• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT RS TELOGOREJO DENGAN RS PANTIWILASA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT RS TELOGOREJO DENGAN RS PANTIWILASA SEMARANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Ima Anggraini Serra¹, Ns. Siti Aisah, Mkep, Sp.Kom², Ns. Ernawati, S.Kep³

Abstrak

Pengetahuan dan keterampilan perawat sangat dibutuhkan, terutama dalam pengambilan keputusan klinis dimana keterampilan penting bagi perawat dalam penilaian awal, perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat, untuk mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Pemisahan yang dimaksud disebut Triase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan tingkat ketrampilan perawat dalam pelaksanaan triase diunit UGD RS Telogorejo dengan RS Pantiwilasa di Semarang. Proses penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 di UGD RS Telogorejo dan RS Pantiwilasa Semarang dengan metode penelitian non eksperimen : comperative, dengan metode Penelitian ini menggunakan metode cross sectional (belah lintang). Hasil uji kenormalan data didapatkan data berdistribusi normal, untuk itu uji statistik yang digunakan adalah uji beda dua sampel independent t-test. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 perawat yang berkualifikasi pendidikan D III, dimasing-masing populasi adalah RS Telogorejo Semarang sebanyak 23 perawat dengan RS Pantiwilasa Semarang sebanyak 27 perawat yang semuanya dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukan rata-rata pengetahuan RS Telogorejo adalah 14,22 dan rata-rata ketrampilan sebesar 17,04, sedangkan rata-rata pengetahuan perawat RS Pantiwilasa sebesar 12,59 dan rata-rata keterampilan sebesar 15,74. Tidak ada perbedaan antara pengetahuan perawat RS Pantiwilasa dan perawat

(2)

RS Telogorejo Semarang, dan ada perbedaan antara Ketrampilan perawat RS Pantiwilasa dan perawat RS Telogorejo Semarang.

Kata kunci : pengetahuan triase, ketrampilan triase, triase Abstract

Knowledge and skills of nurses are needed, especially in clinical decision making in which an essential skill for nurses in the initial assessment, nurses should be able to prioritize patient care on the basis of appropriate decision-making, to support it required specialized knowledge and skills in terms of separation of types and severity of patients in triage, resulting in optimal patient management and could be more focused. The separation is called Triage. The purpose of this study was to determine the differences in the level of knowledge and skill level of implementation of the triage nurse in the ER diunit Telogorejo with RS RS Pantiwilasa in Semarang. The research process undertaken in April 2011 in the ER RS and RS Pantiwilasa Telogorejo Semarang with non-experimental research methods: comperative, with this research method using cross-sectional (split latitude). The results of normality test data obtained normally distributed data, for the statistical tests used are two different test of independent samples t-test. The population in this study were as many as 50 nurses who qualified education D III, enter the respective populations are as much as 23 RS Telogorejo Semarang Pantiwilasa Semarang hospital nurses with a total of 27 nurses who all sampled research. The results showed an average knowledge of RS Telogorejo is 14.22 and the average skill of 17.04, while the average hospital nurse's knowledge Pantiwilasa at 12.59 and the average skill of 15.74. There is no difference between the knowledge nurses RS Pantiwilasa and nurse RS Telogorejo Semarang, and there is a difference between the skills nurses RS Telogorejo and nurse RS Pantiwilasa Semarang.

(3)

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan atau juga upaya pelayanan kesehatan penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Mutu rumah sakit itu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yang paling dominan adalah faktor sumber daya manusia yang mencakup pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan jasa tertentu. (Suryawati, 2002).

Menurut Notoadmojo, 2003. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Sedangkan keterampilan menurut Dunette 1997 dalam Christian 2008 adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan, dimana perawat harus memiliki keterampilan baik dalam komunikasi efektif, objektivitas dan kemampuan membuat keputusan klinis secara cepat dan tepat agar perawatan setiap pasien menjadi maksimal. Hal ini penting jika tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat tersebut kurang, maka akan timbul keluhan pasien. Berkaitan dengan itu, pengetahuan dan keterampilan perawat sangat penting didalamnya karena perawat merupakan ujung tombak utama dalam sebuah pelayanan.

Di Unit Gawat Darurat (UGD) pengetahuan dan keterampilan perawat sangat dibutuhkan, terutama dalam pengambilan keputusan klinis dimana keterampilan penting bagi perawat dalam penilaian awal, perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat, untuk mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triase, sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Pemisahan yang dimaksud disebut Triase. (Oman,2008)

Sistem triase mulai dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950an seiring jumlah kunjungan UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk

(4)

melakukan penanganan segera, dimana tujuan dari triase adalah memilih dan menggolongkan semua pasien yang datang ke UGD dan menetapkan prioritas penangannnya dan disaat pertama perawat menilai pasien perawat juga melakukan tindakan diagnostik, sehingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien tidak terlalu lama. (Brooker, 2008).

