• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003) bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003) bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Komunikasi Interpersonal

1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003)

Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992), komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi berkelanjutan antara orang – orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell (1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

(2)

1.1.2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal

Aspek-Aspek Komunikasi Antar Pribadi menurut Joseph De Vito (1989) yaitu:

“In this humanistic (sometimes referred to metaphorically as “soft”) approach to interpersonal effectiveness, five general qualities are considered :opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

"Dalam humanistik ini (kadang-kadang disebut sebagai metafora" lunak ") pendekatan efektivitas interpersonal, lima kualitas umum dianggap: keterbukaan, empati, daya dukung, positiveness, kesetaraan".

(a) Openness (keterbukaan)

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan di masa kini.

Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan perasaan kepada orang lain terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, terhadap kejadian - kejadian yang baru saja disaksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri. Brooks dan Emmert (Rahmat, 2001) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut:

1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.

2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb. 3. Mencari informasi dari berbagai sumber

4. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

(b) Empathy (empati)

Komunikasi antar pribadi yang positif, berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukan rasa empati pada komunikan (penerima pesan), perlu ada hubungan yang positif, hangat, penuh kasih antara yang satu dengan yang lainnya. Kata “empati” mewadahi gagasan : mampu sepenuhnya memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, sehingga hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut (Kathryn Geldard dan David, 2004). Empati sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung,

(3)

khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antar pribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan. (c) Positivenes (perasaan positif)

Dalam buku Communication Interpersonal oleh Joseph De Vito dinyatakan bahwa:

“we communicate positiveness in interpersonal communication in at least two ways: (1) stating positive atitudes and (2) stroking the person with whom we interact (1989).

Artinya:Perilaku yang positif dalam komunikasi antar pribadi terdiri dua aspek elemen, (1) komunikasi antar pribadi adalah mendidik sebuah anggapan yang positif untuk seseorang. (2) sebuah perasaan positif untuk situasi komunikasi umum adalah penting untuk interaksi yang efektif.

Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

Rahmat (2001) menyatakan bahwa sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula.

(d) Equality (kesamaan)

Never to are two people absolutely equal in all respect. Despite this in quality, interpersonal communication is generally more effective when the atmosphere is one of equality (1989)

Tidak pernah dua orang benar-benar sama dalam semua hal. Meskipun demikian dalam kualitas, komunikasi interpersonal umumnya lebih efektif bila atmosfer adalah salah satu dari kesetaraan (1989)

(4)

Rahmat (2001) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.

(d) Dukungan (Supportiveness)

Joseph De Vito mengungkapkan :

“An effective interpersonal relationship is one in wich there is supportiveness, aconcept that owes much of it formulation to the work of Jack Gibb. Open of empathic communication cannot survive in an unsurpportive atmosphere. Supportivinenness is demonstrated and rostered by our being (1) descriptive rather than evaluative and (2) rather than certain.

“Sebuah hubungan interpersonal yang efektif adalah salah satu di yang ada dukung, aconcept yang berutang banyak itu formulasi untuk pekerjaan Jack Gibb. Buka komunikasi empatik tidak dapat bertahan hidup dalam suasana unsurpportive. Supportivinenness ditunjukkan dan rostered oleh keberadaan kita (1) deskriptif daripada evaluatif dan (2) daripada tertentu.

Dukungan dalam komunikasi antar pribadi merupakan faktor yang sangat penting, dimana lewat tanggapan yang bersifat memberikan dukungan, penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali, atau menolong meringankan beban pengirim pesan.

Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi.

(5)

Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2001) menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa menilai, tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka.

