• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI TUMBUHAN INDONESIA SEBAGAI POTENSI PENINGKATAN NILAI EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI TUMBUHAN INDONESIA SEBAGAI POTENSI PENINGKATAN NILAI EKONOMI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI TUMBUHAN INDONESIA SEBAGAI POTENSI PENINGKATAN NILAI EKONOMI

Yusdar M.

Mahasiswa Program Magister Biologi Tumbuhan, Sekolah Pascasarjana IPB

Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia di samping negara Brasil. Dari Sabang sampai Merauke tersebar beribu-ribu jenis tumbuhan. Memang, sangat disayangkan hanya sebagian kecil dari jenis tumbuhan tersebut yang telah diteliti secara ilmiah di laboratorium. Namun, sejalan dengan derap langkah pembangunan di saat ini dan di masa yang akan datang, semakin banyak lahan yang dibuka akibat ekspansi manusia. Efek negatif yang nyata dari proses ini adalah berkurangnya, bahkan menghilangnya berbagai jenis tumbuhan yang hidup di lahan tersebut, padahal tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis bahan kimia yang sangat potensial sebagai bahan pangan, kosmetika, dan obat-obatan untuk dijadikan sumber usaha secara ekonomi.

Indonesia kaya akan keanekaragaman atau plasma nutfah tetumbuhan yang memiliki potensi seperti yang disebutkan di paragraf atas. Tanaman penghasil aroma atau bau merupakan salah satu tanaman potensial tersebut. Aroma atau bau tersebut merupakan ekspresi dari senyawa-senyawa kimia yang dikandung tanaman, senyawa itu dikenal dengan nama minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan salah bahan olahan dari tumbuhan yang memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia, namun nilai penting ini jarang diketahui oleh sebagian dari umat manusia. Minyak atsiri atau yang dikenal juga dengan minyak eteris, minyak terbang atau essential oil, dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada industri parfum, kosmetik, essence, industri farmasi dan flavoring agent.

Minyak atsiri berfungsi sebagai zat pewangi dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga dan jenis hewan tertentu. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai zat pengikat bau dalam parfum, misalnya minyak nilam, minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah umumnya digunakan sebagai bahan penyedap dalam bahan pangan dan minuman, misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak pala, minyak cengkeh, minyak ketumbar dan minyak jahe. Beberapa penelitian juga memberitahukan bahwa minyak atsiri tidak hanya sebagai bahan dasar dalam pembuatan parfum dan bahan penyedap namun juga digunakan dalam bidang kesehatan, seperti minyak atsiri dari beberapa rempah-rempah Indonesia yang ternyata dapat juga dijadikan sebagai bahan dasar antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri maupun jamur di tubuh.

Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri parfum, kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman. Dalam dunia perdagangan,

(2)

komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkan produk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Minyak Atsiri, Minyak Harum Penuh Potensi

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kima dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi dari 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang memiliki persentase tertinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut.

Nilam, cengkeh, pala, akar wangi, sereh wangi, kenanga, kayu putih, melati dan cendana. Tanaman-tanaman tersebut merupakan penghasil minyak atsiri yang kemudian menjadi minyak-minyak ekspor andalan Indonesia. Minyak-minyak tersebut termasuk dalam dua belas jenis produk ekspor utama. Selain jenis “lama”, kini muncul sejumlah minyak “anyar” yang pasarnya masih terbentang. Dari bagian tanaman seperti daun, bunga, biji, buah, akar ataupun rimpang minyak tersebut dihasilkan. Lahir sebagai bahan baku parfum, kosmetik, obat-obatan dan penyedap rasa. Dari keseluruhan total komoditas yang potensial untuk disuling, masing-masing memiliki pangsa pasar dengan prospek sangat cerah karena selama masih ada peradaban, manusia akan selalu membutuhkan keberadaan minyak atsiri.

Beragam industri sangat memerlukan minyak atsiri sebagai bahan baku produk industrinya. Itulah sebabnya ada yang berpendapat bahwa selama masih ada kehidupan manusia, selama itu pula minyak atsiri diperlukan. Betap tidak, dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, manusia membutuhkan minyak atsiri. Dimulai dari bangun tidur menggosok gigi dengan pasta gigi, mandi dengan sabun, keramas dengan shampoo, menyemprotkan parfum ke tubuh, lalu mengoleskan handbody lotion. Semua produk yang digunakan tersebut umumnya mengandung minyak atsiri, bahkan makanan, minuman dan obat-obatan juga mengandung minyak atsiri.

Setiap tahunnya konsumsi minyak atsiri dunia beserta turunannya mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tidak hanya berlaku di negara Indonesia namun juga berlaku di negara-negara produsen minyak atsiri lainnya. Peningkatan konsumsi tersebut dipicu karena meningkatnya kebutuhan minyak atsiri untu berbagai industri. Kecenderungan kosumen untuk berpindah dari pola mengonsumsi bahan dengan kandungan senyawa sintetik ke bahan alami turut menjadi pendongkrak peningkatan produksi minyak atsiri.