Data yang didapatkan di RS Telogorejo dengan RS Pantiwilasa ada terdapat perbedaan didalam menyediakan pelayanan kesehatan di unit gawat darurat khususnya dalam pelayanan triase. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien dalam pelayanan penanganan pasien di UGD, masih ada perawat yang kurang mengetahui kegawatan pasien serta tidak menempatkan pasien sesuai dengan kriteria triase sehingga penanganan pasien jadi terlambat, serta adanya faktor lain yaitu kurang lengkapnya penyediaan sarana tempat yang belum cukup memadai untuk menampung pasien dalam jumlah yang banyak serta belum tersediannya alat dan obat standart UGD yang lengkap sehingga pasien harus menunggu lama dalam penanganan sehingga pasien belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Adapun faktor yang membuat peningkatan kepuasan cutomer dalam keterampilan perawat RS Telogorejo adalah pelayanan yang cepat dalam penanganan pasien di UGD. Dalam triase UGD Telogorejo juga sudah dilengkapi dengan adanya kode pemilahan sesuai warna triase sehingga perawat dapat menempatkan dan menangani dengan cepat pasien sesuai dengan prioritas dalam penanganan pasien di UGD, serta didepan pintu UGD ditempatkan petugas triase yang sudah memiki keterampilan dalam menentukan prioritas kegawatan yang mana tugasnya adalah memilah semua pasien yang datang ke UGD dan merujuk pasien yang bukan prioritas. ( Data Customer Center Evaluasi Pelayanan, 2010)

(5)

Sedangkan di UGD Pantiwilasa dalam hal keterampilan perawat di RS Pantiwilasa adalah belum terpenuhinya ketenagaan perawat yang cukup di UGD sehingga pelayanan menjadi lama, perawat masih lambat dalam menangani pasien, serta belum adanya pelatihan yang diberikan kapada perawat UGD dalam hal pemilahan dan penanganan pasien di UGD sesuai prioritas dan belum tersedianya perawat triase khusus sehingga pasien yang bukan kriteria urgen masuk ke UGD ( Data Administrasi Audit Pelayanan 2010).

Data yang diperoleh dari Customer Center ditemukan kepuasan pasien dalam hal keterapilan perawat UGD RS Telogorejo tahun 2008 terpenuhi 90%, 2009 terjadi penurunan 85%, dan 2010 terjadi peningkatan kembali menjadi 90%. Hal ini terjadi karena pelayanan yang cepat oleh perawat dan tim medis serta tersediannya sarana dan prasarana yang lengkap di UGD. Sedangkan di RS Pantiwilasa semarang terdapat data tahun 2008 kepuasan pasien dalam hal keterampilan perawat adalah 65%, tahun 2009 terdapat data 75%, dan 2010 ada 75% tingkat kepuasan customer dalam hal keterampilan perawat dalam menangani pasien. Fakta dari uraian tersebut diatas selanjutnya memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triase di UGD. Untuk lebih memudahkan dalam penelitian, maka penulis membatasi permasalahan yang diangkat hanya pada tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat di ruang UGD saja. Dari perbedaan kepuasan pasien dalam keterampilan perawat, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan Perawat dalam pelaksanaan Triase di Unit Gawat Darurat (UGD) RS Telogorejo dan RS Pantiwilasa Semarang”.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen : comperative, dimana peneliti membandingkan perbedaan antara pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam

(6)

pelaksanaan triase di UGD RS Telogorejo Semarang dengan RS Pantiwilasa Semarang. Sampel adalah perawat UGD yang berkualifikasi pendidikan D III sejumlah 50 orang, RS Telogorejo Semarang sebanyak 23 perawat dengan RS Pantiwilasa Semarang sebanyak 27 perawat. Dengan metode cross sectional (belah lintang) yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UGD RS Telogorejo dengan RS Pantiwilasa Semarang. A lat pengumpul data data dengan kuesioner dan lembar observasi ketrampilan yang telah diuji coba sebelumnya. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke-1 April sampai minggu ke-2 April 2011. Data Analisis secara univariat, bivariat ( independent T test )

HASIL

Hasil penelitian diperoleh umur rata – rata perawat RS Telogorejo adalah 32,30 tahun dan umur rata-rata perawat RS Pantiwilasa adalah 29,44 tahun. Rata–rata pengetahuan perawat di UGD RS Telogorejo adalah 14,22 dan rata – rata ketrampilan perawat di UGD RS Telogorejo adalah 17,04 sedangkan rata-rata pengetahuan perawat di UGD RS Pantiwilasa adalah 12,59 dan rata – rata ketrampilan perawat di UGD RS Pantiwilasa adalah 15,74.