Menurut Laswell & Laswell (1982), aspek – aspek komunikasi interpersonal antara lain :

a. Keterbukaan, yakni mengungkapkan reaksi atau tanggapan situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang berguna untuk memahami tanggapan tersebut.

b. Kejujuran, dalam arti mengungkapkan diri apa adanya sesuai dengan factor yang terjadi.

c. Kepercayaan dengan cara menaruh kepercayaan tanpa rasa curiga. d. Empati, adalah menempatkan diri pada keadaan orang lain baik

secara intelektual maupun emosional.

e. Mendengarkan, yang merupakan proses aktif yang membutuhkan komunikasi dan bertujuan melakukan pemahaman terhadap stimulus untuk memberikan umpan balik

1.1.3. Faktor – faktor yang Yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Menurut Rahmat (2001) faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:

a. Gambaran diri, yaitu bagaimana manusia melihat dirinya sendir dalam hubungannya dengan manusia lain dalam situasi tertentu. b. Gambaran dari pihak lain, yaitu bagaimana manusia melihat pihak

yang diajaknya berkomunikasi mempunyai pengaruh pula terhadap efektivitas komunikasinya.

c. Mendengarkan, adalah proses yang dilakukan dengan telinga, pikiran dan perasaan dengan konsentrasi.

d. Kejelasan pernyataan, adalah komunikasi pada hakekatnya adalah pernyataan isi pikiran dan perasaan. Pernyataannya harus jelas bagi pihak komunikan.

(6)

e. Membuka diri, hal ini harus terdapat pada kedua belah pihak, karena tidak mungkin diharapkan keterbukaan hanya dari satu pihak saja. f. Umpan balik, yaitu tanggapan yang dikembalikan oleh pihak

penerima komunikasi timbal balik.

1.1.4. Manfaat Komunikasi Interpersonal

Rahmat (2001) menyatakan bahwa manfaat komunikasi interpersonal adalah :

a. Tumbuhnya rasa saling pengertian. Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dumaksud oleh komunikator.

b. Menciptakan kesenangan bagi lawan bicara. Tidak semua komunikasi interpersonal ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian, namun terkadang komunikasi interpersonal ditujukan untuk menyenangkan hati lawan bicara. Komunikasi dengan tujuan yang menyenangkan lawan bicara dapat dijadikan hubungan hangat, akrab dan menyenangkan.

c. Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat mempengaruhi sikap komunikan.

d. Menciptakan hubungan sosial yang baik. Manfaat komunikasi interpersonal juga dapat menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga kebutuhan individu untuk berinteraksi dapat terpenuhi.

Jadi manfaat dari komunikasi interpersonal meliputi tumbuhnya rasa saling pengertian, menciptakan kesenangan bagi lawan bicara, Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat mempengaruhi sikap komunikan dan Menciptakan hubungan sosial yang baik.

2.2. Persahabatan

Persahabatan merupakan istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas sosial. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan

(7)

kesetiaan satu sama lain. Selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.

Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka. Karakteristik lain dari pola hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya adalah munculnya keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab dalam kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah friendship (persahabatan) Santrock (2003).

Menurut Santrock (2003), karakteristik yang paling umum dari persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity). Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat. Santrock (2003) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu: sebagai kawan (companionship), sebagai pendorong (stimulation), sebagai dukungan fisik (physical support), sebagai dukungan ego (ego support), sebagai perbandingan sosial (social comparison), sebagai memberi keakraban dan perhatian (intimacy/affection).

(8)

2.3. Bimbingan Kelompok

2.3.1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Winkel dan Sri Hastuti. (2004). Bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan Konseling (konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan dirinya serta sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

2.3.2. Teknik-teknik bimbingan kelompok

Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ada beberapa teknik yang biasa digunakan. Tatik Romlah (2001) mengemukakan teknik dalam bimbingan kelompok tersebut antara lain :

(9)

a. Pemberian informasi atau ekspositori

Pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendenggar. Bisa juga diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selebaran,vedeo, dan film. b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin

c. Pemecahan masalah

Teknik pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis adalah :

1. Mengidenfikasi dan merumuskan masalah

2. Mencari sumber dan memperkirakan sebab-sebab masalah 3. Mencari alternatif pemecahan masalah

4. Menguji kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya

5. Memilih dan melaksanakan alternatif yang paling menguntungkan 6. Mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

d. Permainan Peran

Suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan

e. Permainan Simulasi

Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan, ringan, bersifat kompetitif, atau kedua-duanya. Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.

f. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan

Teknik penciptaan suasana kekeluargaan adalah dimana siswa dan guru menciptakan suasana yang nyaman seperti ketika mereka berada dirumah sehingga siswa tidak akan malu dalam berbicara dihadapan teman dan guru

g. Karyawisata

Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi obyek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus.

Dari beberapa teknik diatas tidak semua teknik akan digunakan dalam layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi

(10)

interpersonal, teknik yang digunakan adalah tehnik diskusi kelompok untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.

2.3.3. Tujuan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (1995), tujuan bimbingan kelompok adalah: a. Mampu berbicara di depan orang banyak

b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak.

c. Belajar menghargai pendapat orang lain

d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif).

f. Dapat bertenggang rasa

g. Menjadi akrab satu sama lainnya

h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

Menurut Winkel (2004) tujuan bimbingan kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Selain itu bimbingan kelompok bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik.

Berdasarkan dari pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan bersosialisasi, dan mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.

(11)

3.3.4. Asas-Asas Bimbingan kelompok

Menurut Prayitno (1995), asas-asas bimbingan kelompok adalah:

a. Asas kerahasiaan

Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain

b. Asas keterbukaan

Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

c. Asas kesukarelaan

Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok. d. Asas kenormatifan

Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

Berdasarkan pendapat diatas asas bimbingan kelompok meliputi asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan dan asas kenormatifan, keeempat asas tersebut harus ada dalam proses bimbingan kelompok agar dalam proses bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

3.3.5. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut Prayitno (1995), tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok

(12)

menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.

Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.

b. Tahap Peralihan

Langkah selanjutnya ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok.

Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya

c. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin 7 kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan.

d. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan kegiatan.

(13)

Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:

1. Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok

2. Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok

3. Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota

4. Pembahasan kegiatan lanjutan 5. Penutup

2.4.Temuan Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fribasari (2005) yang manyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok dalam bidang bimbingan sosial efektif untuk meningkatkan hubungan interpersonal remaja. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil penelitian di mana sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok, hubungan interpersonal remaja berada pada kategori Cukup Tinggi dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 2,92. Dan sesudah mendapat layanan bimbingan kelompok, skor rata-rata hubungan interpersonal remaja meningkat menjadi 3,26 dengan kriteria Tinggi (T).

(14)

2.5. Hipotesis

Layanan bimbingan kelompok dengan tehnik diskusi kelompok dalam konteks persahabatan dapat meningkatkan komunikasi interpersonal remaja di Panti Asuhan AL-ITTIHAD Semowo.

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian sosial melalui tindakan preventif telah dilakukan oleh guru, sebelum memulai proses pembelajaran guru menasehati, mengingatkan, membimbing siswa agar

Tällöin taustalla on ajatus, että todellisuudessa eläimet ja ihmiset ovat hyvin erilaisia. Huonojen uutisten joukossa harmiton ja kevyt eläinuutinen viihdyttää, kuten

pertemuan dengan jumlah terbanyak dibedakan dengan warna pada kolom tiap pertemuan, dimana kolom warna merah adalah kolom dengan tingkat kehadiran mahasiswa paling

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Wirid Hidayat Jati berisi ajaran delapan orang wali dari tanah Jawa, yang telah dikumpulkan menjadi satu.. Ajarannya terbagi

Adapun personil inti minimal yang diperlukan untuk Pekerjaan Peningkatan Kualitas Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan (Dumai), Lokasi Kota Dumai ini adalah

Piko hidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Piko hidro (PLTPH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai

Ini berarti implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Badung ditinjau dari segi konteks adalah kurang efektif, segi input

Dari Gambar 19 dapat dilihat bahwa nilai C atau ketajaman warna yang dihasilkan dari pewarnaan kain meningkat dengan penurunan jumlah konsentrasi gambir yang digunakan,