• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBUDAYAAN LOKAL DALAM PENERAPAN DESAIN INTERIOR RUANG TUNGGU VIP DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEBUDAYAAN LOKAL DALAM PENERAPAN DESAIN INTERIOR RUANG TUNGGU VIP DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

216

PENGARUH KEBUDAYAAN LOKAL DALAM PENERAPAN

DESAIN INTERIOR RUANG TUNGGU VIP DI BANDARA

SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

THE INFLUENCE OF LOCAL CULTURE IN THE

IMPLEMENTATION OF THE INTERIOR DESIGN OF VIP

WAITING ROOMS IN SULTAN SYARIF KASIM II OF PEKANBARU

M Dhuana Putra Sinuraya

1

, I G. Oka Sindhu Pribadi

2

, Dwi Rosnarti

3 1,2,3Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti,

Jakarta

*e-mail:

1

dhuanaputra35@gmail.com,

2

okapribadi@cbn.net.id,

3

dwiros2002@gmail.com,

ABSTRAK

Bandara udara bukan hanya sekedar fasilitas bagi transportasi udara, tetapi juga sebagai simbol dan gerbang masuk ke suatu kawasan, sehingga bandara udara dapat mencerminkan pesan dan kesan yang baik kepada pengguna bagi daerah yang dikunjungi. Selain itu bandara dapat menjadi sebuah ikon bagi daerahnya, hal tersebut dapat dilihat dari cara bandara tersebut beroperasi melayani penumpang. Desain dan fasilitas yang disediakan juga bukan hanya sekedar menjadi tempat orang datang dan pergi, tetapi ada aktifitas lain di dalamnya. Ruang tunggu salah satu bagian dari bandara yang menjadi perhatian khusus, terutama ruang tunggu VIP, karena tidak digunakan untuk kalangan umum dan hanya digunakan untuk kalangan atas baik dalam negeri maupun luar negeri. Keunikan kebudayaan lokal pada ruang tunggu VIP dapat meningkatkan perekonomian dan kunjungan wisata, selain itu juga dalam mengelola dan mengoperasikan sistem bandara harus dilakukan dengan efektif, sehingga bandara dapat menjadi peluang Indonesia untuk membangun citra yang baik.

Kata kunci : Neo-Vernacular, Bandara Udara, Ruang Tunggu.

ABSTRACT

The airport is not just a facility for air transportasion, but also as a symbol and entrance to an area, so that the airport can reflect message and a good impression to users for the area visited. Besides the airport can be an icon for the region, it can be seen from the way the airport operates to serve passengers. The design and facilities provided are not just a place for people to come and go, but there are other activities in them. The waiting room is one part of the airport of special concern, especially the VIP waiting room, because it is not used for the general public and is only used for the upper class both domestically and abroad. The uniqueness of local agriculture in the VIP room can increase investment and tourist visit, while also managing the airport system must be done effectively, making airports able to create opportunities for Indonesia to build a good image.

Keywords : Neo-Vernacular, Airport, Waiting Room.

A. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi ini, bandara bukan sekedar fasilitas bagi transportasi udara, bandara bisa menjadi sebuah simbol dan gerbang masuk ke suatu kawasan. Selain itu,

bandara bisa menjadi sebuah ikon daerah yang membanggakan bagi daerahnya. Desain dan fasilitas yang ditawarkan bandara juga akan sangat berpengaruh. Objek studi yang diangkat adalah Bandara Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terutama pada ruang

(2)

217

Gambar B.4.1 Contoh bentukan selembayung

(Sumber : http://selembayung-melayuriau.blogspot.com)

Gambar B.4.2 Kantor Gubernur Pekanbaru (Sumber : Riaupos.com)

tunggu VIP yang pada eksisting bandara sudah menerapkan kebudayaan lokal, tetapi belum sepenuhnya menerapkan kebudayaan lokal pada ruang tunggu VIP. Pegaruh kebudayaan lokal pada desain sebuah bangunan komersial untuk transportasi seperti bandara diharapkan dapat menjadi representative Riau, terutama Pekanbaru bagi masyarakat regional dan Internasional, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kawasan tersebut dalam peningkatan ekonomi di berbagai sektor.

B. STUDI PUSTAKA

B.1Kebudayaan Lokal

Kearifan lokal (Local Wisdom) merupakan kata yang tidak lazim didengar dalam kalangan akademis. Keberadaannya tentu tidak baru-baru ini saja, kearifan lokal telah ada sebelum manusia dapat menyadari bahwa memilikinya. Pada era modern dan global sekarang, keberadaan mengenai kearifan lokal telah mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh pemikiran global mengenai aspek-aspek lain yang lebih mengutamakan “fisik‟.(schirmbeck, 1988)

Saat ini pemikiran ini perlu menjadi perhatian, karena pentingnya makna yang perlu dipahami dari kearifan lokal tersebut. Kearifan lokal dianggap oleh masyarakat sebagai pemikiran yang sifatnya setempat, tetapi diharapkan mempunyai pengaruh positif kepada daerah lain sebagai salah-satu bentuk solusi terhadap permasalahan yang timbu lakibat pengaruh dari pemikiran global (Pawitro, 2011)

B.2Arsitektur Neo-Vernacular

Penggabungan antara arsitektur tradisional dengan non tradisional atau modern dengan dengan non modern. Perkembangannya terjadi pada masa modern berawal setelah kritikan terhadap arsitektur vernacular.