Diperoleh hasil tidak ada perbedaan antara pengetahuan perawat RS Telogorejo Semarang dengan RS Pantiwilasa Semarang. (Tabel 1) Terdapat perbedaaan ketrampilan antara perawat UGD RS Telogorejo Semarang dengan perawat UGD RS Pantiwilasa Semarang. (Tabel 2).

Tabel 1

Anlisis Perbedaan Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Pelaksanaan Triase RS Telogorejo dengan Perawat RS Pantiwilasa Semarang Bulan April 2011 (n1=n2=50)

Variabel n Mean Standar

Error Std Deviasi P value Tingkat pengetahuan RS Telogorejo Tingkat Pengetahuan RS Pantiwilasa 23 27 14,22 12,59 0,871 0,730 4,177 3,795 0,160

(7)

Tabel 2

Analisis Perbedaan Tingkat Ketrampilan Perawat dalam Pelaksanaan Triase di RS Telogorejo dengan RS Pantiwilasa Semarang Bulan April 2011 (n1=n2=50)

Variabel n Mean Standar

Error Std Deviasi P value Tingkat ketrampilan RS Telogorejo Tingkat ketrampilan RS Pantiwilasa 23 27 17,04 15,74 0,324 0,348 1,551 1,810 0,009 PEMBAHASAN

Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t hitung untuk pengetahuan perawat RS Pantiwilasa dan pengetahuan perawat RS Telogorejo Semarang didapatkan Mean 14,22 hasil uji statistik didapat nilai p value sebesar 0,160 > nilai alpha 0,05 ,berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara pengetahuan perawat RS Pantiwilasa dan perawat RS Telogorejo Semarang. Menurut peneliti tentang hasil penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesamaan pengetahuan perawat yang bekerja di RS Telogorejo dengan perawat yang bekerja di RS Pantiwilasa Semarang diantaranya yaitu penerimaaan tenaga kesehatan yang memenuhi standart kelulusan D III dan penyediaan SOP yang sudah sesuai dengan standar dan dengan adanaya pelatihan tentang kegawatan termasuk didalamnya triase dimana pelatihan dilakukan secara berkala setiap tahunnya, serta faktor lain yang mempengaruhi adalah secara berkala mengadakan seminar tentang kegawatan termasuk didalamnya tentang triase.

Hasil ini mendukung penelitian Mukti (2006), menyebutkan metode triase dapat meningkatkan kinerja perawat di UGD dari aspek prosedur, klinis umum dan sosial. Sama dengan hasil temuan Widodo (2008), bahwa pelatihan dengan metode diskusi kelompok dan seminar akan meningkatkan pengetahuan perawat. Diperkuat oleh temuan Kurrachman (2003), bahwa pelatihan dengan metode ceramah yang disertai diskusi, simulasi dan praktek meningkatkan pengetahuan perawat dalam pelaksanaan triase.

(8)

Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata ketrampilan perawat RS Pantiwilasa Mean 15,74 sedangkan RS Telogorejo Mean 17,04. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,009 < α (0,05), berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan ada perbedaan ketrampilan perawat dalam pelaksanaan triase di RS Pantiwilasa dan perawat RS Telogorejo Semarang. Hasil penelitian Virgilio (2003), menunjukkan bahwa dengan pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam ketrampilan anamnesa pasien perawat memfokuskan pada keluhan utama pasien dimana mencakup uraian tentang keluhan pasien, kapan masalah itu timbul, dan tindakan yang sudah dilakukan sebelum pasien datang ke UGD. Pertimbangan lain dalam keterampilan pengambilan keputusan di triase adalah setiap gejala yang cenderung berulang atau intensitasnya meningkat, setiap gejala yang disertai perubahan pasti lainnya, kemunduran yang progresif, usia yang sangat muda atau sangat tua, awitan yang mendadak, pasien tidak dapat menjelaskan sumber masalah. (Oman, 2008).

Keterabatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi tidak dapat dikendalikan adanya pengaruh dari luar penelitian seperti informasi dari media massa dan sumber lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan responden, instrumen penelitian yang dikembangkan peneliti sendiri dan hanya satu kai uji coba dan instrumen observasi ketrampilan menggunakan skala Guttman sehingga data yang diperoleh kurang variatif.

