• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERMAIN PERAN SEBAGAI DUBBER:IMPLEMANTASI INOVATIF PENDEKATANAURAL ORAL DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERMAIN PERAN SEBAGAI DUBBER:IMPLEMANTASI INOVATIF PENDEKATANAURAL ORAL DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KALAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

402

BERMAIN PERAN SEBAGAI DUBBER:IMPLEMANTASI

INOVATIF PENDEKATANAURAL ORAL DALAM

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KALAM

NURUL WAHDAH

IAIN Palangka Raya

E-mail: nurulwahdahplk@yahoo.com

Abstrak: Belajar bahasa Arab tidak hanya sekedar belajar tata bahasa atau

sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa Arab, tetapi harus sering mempraktikkan bahasa tersebut baik secara lisan atau tertulis. Keterampilan Kalam (berbicara dalam berbahasa Arab) merupakan salah satu keterampilan bahasa yang dapat dikuasai oleh pembelajar bahasa Arab melalui pembiasaan atau praktik terus-menerus. Untuk proses pembiasaan berbicara dalam bahasa asing pendekatan yang dilakukan antara lain dengan pendekatan aura-oral. Pendekatan ini memberikan perhatian utama kepada kegiatan latihan (drill), yaitu: menghafal kosa kata dan berdialog. Pada sisi lain pendekatan ini lebih mengutamakan kesahihan dan keakurasian bahasa. Karakteristik pendekatanaura-oral di atas teraplikasi pada latihan berbicara bahasa Arab dengan berlatih sebagai pengisi suara dalam film (dubber).Strategi ini menuntut pembelajar untuk berlatih mengungkapkan percakapan bahasa Arab secara berulang-ulang sampai pembelajar dapat menyesuaikan antara suara mereka dengan gerakan yang terdapat di dalam film dengan benar dan tepat.

Kata Kunci: Keterampilan Kalam, Pendekatan Aural-Oral, Bermain Peran

Dubber Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa Arab, salah satu keterampilan di dalamnya adalah kemahiran berbicara atau disebut maharatul kalam dalam bahasa Arab.Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern. Berbicara merupakan sarana utama berkomunikasi dengan yang lain. Belajar berbahasa tentunya tidak bisa secara pasif atau sekedar mendengarkan saja bunyi-bunyi bahasa Arab, tetapi harus sering memperaktikkan bahasa tersebut sehingga lidah tidak terasa kaku ketika ingin mengungkapkan kosakata ataupun ungkapan-ungkapan.

Dalam belajar berbahasa khususnya keterampilan kalam tentunya pembelajar tidak lepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan langsung dengan kemampuan berbicara dengan bahasa Arab. Kesulitan-kesulitan yang biasa dihadapi oleh para pembelajar bahasa kedua dalam keterampilan berbicara diantaranya: belum tepat dalam artikulasi, lamban karena masih mencari-cari kosakata, pengacauan artikulasi karena terlalu cepat atau terlalu lambat, sering terjadi kesalahpahaman dalam memaknai ungkapan lawan bicara, kaku dalam mengungkapkan mengungkapkan ide, gagasan ataupun ungkapan-ungkapan sederhana dalam keseharian dengan bahasa Arab meskipun memiliki kosakata yang

(2)

403

cukup di saat kegiatan percakapan berlangsung, dan keterbatasan kosa kata. Selain itu tidak adanya juga lingkungan yang diciptakan sebagai media untuk pembiasaan berbahasa tersebut. Kurangnya pembiasaan berbahasa Arab secara lisan pada dasarnya merupakan salah satu kelemahan dan kekurangan sistem dan metode lama pengajaran bahasa Arab di Indonesia yakni kurangnya latihan lisan yang intensif sehingga sedikit sekali pembelajar yang mampu mengutarakan ide, pikiran ataupun gagasan berbahasa Arab secara lisan.

Dari latar belakang di atas dicari alternatif pembiasaan berbahasa sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang dihadapi pembelajar. Dalam hal ini peneliti menawarkan strategi latihan pembiasaan pengucapan atau bertutur dengan bahasa Arab dengan cara pembelajar bermain peran sebagai dubberpadafilm berbahasa Arab. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kalambagipembelajar Program Studi Pendidikan Bahasa Arab STAIN Palangka Raya tahun akademik 2009/2010 dengan bermain peran sebagai dubber dalam film.

Pengertian dan Tujuan Pembelajaran KeterampilanKalam

Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.