B.3KarakteristikArsitekturNeo-Vernacular

1.

Menerapkan unsur budaya dan iklim sekitar dalam bentuk arsitektural dan dapat menjadi ciri khas.

2.

Penerapan elemen budaya seperti keyakinan, pola pikir dan aturan dalam letak tata ruang maupun bentuk lainnya.

3.

Mengutamakan bentukan visual dan tidak semua menggunakan prinsip-prinsip vernacular.

B.4Arsitektur Kebudayaan Lokal

Pekanbaru

Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau merupakan garda depan Provinsi Riau khususnya. Pada umumnya di Indonesia dalam hal menjaga dan melestarikan kebudayaan Melayu, perlu dikaji mengenai penggunaan aplikasi ragam arsitektur. Pada wajah kota Pekanbaru mengaplikasikan arsitektur melayu, khusunya selembayung sebagai ornament yang paling menonjol dalam perancangan bangunan di Kota Pekanbaru.

Pada bangunan pemerintahan dan fasilitas umum, penerapan langgam arsitektur Melayu Riau sebagaian besar pada bentuk atap (belah bumbung) lengkap dengan penggunaan ornamen pada perabung atap (selembayung, sayap laying-layang) dan bidai.

(3)

218

Gambar B.4.3 Kawasan purna MTQ Pekanbaru

(Sumber : Pekanbaruwisata.com)

Gambar B.5.1 Ruang Tunggu VIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman

(Sumber : Sepingan-airport.com)

Gambar B.5.2 Ruang Tunggu VIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman

(Sumber : Sepingan-airport.com)

Gambar B.5.3Ruang Tunggu VIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman

Gambar B.5.4Toilet ruang Tunggu VIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman

(Sumber : Sepingan-airport.com)

Gambar B.5.5 Ruang Tunggu VIP Bandara Internasional Kuala Lumpur

(Sumber : Sepingan-airport.com)

Sedangkan pada bangunan fungsi seni dan budaya, penerapan arsitektur tradisional diusahakan mencakup segala aspek, terutama pada segi eksterior bangunan. Baik bentuk maupun estetika.

B.5Studi Preseden

B.5.1 Bandara Udara Sultan Aji

Muhammad Sulaiman

Desain ruang tunggu VIP bandara ini menggunakan konsep neo-vernacular dengan penerapan ukiran khas budaya Kalimantan Timur yaitu dayak pada dinding dan kolom bangunan.

Pada plafon dan juga di beberapa bagian dinding terdapat ukiran khas suku dayak dengan menggunakan bahan kayu dan juga disertakan dengan penambahan lighting pada ukiran tersebut.

Selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pendukung yang terdapat pada ruang VIP pada bandara ini, yaitu :

a. Taman

Pada taman terdapat area vegetasi dengan perpaduan sofa dan juga ukiran-ukiran khas dayak pada kolom.

b. Toilet

Pada toilet juga diterapkan konsep neo-vernacular dengan penerapan 3D pada dinding dan lantai dengan adanya wallpaper tradisi suku Dayak.

B.5.2 Bandara Internasional Kuala

Lumpur

Desain pada ruang tunggu VIP bandara ini lebih kepada penggunaan bahan alami, seperti kayu. Sedangkan penerapan kebudayaan sekitar tidak diterapkan pada ruang tunggu VIP.

Desain dengan menggunakan alami memiliki ciri desain neo-vernakular, ditambah

(4)

219

Gambar D.1 Denah ruang tunggu VIP

(Sumber : Analisa Pribadi)

dengan memilih warna coklat dan gold membuat desain memiliki unsur elegant.(basuki, 1986)

C. METODE

C.1Metode Pengumpulan Data

Penelitian tentang pola ruang dan kebudayaan local dalam penerapan pada interior ruang tunggu VIP Bandara Sultan Syarif Kasim Peknbaru dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif. Menurut (Groat & Wang, 2002)menjelaskan terdapat beberapa kriteria metode penelitian kualitatif, yaitu :

 Penekanan pada setting natural dimana subjek penelitian dipertahankan pada kondisi alamiahnya.

 Fokus pada interprestasi dan makna dimana penelitian memberikan arti dari data yang didapatkan.

 Fokus pada acara informan memakai diri dan lingkungannya.