Kebutuhan besar bahan baku minyak atsiri itu pula yang menyebabkan bangsa Indonesia dulunya dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa. Mulanya mereka datang untuk berdagang rempah-rempah seperti pala dan cengkeh yang notabene merupakan bahan baku minyak atsiri. Ternyata pasar Eropa sangat meminati bahan-bahan tersebut dan akhirnya mereka memulai untuk mengeksploitasi secara besar-besaran beraneka rempah dari Sabang sampai Merauke. Terlepas dari eksploitasi yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa, Indonesia tetap menjadi salah satu sumber bahan baku minyak atsiri dunia.

(3)

Sebagai gudang bahan baku minyak atsiri, banyak potensi tanaman di Indonesia yang masih belum diketahui. Di luar nilam, kenanga, sirih, akarwangi, cengkeh dan sereh yang telah berproduksi, masih terdapat banyak komoditas lainnya yang sangat potensial untuk disuling menjadi minyak atsiri. Dari banyaknya “suku-suku” pada tumbuhan diketahui bahwa beberapa di antaranya dapat menghasilkan senyawa minyak atsiri. Suku Myrtaceae misalnya, suku jambu-jambuan tersebut memiliki beberapa jenis tanaman yang menjadi salah satu komoditas minyak atsiri Indonesia seperti cengkeh, daun salam dan kayu putih. Suku tumbuhan lainnya yang populer dikenal sebagai penghasil minyak atsiri di antaranya Lauraceae, Rutaceae, Myristicaceae, Asteraceae, Apocynaceae, Pinaceae dan Rosaceae.

Minyak Atsiri untuk Kesehatan

Sejak dahulu, minyak atsiri telah banyak dikembangkan dan digunakan untuk berbagai pengobatan. Pemanfaatan minyaknya untuk berbagai penyembuhan penyakit sudah terbukti, baik secara empiris maupun ilmiah. Komponen aktif yang terdapat pada minyak atsiri memiliki berbagai kemampuan seperti inflamasi, antiseptik atau antibakteri, perangsang selera makan, deodorant, ekspektoran, insektisida dan sedatif.

Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja terhadap bakteri, virus dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh banyak peneliti. Dari hasil penelitian terdapat beberapa jenis minyak atsiri yang telah diketahui memiliki kemampuan sebagai antimikroba dengan kekuatan yang berbeda-beda. Beberapa rempah-rempah dapur yang juga menghasilkan minyak atsiri ternyata selain berfungsi sebagai bumbu dapur dapat juga digunakan sebagai bahan antimikroba misalnya minyak sereh dapur untuk menghambat jamur Malassezia furfur penyebab penyakit panu.

Minyak atsiri yang berkhasiat sebagai antiinflamasi (menghilangkan peradangan) adalah minyak lavender. Minyak ini biasanya hanya digunakan untuk mengatasi inflamasi ringan, seperti luka bakar karena sinar matahari. Senyawa lain dalam minyak atsiri yang direkomendasikan efektif untuk menghilangkan bau badan atau deodorant adalah geraniol, patcoulol dan linalool. Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak nilam, jahe, pala dan sereh wangi.

Banyak faedah minyak atsiri sehingga membuatnya menjadi terkenal. Minyak atsiri dipercaya mampu menenangkan jiwa. Menurut Dra. Koensoemardiyah, Apt., ahli terapiaroma Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, jika senyawa pada minyak atsiri masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Molekul-molekul senyawa minyak atsiri sangat halus dan berukuran nano partikel, sehingga ketika aroma minyak atsiri tercium oleh hidung, molekul itu akan berikatan dengan reseptor-reseptor penangkap aroma yang terdapat dalam hidung. Selanjutnya, reseptor itu akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi melalui jalur saraf ke sistem limbik di otak. Sistem itulah yang mengatur keadaan emosi seseorang. Dengan membangkitkan semangat, tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri.

(4)

Terapiaroma menggunakan minyak atsiri juga bersifat menenangkan. Apalagi jika terapiaroma dikombinasikan dengan pijatan yang berefek relaksasi. Pijatan berguna untuk melunturkan otot dan melancarkan pembuluh darah, sehingga tubuh kembali segar. Senyawa minyak atsiri masuk dalam pembuluh darah melalui pembuluh-pembuluh yang terdapat di sepanjang epidermis dan dermis kulit. Kemudian sistem sirkulasi mendistribusikan molekul-molekul itu keseluruh tubuh. Pantas bila banyak klinik dan salon kecantikan yang memanfaatkan minyak atsiri sebagai bahan utama terapiaroma.

Minyak Atsiri, Jawaban atas Salah Satu Masalah Klasik Pertanian Indonesia Letak lokasi pertanian yang jauh dari pasar tak pelak telah menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk-produk pertanian dengan bernilai ekonomis yang tinggi, seperti minyak atsiri.

Salah satu permasalahan klasik pertanian Indonesia adalah lokasi pertanian yang terletak jauh dari pasar. Berjauhannya letak lokasi pertanian dan pasar ini seringkali menimbulkan masalah, terutama masalah biaya transportasi. Karena sebagian besar hasil pertanian yang diusahakan oleh petani di daerah berwujud produk non olahan yang bersifat voluminous (banyak memakan tempat/nilai persatuan masa rendah) dan bulky (mudah rusak), maka seringkali petani-petani tidak dapat memasarkan produk-produk pertanian mereka karena biaya transportasi yang sangat tidak tidak sebanding dengan nilai produk yang mereka jual/margin yang mereka harapkan.

Secara teknis, minyak atsiri adalah merupakan bahan aromatik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebagai bahan aromatik, minyak atsiri banyak digunakan dalam industri parfum dan flavour. Minyak atsiri yang di pasar internasional disebut dengan essential oil karena komoditi ini mewakili "essential aroma" dari tanaman asalnya- sebagian besar diproses dengan cara destilasi uap (steam destillation).

Tingginya nilai ekonomi per satuan massa komoditas minyak atsiri, menarik bagi petani-petani untuk dikembangkan di kawasan terpencil yang memiliki masalah transportasi. Indonesia sebenarnya menyimpan banyak potensi bahan baku yang dapat menopang posisi Indonesia sebagai produsen utama minyak atsiri tertentu dunia.

Minyak Atsiri, Komoditas Ekspor Indonesia

Minyak atsiri dan turunannya merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang banyak digunakan dalam industri parfum, kosmetik, farmasi dan makanan, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Selain itu, teknologi pengolahannya masih memungkinkan untuk diusahakan dalam skala industri atau usaha koperasi maupun pengumpul atsiri dalam skala UKM.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 yang diolah kembali oleh majalah Trubus, harga daun nilam kering di tingkat petani adalah Rp.4.000,-/kg, dan setelah menjadi minyak harganya menjadi Rp.350.000,-/kg. sementara itu harga buah pala kering adalah Rp.52.500,-/kg dan harga minyaknya menjadi Rp.570.000,-/kg. Kayu

(5)

manis yang hanya seharga Rp.3.000,-/kg, jika sudah menjadi minyak harganya mencapai Rp.1.000.000,-/kg.

Pada era globalisasi ini, persaingan pasar minyak atsiri Indonesia dengan negara lain akan semakin ketat. Untuk itu, diperlukan adanya standar mutu nasional dan internasional. Beberapa faktor mempengaruhi kualitas dari minyak atsiri seperti jenis atau varietas baku yang digunakan, penanganan bahan segar, proses pengeringan, proses produksi minyak dan penetuan mutu minyak atsiri. Dengan dipenuhinya faktor-faktor penunjang kualitas dan mutu dari minyak atsiri, maka persaingan perdagangan minyak atsiri antar negara dapat di anulir karena kualitas terjamin dari minyak atsiri asal Indonesia.

Peluang pasar ekspor minyak atsiri masih sangat terbuka lebar. Industri yang memerlukan minyak atsiri sebagai bahan bakunya sangat banyak dan bergam, mulai dari industri parfum sampai usaha aromaterapi. Namun, untuk memenuhi pasar dalam negeri yang terus meningkat, Indonesia melakukan impor yang tergolong cukup besar. Besarnya nilai impor minyak atsiri menunjukkan bahwa potensi pasar dalam negeri masih sangat terbuka. Hingga saat ini, masih banyak bahan-bahan yang mengandung minyak atsiri diperdagangkan dalam bentuk segar dengan harganya yang murah. Melalui teknologi penyulingan, bahan-bahan tersebut dapat diolah menjadi minyak atsiri dan dijual dengan harga yang mahal.

Bisnis Minyak Atsiri, Jalan Terjal Menuju Untung

Meskipun minyak atsiri menjanjikan laba yang tinggi, namun tidaklah gampang untuk mewujudkan impian untuk meraih keuntungan tersebut. Sederet hambatan menghadang selama proses bisnis ini, dari kebun hingga sampai ke pasar. Masalah-masalah yang sering dihadapi yaitu ketersediaan bahan baku. Melati, dapat dijadikan sebagai salah satu contoh kasus, di mana melati banyak diserap oleh industri teh sebagai penambah aroma. Walaupun harga bahan baku melati hanya berkisar Rp.20.000,-/kg (sumber: majalah Trubus), namun untuk menghasilkan 1 kg minyak melati diperlukan kurang lebih 1 ton bahan baku melati segar, dan para penyuling mengaku kesulitan dalam memperoleh kebutuhan bahan baku sebanyak itu. Hal inilah yang menjadi salah satu polemik para petani dalam melakukan bisnis minyak atsiri.