Dalam bahasa Arab keterampilan berbicara disebut kalam. Yang dimaksud dengan Kalam ini adalah pengucapan bunyi-bunyi berbahasa Arab dengan baik dan benar sesuai dengan makhraj yang dikenal orang Arab. Keterampilan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengucapan dan berbicara. Pengucapan adalah kemampuan pengucapan yang tidak memerlukan ide dan proses berpikir. Kegiatan ini seperti mengulang kembali apa yang diucapkan pengajar, membaca keras, dan menghafal. Adapun berbicara adalah aspek sosial pada keterampilan ini. Pembicaraan tidak akan terjadi tanpa adanya pembicaraan dua arah yaitu paling sedikit ada pembicara dan pendengar dan peran ini saling bergantian. Keterampilan ini memerlukan ide dan proses berpikir yang menghubungkan makna dengan ungkapan lisan. Bagi pembicara harus memilih pola kalimat dan kosa kata untuk mengungkapkan idenya.(Al-Araby, 1981: 138)

Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula. Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif, tentu dituntut kemampuan menangkap informasi secara kritis dan efektif. Karena dengan memiliki keterampilan menangkap informasi secara efektif dan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggang rasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehingga pendengar dapat pula menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif.

(3)

404

Berbicara mengenai kemampuan menangkap informasi berarti kita berbicara pula mengenai aktivitas menyimak. Tentu hal tersebut berkenaan dengan kegiatan menyimak tepat guna dan menyimak efektif. Oleh karena itu, para pembelajar perlu dilatih sejak dini mengenai upaya menyimak tepat guna dan efektif agar kemampuan berbicaranya menjadi efektif pula.

Menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilam berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan secara erat. Interaksi ditandai oleh rutinitas informasi. Ciri lain adalah diperlukannya seseorang pembicara mengasosiasikan makna, mengatur interaksi, siapa harus mengatakan apa, kepada siap, kapan dan tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat betapapun kecilnya memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna( Iskandarwassid dan Sunendar,2008: 240).

Adapun tujuan dari pembelajaran kalam untuk tingkat pemula dan menengah adalah agar pembelajar dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab. Menurut Iskandarwassid dan Suhendar tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:

1. Kemudahan berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang bersar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.

2. Kejelasan

Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik.

3. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.

4. Membentuk pendengaran yang kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama keterampilan ini. 5. Membentuk kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. (Iskandarwassid dan Sunendar,2008: 242-243)

Film Sebagai Salah Satu Media Pembelajaran Keterampilan Kalam

Dalam proses pembelajaran ada dua unsur yang sangat penting, yaitu metode dan media pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan suatu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih

(4)

405

media, antara lain tujuan, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh pengajar.

Pemakaian media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psoikologis terhadap pembelajar. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik, memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi. (Arsyad,1997: 16)

Menurut Ibrahim media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka, memantapkan pengetahuan pada benak siswa serta menghidupkan suasana pembelajaran.( Ibrahim, 1987: 432)

Ditinjau dari psikologi, pembelajar akan lebih mudah mempelajari hal-hal yang kongkrit dari abstrak. Brunner mengemukakan proses pembelajaran hendaknya urutan dari pengalaman langsung (anactive) ke belajar dengan gambar atau film (iconic representation of experience) kemudian ke belajar dengan simbol yaitu menggunakan kata-kata (syimbolic representation). Hal ini berlaku tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk orang dewasa.(Syahid, 2003:159) Film merupakan salah satu media audio-visual yang melukiskan gambar dan suara yang memberikan daya tarik tersendiri. Media film ini dapat dipakai untuk media pembelajaran istima' dan kalam pada pembelajaran bahasa Arab. Suara yang ada dari film atau isi pembicaraannya menjadi bahan untuk dipahami pembelajar dan untuk pengayaan kosa kata, sedangkan ungkapan-ungkapan dan gaya bertutur untuk ditirukan secara berulang-ulang oleh pembelajar. Dengan penggunaan media ini proses pembelajaran dapat lebih diefektifka

Strategi Bermain Peran sebagai Dubber: Implementasi Pendekatan Aural-Oral dalam Pembelajaran Kalam

Strategi pembelajaran kalam merujuk pada prinsip Stimulus-Respons. Selama kedua variabel ini dikuasai oleh pembicara, maka ia dapat dikatakan memiliki kemampuan kalam. Perkembangan strategi pembelajaran kalam masih mempertahankan pola stimulus-respons meskipun dengan modifikasi model yang variatif.((Syahid, 2003:240)Strategi pembelajarankalam ini diantaranya asosiasi dan identifikasi, latihan pola kalimat, bercerita, wawancara, sandiwara, berpidato, diskusi, dan latihan percakapan seperti: tanya jawab, menghafalkan model dialog, percakapan terpimpin, percakapan bebas dan bermain peran.