 Penggunaan berbagai macam Teknik pengumpulan data sesuai dengan kondisi lapangan. (Groat & Wang, 2002: 176-177)

Teknik pengumpulan data yang digunakan melaui studi literatur. Pengumpulan data literatur pada penelitian ini diperoleh melaui buku dan jurnal baik media online maupun media cetak.

D. HASIL STUDI/PEMBAHASAN

Tabel 1. Penggunaan matetial dalam penerapan neo vernacular

Lantai Dinding Plafon

Menggunakan material yang dapat mencerminkan kawasan tersebut, seperti Pada dinding masih sama dengan konsep pada lantai dengan menggunakan material kayu,dengan ditambah warna putih untuk Plafon menggunakan bahan gypsum dan juga kayu. Ditambah dengan adanya bentuk dan motif plafon agar tidak terlihat flat. perpaduan granit dan parket ditambah dengan adanya karpet yang bermotif dari Pekanbaru bertujuan agar mengurangi suara pergerakan kaki

Pada antai juga dapat diberikan motif Pekanbaru memebrikan kesan elegant. Pada beberapa sisi dinding diberi bukaan untuk sirkulasi cahaya dan pencahaya alami. Ukiran-ukiran batik Pekanbaru dapat diterapkan dibeberapa bagian dinding.

Selain itu juga dapat membiarkan beberapa bagian tidak siberi plafon untuk mengexpos struktur.

(Sumber : Analisa Pribadi)

Desain ruang tunggu harus harus dimaksimalkan sedekat mungkin dengan pintu keluar menuju pesawat.

E. KESIMPULAN

Untuk mendesain interior ruang tunggu VIP dengan menerapkan konsep neo-vernacular pada bagian dinding dengan menggunakan material kayu dan adanya ukiran-ukiran melayu seperti ukiran itik kembar, pada lantai menggunakan material marmer dan parket bermotif, pada plafon menggunakan gypsum dan kayu dan dipasang mengikuti motif parket pada lantai. tidak hanya menerapkan kebudayaan sekitar pada konsep desain interior, tetapi juga harus memperhatikan aspek fasilitas yang disediakan untuk menunjang kenyamanan penumpang.

(5)

220

Sedangkan untuk desain pendekatan neo-vernacular harus diterapkan di setiap ruang dengan mengangkat kebudayaan sekitar dan juga dengan menggunakan bahan-bahan yang alami untuk diterapkan pada bagian dinding, lantai, plafond dan furniture.

F. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang ditujukan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan melancarkan dalam proses penulisan jurnal ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada editor yang telah menilai dan mereview Jurnal Seminar Intelektual Muda 2.

REFERENSI

Basuki, I. H. (1986). Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara. bandung: alumni. http://eprints.ums.ac.id/

Groat & Wang. (2002). No Title.

Pawitro. (2011). Pemaknaan Kembali Kearifan Lokal Dalam Arsitektur. Retrieved from https://www.google.com/search?q=Pawitr o%2C+2011).&oq=Pawitro%2C+2011).& aqs=chrome..69i57.410j0j7&sourceid=chr ome&ie=UTF-8

Schirmbeck, E. (1988). Gagasan Bentuk dan Arsitektur. Bandung. https://jurnal.ft.uns.ac.id

Gambar

Gambar B.4.2 Kantor Gubernur Pekanbaru  (Sumber : Riaupos.com)
Gambar B.5.3Ruang Tunggu VIP Bandara  Sultan Aji Muhammad Sulaiman
Gambar D.1 Denah ruang tunggu VIP  (Sumber : Analisa Pribadi) dengan  memilih  warna  coklat  dan  gold

Referensi

Dokumen terkait

Indahwati Sari saat ini yaitu hanya mampu menangani persediaan dalam jumlah yang kecil dan pengendalian ini juga yang diterapkan pun dirasakan tidak mampu atau bisa dibilang

Sari Warna Asli Textile Industry telah membantu rnerljual tekstil dengan ikut serta dalam pameran industri khususnya kebutuhan sandang antara lain : Pameran Produksi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model kalibrasi NIR untuk dapat memprediksi ion leakage yang berhubungan dengan perubahan pH dan deteksi gejala

ABSTRAK. Gerbera merupakan salah satu jenis bunga potong yang banyak diminta pasar. Dilihat dari besarnya penjualan bunga potong gerbera di pasar bunga Rawabelong, berarti

Efek analgetik dan antiinflamasi diperoleh pada ekstrak etanol 70% daun beruwas laut (Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb) dengan dosis 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB, dan 37,5 mg/kgBB

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kendala maupun tantangan tidak mempengarui petani tembakau baik dari sisi proses produksi maupun du luar hal tersebut.. Kendala-

mekanisme keruntuhan yang berbeda. Retak dinding hanyalah indikator dari dampak adanya kerusakan gedung. Dimensi retak menunjukkan seberapa besar dampak dari adanya

Oleh karena itu, teknik sampling yang digunakan disini adalah purposive sampling yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan