• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan memerlukan sarana pembelajaran, perpustakaan merupakan salah satunya. Hassan dalam Hardi (2005:

14) menyatakan bahwa perpustakaan adalah pusat pembelajaran (learning center) yang berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang meningkatkan kualitas kehidupan dengan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal yang berada pada level teratas sudah sepatutnya memiliki perpustakaan, karena perpustakaan dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi serta benyak memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan.

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1994: 3) disebutkan definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah :

Suatu unit pelaksana teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang didirikan oleh perguruan tinggi sebagai penunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya baik sivitas akademika itu sendiri ataupun pengguna dari luar perguruan tinggi yang memiliki hak menggunakan perpustakaan.

2.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan, menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

(2)

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan. 4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai

jenis pemakai.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan daripada perpustakaan perguruan tinggi adalah mendukung kinerja dari perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan menyediakan sumber-sumber informasi ilmiah di perpustakaan tersebut dan selalu melayani pengguna (mahasiswa) selama menjalankan pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan.

Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2004: 3) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

(3)

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga erguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya. 7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Sesuai dengan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan tujuannya, perpustakaan perguruan tinggi juga manjalankan fungsinya yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.

2.3 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Koleksi perpustakaan perguruan tinggi gunanya melayani keperluan mahasiswa dari tingkat persiapan sampai menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan. Koleksi perpustakaan univeritas harus sesuai dengan bidang-bidang yang dicakupi universitas yang membawahinya, sedangkan perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi dan perpustakaan sekolah tinggi atau institut terbatas bidang lingkup lembaga pendidikan di mana ia tergabung.

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tinggi (1994: 3) Koleksi Perpustakaan adalah “ semua bahan pustaka yang dikumpulkan,

(4)

diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan akan informasi”.

Dalam Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979:38) dinyatakan bahwa yang menjadi koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah:

a. Buku teks.

b. Buku referens, termasuk indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedi dan katalog.

c. pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain bidang studi dasar.

d. Penerbitan berkala, seperti majalah dan surat kabar.

e. penerbitan perguruan tinggi, tidak hanya tempat perguruan tinggi bernaung tetapi juga penerbutan perguruan tinggi lainnya.

f. penerbitan pemerintah, terutama penerbitan-penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan.

g. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan daerah tertentu dan subjek tertentu.

h. koleksi bukan buku, yang berupa koleksi audio-visual, seperti film, tape, kaset, piringan hitam, video tape dan compact disk (cd).

2.4 Konsep Kebutuhan Informasi

Pada dasarnya setiap manusia butuh akan informasi, dimana dengan adanya informasi menjadikan manusia itu sendiri kaya akan pengetahuan baik itu yang bersifat ilmiah maupun sosial.

Menurut Krikelas dalam Ishak (1983: 5), definisi kebutuhan informasi sebagai berikut, “…when the current state of possessed knowledge is less than needed, yang berarti bahwa kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong untuk mencari informasi.”

Sesuai pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa definisi kebutuhan informasi adalah sesuatu yang datang dari diri sesorang atas tuntutan untuk mengetahui sesuatu dalam rangka mengatasi segala kekurangan pengetahuannya.

(5)

Kebutuhan informasi pemakai selalu berubah dan berkembang, sehingga sulit untuk menentukannya secara tepat. Alasan tersebut didukung oleh pendapat Moores (1981: 83) yang menyatakan bahwa “They have customer’s needs that are changing all the time.

Understanding how these needs are changing is obviously an essential element when designing future service”. Pendapat Moores tersebut dapat

di artikan yaitu bahwa perpustakaan memiliki pemakai yang kebutuhannya terus berubah. Memahami bagaimana kebutuhan itu berubah merupakan unsur penting dalam perencanaan layanan informasi dimasa mendatang.

Pada umumnya pengguna perpustakaan membutuhkan informasi yang cepat dan beragam, artinya pengguna perpustakaan tidak hanya membutuhkan informasi sesuai bidang yang sedang didalami tetapi juga sering kali membutuhkan informasi lain untuk memperkaya ilmunya, untuk itu dibuthkan adanya pelayanan perpustakaan yang senantasa dapat memuaskan pemaka atau pengguna perpustakaan. Mendukung pernyataan diatas, Chaudry (1993: 8) mengungkapkan:

Bila pengelola informasi bisa memahami kebutuhan informasi pemakai, maka akan membantu dalam pengembangan layanan perpustakaan, diantaranya: a) peningkatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan layanan yang sudah ada, b) usaha apa saja yang harus dilakukan agar layanan dan sumber informasi perpustakaan diketahui secara lebih baik oleh pemakai, dan c) program kerja apa saja yang dapat dijalankan untuk mempertemukan layanan yang ada dengan kebiasaan pencarian informasi pemakai.

Bagi pihak perpustakaan sebagai penyedia informasi, dengan memahami kebutuhan informasi pemakai dapat menjadikan tujuan perpustakaan akan lebih mudah tercapai

Sebagai bahan reverensi pernyataan diatas, Chowdhury dalam Ishak (2006: 93), mengatakan bahwa kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu. Selanjutnya Chowdhury menyatakan sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain a) mempunyai

(6)

konsep yang relatif, b) berubah pada periode tertentu, c) berbeda antara satu orang dengan orang lain, d) dipengaruhi oleh lingkungan, e) sulit diukur secara kuantitas, f) sulit diekspresikan, g) seringkali berubah setelah seseorang menerima informasi lain.

Dari pendapat Chowdury di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kebutuhan informasi pemakai memiliki sifat-sifat antara lain: 1) kebutuhan informasi selalu relative, 2) kebutuhan informasi pemakai selalu berubah pada waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan pemakai pada bidang tertentu atau tugas tertentu, 3) kebutuhan informasi pemakai selalu berbeda setiap orang, hal ini disebabkan karena bidang yang sedang di jalani berbeda, serta tingkatan usia dan pendidikan yang berbeda antara pemakai, 3) kebutuhan informasi tidak dapat terhitung oleh karena kebutuhan setiap pemakai terhadap informasi salalu tak terbatas setiap waktu, 4) kebutuhan informasi pemakai sulit diekspresikan karena kebutuhan akan informasi selalu lahir dalam pikiran dan jiwa pemakai, 5) kebutuhan informasi akan selalu berubah dan tidak terbatas, artinya ketika seseorang menerima informasi, akan timbul kembali keinginan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui pemakai.

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Manusia merasa membutuhkan informasi karena adanya faktor-faktor tertentu yang mendorongnya untuk mencari informasi, sesuai dengan pendapat Nicholas dalam Ishak (2006: 93), “Ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu: a) jenis pekerjaan, b) personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi, ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan, c) waktu, d) akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi), dan e) sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.”

(7)

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya seseorang merasa terdorong untuk mencari informasi karena adanya beberapa aspek yang mempengaruhinya antara lain:

1. Aspek jenis pekerjaan

2. Aspek personalitas yaitu psikologi 3. Aspek waktu

4. Aspek akses penelusuran informasi. Dan 5. Aspek Sumber daya teknologi

Sementara itu Crawford dalam Devadason (1996) menyatakan bahwa kebutuhan informasi tergantung pada, kegiatan pekerjaan, disiplin ilmu, tersedianya berbagai fasilitas, jenjang jabatan individu, faktor motivasi terhadap kebutuhan informasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk mencari gagasan baru, kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang tepat, kebutuhan untuk memberikan kontribusi profesional dan kebutuhan untuk melakukan penemuan baru.

2.4.2 Karakteristik kebutuhan informasi

Kebutuhan informasi memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sebagai acuan dalam menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi pemakain/pengguna perpustakaan, sebagaimana Nicholas dalam Ishak (2006: 93) menyatakan bahwa kebutuhan informasi memiliki sebelas karaktersitik Pokok masalah (Subject), antara lain:

a. Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah, yaitu: 1) berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi, 2) seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu, dan 3) apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci

b Fungsi (Function)

Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu, 1) fungsi temuan (fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi (current awareness), 3) fungsi penelitian

(8)

(research), 4) fungsi penyegaran (briefing), dan 5) fungsi pendorong (stimulus).

c. Sifat (Nature)

Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut, seperti, berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan yang lainnya d. Tingkat intelektual (Intelectual Level)

Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu. Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual pemakai.

e. Titik pandang (Viewpoint)

Informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan titik pandang atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan titik pandang tersebut maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik, pendekatan positif – negatif, dan orientasi disiplin ilmu.

f. Kuantitas (Quantity)

Pemakai informasi membutuhkan jumlah atau kuantitas yang berbeda dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan suatu permasalahan. Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masing-masing

g. Kualitas (Quality)

Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu pemakai informasi. Sehingga keputusan penggunaan informasi berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai informasi.

h. Batas waktu informasi (Date)

Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus diajukan. Pertanyaan tersebut adalah, 1) seberapa lama informasi masa lampau yang diperlukan?, dan 2) seberapa baru informasi yang diperoleh?. Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi berbeda-beda.

i Kecepatan pengiriman (Speed of delivery)

Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya, sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal

(9)

ini berarti informasi jangan sampai tidak up-to-date kemanfaatannya.

j Tempat asal publikasi (Place)

Bagi pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu, 1) pokok masalah dalam informasi, 2) posisi pengguna, dan 3) kelancaran bahasa

k Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging) Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari

pokok pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi.

2.5 Pemanfaatan Layanan Digital

Suatu layanan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna harus memperhatikan aspek ruang, seperti halnya yang diungkapkan oleh Siregar (2006: 69-70) bahwa “ Tata ruang yang ditata dengan baik akan memberikan kemudahan kepada pengguna dan staf perpustakaan”, beliau juga mengatakan bahwa “Transfer informasi yang efektif sangat tergantung pada kualitas staf perpustakaan”. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa “Suatu lingkungan kerja yang nyaman bagi staf juga perlu dikembangkan untuk meningkatkan rasa bangga dan percaya diri mereka dalam melayani pengguna perpustakaan.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa suatu layanan perpustakaan dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia informasi harus memperhatikan aspek tataruang, kualitas staf perpustakaan, serta lingkungan kerja yang nyaman sehingga proses pelayanan akan berlangsung dengan baik

Pada layanan perpustakaan khususnya layanan digital tersedia koleksi dalam bentuk digital. Hal ini sejalan dengan kondisi saat ini dimana koleksi perpustakaan dalam bentuk digital sangat diperlukan untuk mendukung program perpustakaan dalam menjalankan proses pendidikan di organisasi induknya.

Adapun cara yang harus dilakukan oleh organisasi induk perpustakaan dalam menjalankan peranan perpustakaan, mendukung

(10)

proses pendidikan yaitu seperti yang dikatakan oleh Supriyanto (2002: 2) yaitu dengan cara:

1. Mengintegrasikan perpustakaan (koleksi, akses informasi dan sumberdaya lainnya) ke dalam kurikulum dan proses pendidikan. 2. Mengembangkan fakultas dan jurusan dalam pengembangan

kurikulum yang berdasarkan sumber informasi yang tersedia di dan atau dapat diakses lewat perpustakaan.