Ketika bahan baku sudah ditangan bukan berarti urusan beres. Tingginya bahan bakar minyak juga menjadi kendala lain yang menghadang bisnis ini. Dalam melakukan penghematan terhadap bahan bakar selama proses penyulingan, para penyuling umumnya meningkatkan tekanan penyulingan dengan anggapan meningkatkan tekanan pada penyulingan akan menghemat penggunaan bahan bakar. Alih-alih melakukan penghematan, para penyuling malah akan memproduksi minyak atsiri dengan mutu rendah karena hasil yang tidak signifikan, misalnya aroma minyak yang berbau gosong dan akhirnya ditolak oleh pengepul atau eksportir.

Hambatan lain dalam bisnis ini adalah kebijakan pemerintah, institusi riset dan pendidikan kerap kurang sejalan sehingga kurang mendorong berkembangnya bisnis minyak atsiri. Dengan adanya kerjasama yang intensif antara pemerintah, institusi riset,

(6)

perguruan tinggi, dan pengusaha maka kemajuan dalam bisnis minyak atsiri akan melesat jauh. Kerjasama institusi riset, perguruan tinggi akan memberikan dampak besar jika mereka melakukan penelitian tentang teknologi budidaya hingga proses produksi yang efisien. Sedangkan pemerintah memberikan insentif pajak bagi pengusaha. Dengan adanya kolaborasi seperti demikian maka impian menjadi produsen minyak tersohor dunia sedikit demi sedikit dapat digapai.

Laba yang ditawarkan oleh bisnis minyak atsiri memang sangat menggiurkan. Namun, batu sandungnya pun sangat banyak. Mulai dari produk ditolak pasar sampai sulitnya mendapatkan bahan baku untuk produksi. Para pemain pasar mesti siap-siap menanggung rugi ketika harga jual minyak anjlok. Sangat diperlukan kejelian dan strategi serta analisis dalam mengelola bisnis minyak atsiri.

Kesimpulan

Minyak atsiri atau minyak terbang merupakan salah satu komoditas tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi yang sangat tinggi untuk mendongkrak nilai ekonomi. Minyak atsiri merupakan salah satu kebutuhan utama industri-industri parfum, kosmetik, farmasi, serta industri makanan dan minuman, sehingga untuk memenuhi kebutuhan industri dapat memunculkan kesempatan bagi pangsa pasar melalui ekspor minyak atsiri. Namun, dalam prosesnya untuk meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas ekspor ini tidak selalu mendapatkan kemulusan, terdapat banyak batu sanding sehingga diperlukan kejelian, strategi serta analisis dalam mengelola bisnis minyak atsiri Indonesia.

Daftar Pustaka

Agusta. A., 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB. Bandung. Anonim. 2009. Trubus Info Kit: Minyak Atsiri. Volume 07. Juni 2009. PT. Trubus

Swadaya. Depok.

Djawardi, 2012. Analisis Hirarki Proses untuk Pengembangan Minyak Atsiri. Jurnal Sains dan Teknologi (14)1: hal. 17-23.

Gunther, E., 1955. The Essential Oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co.Inc. Huntington. New York.

M. Yusdar., 2013. Bioaktifitas Minyak Atsiri Sereh (Cymbopogon Citrates Stapf.) dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Malassezia Furfur penyebab Panu (Pitiriasis versicolor) [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yuliana. S., dan S. Satuhu, 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. PT. Penebar Swadaya. Depok.

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi pendapatan petani jahe emprit dengan sistem tumpangsari sayuran di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar adalah luas lahan, bibit, pupuk NPK, pestisida,

[r]

Toxocara dewasa yang hidup didalam usus halus anjing atau kucing umurnya dapat mencapai 4 bulan.Cacing jantan mempunyai ekor yang melengkung sedangkan cacing betina mempunyai

• pola makan biasanya terjadi dari tepi koloni (koloni besar, bentuk tabular) atau dasar (bentuk bercabangan), memperlihatkan area besar kerangka putih yang sesuai dengan

Sementara itu hasil perhitungan DTBP dapat digunakan sebagai dasar pengalokasian beban ( waste load allocation ) yang diperbolehkan masuk ke sumber air dari

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. 1) Memilih kartun-kartun yang akan digunakan sebagai data penelitian, yaitu kartun yang memiliki unsur verbal. 2)

Tingginya pengeluaran pemerintah diperkirakan berasal dari realisasi keuangan daerah (APBD Provinsi dan APBN).Sampai dengan triwulan IV 2014 penyerapan anggaran di