PENUTUP

Hasil penelitian yang dilakukan pada perawat UGD RS Telogorejo dengan RS Pantiwilasa Semarang diperoleh rata-rata pengetahuan 14,22 dan 12,59, serta rata-rata ketrampilan perawat sebesar 17,04 dan 15,74. Hasil analisis tentang pengetahuan perawat didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan perawat tentang pelaksanaan triase hal tersebut disebabkan oleh tingkat pemahaman perawat

(9)

dan kemampuan perawat dalam menyerap informasi triase sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan perawat. Dengan kenyataan tersebut maka perlu dipertahankan adanya pendidikan dan latihan yang menunjang peningkatan pengetahuan perawat dalam pelaksanaan triase. Hasil analisis tentang ketrampilan perawat di RS Pantiwilasa dan RS Telogorejo maka didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan pada segi ketrampilan perawat dalam pelaksanaan triase. Walaupun tidak terdapat perbedaan pengetahuan namun masih ada perbedaan terhadap ketrampilan perawat, maka perlu adanya peningkatan pelatihan dan ketrampilan pelaksanaan triase.

Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan pengetahuan dan ketrampilan perawat, sehingga peneliti menyarankan kepada Diharapkan kedua instansi Rumah sakit dapat memberikan informasi terbaru tentang triase baik melalui seminar maupun pelatihan-pelatihan khususnya tentang kegawatan pasien agar perawat dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan triase sehingga dapat mengaplikasikan dalam lingkungan kerja masing – masing perawat, termasuk penyediaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan triase. Bagi unit keperawatan gawat darurat, adanya perbedaan ketrampilan perawat pada masing-masing Rumah Sakit namun terdapat perbedaan standar operasional yang diterapkan oleh kedua rumah sakit, sehingga perlu pendidikan dan pelatihan tentang triase dan standar operasionalnya sehingga perawat dapat memperoleh ketrampilan yang sama dalam pengkodean pasien.

¹Ima Anggraini Serra : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang.

²Ns Siti Aisah, M.Kep, Sp.Kom : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

³Ns. Ernawati S.Kep : Dosen Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

(10)

KEPUSTAKAAN

Brooker. C (Editor). (2009). Ensiklopedia Keperawatan (Churchill Livingstone’s Mini Encyclopedia of Nursing), Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bagus B (2007) Pengetahuan dan Ketrampilan Perawat dalam hubungan Kepuasan

Pasien dalamPelayanan Rawat Inap di Magelang.

Budiarto ( 1999) dalam Machfoedz. I (2008). Metodologi Penelitian.Yogyakarta. Pitramaya.

Dunette 1997 dalam Christian P (2008) Ketrampilan dalam Keperawatan Kamus Elektronic www.Petrachristian.com diperoleh 14 Februari 2011

Kurrachman, T.( 2003). Pelatihan Pengetahuan dan Keterampilan pada perawat UGD di Magelang. dipublikasikan : Universitas Gadjah Mada.

Notoatmodjo. S (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi . Jakarta PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. S (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Oman, Chathleen Jane, Koziol M & linda J.S (2008) Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smith, Anita PhD, RN; Cone, Kelly J. PhD, RN, CNE, ( 2010) Journal for Nurses in Staff Development - JNSD:January/February 2010 Volume 26

Sriwidodo (2010). Cermin Dunia Kedokteran dalam www.scribid.com diperoleh 14 Februari 2011

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitaif kualitatif dan R&D . Bandung Alfabeta.

Sugiyono (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2010). Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Widodo, (2008). Perbandingan Pengaruh Pelatihan dengan Diskusi Kelompok Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat di RS Sleman, dipublikasikan : Universitas Gadjah Mada.

(11)

Valerie G. A. Grossman (2003) Quick reference to triage penerbit : lippincot William Virgilio, DG. (2003). Problem Based Learning for Training Health Care Managers

Referensi

Dokumen terkait

Dempo Komputer, maka perusahaan lebih dapat menjangkau penjualan kepada konsumen terutama yang berada diluar kota seperti memberikan informasi produk-produk komputer

5 Muhammad Alyas.. 7 dan taraf hidup petani ikan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, penyediaan bahan

(1) Peneliti memberikan bimbingan yang lebih intensif ke masing- masing kelompok belajar dan memotivasi mahasiswa kurang aktif untuk ikut terlibat dalam

Dari data hasil penelitian dengan menggunakan head 1,3 m dan debit 0,012 m 3 /s didapat grafik yang menghasilkan efisiensi total maksimal sebesar.. Efisiensi maksimal tersebut

Kelompok pekerja dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah Sekolah Dasar mendominasi pekerja pada Februari 2016 yaitu sebesar 37,04 persen, sedangkan

bicolor tidak terganggu, sedangkan media tanam B2, B3, B4, B5, dan B6 adalah tanah lahan bekas tambang yang telah mengalami kerusakan berupa pemadatan tanah, pH tanah

Seksi Informasi Pasar Kerja dipimpin oleh kepala seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang pembinaan dan penempatan tenaga kerja.Seksi Informasi

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (