• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SAHAM SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SAHAM SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SAHAM SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh:

IKA PERMATA SARI 02011381621406

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 11 E. Ruang lingkup ... 11 F. Kerangka Teori ... 12 G. Metode Penelitian ... 17

(7)

vi

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Pendekatan Penelitian ... 17

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ... 18

4. Analisis Bahan Hukum ... 19

5. Penarik Kesimpulan ... 20

H. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian... 21

1. Pengertian Perjanjian ... 21

2. Unsur-Unsur Perjanjian ... 23

3. Syarat –Syarat Perjanjian ... 24

4. Wanprestasi ... 26

B. Tinjauan Umum Hukum Jaminan ... 30

1. Jaminan Pada Umumnya ... 30

2. Jaminan Perorangan ... 32

3. Jaminan Kebendaan ... 32

C. Tinjauan Umum tentang Gadai ... 36

1. Pengertian Gadai ... 36

2. Subjek dan Objek Gadai ... 37

3. Sifat-Sifat Hak Gadai ... 38

4. Terjadinya Hak Gadai ... 39

5. Hak dan Kewajiban antara Pemberi Gadai dan Penerima Gadai ... 40

6. Hapusnya Gadai ... 42

7. Ekesekusi Gadai ... 42

D. Tinjauan Umum tentang Saham ... 45

1. Pengertian Saham ... 45

2. Hak Atas Kepemilikan Saham ... 46

3. Jenis-Jenis Saham ... 48

(8)

vii

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hukum Saham Sebagai Objek Jaminan Gadai ... 52

1. Lembaga Jaminan Kebendaan Untuk Saham ... 52

2. Saham Sebagai objek Jaminan Gadai ... 59

3. Proses Pengikatan Gadai Saham ... 72

4. Pengalihan Hak Atas Saham Sebagai Objek Gadai ... 81

B. Eksekusi Gadai Saham yang Dijadikan Sebagai Objek Jaminan dalam Perjanjian Utang Piutang ... 1. Prosedur Eksekusi Barang Jaminan Gadai Yang Dapat Dilakukan Jika Debitur Wanprestasi ... 86

2. Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham Sebagai Objek Jaminan ... 87

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang saat ini mengalami peningkatan pembangunan-pembangunan dan kemajuan yang dilakukan oleh pemerintah diberbagai aspek bidang kehidupan. Seiring dengan peningkatan pembangunan dan kemajuan tersebut tidak terlepas dari faktor dunia usaha terkait kegiatan bisnis. Manusia sebagai pelaku usaha harus mempertahankan eksistensi usahanya guna untuk meningkatkan investasi dalam jumlah yang besar.

Dalam melangsungkan kegiatan bisnis, manusia sebagai pelaku usaha harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain serta harus ada penopang untuk dapat bertindak dalam melakukan perbuatan hukum. Penopang Utama dalam hal ini ialah perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa: “Perjanjian ialah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Hubungan antara kedua orang yang melakukan perjanjian tersebut mengakibatkan timbulnya suatu perikatan.1

(10)

Menurut Pitlo, perikatan adalah hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antar dua orang atau lebih untuk memenuhi suatu prestasi.2 Prestasi merupakan kewajiban yang lahir dari suatu perikatan baik karena undang-undang ataupun karena perjanjian.3 Salah satu perjanjian yang banyak terjadi dalam masyarakat adalah

perjanjian utang-piutang. Menurut Hukum Perdata, pengertian utang piutang sama dengan perjanjian pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam berdasarkan ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata :

“Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah barang tertentu dan habis pemakaian dengan syarat bahwa belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula”.

Dalam melakukan kegiatan perkreditan harus ada suatu agunan atau jaminan yang disertakan atau diminta oleh pihak yang memberi utang (berpiutang) guna untuk memberikan keamanan modal dan kepastian hukum bagi si pemberi modal terhadap pelunasan hutangnya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya yang dapat merugikan diri sendiri atau perusahaan dapat dicegah serta memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit yang telah disetujui agar tidak kehilangan hak atas kekayaan yang telah dijaminkan kepada kreditur.

Jaminan adalah suatu perikatan yang dibuat antara kreditur dan debitur dengan memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut kententuan yang

2 P.N.H.Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Jakarta:Djambatan, 2009,

hlm. 318- 319.

3Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000,

(11)

3

berlaku.4 Dalam perjanjian kredit, seringkali pihak kreditur berada dalam pihak dan

posisi yang tidak diuntungkan ketika pihak debitur wanprestasi. Pada dasasnya tidak ada kredit yang tidak mengandung jaminan, karena sesuai dengan Pasal 1131 KUHPerdata bahwa setiap kebendaan milik debitur baik yang bergerak maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggung jawab atas utang – utangnya.5 Pada prinsipnya menurut hukum, segala harta kekayaan debitor akan menjadi jaminan bagi utangnya dengan semua kreditor. Pada pasal 1131 KUHPerdata menyatakan bahwa:

“Segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”.

Jaminan dalam hal ini berfungsi untuk memperlancar kepentingan kredit serta melindungi kepentingan kreditor sebagai bentuk keamanan dan kepastian hukum supaya dana yang telah diberikam kepada debitor di kembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telat di tentukan. Dalam hal ini, gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 1150 KUHPerdata menyatakan bahwa :

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk

4 Gatot Suparmono, Perbankan dan Masalah Kredit; Tinjauan Yuridis, Jakarta : Djambatan.

1997, hlm. 46.

5 Nunik Yuli Setyowati, “Prinsip- Prinsip Jaminan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan”,

(12)

melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata tersebut maka, gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas benda bergerak tertentu milik debitur atau seseorang lain atas nama debitur untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu. Dalam hal ini memberikan hak didahulukan (voorrang, preferensi, droit de preference) kepada pemegang hak gadai atas kreditor-kreditor lainnya atas piutangnya. Gadai juga memeberikan kewenangan kepada kreditor pemegang gadai untuk mengambil pelunasan terlebih dahulu dari hasil penjualan melalui pelelangan umum atas barang-barang yang digadaikan setelah dikurangi biaya-biaya lelang dan biaya lainnya yang terkait dengan proses lelang.6 Sebagai hak kebendaan, gadai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :7

1. Bersifat droit de suite, barang-barang yang digadaikan mengikuti benda gadai berada. Karena pemegang hak gadai berhak atas benda yang digadaikan kepada siapapun benda yang dijadikan objek tersebut berada.

2. Bersifat Droit de preference, yang berarti mendahului.

3. Hak gadai bersifat preferensi, dimana memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor pemegang hak gadai.

4. Hak gadai dapat beralih atau dipindahkan.

6 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Jakarta: Sinar grafika, 2011,hlm. 263. 7 Ibid, hlm. 264.

(13)

5

Benda bergerak yang dapat digadaikan ialah saham. Sebagai benda bergerak saham berkaitan dengan pemindahan dan pembebanan jaminan atas suatu saham itu sendiri dengan menggunakan lembaga jaminan gadai atau fidusia. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa “Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 kepada pemiliknya.” Dalam hal ini memberikan hak kebendaan kepada pemiliknya.

Dalam Pasal 53 UUPT menetapkan anggaran dasar perseroan terbatas dapat ditetapkan lebih dari satu klasifikasi saham. Klasifikasi tersebut merupakan karakteristik pengelompokan saham, jika ada lebih dari satu klasifikasi saham maka salah satu diantaranya harus ditetapkan sebagai saham biasa. Saham berdasarkan ketentuan UUPT Pasal 60 ayat (2) dapat diagunkan atau dijaminkan sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar suatu perseroan. Artinya, saham dapat dijadikan objek gadai karena termasuk dalam kategori benda bergerak yang memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya.8

Saham perseroan terbatas dapat dibagi menjadi saham perseroan terbatas tertutup dan saham perseroan terbatas terbuka. Pada perseroan terbatas terbuka, saham dapat ditransaksikan di bursa efek atau dijual sendiri dan tiap-tiap orang dapat membeli saham tersebut. Bursa efek merupakan sebuah pasar yang berhubungan dengan

8 Julianto Putra Hasudungan, “Analisis Perjanjian Utang Piutang Dengan Jaminan Gadai

Saham Pada Kasus Deutsche Bank Aktiengesellschaft Melawan Becket”, Diponegoro Law Jurnal Volume V, 2016, hlm. 11.

(14)

penawaran jual beli efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa antara pihak satu dengan pihak lainnya yang bertujuan untuk memperdagangkan efek di antara mereka. Efek menurut UU Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti utang, unit penyerahan utang dan setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.

Pasar modal ialah pasar yang memperjualbelikan berbagai instrument keuangan jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan perusahaan swasta.9 Karena saham sebagai benda bergerak, sebagaimana dalam Pasal 509 KUHPerdata maka saham dapat di jadikan sebagai objek gadai yang dapat dijaminkan dalam perjanjian utang-piutang. Selain diatur dalam UUPT, terdapat ketentuan lain yang memperbolehkan saham menjadi objek gadai yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1152, 1152 bis dan 1153. Dalam pasal tersebut menjelaskan mengenai benda bergerak bertubuh dan benda bergerak tidak bertubuh, serta benda bergerak yang tidak dapat dipindahtangankan dapat digadaikan.10

Gadai saham ialah suatu bentuk perjanjian yang dibuat antara lembaga pegadaian dengan pemegang saham dalam hal menjaminnya pelunasan utang gadai. Saham adalah bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan, berupa penyertaan modal yang

9 Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

2006, hlm. 23.

10 Purwahid Patrik dan Kashdi, Hukum Jaminan, Edisi Revisi dengan UUHT, Semarang:

(15)

7

dikeluarkan atas nama pemiliknya. Dalam hak kepemilikan atas saham ditetapkan dalam suatu anggaran dasar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. saham juga merupakan wujud konkrit dari modal perseroan sebagaimana dikatakan dalam pasal 24 ayat (1) Undang- undang Perseroan Terbatas, bahwa modal perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

Pasal 1153 KUH Perdata menyatakan bahwa :

“Hak gadai atas barang bergerak yang tidak berwujud, kecuali surat tunjuk dan surat bawa lahir dengan pemberitahuan mengenai pegadaian itu kepada orang yang berhak kepadanya atas hak gadai yang harus dilaksanakan. oran ini dapat menuntut bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, dan mengenai izin dan pemberian gadainya.”

Adanya hak gadai harus dibuat berdasarkan perjanjian gadai yang dibuat antara penerima gadai dan pemberi gadai guna untuk dijadikan sebagai alat bukti. Dalam hal saham yang digadaikan harus diserahkan oleh pemegang saham kepada lembaga pemegang gadai guna untuk mendapatkan uang dari lembaga pegadaian. Kedudukan saham dalam suatu perseroan terdapat dalam Pasal 48-62 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana gadai saham termasuk dalam gadai piutang atas nama yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas. Dengan demikian kedudukan pemegang gadai lebih kuat dari pemegang fidusia. 11

Pada umumnya saham-saham yang diperdagangkan sudah berbentuk scripless (tanpa warkat), dimana pemegang saham sudah tidak lagi memegang saham dalam

11 Mariam Darus Barulaman, Bab-bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia,

(16)

bentuk fisik lembaran saham. Bukti kepemilikan saham yang dimiliki pemegang saham tidak berupa lembaran saham secara fisik, namun berupa rekening saham yang dimiliki pada Perusahaan Efek, Bank Kustodian, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham tersebut dicatatkan atas nama pemegang saham dalam catatan rekening yang terpisah dari keuangan Perusahaan Efek sebagaimana diatur dalam Kepdir KSEI Nomor 012/DIR/KSEI/0807 tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral.

Dalam Pasal 54 ayat (1) Undang- undang perseroan Terbatas bahwa saham memberikan hak milik kebendaan kepada pemegangnya. Artinya bahwa hak atas saham memberikan kekuasaan langsung yang dapat dipertahankan oleh pemiliknya terhadap setiap orang. 12 Dengan kata lain pemegang saham bertanggungjawab hanya

sebatas setoran atas seluruh saham yang dimiliki dan tidak bertanggungjawab sampai harta pribadi dari pemegang saham serta dapat memperoleh dividen dari hasil besar kecilnya keuntungan perseroan terbatas.

Pemindahan hak atas saham diatur dalam Pasal 55-59 UUPT. Dalam gadai, apabila dalam melakukan suatu perjajian pemindahan hak atas saham dan debitor cidera janji maka penjualan barang gadai dilakukan dengan cara eksesusi melalui pelelangan dengan meminta perantara kepada kantor/badan lelang tanpa melalui izin hakim. Selain itu, eksekusi gadai dapat dilakukan secara tertutup tanpa dilakukan

12 Marzuki Usman, Saham Sebagai Agunan Tambahan Kredit, Jakarta: Universitas

(17)

9

penjualan di muka umum melalui pelelangan atas perintah pengadilan. Dalam hal ini perjanjian gadai mengandung klausul penjualan, baik dimuka umum maupun dibawah tangan.13 Proses eksekusi yang dilakukan dengan cara mengajukan permohonan kepada hakim melalui penjualan di bawah tangan dilakukan dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan hakim secara adil sehingga kreditor tidak dapat menentukan harga dengan semena-mena, atau hakim juga dapat menetapkan bahwa benda yang digadaikan itu diperbolehkan tetap dipegang oleh pemegang gadai dengan membeli sendiri benda yang digadaikan itu atau dengan harga yang ditetapkan oleh hakim.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1155 dan Pasal 1156 KUHPerdata mengenai eksekusi gadai, kreditor diberikan hak untuk menjual benda gadai manakalah debitor cidera janji.14 Dalam hal ini sebelum kreditor menyuruh menjual benda yang digadaikan, maka ia harus memberitahukan terlebih dahulu maksud dan tujuannya kepada debitor untuk menjual benda gadai tersebut. Terkait pelaksanaan eksekusi gadai saham, dalam praktiknya banyak menimbulkan permasalahan hukum. Hal ini ditandai dengan adanya penafsiran yang berbeda mengenai eksekusi gadai saham oleh praktisi hukum.

13 J.Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1997, hlm. 121.

14 Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa Gadai dan Hipotik, Jakarta:

(18)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuatnya dalam bentuk skripsi yang berjudul : “ANALISIS SAHAM SEBAGAI OBJEK

JAMINAN GADAI DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, rumusan masalah yang akan menjadi obyek pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang?

2. Bagaimana eksekusi gadai saham yang dijadikan sebagai objek jaminan dalam perjanjian utang piutang jika terjadi cidera janji oleh pihak debitur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dan pokok bahasan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaturan hukum saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang

2. Untuk menganalisis cara eksekusi gadai saham yang dijadikan sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang jika terjadi cidera janji oleh pihak debitur

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

11

1. Untuk memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaturan hukum saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang

2. Untuk memberi pengetahuan dan pemahaman eksekusi gadai saham yang dijadikan sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang jika terjadi cidera janji oleh pihak debitur

E. Ruang lingkup Penelitian

Dalam pembahasan penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu para pihak yang mempunyai keterkaitan dalam perjanjian utang piutang antara pihak debitur dan kreditur dalam gadai saham, pengikatan gadai saham, serta proses eksekusi gadai saham.

F. Kerangka Teori

a. Teori Perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah contract/agreement. Secara umum pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut Subekti, pengertian perikatan ialah suatu hubungan hukum antara dua

orang atau lebih, dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan atas suatu prestasi tersebut. Sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

(20)

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu.15

Dalam membuat perjanjian para pihak dapat memuat segala macam perikatan berdasarkan dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata, akan tetapi asas kebebasan berkontrak yang bukan berarti boleh memuat perjanjian secara bebas, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk syahnya perjanjian. Maksud kebebasan berkontrak bebas untuk menentukan isi dan macamnya perjanjian, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum. Dengan kata lain, para pihak membuat perjanjian tersebut dalam keadaan bebas dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku. Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu pokok persoalan tertentu pokok.

Jika suatu perjanjian pokok telah dibuat maka menimbulkan suatu hak gadai yang memuat dua unsur yaitu adanya perjanjian pembebanan gadai (perjanjian gadai) dan penyerahan objek gadai dari debitur kepadaa pihak kreditur.16 Dalam

hal penyerahan objek gadai yang dijaminkan atas perikatan utang piutang termasuk dalam kategori gadai yang diatur dalam Pasal 1150 dan Pasal 1151

15 Subekti, Hukum Perjanjian,Jakarta: Intermesa ,2007, hlm. 1.

(21)

13

KUHPerdata. Dimana dalam hal ini benda bergerak yang dijadikan sebagai objek jaminan gadai ialah Saham. Gadai saham diatur dalam Pasal 60 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas. Sebagai benda bergerak saham dapat dibebani dengan hak gadai berdasarkan dengan Pasal 1152 KUHPerdata pemberi gadai wajib menyerahkan benda bergeraknya kepada penerima gadai untuk dikuasai selama utangnya belum lunas, jika benda yang yang digadaikan tidak pada kekuasaan peneriman gadai maka gadai tersebut menjadi tidak sah. Oleh karena itu untuk gadai saham yang dijadikan sebagai objek jaminan gadai wajib diserahkan kepada kreditur yang memberi fasilitas utang.17

b. Teori Kepastian Hukum

Gadai terdapat dalam Buku II KUHPerdata Pasal 1150-1160 yang bersifat memaksa (dwingendrecht) yang berarti bersifat tertutup yang atas dasar kepastian hukum bahwa ketentuan-ketentuan yang diatur tentang gadai tersebut tidak dapat dilanggar. Hal ini sejalan dengan teori kepastian hukum yang sudah menjadi bagian dari suatu hukum. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan jati diri serta maknanya, karena tidak lagi dapat digunakan sebagai pedoman perilaku setiap orang.

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen dengan

17 Gatot Suparnomo, Transaksi Bisnis saham & Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan,

(22)

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Undang-Undang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi tiap-tiap individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungan dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.18 Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu sebagai berikut :

1. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid). Asas ini meninjau dari sudut yuridis. 2. Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini bersumber dari sudut filosofis, dimana keadilan adalah kesamaan hak untuk semua orang di depan pengadilan

3. Asas kemanfaatan hukum (doelmatigheid atau utility).

Kepastian hukum secara normatif ialah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas yang berarti tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir). Jelas dalam artian menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak bertentangan atau menimbulkan konflik.

c. Teori Perlindungan Hukum

(23)

15

Menurut Fitzgerald, awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles dan Zeno. Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.19

Teori perlindungan hukum berfungsi untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik yang bersifat represif (pemaksaan) maupun yang bersifat preventif (pencegahan), baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Dalam hal perlindungan hukum terhadap pemegang saham sangat penting bagi pemegang saham yang merasa hak dan kepentingannya dikesampingkan berdasarkan ketentuan Pasal 79 ayat (2) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 bahwa:

“Satu orang pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran terbatas yang bersangkutan”.

Dalam hal bentuk perlindungan yang diberikan oleh UUPT ialah: hak mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak melakukan pemeriksaan dokumen

(24)

perusahaan, hak untuk meminta RUPS membubarkan perseroan, hak untuk tidak menanggung kerugian yang diakibatkan oleh organ perseroan. Guna untuk terciptanya rasa aman dalam berinvestasi, terciptanya keadilan antara pemegang saham.

G. Metode penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah normatif. Penelitian hukum yang mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.20 Dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang mengacu terhadap aturan norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan yang terdiri dari bahan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Semua sumber berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan literatur-literatul lainya yang di susun secara sistematis dan dikaji serta ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang.

2. Pendekatan Penelitian

20 Johny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu Media

(25)

17

Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute approach)

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Namun analisis hukum yang dihasilkan oleh suatu penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan (statuteapproach) akan lebih baik bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain yang cocok. Hal ini berguna untuk memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat dalam mengahadapi permasalahan hukum yang dihadapi. 21

b. Pendekatan Konseptual (Consceptual Approach)

Pendekatan konsepsual ini bersumber dari pandangan atau doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.22 Dengan kata lain penulis mencari dan memerlukan pandangan atau doktrin yang relevan tentang saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang.

21 Johny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu Media

Publishing, 2006, hlm. 295.

22 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan PenelitianHukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004,

(26)

c. Pendekatan Perbandingan (Comperative Study)

Penelitian menggunakan metode ini dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum yang ada. Dalam hal membandingkan Gadai sebagai objek jaminan yang ditinjau dari KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Penulisan ini bersumber pada sumber bahan penelitian sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu mencakup Peraturan Perundang-Undangan dan yurisprudensi yang berhubungan dengan saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang. Bahan hukum primer yang dimaksud adalah : KUH Perdata, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang- Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan Kepdir KSEI Nomor 012/DIR/KSEI/0807 tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan bahan hukum primer yang diperoleh dari studi

(27)

19

kepustakaan berupa buku-buku ilmu hukum, jurnal ilmu hukum serta internet yang berkaitan dengan permasalah penelitian .23

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Di antaranya Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Analisis Bahan Hukum

Analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kulitatif artinya data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data sekunder. Analisis data kualitatif yaitu data yang telah terkumpul dianalisis dengan cara menghubungkan setiap kata secara jelas, efektif, dan sistematis.24

Penelitian hukum deskriptif meliputi isi dan stuktur hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian untuk diolah menjadi informasi yang bermanfaat.25

5. Penarik kesimpulan

Metode penarik kesimpulan dalam skripsi ini mengunakan metode deduktif yaitu dalam menarik kesimpulan menggunakan ketentuan–ketentuan yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus, kemudian dituangkan dalam bentuk

23 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali

Pers, 2010, hlm.118.

24 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: RajawaliPers, 2007, hlm. 10. 25 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2005, hlm. 27.

(28)

uraian logis dan sistematis guna memperoleh kejelasan serta menjawab permasalah penelitian tentang saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang.26

H. Sistematika penulisan

Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam empat bab yang masing-masing bab terdiri dari subbab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan yang lebih terperinci :

BAB I : Bab ini berkaitan tentang pendahuluan yang memberikan gambaran Umum dengan menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini berisikan tentang tinjauan pustaka yang memaparkan tentang kerangka teori permasalahan yang dibahas yaitu mengenai saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang

BAB III: Bab ini berisikan tentang gambaran hasil analisis secara khusus pembahasan tentang saham sebagai objek jaminan gadai dalam perjanjian utang piutang

BAB IV: Bab ini merupakan bagian penutup yang memuat kesimpulan dan uraian dari penelitian

26 B.Arief Sidharta, Meuwissen tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum

(29)

97

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku – buku

Amiruddin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.

Abdulkadir Muhammad. 1990. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

__________________, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

__________________, 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. Bandung: Citra Aditya Bakti

Anoraga, P. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Arief Sidharta. 2009. Meuwissen tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,

Teori Hukum dan Filsafar Hukum. Bandung: PT Rafika Aditama. Arto Mukti. 2000. Praktek Perkara Perdata. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Barulaman, M. D. 1981. Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan

Fiducia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Bahsan, M. 2007. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Budiono Herlien. 2011. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Harahap Yahya. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni ____________, 2009. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika ____________, 2017. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika Hernoko, A.Y. Hukum Perjanjian, Asas Proposiobalitas dalam kontrak

komersial. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Husni Frieda. 2005. Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi Kenikmatan. Jakarta: Indi-Hill

(30)

Ibrahim, J. 2006. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayu Media Publishing.

Iskandar Irfan. 2001. Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian. Jakarta : Penerbit Djambatan

J.satrio. 1997. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan. Bandung: Citra Aditya Bakhti.

______, 1999. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni

______, 2007. Hukum Kebendaan. Bandung: Citra Aditya Bakhti.

______, 2007. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan. Bandung: Citra Aditya Bakhti.

Kashadi, P. P. 2002. Hukum Jaminan. Semarang: Fakultas Hukum Diponegoro.

Kasmir. 2013. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers Khairandy Ridwan. 2013. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia.

Yogyakarta: FH UII.

Maria Wurianalya. 2019. Bunga Rampai Hukum Keperdataan. Bandung: Nuansa Aulia

Marzuki, P. M. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana.

Muljadi, K. 2005. Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Istimewa Gadai dan Hipotik. Jakarta: Kencana.

Nadapdap Binoto. 2018. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Jala Permata Aksara

Nasrudin Irsan. 2014. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

P.N.H.Simanjuntak. 2009. Pokok-pokok Hukum Perdata Internasional. Jakarta: Djambatan.

Raharjo, S. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Ramlan. 2016. Hukum Dagang Indonesia. Malang: Setera Pers Riyanto Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Keuangan.

(31)

99

Rosyadi Imron. 2017. Jaminan Kebendaan Berdasarkan Akad Syariah. Depok : Kencana.

Rustam Ricky. 2017. Hukum Jaminan. Yogyakarta: UII.

R.Setiawan. 1994. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung: Bina Cipta. Salim, H.S. 2008. Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak.

Jakarta: Sinar Grafika

__________, 2007. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers

_________, 2008. Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

__________, 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardjono Agus. 2014. Pengantar Hukum Dagang, Jakarta: Raja Grafindo. Subekti. 2004. Hukum Perjanjian . Jakarta: PT Intermasa.

______, 2007, Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa.

Suharnoko. 2010. Penjelasan Hukum Tentang Gadai Saham, Jakarta: Nasional Legal Reform

Sunggono, B. 2007. Metodelogi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta. Suparnomo, G. 1997. Perbankan dan Masalah Kredit;Tinjauan Yuridis.

Jakarta: Djambatan.

_________, G. 2014. Transaksi Bisnis Saham & Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan. Jakarta : Pranamedia grup.

Surya Indah. 2009. Transaksi Benturan Kepentingan Di Pasar Modal

Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Sutantio Retnowulan. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju.

(32)

_____, R. 2011. Hukum Keperdataan. Jakarta: Sinar Grafika. _____, R. 2011. Hukum Kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Usman, M. 1993. Saham Sebagai Agunan Tambahan Kredit. Jakarta. Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani. 2006. Seri Hukum Bisnis Perseroan

Terbatas. Jakarta: Raja Grafindo

Wirjono, R. 2011. Azas-azas Hukum Perjanjian. Bandung: Mandar Maju

B. Peraturan Perundang - Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kepdir KSEI Nomor 012/DIR/KSEI/0807 Tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral .

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

C. Sumber Lain

Julianto Putra. 2016. “Analisis Perjanjian Utang Piutang Dengan Jaminan Gadai Saham Pada Kasus Deutsche Bank Aktiengesellschaft Melawan Becket”. Diponegoro Law Jurnal. Volume V.

Kandou Sulfandi. 2016. “Tinjauan yuridis Jaminan Hipotik Kapal Laut dan Akibat Hukumnya”, Lex Crime Jurnal. Volume V.

Kalauw Amirudin. “Pelaksanaan Gadai Saham Scripless Sebagai Obyek Jaminan Benda Bergerak” . Jurnal Universitas Islam Malang. Volume XXV.

Putra Julianto. 2017. Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Atas Tindakan Gadai Saham Yang Dilakukan Oleh Manajer Investasi Terhadap Efek Investor”, Diponegoro Law Jurnal . Volume II.

(33)

101

Prasetyawati Niken. 2015. “Jaminan kebendaan dan Jaminan Perorangan Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Piutang”. Jurnal social Humaniora. Volume VIII.

Setyowati, N. Y. 2016. "Prinsip - Prinsip Jaminan Dalam Undang - Undang Hak Tanggungan" . Jurnal Reportorium. Volume III.

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak. Penelitian ini telah berhasil membuat sebuah Prototype alat untuk pemilah kualitas telur bebek berbasis image processing. Telur merupakan sumber protein

Berdasarkan data lapangan dan hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh metode pembelajaran Listening Team

Dari definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil intisari bahwa gadai ( rahn ) adalah menjadikan suatu barang sebagai jaminan atau utang dengan ketentuan

1) Didahului janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang merupakan tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang. 2)

Dalam kajian ini, pengukuran yang dilakukan ialah di antara hubungan tahap kompetensi dengan tahap kesediaan guru bukan opsyen TMK di daerah Kulaijaya untuk melaksanaan

Konselor mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber data, mulai dari klien sendiri, ibu mertua klien, sepupu klien, rekan kerja klien dan tetangga

Dalam berkomunikasi di Internet/antar jaringan komputer dibutuhkan gateway / router sebagai jembatan yang menghubungkan simpul-simpul antar jaringan sehingga paket data bisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi asam terhadap rendemen gelatin tulang kaki ayam yang dihasilkan dan pengaruh kedua variasi