretes dan postes yang menunjukkan tahapan model pembelajaran pada kelas eksperimen telah terlaksana dengan konsisten, dengan nilai signifikansi keduanya (p=0,000 < α=0,05). Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka secara umum

(6)

pembelajaran pada kelas ekperimen telah terlaksana dengan konsisten dan sesuai dengan tahapan masing-masing model pembelajaran.

2. Hasil Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan pada data residu dari keseluruhan variabel terikat (postes penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreaitf). Hasil uji normalitas data postes tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 untuk kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 3. Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Residual for Postes Penguasaan Konsep ,105 67 ,062

Residual for Postes Memecahkan Masalah ,094 67 ,200

Residual for Postes Berpikir Kreatif ,084 67 ,200

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui normalitas residu data postes penguasaan konsep, memecahkan masalah, dan berpikir kreatif dari secara berturut-turut memiliki p (0,062; 0,200, dan 0,200) > α (0,05). Dengan demikian, residu data postes penguasaan konsep, memecahkan masalah, dan berpikir kreatif terdistribusi secara normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dilakukan pada data dari keseluruhan variabel terikat (postes penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif). Hasil uji homogenitas data postes tersebut Tabel 4.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelas Kontrol dan Eksperimen

F df1 df2 Sig. Penguasaan Konsep 0,328 1 65 ,569 Memecahkan Masalah 0,327 1 65 ,569 Berpikir Kreatif 4,490 1 65 ,038

(7)

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui hasil uji homogenitas data postes penguasaan konsep dan memecahkan masalah dari kelas kontrol dan eksperimen secara berturut-turut memiliki p (0,569 dan 0,569) > α (0,05). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa data postes penguasaan konsep, memecahkan masalah homogen. Sedangkan untuk kemampuan berpikir kreatif memiliki p (0,038) < α (0,05) artinya data postes kemampuan berpikir kreatif tidak homogen.

3. Hasil Uji ANAKOVA

Rangkuman hasil uji anakova untuk mengetahui perbedan penguasaan konsep siswa terdapat pada Tabel 5, pencapaian kemampuan memecahkan masalah pada Tabel 6, dan kemampuan berpikir kreatif terdapat pada Tabel 7.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Anakova Pencapaian Penguasaan Konsep Siswa Dependent Variable: Postes Penguasaan Konsep

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model Intercept

Pretes penguasaan konsep kelas Error Total Corrected Total 788,595a 3964,067 77,081 757,799 1004,463 401241,310 1793,058 2 1 1 1 64 67 66 394,297 3964,067 77,081 757,799 15,695 25,123 252,573 4,911 48,284 ,000 ,000 ,030 ,000

a. R Squared = .440 (Adjusted R Squared = .422)

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Anakova Kemampuan Memecahkan Masalah

Dependent Variable: Postes Penguasaan Konsep

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model Intercept

Pretes memechkan masalah kelas Error Total Corrected Total 885,739a 3704,352 86,244 876,847 704,559 445725,000 1590,299 2 1 1 1 64 67 66 442,870 3704,352 86,244 876,847 11,009 40,229 336,492 7,834 79,650 ,000 ,000 ,007 ,000

(8)

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Anakova Kemampuan Berpikir Kreatif

Dependent Variable: Postes Penguasaan Konsep

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model Intercept

Pretes berpikir kreatif kelas Error Total Corrected Total 746.413a 6593.015 71.104 721.147 1657.505 433206.250 2403.918 2 1 1 1 64 67 66 373.206 6593.015 71.104 721.147 25.899 14.410 254.571 2.745 27.845 .000 .000 .102 .000

a. R Squared = .310 (Adjusted R Squared = .289)

Berdasarkan hasil uji anakova tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi (p = 0,001) < (α = 0,05). Dalam hal ini ditemukan perbedaan signifikan penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif siswa kelompok kontrol dan eksperimen. Artinya, model pembelajaran STAD dan PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif siswa.

PEMBAHASAN

Adanya fluktuasi persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu diantaranya adalah alokasi waktu pelaksanaan. Model pembelajaran STAD dan PjBL membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaanya karena terdiri dari banyak tahapan. Sesuai dengan pendapat Treffinger & Isaksen (2013), pada tahapan mengembangkan solusi, pelaksanaan investigasi yang efektif membutuhkan alokasi waktu minimal 24 jam untuk siswa membawa pulang tugasnya dan memikirkan lebih matang. Alokasi waktu tersebut dapat diperpanjang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

Pada saat awal pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dan PjBL, siswa yang belum terbiasa dengan persoalan tingkat tinggi kesulitan dalam menentukan investigasi, dan berakibat lamanya waktu pembelajaran sehingga tahapan skor kemajuan yang berada di akhir pertemuan seringkali tidak tersampaikan oleh guru. Permasalahan yang dibahas membutuhkan waktu berpikir dan menganalisis sehingga permasalahan tidak dapat dijawab tanpa melalui proses berpikir yang mendalam. Menurut Kawuwung (2011), siswa

(9)

membutuhkan waktu berpikir lebih lama untuk menemukan adanya kemungkinan jawaban yang lebih dari satu, merespon, dan menganalisis. Solusi agar pembelajaran dapat terlaksana dengan maskimal yaitu guru dapat memberikan bantuan dengan memberikan pertanyaan dan contoh yang mendorong siswa untuk menyelesaikan investigasi pada tahapan mengembangkan solusi, serta menambah alokasi waktu pembelajaran agar hasil yang diinginkan tercapai maksimal.

1. Pengaruh Model STAD dan PjBL terhadap Penguasaan Konsep

Berdasarkan hasil uji anakova tersebut, dapat diketahui bahwa p (0,000) < α (0,05). Artinya, model pembelajaran STAD dan PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap pencapain tingkat penguasaan konsep siswa. Hal ini dikarenakan PjBL fokus pada konsep-konsep yang melibatkan siswa dalam melakukan proyek, memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara mandiri, membangun pengetahuan mereka sendiri, menghasilkan produk, dan menyajikan produk (Doppelt, 2005). Peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada kelas yang diterapkan model kooperatif tipe STAD terjadi dikarenakan adanya peningkatan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung (Erzana dkk, 2012).

Hal itu diperkuat dengan penyataan Hamalik (2004) yang menyatakan bahwa dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan merupakan model pembelajaran yang berbasis kerjasama, kebersamaan dan kolaborasi, untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa saling membantu menyelesaikan tugas kelompok, siswa melakukan banyak aktivitas pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami isi materi (Slavin, 1995). Pernyataan Slavin di atas juga di dukung oleh penelitian tentang peningkatan aktivitas siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah diteliti oleh Handayani (2011).

2. Pengaruh Model STAD dan PjBL terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah

Berdasarkan hasil uji anakova tersebut, dapat diketahui bahwa p (0,000) < α (0,05). Artinya, model pembelajaran STAD dan PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah pada siswa. Slavin (1995) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif

(10)

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam satu kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Khan dan Inamullah, 2011).

Kemampuan memecahkan masalah peserta didik pada kelas eksperimen dapat dilihat dalam proses menyelesaikan tugas proyek dimana peserta didik dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk menentukan solusi yang paling tepat dari permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana dinyatakan oleh Arimbawa (2013) bahwa masalah-masalah sains merupakan gagasan yang berperan penting dalam membangun kapasitas pemecahan masalah peserta didik dan membuat pelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi. Silaban (2014) menyatakan bahwa pengetahuan yang terbentuk melalui proses pemecahan masalah akan lebih mudah dipahami dan dikuasai. Ketika menyelesaikan suatu permasalahan, peserta didik akan lebih berpikir secara kritis. Pembelajaran juga diposisikan sebagai permasalahan yang kontekstual sehingga dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih bermakna.

3. Pengaruh Model STAD dan PjBL terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan hasil uji anakova tersebut, dapat diketahui bahwa p (0,000) < α (0,05). Artinya, model pembelajaran STAD dan PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemampuan berpikir kreatif pada siswa. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif dapat dilakukan melalui proses pembelajaran (Sharp, 2004). Pelaksanaan pembelajaran yang memicu berpikir kreatif yaitu dengan menggunakan masalah-masalah yang menantang (Sasmita, 2009). Siswa akan lebih mudah mengkonstruksikan pemikiran apabila permasalahan yang dibahas seputar dunia nyata. Moeslichatoen (2004) menyatakan bahwa, salah satu tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan mandiri. Bahwa model

(11)

pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembiasaan berpikir, dalam hal ini pembiasaan berpikir tersebut menyangkut berpikir kreatif.

Lord (2001) menyatakan atas dasar review studi, telah ada alasan yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan berpikir dan bahwa pembelajaran kooperatif meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik. Menurut Corebima (2011), dari berbagai jenis pembelajaran kooperatif, yang berpotensi memberdayakan kemampuan berpikir lebih tinggi daripada yang lain misalnya STAD.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah model Student Team Achievement And Division (STAD) dan Project Based Learning (PjBL) berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Tumpang. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Guru dapat menjadikan pembelajaran STAD dan PjBL sebagai alternatif penggunaan model dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya untuk meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

2. Penerapan model PjBL harus sesuai dengan konsep dan adanya data nyata yang dapat dieksplorasi oleh siswa. Guru dapat memberikan bantuan dengan memberikan pertanyaan dan contoh yang mendorong siswa untuk menyelesaikan investigasi pada tahapan mengembangkan solusi

3. Pembaca dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk mengetahui pengaruh model STAD dan PjBL, dan yang akan melaksanakan penelitian sejenis diharapkan menambah alokasi waktu penelitian agar memperoleh hasil dan kesimpulan yang lebih akurat.

(12)

DAFTAR RUJUKAN

Afifah, R., Pramudiyanti, Marpaung, R. 2013. Efektivitas Penggunaan Media Realia Melalui Model STAD Terhadap Keterampilan Berikir Kritis Siswa, Jurnal Bioterdidik 1 (3).

Arimbawa, P. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Sehari-hari Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Bloom, B. S. 1968. Learning for Mastery. Center for the Study of Evaluation of Instructional Programs, 1 (2). Los Angeles: University of Caifornia. Corebima, A. 2011. Empower Thinking and Meta-cognitive Skills in Learning.

Makalah Seminar (Paper). Malang, Indonesia: State University of Malang. Crebert, G., Patrick, C., Cragolini, V., Smith, C., Worsfold, K., & Webb,F. 2011.

Problem Solving Skills Toolkit. Griffith University.

Divisi Teknologi Pendidikan Menteri Pendidikan Malaysia. 2006. Project Based Learning Handbook. Kuala Lumpur: Pesiaran Bukit Kiara.

Doppelt, Y. 2005. Assessment of Project Based Learning in a Mechatronicts Context. Journal of Technology Education, 16 (2).

Erzana, S., Jalmo, T., Marpaung, R. 2012. The Influence Of Uses Student Team Achievement Division (STAD) Model Toward Activities And Mastery Of Material Student, (Online),

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=287856&val=7233&t itle=PENGARUH%20MODEL%20KOOPERATIF%20TIPE%20STAD% 20TERHADAP%20AKTIVITAS%20DAN%20PENGUASAAN%20MAT ERI%20SISWA), diakses pada 12 Mei 2016.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung. Handayani, R. 2011. The Implementation of Copperative STAD to Improve

Students’ Achievement on Biodiversity Materials in VII-C Class in SMP Muhammadiyah 6 Dau Malang. Unpublished Thesis. Malang, Indonesia: University of Muhammadiyah Malang.

Jagantara, I., Putu, B., Putu, M. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA. e-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4.

Kawuwung, F. 2011. Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa Utara. El-Hayah 1(4): 157-166.

Khan, G. Inamullah, M. 2011. Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students, (Online)

(http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/download/13435/9341), diakses pada 2 Mei 2016

Lord, T. 2001.101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching. The American Teacher, 63(1):30-36.

Maula, M., Prihatin, J. Fikri, K. 2014. Pengaruh Model PjBL (Project-Based Learning) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan. Artikel Ilmiah Mahasiswa, (Online), (http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63447/MILLA%2 0MINHATUL%20MAULA.pdf?sequence=1), diakses 28 Februari 2016.

(13)

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (Online), (http://kemendiknas.go.id/), diakses 25 Januari 2015.

Polya, G. 1973. How to Solve it Chapter 3. Princelon, N J: Princelon University Press.

Putrama, R. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dengan Metode Eksperimen Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV/ A SD Negeri 08 Kepahiang. J-TEQIP, 82 (1).

Sasmita, H. 2009. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Problem Posing Pada Materi Bangun Datar. Skripsi diterbitkan. FKIP Untan Pontianak.

Sharp, C. 2004. Developing Young Children‟s Creativity. NFER 2 (1): 5-12. Silaban, B. 2014. Hubungan antara Pemecahan Konsep Fisika dan Kreativitas

dengan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Materi Pokok Listrik Statis. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 20 (1): 65-75.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning,Theory,Research,and Practice (2th). Boston : Allyn and Bacon.

Slavin, R. 2010. Co-operative Learning: What Makes Groupwork Work? Dalam H. Dumont, D. Instance, & F. Banavides (Ed.), The Nature of Learning Using Research to Inspire Practice (hlm. 161-178). Paris: OECD. Syafi’i, W., Evi, S., Ardiyas, R. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Biologi Kelas Xi IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011. Jurnal Biogenesis, 8 (1).

Treffinger, D. J. & Isaksen, S. G. 2013. Teaching and Applying Creative Problem Solving: Implications for At-Risk Students. International Journal for Talent Development and Creativity. 1 (1):87-97.

Trefingger, D., Edwin, C., Patricia, F. 2012. Creativity in the Person: Contemporary Perspectives. Learning Lansdcape, 6 (1).

Trefingger, D., Young, G., Selby, E., Shepardson, C. 2002. Assessing Creativity: A Guide for Educators. The National Research Center On The Gifted And Talented, (Online),

(http://nrcgt.uconn.edu/wp-content/uploads/sites/953/2015/04/rm02170.pdf), diakses 22 Februari 2016.

Gambar

Tabel 2. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
Tabel 3. Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen  Kolmogorov-Smirnov a Statistic  df  Sig
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Anakova Pencapaian Penguasaan Konsep Sisw a  Dependent Variable: Postes Penguasaan Konsep
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Anakova Kemampuan Berpikir Kreatif  Dependent Variable: Postes Penguasaan Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,

 Subjek 1 TBR tidak memiliki konflik yang berarti dalam hal identifikasi dirinya dengan pekerjaan yang di jalani. TBR merasa adanya kecocokan antara

dengannya ketika ia masih menjadi pengajar di Departemen Ilmu Politik, Universitas Chicago. Menjelang tahun 1940an, tepatnya tahun 1939, politik dunia kian memanas. Perang Dunia

Ruang atau areal itu digunakan untuk kendaraan dan orang yang tidak diizinkan masuk ke kawasan peternakan tersebut.. Program sanitasi sangat penting dilakukan di kandang bagian

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Rancangan Unit Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Baku Kulit Durian”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas dan lokasi

Proses Pembelajaran Proyek Melalui Kegiatan Berkebun dalam Mengembangkan Kreativitas anak Usia Dini Di TK Terpadu Tunas Krida Nusantara.. Tujuan inti proses

Kepercayaan tersebut diyakini dengan hasil penelitian bahwa permainan yang diprakarsai oleh anak akan dipelihara secara keseluruhan bukan hanya pengembangan kognitif (