3. Meningkatkan ketersediaan dan keterpakaian sumberdaya informasi yang ada di Peprutakaan, organisasi induknya dan juga yang ada di luar Perpustakaan.

2.6 Koleksi Terbitan Berseri

Koleksi terbitan berseri atau terbitan berkala merupakan salah satu koleksi yang ada di perpustakaan. Menurut Lasa (1994:13) bahwa : “terbitan berseri biasanya direncanakan untuk terbit terus menerus dalam jangka waktu yang tidak terbatas, dikelola oleh sekelompok orang yang pada umumnya disebut redaksi.”

Menurut Siregar (1998:15) terbitan berseri terbagi kedalam 12jenis terbitan, antara lain :

1. Umum, adalah majalah yang memuat tulisan-tulisan berbagai bidang tertentu, seperti warna sari, Inti Sari, dan lain-lain.

2. Khusus adalah majalah yang memuat tulisan-yulisan tentang bidang tertentu, seperti kesehatan, kedokteran, manajemen, pendidikan, komputer, dan lain-lain.

Jenis-jenis terbitan berkala : 1. Majalah (magazine)

2. Serial (serials) termasuk periodical, annual laporan tahunan, year book (buku tahunan), proceeding.

3. Bulletin, diterbitkan oleh badan pemerintah, perkumpulan, badan lain, biasanya diberi nomor urutan.

4. Pamplet (pamphlet), terdiri dari beberapa halama tanpa jilid. 5. Abstrak (abstract)

6. Annual.

7. Brosur (brochure)

8. Kumulatif (commulative), merupakan bibliografi untuk satu tahun atau periode tertentu.

9. harian (daily), misal surat khusus.

10. Jurnal (journal), penerbitan khusus oleh satu badan perkumpulan, memuat hal yang baru dan laporan untuk hal-hal khusus.

(11)

12. laporan (reports), deterbitkan oleh badan tertentu, instansi.

Dari jenis-jenis terbitan berseri yang di sebutkan diatas, penulis hanya membahas mengenai jurnal, khusus jurnal elektonik.

2.7 Jurnal

Jurnal merupakan salah satu koleksi perpustakaan yang paling dibutuhkan oleh pengguna untuk menemukan informasi tentang penemuan ilmiah terkini (current). Dalam hal pengelompokkan koleksi perpustakaan, pada dasarnya jurnal termasuk ke dalam kategori koleksi serial.

Dalam buku Panduan Perpustakaan Universitas, Siregar (2001: 14) mengemukakan bahwa, “Koleksi serial adalah semua bahan pustaka yang diterbitkan secara berlanjut bukan terbitan tunggal (monograph) seperti buku. Koleksi ini terdiri dari jurnal, majalah, surat kabar dan terbitan berkala lainnya.”

Adapun pengertian jurnal menurut pendapat

HighBeamTMResearch, Inc (2005:1) adalah:

Journal is the collection and periodic publication or transmission of news and the result of research through media,

artinya bahwa jurnal merupakan suatu koleksi dan terbitan berkala atau transmisi mengenai berita dan hasil-hasil penelitian mengenai media.

Definisi lain menurut Ensiklopedi Pers Indonesia (1991 : 111), dinyatakan bahwa, “jurnal ialah nama lain untuk majalah berkala, surat kabar harian atau suatu tulisan bergaya mencatat peristiwa-peristiwa dari waktu ke waktu secara berurutan (kronologis)”.

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa jurnal merupakan suatu terbitan berkala yang berbentuk majalah yang isinya bersifat informasi ilmiah mengenai penemuan suatu karya mutakhir dalam kajian ilmu pengetahuan.

2.7.1 Jenis-jenis Jurnal

Pada umumnya jurnal terbagi ke dalam dua jenis yaitu jurnal tercetak dan jurnal elektronik. Seiring dengan perkembangan teknologi

(12)

dan informasi, jenis jurnal makin beraneka ragam, sebagaimana Chen (2001 : 365) mengkategorikan jenis jurnal sebagai berikut :

(1) Print Only (P), These were titles that are only available in

print format, (2) Electronic Priced Separately (E), These were journals with electronic version that were available with surcharge or were priced separately, (3) Combination Price (C), these were the electronic version of print journals that were offered “free online” with print subscription, (4), Aggregated Pricing (A), titles that were available for purchase as a collection through publisher.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa jurbal terbagi atas 4 (empat) jenis, antara lain:

1. Jurnal yang hanya terbit dalam bentuk tercetak. 2. Jurnal yang hanya terbit dalam bentuk elektronik 3. Jurnal versi elektronik dari jurnal yang terbitan tercetak 4. Jurnal elektronik yang terbit hanya dalam bentuk online.

2.7.2 Jurnal Elektronik

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan perguruan tinggi sebagai badan pengelola informasi dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang terjadi. Pengguna perpustakaan atau dalam hal ini sivitas akademika sebagai subjek pencari informasi sangat membutuhkan akan penerimaan informasi secara cepat, hemat waktu, biaya serta tenaga. Pada era teknologi informasi ini koleksi tercetak pada perpustakaan tidak cukup untuk menjawab tantangan akan perkembangan zaman.

Jurnal elektronik merupakan bagian dari koleksi terbitan berseri dimana memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan jurnal tercetak. Hal ini menyebabkan pengguna lebih memilih menggunakan jurnal elektronik dibandingkan jurnal tercetak, selain hemat waktu juga bisa menghemat biaya dan tenaga, sesuai dengan pendapat Tresnawan (2005 : 2) yang menyatakan bahwa:

Dibandingkan dengan jurnal tercetak jurnal elektronik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dari segi kemuktahiran. Jurnal elektronik sering kali sudah terbit sebelum jurnal cetak diterbitkan

(13)

sehingga dalam kecepatan penerimaan informasi jauh lebih menguntungkan.

Selanjutnya mengenai perbandingan jurnal elektronik dengan jurnal tercetak menurut Tresnawan (2005: 2) dapat dipaparkan pada tableberikut ini :

Tabel 1. Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak

No Kriteria Elektronik Tercetak

1 Kemuktahiran Mutakhir Mutakhir

2 Kecepatan diterima Cepat Lambat 3 Penyimpanan Sangat mengirit

tempat

Makan Tempat

4 Pemanfaatan 24 Jam Terbatas Jam buka

5 Kesempatan akses Bisa bersamaan Antri

6 Penelusuran Otomatis tersedia Harus dibuat

7 Waktu penelusuran Cepat Lama

8 Keamanan Lebih aman Kurang aman

9 Manipulasi dokumen

Sangat mudah Tidak bisa

10 Langganan dengan harga yang sama

Judul bias lebih banyak

Judul lebih sedikit

11 Harga total langganan

Jauh lebih murah Lebih mahal

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronik lebih banyak memiliki nilai lebih dibandingkan dengan jurnal tercetak baik itu dari aspek kemuktahiran, penyimpanan, serta pemanfaatannya. Dengan adanya kelebihan yang dimiliki jurnal elektronik dapat lebih memudahkan pengguna dalam mencari informasi khususnya dalam hal penelusuran jurnal online/elektronik, namun disamping itu jurnal elektronik memiliki kelemahan dimana untuk mengakses jurnal harus melalui media yaitu

(14)

komputer yang tentunya membutuhkan listrik, jadi apabila terjadi pemadaman listrik jurnal online pun tidak dapat diakses.

Perpustakaan dalam hal ini tentunya perlu meyediakan koleksi selain koleksi tercetak yang sudah ada demi memenuhi tu.ntutan perkembangan IPTEK yang sedang terjadi yaitu salah satunya dengan menyediakan koleksi elektronik.

Tresnawan (2004 : 1) menyatakan bahwa “Salah satu sumber informasi di intrnet untuk pengembangan layanan perpustakaan adalah jurnal elektronik (e-journal)”.

Dengan adanya koleksi elektronik diharapkan perpustakaan dapat menyediakan informasi sesuai dengan kriteria informasi yang di butuhkan oleh sivitas akademika yaitu cepat, hemat waktu, biaya serta tenaga, dan terkini.

2.7.2.1 Pengertian Jurnal elektronik

Pada umumnya telah diketahui bahwa jurnal elektronik merupakan jurnal yang berbentuk digital/tidak tercetak atau sering kita kenal dengan jurnal online, sebagaimana para pakar berikut mendefinisikan tentang jurnal elektronik, antara lain :

Tresnawan dalam artikelnya Jurnal elektonik (2005 ; 1), menyebutkan bahwa “Jurnal elektronik adalah terbitan serial seperti bentuk tercetak tetapi bentuk elektronik, biasanya terdiri dari tiga format, yaitu teks, teks dan grafik, serta full image (dalam bentuk pdf) ”.

Adapun menurut LIPI (2005 : 1), “Jurnal elektonik (E-journal) adalah sarana berbasis web untuk mengelola sebuah jurnal ilmiah maupun non ilmiah. Sarana ini disediakan sebagai wadah bagi pengelola, penulis dan pembaca karya-karya ilmiah.”.

Dari pendapat di atas penulis bisa menyimpulkan bahwa jurnal elektronik merupakan jurnal yang tersedia melalui media elektronik atau web yang telah diformat sedemikian mudah untuk pengguna yang membutuhkan informasi ilmiah.

(15)

2.7.2.2 Jenis Jurnal Elektronik

Jurnal merupakan majalah yang terbit secara berkala. Pada umumnya sebelum era digitalisasi jurnal terbit hanya dalam bentuk tercetak sama halnya dengan buku yang biasa kita gunakan.

Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang informasi, segala sesuatu selalu tidak terlepas dengan masalah elektronik hingga masuk ke dunia perpustakaan sekalipun. Dengan masuknya era digital atau elektronik, hal ini berimbas kepada upaya perpustakaan dalam menyesuaikan koleksi yang dimilki dengan perkembangan teknologi informasi yang sedang berkembang. Oleh sebab itu sudah sepatutnya perpustakaan mengadakan koleksi elektronik sebagai pendamping atau pengganti sekalipun koleksi tercetak yang sudah tersedia sebelumnya.

Sesuai dengan perkembangan dunia elektronik yang sedang terjadi, salah satu upaya perpustakaan dalam pengelolaan koleksi terbitan berseri atau serial maka jurnal pun dimungkinkan diterbitkan dalam bentuk elektronik (digital).

Rowley (1998 : 379) menyatakan bahwa, “Electronic journals take

two different forms : 1. journal that are otherwise puibhlished in print form, available in digital form, 2. electronic-only journals, wich do not necessarily need a published”.

Pendapat diatas dapat diartikan bahwa jurnal saat ini terdiri dari jurnal yang selain diterbitkan bentuk cetak, tersedia pula dalam bentuk digital atau CD-ROM, dan Jurnal yang memang hanya diterbitkan secara online.

2.7.2.3 Jurnal Elektronik Berbasis Web

Bradley dalam Muntashir (2005 : 9), menyatakan pada dasarnya “jurnal online adalah suatu jurnal yang dikonversi kedalam bentuk digital dan ditempatkan pada database yang hanya biasa diakses melalui internet.”