Dalam pengajaran bahasa pendekatan aural-oral bersumber dari mazhab behaviorisme yang dikemukakan diantaranya oleh skinner. Mazhab ini termasuk penganut aliran empiris. Menurut skinner prilaku berbahasa seseorang dapat diprediksikan dan dikendalikan dengan cara mengamati dan memanipulasi lingkungan fisik seseorang itu. Bagi Skinner perilaku berbahasa lebih banyak

(5)

406

dipengaruhi atau disebabkan oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan (reinforcement) dari rangsangan itu. (Abdul Chaer, 2003: 91)

Pendekatan aural-oral ini memberikan perhatian utama kepada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa (pola, struktur, kaidah) dari pada kandungan isinya, mengutamakan kesahihan dan akurasi. (Effendy,2003: 11).

Adapun karakteristik dari pendekatan aural-oral ini antara lain:

a. Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa secara seimbang

b. urutan penyajian pembelajaran bahasa dari menyimak, berbicara diteruskan membaca dan menulis

c. Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan.

d. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (pattern-practice) latihan atau drill mengikuti urutan:

Stimulus Respon Reinforcement

e. Pengajaran sistem bunyi secara sistematis dapat digunakan dan diperaktikkan dengan tehnik demonstrasi, peniruan, komparasi, dan lain-lain.

f. Penggunaan bahan rekaman, laboraturium bahasa sangat penting (Effendy,2003: 47).

Karakteristik pendekatan aural-oraldi atas teraplikasi pada latihan berbicara bahasa Arab dengan berlatih sebagai pengisi suara dalam film (dubber). Dialog yang ada di film menjadi stimulus yang akan direspon oleh pembelajar selanjutnya dilatih secara terus menerus sampai dialog dikuasai. Proses ini tentunya tidaklah sebentar tapi melewati latihan terus-menerussehingga lidah si pembelajar terbiasa dengan tuturan bahasa Arab.

Bermain peran (role play) menurut Hisyam Zaini, dkk.(2007: 101) adalah suatu aktivitas pembelajaran yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik. Menurut Wina Sanjaya (2006: 161)Metode bermain peran memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu. Menurut Puji Santosa, dkk. (2011: 118) Asumsi dasar bermain peran menurut oleh Hamzah B. Uno (2010: 25) yaitu: (a) bermain peran sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, (b) bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan persaannya bahkan melepaskannya, dan (c) bermain peran merupakan proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) serta mengarakan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Menurut Avila dan Talavan (2013) melaluidubbing dalam pembelajaran bahasa kemungkinan yang dapat diperoleh adalah aktivitas yang komunikatif yang meliputi1. Menghasilkan percakapan (speaking Production) yang didadalamnya mencakup kefasihan, pelafalan yang alamai dan kecepatan berbicara, 2. Pemahaman lisan (oral Comprehension) berupa keaslian atau hasil kerja teman sekelas, 3 menghasilkan tulisan (Writing Production), 4.Pemahaman bacaan melalui script.

Dalam strategi bermain peran sebagai dubber ini, proses pembelajarannya memerlukan ruangan laboraturium bahasa. Pada proses belajar mengisi suara ini,

(6)

407

para pembelajar mendengarkan bunyi dari dialog film yang sudah tersusun sistematis kemudian dialog tersebut dapat digunakan dan dipraktikkan dengan tehnik peniruan.

Tehnik Bermain Peran Sebagai Dubber dalam Pembelajaran Keterampilan Kalam dengan

Metode bermain peran (role playing) menurut Zaini (2008: 104) dibagike dalam tiga fase yang berbeda-beda. Fase-fase dalam metodebermain peran (role playing) tersebut meliputi fase perencanaan danpersiapan, fase interaksi, serta fase refleksi dan evaluasi. Fase-fasedalam pelaksanaan metode bermain peran (role playing) tersebutdijelaskan sebagai berikut: (1) Perencanaan dan persiapan. Fase inimengandung pokok-pokok hal yang perlu dipertimbangkan pengajar. Pokok-pokok hal tersebut, yaitu: mengenal peserta didik, menentukantujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menentukan kapanpelaksanaan bermain peran (role playing), mempertimbangkanpendekatan umum bermain peran (role playing), mengidentifikasiskenario, menempatkan peran, pengajar berlaku sebagai pengamat,mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik, merencanakan waktuyang baik, dan mengumpulkan informasi yang relevan, (2) Interaksi.Fase kedua ini mempunyai langkah-langkah yaitu: membangun aturandasar, mengeksplisitkan tujuan pembelajaran, membuat langkah-langkahyang jelas, mengurangi ketakutan tampil di depan publik,menggambarkan skenario atau situasi, mengalokasikan peran, memberiinformasi yang cukup, menjelaskan peran mengajar dalam bermainperan (role playing), memulai bermain peran (role playing),menghentikan dan memulai kembali jika perlu, dan mengatur waktu, dan (3) Refleksi dan Evaluasi. Refleksi dan evaluasi dilakukan oleh pengajarbersama dengan peserta didik agar penilaian kriteria terbuka.

Sebelum pembelajaran dimulai oleh pengajar terlebih dahulu menyiapkan film sederhana yaitu (1) Memilihkan film kartun anak atau film berisikan pendidikan karakter berbahasa Arab, (2)memilihkan bagian-bagian film yang lebih mudah untuk ditiru dan didubbingkan, (3) Bagian-bagian flim yang dipilih ada kaitannya dengan materi pembelajaran bahasa Arab, baik dari sisi kosa kata dan tata bahasa.

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam belajar kalam dengan bermain peran sebagai dubber:

1) Pengajar memilihkan bagian dari film kartun berbahasa Arab menampilkan melalui komputer.

2) Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3) Pembelajar melihat film melalui LCD.

4) Durasi penampilan bagian film yang akan didubbing selama 5-10 Menit

5) Pembelajar memahami isi film dan menyalin ungkapan-ungkapan yang ada di film.

6) Pengajar memutar ulang bagian film yang dipilihkan untuk tiap-tiap ungkapan. 7) Untuk penguasaan makna ungkapan, pengajar menyuruh pembelajar satu

persatu untuk menerjemahkan secara langsung atau lisan ungkapan atau percakapan yang terdapat dalam film secara bersama-sama.

8) Pengajar menyuruh seluruh pembelajar untuk meniru ungkapan yang ada di film secara bersama-sama. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang.

(7)

408

9) Pengajar menyuruh pembelajar satu persatu untuk mengulang-ulang satu ungkapan yang diputarkan. Apabila masih belum lancar atau terbata-bata, maka diulang lagi. Semua pembelajar mendapat giliran. Sementara satu orang pembelajar mengulang-ulang ungkapan di bawah perintah pengajar. Pembelajar yang lain mengulang-ulang sendiri ungkapan yang sudah diberikan.

10) Setelah pembelajar lancar mengucapkan ungkapan-ungkapan dalam durasi 2 menit, engajar membagi peran yang ada di film kepada pembelajar. Semua pembelajar mendapat peran secara bergantian.

11) Film diputar dengan suara kecil, pembelajar mengisi suaranya berdasarkan peran yang sudah dibagikan.

Dalam proses pembelajaran tanya jawab dibuka apabila ada siswa yang masih belum faham dengan makna kosakata tertentu atau pun perannya. Selanjutnya Untuk mempermudah pembelajar dalam proses peniruan bunyi, peneliti menggunakan sistem ”Play-Stop” dengan menggunakan Pause. Dengan kondisi ini pembelajardapat mengikuti secara pelan-pelan dan terus-menerus.

Dalam memerankan peran dubber, pembelajar dituntut betul-betul menguasai ungkapan yang mereka tiru. Hal ini tentunya memerlukan proses yang cukup lama untuk pembiasaan lidah dalam pelafalan. Kelebihan yang dapat diambil dari strategi ini, pembelajar dapat merekam di memori pembelajar dengan kuat ungkapan-ungkapan yang ada dalam film dikarenakan seringnya ditirukan.

Pada latihan-latihan peniruan, pembelajar telah dapat menirukan ungkapan yang ada di film secara berulang-ulang. Pengajar tetap membantu dan membimbing apabila pembelajar masih sulit menuturkan ungkapan. Para pembelajar dapat mengikuti secara pelan-pelan dan terus-menerus. Setelah pembelajar latihan berulang-ulang dan mulai lancar, pengajar membagi beberapa kelompok untuk memerankan peran dubber.

Sebelum pertemuan berakhir, pengajar memberikan latihan-latihan pengembangan pola yang terdapat didalam film. Dengan pola yang mereka dapatkan di film, pembelajar dapat merubah kosakata-kosakatanya dengan yang lain namun tetap dengan pola yang sama. Pola yang sudah biasa mereka ungkapkan membuat mereka juga mudah mengembangkannya.

Penutup

Keterampilan Kalam (berbicara dalam berbahasa Arab) merupakan salah satu keterampilan bahasa yang dapat dikuasai oleh pembelajar bahasa Arab melalui pembiasaan atau praktik terus-menerus. Melalui pendekatan aural-oral, para pembelajar dapat melakukan pembelajaran kalam dengan praktik secara terus-menerus dengan ungkapan-ungkapan yang benar karena pendekatan ini memberikan perhatian utama kepada kegiatan latihan seperti: menghafal kosa kata dan berdialog dengan mengutamakan kesahihan dan keakurasian bahasa.

Karakteristik pendekatanaural-oralini teraplikasi pada latihan berbicara bahasa Arab dengan berlatih sebagai pengisi suara dalam film (dubber).Dalam memerankan peran dubber, pembelajar dituntut betul-betul menguasai ungkapan yang mereka tiru sampai lancar. Dengan demikian melalui strategi ini, pembelajar menjadi terbiasa mengungkapkan ungkapan ungkapan dalam bahasa Arab.

(8)

409

Di samping itu, pola-pola kalimat yang terdapat dalam film dapat diketahui dan difahami semua pembelajar sehingga mereka dapat mengembangkan pola-pola ungkapan tersebut dengan kosa kata yang lainnya. Proses yang dilewati dalam strategi ini selaras dengan teori pembelajaran bahasa yang diungkapkan oleh Skinner dengan tahapannya Stimulus-Respons-Reinforcement.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Araby, Sholah Abdul Majid. 1981. Ta’allum Al-Lughah Al-Arabiyah wa Ta’limuha,Baina An-Nadzariyah wa At-Tatbiq. Maktabah Libnan, saahah Riyadh As-sholah, Beirut.

Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Effendy, Ahmad Fuady. 2003. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Malang,: MISYKAT Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, Hamadah. 1987. Al-Ittijahat al-Muashirah fi Tadris al-Lughah al-Arabiyah wa lughat al-Hayyah al-Ukhra Li Ghairi an-Nathiqina Biha. Kairo: Darl Fikr al-Araby. Hamzah B. Uno. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Parera, Jos Daniel. 1997. Linguitik Edukasional. Jakaeta: Penerbit Erlangga.

Roqib, Muhammad. 2004. Bahasa Arab dalam perspektif Gender, Jurnal Bahasa Arab dan Pengajarannya, Al-Araby 2. Malang

Tho’aimah, Rusdy Ahmad. 1989. Ta’liim Al-Lughah Al-Arabiyah li Ghairi An-Naatiqiin biha, Manahijuhu wa Asaalibuhu, Mansyurat Al-Munadzdzamah Al-Islamiyah li At-Tarbiyah wa Al-Ulum wa Ats-Tsaqafah, Esissco.

Santosa, Puji. 2011. Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.),

Suroso. 2007. Classroom Action Research. Yogyakarta: Pararaton Publishing. Syahid, Ahmad. 2003. Rancangan Pembelajaran Model Elaborasi,

Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakaryas

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

www.slideshare.net/atlasuned/the-role-of-dubbing-in-foreign-language-learning, Jose Javier Avila and Noa Talavan, The Role of Dubbing in Foreign Language Learning: First Insights, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis merancang pemodelan helikopter yang dapat mempertahankan ketinggian yang diinginkan dengan beberapa pilihan level ketinggian.. Pengaturan

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Karena modal sangat menunjang sekali dalam kelancaran kegiatan perusahaan, sebagai contoh bagian produksi membutuhkan bahan baku, maka mereka harus membeli dulu

penyelenggaraan pelayanan Kopdit Padat Asih dan apabila dikemudian hari terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki akibat ketetapan ini, maka Pengurus Kopdit Padat

Jika tidak setuju mengembalikan ke Kasubbag Umum dan Kepegawaian untuk dilengkapi dan/atau direvisi. konsep usulan/laporan kepegawaian 0,5 jam konsep usulan/laporan kepegawaian

untuk mengetahui jumlah matenal yang dipakai' untuk menghasilkan beton, yaitu meliputi jumlah semen, pasir, split dalam jangka waktu. pengendalian adalah 1 tahun yaitu

Sebagai Badan Usaha Milik Daerah, mekanisme perubahan bentuk badan hukum yang akan ditempuh oleh Bank Perkreditan Rakyat dalam rangka perubahan bentuk hukum dari

[r]