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jurnal berbasis web atau yang kita kenal dengan jurnal online merupakan jurnal yang dalam waktu kita mengaksesnya membutuhkan media yaitu internet.

(16)

Jurnal dalam internet bisa kita download secara berlangganan dengan ataupun secara gratis (free).

2.7.2.4 Jurnal Elektronik Berbentuk CD-ROM

Selain mengadakan jurnal online berbasis web, perpustakaan dituntut juga untuk menyediakan jurnal dalam bentuk CD-ROM (Compact Disc Read Only memory). Hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan pengguna agar lebih cepat dalam mengaksesnya ketika pengguna membutuhkan jurnal dalam waktu yang singkat tanpa harus mengakses internet yang memakan waktu lebih banyak daripada mengakses melalui CD-ROM.

Jurnal elektronik dalam bentuk CD-ROM merupakan jurnal yang penyediaannya dalam bentuk CD (Compact Disc), yaitu disket yang berbentuk cakram yang hanya bisa diakses dengan sistem penelusuran informasi.

Siregar (1997) mendefinisikan CD-ROM yaitu “sebagai jenis disket yang diciptakan dengan teknologi optical (laser) yang terbuat dari bahan plastic dan silicon, berbentuk piringan dengan diameter 12 cm dan tebal 1 mm.”

Selain itu Bamford dalam Muntashir (2005 : 10) menyatakan: CD-ROM merupakan temuan baru teknologi informasi, berbentuk fisik cakram, dengan diameter 120 mm (12cm), dengan ketebalan 1,2 mm, yang terbuat dari polycarbonate, dengan lapisan mengkilat, tempat informasi disimpan, dan hanya satu sisi dari disc itu yang dapat digunakan untuk menyimpan informasi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa defimisi CD-ROM adalah suatu benda berbentuk cakram dimana informasi tersedia didalamnya tergantung informasi apa yang disimpan termasuk jurnal, dengan media aksesnya menggunakan komputer.

2.8 Pemanfaatan Jurnal Elektronik

Pemanfaatan jurnal elektronik merupakan kegiatan atau aktivitas pengguna dalam menggunakan jurnal dalam hal mencari informasi yang

(17)

dibutuhkan. Informasi dalam jurnal bersifat ilmiah serta mutakhir dan melingkupi barbagai cabang ilmu pengetahuan.

Definisi di atas merupakan pengembangan dari pengertian pemanfaatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003: 711) yang menyebutkan bahwa “pemanfaatan mengandung arti yaitu proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri”.

2.8.1 Strategi Pemanfaatan/Penelusuran Jurnal Elektronik

Ketika pengguna informasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat, pengguna informasi harus melakukan strategi penelusuran informasi, yang salah satunya yaitu menelusur dengan memasukkan

keyword ke dalam search engine yang telah tersedia. Dikaitkan dengan

kegiatan perpustakaan perlunya strategi penelusuran informasi dapat kita lihat menurut pendapat Pendit (2008: 119) yang mengatakan bahwa:

Dibidang perpustakaan dan informasi, keberakasaraan informasi ini segera dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkana secara benar sejumlah informasi yang tersedia di internet. Hal yang perlu di perhatikan dalam memanfaatkan teknologi internet ini pengguna (user) diharapkan memiliki pengetahuan atau keterampilan dalam menelusur informasi serta mengetahui strategi penelusuran agar dalam penelusuran bisa lebih efektif dan efisien.

Mengingat hal tersebut diatas maka pengetahuan tentang strategi penelusuran jurnal elektronik perlu dimiliki oleh siapa saja yang memanfaatkan internet sebagai sumber dalam mencari informasi (jurnal elektronik) agar pemakaian fasilitas on-line yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Secara singkat mengapa strategi penelusuran jurnal elektronik di internet ini diperlukan karena:

1. Informasi yang tersedia sangat banyak dan luas dan beraneka ragam 2. Untuk memperoleh informasi yang relevan

3. Untuk menghamat waktu pencarian 4. Untuk mempermudah pencarian

(18)

2.8.1.1 Menentukan kata kunci

Penentuan kata kunci adalah suatu hal sangat menentukan hasil penelusuran, oleh sebab itu dalam memasukkan kata kunci harus diketik dengan benar, kesalahan dalam penulisan walaupun hanya satu huruf dapat menyebabkan hasil pencarian yang berbeda dari apa yang kita inginkan, setiap patah kata yang dimasukkan ke dalam kotak pencarian akan dicari sesuai dengan apa yang kita ketikkan.

Selain cara pengetikkan kata kunci dengan benar, juga harus memilih kata kunci yang sesuai dengan konteks dari subyek yang diinginkan, caranya adalah dengan menggali kata kunci apa saja yang bisa dipakai, dengan melihat cakupan subyek tersebut. Untuk mengetahui/menggali kata kunci yang tepat ada beberapa cara, yaitu antara lain dengan melihat kamus, ensiklopedi, thesaurus, membaca buku, atau menanyakan kepada pakar. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menentukan kata kunci adalah dengan memperhatikan sinonim, singkatan, perubahan kata dasar, istilah ilmiah dan sebagainya. Pemilihan kata kunci ini sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum kita melakukan penelusuran, apabila kita menentukan pada saat melakukan penelusuran akan berakibat selain kemungkinan kesalahan pemilihan kata kunci juga akan memerlukan waktu lama.

Mendukung penjelasan diatas, Chowdhury menguraikan tentang pencarian terpasang (online) dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pelajari topik yang akan dicari sampai paham, apa sebenarnya yang diperlukan oleh pencari informasi

2. Dapatkan akses ke sebuah jasa informasi terpasang 3. Mandaftar (logon) ke penyedia jasa yang dilanggan

4. Memilih pangkalan data yang sesuai dengan kebutuhan pencari informasi

5. Merumuskan pertanyaan untuk memulai pencarian informasi 6. Memilih format tampilan

7. Merumuskan kembali pertanyaan, jika diperlukan 8. Menetapkan modus pengiriman hasil pencarian.

Sesuai pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa dalam penelusuran informasi, pencari informasi perlu melakukan langkah-langkah antara lain: perlunya mempelajari topik sebelum menelusur, akses

(19)

ke sebuah jasa informasi, mendaftar kesebuah penyedia informasi, memilih pangkalan data yang relevan dengan kebutuhan, merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan penelusuran, memilih format tampilan, merumuskan kembali pertanyaan, menetapkan modul pengiriman.

2.8.1.2 Fasilitas Pencarian Informasi dalam Internet

Banyak tersedia fasilitas pencarian pada search engine, secara umum fasilitas tersebut hampir ada pada mesin pencari seperti :

1. Logika Boolean (Boolean logic) AND , OR , NOT, pada saat menelusur bisa memperluas maupun memfokuskan dengan amenggunakan operator ini

2. Frasa (Phrase search) , yaitu penggabungan beberapa kata agar tidak tidak ditelusur secara terpisah oleh mesin pencari

3. Pemenggalan (Truncation), yaitu fasilitas untuk memenggal kata

4. Pembatasan field, fasilitas ini dipergunakan untuk penelusur yang ingin membatasi format tertentu yang diinginkan, misalnya format pdf., ppt., doc dan sebagainya

5. Langsung ke alamat situs (URL) tertentu yang kita inginkan

6. Case sensitive , yaitu pencarian dengan huruf besar dan huruf kecil yang akan menghasilkan temuan berbeda

7. Dan masih banyak lagi fasilitas pencarian yang tersedia pada search engine, misalnya penelusuran dengan menggunakan Basic search, Advanced Search, Publication search,

8. dan sebagainya.

Penggunaan kata kunsi (queri) sangat tergantung dari masing-masing mesin pencari (search engine). Hampir semua mesin pencari menyediakan fasilitas pencarian yang bertujuan untuk membantu penelusur menemukan informasi yang diinginkan secara tepat dan cepat.

(20)

2.9 Keuntungan dan Hambatan Penggunaan Jurnal Elektronik

Dari bentuknya, jurnal elektronik dipandang lebih memiliki keuntungan ketika pengguna memanfaatkannya, namun tidak hanya memiliki keuntungan, jurnal elektronik pun memiliki hambatan-hambatan dalam penggunaannya. Berikut ini keuntungan-keuntungan dari jurnal elektronik sesuai dengan pendapat King dan Tenopir dalam Rani (2007 : 18) yaitu:

1. Aksesibilitas

- Lebih banyak penyitiran - Akses 24/7

- Akses cepat dan mudah

- Tidak pernah sedang berada dalam tumpukan atau peminjaman

- Sering terdapat materi yang tidak bisa diakses di tempat lain, - Ases jarakjauh

2. Kenyamanan

- Dibaca pada layar komputer

- Terkadang menimbulkan perasaan tidak harus pergi ke perpustakaan.

3. Kecepatan penerimaan dan publikasi

- Mengurangi waktu untuk proses pengulangan

4. Lebih mudah dan cepat dalam meraih audiens terbaik dan relevan.

5. Membantu/memperbaiki proses penelitian dan menawarkan

feedback lebih cepat.

6. Fitur nilai tambah :

- Memiliki link antar artikel

- Terdapat bahan tambahan seperti audio, grafis, dan visual. 7. Menambah dialog dalam komunitas ilmiah

8. Lebih mudah disebarkan kepada aidiens asing 9. Melampirkan kotak komentar dalam artikel

10. Dapat mempublikasikan format yang tidak dapat dicetak - Cepat, terfokus, relevansi tinggi

- mendukung proses penelusuran 11. Mutakhir

- Tersedia sebelum versi cetaknya 12. Cetak

- Mudah untuk dicetak, lebih baik dari hasil fotocopy, dan berkualitas bagus.

13. Navigasi mudah dan fleksibel 14. Tidak ada batasan

(21)

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya jurnal elektronik memiliki keuntungan bagi pengguna antara lain dalah hal akses penelusuran, masalah kenyamanan, kecepata dalam pengambilan dan publikasi, kemudahan penelusuran, membantun dalam proses penelitian, memiliki fitur-fitur yang memudahkan, meningkatkan kegiatan dialog dalam komunitas ilmiah, memudahkan penyebaran informasi ke pengguna asing, melampirkan komentar terhadap artikel, memiliki format yang tidak dapat dibajak, menghemat waktu, mutakhir, mudah dicetak, memilki navigasi yang flekdibel, tanpa batasan dan biaya murah.

Adapun hambatan-hambatan/kelemahan jurnal elektronik menurut King dan Tenopir (1999: 13) dapat dilihat dari masalah berikut antara lain:

1. Ketidakadaan pengenalan akan informasi lain pada database atau jurnal baru (salah satunya karena alasan sitiran).

2. Ketidakadaan pelatihan yang memadai dalam hal bagaimana mengakses sumber-sumber elektronik.

a. Terkadang dinyatakan sebagai ketidakadaan waktu untuk memanfaatkan atau ketidakadaan kenyamanan dengan teknologi atau teknik “Know-How” atau dalam hal kemampuan untuk membawa jurnal elektronik.

3. Ketidakadaan sumber-sumber penelitian dalam internet (cakupan,lingkup, dan relevansi subjek).

4. Ketidakpastian bentuk arsip dari sumber elektronik, membuatnya sulit untuk membawa atau memindahtempatkan. 5. Informasi dan artikel yang meragukan dalam posting di

internet, terkadang dirasakan sebagai ketidakadaan persepsi atau tinjauan bahwa jurnal elektronik belum dapat dikatakan publikasi yang nyata atau berpengaruh seperti halnya jurnal tercetak.

6. Membutuhkan standarisasi dalam penggunaan dan publikasi sumber-sumber elektronik.

a. Ketidaksesuaian antar format b. Perbedaan penggunaan format data

7. Pembatasan terhadap pengindeksan dan search engine di internet/indeks dan abstrak yang tidak standar.

a. Pengindeksan tidak memadai

b. Adanya kesulitan navigasional yang dapat dihubungkan kepada ketidakadaan teknik “Know-How”.

8. Pembajakan/keamanan bahan (berpotensi untuk perubahan tulisan)

9. Terlalu berorientasi ke negara Amerika 10. Permasalahan Undang-undang Hak Cipta

(22)

11. Keharusan untuk membayar jurnal elektronik yang tidak tersedia dalam bentuk lain.

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan dari jurnal elektonik bagi pengguna antara lain adalah terbatasnya informasi yang didapatkan pada database atau jurnal baru oleh karena alasan sitiran, kurangnya keahlian dalam hal mengakses sumber-sumber elektronik bagi pengguna oleh karena tidak adanya pelatihan khusus tentang hal ini, tidak menunjukkan sumber darimana penelitian diambil, sulit untuk dibawa atau dipindahtempatkan, tidak adanya persepsi atau tinjauan bahwa jurnal elektronik belum dapat dikatakan publikasi yang nyata, perlu adanya standar penggunaan dan publikasi sumber-sumber elektronik, pengindeksan tidak memadai, sering terjadi pembajakan, terlalu berorientasi ke negara Amerika, permasalahan hak cipta, memerlukan biaya untuk mengaksesnya.

2.10 Frekuensi Penggunaan Jurnal Elektronik

Setiap pengguna perpustakaan akan memanfaatkan koleksi perpustakaan dimana pengguna sangat membutuhkan informasi baik itu buku atau koleksi lain termasuk jurnal. Hal tersebut membuat pustakawan harus betul-betul memperhatikan akan kesesuaian koleksi dengan kebutuhan pengguna sehingga pengguna akan menganggap perpustakaan benar-benar sebagai media pemecah solusi atas masalah yang dihadapi pengguna khususnya kebutuhan akan informasi.

Fungsi sesungguhnya perpustakaan bisa diukur dari frekuensi kunjungan termasuk pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh pengguna. Oleh karena itu kesesuaian koleksi dengan kebutuhan dapat menjadi faktor semakin meningkatnya kunjungan pengguna ke perpustakaan.

Definisi frekuensi menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990 : 245) adalah “kekerapan”, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia kontemporer (2002 : 425) frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur. Adapun definisi penggunaan

(23)

sesuai kamus besar bahasa Indonesia Kontemporer (2002 : 764) adalah”pemakaian”.

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan definisi frekuensi penggunaan adalah kekerapan pemakaian yang dilakukansecara teratur.Bila dikaitkan dengan ilmu perpustakaan, frekuensi penggunaan adalah kekerapan pengguna dalam pemakaian perpustakaan sebagai penyedia koleksi yang menyedikan informasi yang dibutuhkan dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi pengguna.

Jadi, frekuensi penggunaan jurnal elektronik dapat diartikan kekerapan pengguna perpustakaan dalam pemakaian jurnal elektronik baik itu melalui media internet ataupun CD-ROOM dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

2.11 Tujuan Penggunaan Jurnal Elektronik

Pada umumnya jurnal elektronik digunakan oleh pengguna dengan tujuan yang beragam, selain sebagai pendukung materi penelitian atau studi kasus, sering kali pengguna (mahasiswa) menggunakannya sebagai pemenuhan tugas kuliah tergantung ada atau tidaknya kaitan isi jurnal yang diakses dengan tugas kuliah yang diberikan dosen kepada mahasiswa tersebut.

Informasi yang terkandung dalam jurnal bersifat ilmiah, oleh karena itu jurnal banyak digunakan untuk kepentingan penelitian, studi kasus, tesis, serta disertasi karena jurnal memuat informasi yang dapat mendukung masalah yang sedang diteliti.

Hal ini sesuai dengan pendapat Vickery (1987: 92) yang menyatakan bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk:

1. Mempersiapkan dan mendefinisikan masalah. 2. Memformulasikan suatu solusi ilmiah dan teknis.

3. Menempatkan pekerjaan dalam konteks yang tepat dengan pekerjaan yang telah terselesaikan.

4. Menghubungkan pekarjaan dengan pekerjaan yang sedang berlangsung dalam suatu kajian.

5. Menentukan disain/strategi dalam pengumpulan data. 6. Menentukan teknik pengumpulan data.

(24)

8. Memilih suatu teknik analisis data.

9. Memanfaatkan interfretasi penuh terhadap data yang terkumpul.

10. Mengintergrasikan penemuan ke dalam gambaran pengetahuan mutakhir dalam suatu kajian.

Vickery (1987: 94) selanjutnya mengemukakan bahwa “jurnal merupakan sumber yang paling besar mengenai informasi mutakhir.” Melihat dari pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa jurnal elektronik sangat dibutuhkan sebagai sumber dalam memecahkan masalah dalam penelitian yang bersifat mutakhir atau baru.

2.12 Kemampuan Pengguna Dalam Penelusuran Jurnal Elektronik Kemampuan setiap pengguna dapat diukur dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki. Keberhasilan setiap pengguna dalam hal mencari informasi sangat tergantung dari kemampuan yang dimilki pengguna tersebut.

Sesuai kamus besar bahasa Indonesia (1990 : 628) kemampuan dapat berarti kesanggupan atau kecakapan. Kemampuan disini dapat berarti kesanggupan atau kecakapan pengguna dalam menggunakan komputer untuk mengakses jurnal melelui web/internet atau dalam bentuk CD-ROM.

Dalam melakukan temu balik informasi, agar informasi yang dibutuhkan efektif seorang pengguna harus mempunyai pengetahuan dalam menggunakan suatu sistem pangkalan data yang dipakai untuk melakukan penelusuran informasi. Pada kenyataannya kemampuan setiap pengguna dalam menelusur informasi itu berbeda-beda, oleh sebab itu perpustakaan perlu mempertimbangkan dalam penyediaan sistem pangkalan data apakah sistem tersebut mudah atau susah untuk digunakan oleh pengguna disemua kalangan yang berbeda-beda tingkat kemampuannya.

(25)

2.13 Temu Balik Jurnal Elektronik

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (2002 : 1573), penelusuran memiliki arti yaitu penjajakan atau pengusutan. Sedangkan teknik adalah cara atau metode. Jadi pengertian penelusuran secara etimologi adalah cara menjajaki atau mengusut.

Sementara itu pengertian kegiatan menurut Zultanawar yang dikutip oleh Winarti (2002:24) adalah kegiatan menemukan kembali apa-apa yang pernah ditulis mengenai suatu bidang tertentu,dengan menggunakan sarana penelusuran seperti katalog, indeks/abstrak, dan direktori.

Dari pengetian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik penelusuran merupakan suatu kegiatan yang memerlukan cara atau sarana tertentu, yang bertujuan untuk menemu balikkan informasi yang dibutuhkan. Informasi dalam hal ini adalah informasi yang terdapat dalam jurnal elektronik.

Dalam proses penelusuran jurnal elektronik dibutuhkan media atau perangkat komputer yang mana perangkat tersebut berfungsi untuk megoperasikan sistem penelusuran dan berfungsi sebagai basis data dalam jurnal elektronik. Untuk itu dibutuhkan teknik/ strategi dalam penelusurannya. Rowley (1998 : 175) menyatakan ada 4 strategi penelusuran yaitu:

1. Briefsearch, yaitu penelusuran dengan menggunakan operator “AND” untuk mencari beberapa cantuman saja dan strategi ini dijadikan sebagai dasar penelusuran lebih lanjut.

2. Building blocks, yaitu penelusuran dengan menggunakan operator “OR” untuk mencari deskriptor yang mempunyai arti yang sama dan dideskripsikan dengan dua kata yang berbeda (sinonim).

3. Successive fraction, yaitu dengan menggunakan operator “OR” dan “NOT” yang dimaksud untuk mempersempit penelusuran. 4. Citation pearl growing, yaitu penelusuran dengan

menggunakan metode penelusuran tunggal untuk mencari suatu deskriptor yang dijadikan informasi lain yang berdubungan.

Pada umumnya untuk mendapatkan suatu informasi yang terdapat pada jurnal elektronik membutuhkan suatu sistem yang dapat membantu setiap pengguna dapat lebih mudah dalam menelusurnya, sistem tersebut

(26)

adalah sistem query dimana sistem ini dapat membantu memudahkan pengguna yaitu dengan memasukkan kata kunci gabungan dengan Boolean Logic yang berhubungan dengan informasi yang diinginkan.

Winarti (2002: 24) mengatakan bahwa “penelusuran elektronik meggunakan kata-kata kunci dan sistem pengopersiannya sudah diciptakan didalamnya, antara lain dengan sistem Boolean Logic yaitu and, or, not, serta truncation.”

Semakin banyak informasi yang tersedia pada basis data penyedia jurnal elektronik dapat memungkinkan pegguna untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam hal menelusur informasi pada jurnal, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pengguna dalam memformulasikan query sedemikian rupa agar informasi yang ditemubalikkan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini disebut dengan relevansi kebutuhan.

Sesuai dengan pendapat diatas dalam hal ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa relevansi merupakan kecocokan antara suatu dokumen yang dicari dengan sistem query yang dipakai pengguna, artinya bahwa informasi yang disajikkan dalam basis data dianggap berguna atau sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak

Referensi

Dokumen terkait

25/POJK.03/2015 tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing terkait Perpajakan Kepada Negara Mitra atau Yuridiksi Mitra (POJK Informasi nasabah Asing) dan Surat

Oleh karena itu, sifat kerjasama kelembagaan di Fakultas lebih banyak dalam konteks kerjasama kegiatan, baik yang sifatnya pendidikan dan pengajaran, penelitian

Pengukuran kinerja dalam pengujian Habbe (2001) mengacu dari penelitian Anthony dan Ramesh (1992) yang menemukan bahwa pertumbuhan unexpected earnings pada perusahaan

metode peramalan Holt-Winters model additive dan metode R-forecasting dan V-forecating dalam SSA untuk meramalkan produksi bawang merah, kemudian hasil ketiga metode

Teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu

Indeks error (RMSE dan MAPE) dan koefisien Nash-Sutcliffe efficiency (NS) digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi model. Nilai indeks error tersebut

Berdasarkan Guidelines for Management of Small Bowel Obstruction tahun 2008 ileus obstruksi total yang disebabkan adhesi pascaoperasi tidak selalu harus dioperasi namun

Berdasarkan uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi terbesar adalah bibit seleksi yang dihasilkan dari provenans Sungai Runtin, sedangkan pertumbuhan