• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja

IV.1 Studi Lapangan

Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup rantai pasok keseluruhan dalam perangkat standar dari proses-proses. Oleh karena itu penelitian dilakukan pada PT. Dirgantara Indonesia, karena SCOR sebaiknya diterapkan pada perusahaan besar yang memiliki proses rantai pasok standar tersebut. Untuk usaha kecil dan menengah, aplikasinya masih dipertanyakan karena biaya ekstra untuk memelihara sistem yang sangat lengkap seperti itu.

Pendekatan studi lapangan dilakukan pada produk komponen karena produk pesawat terbang sangat kompleks dan waktu pembuatannya sangat lama. Pengerjaan detail part manufacturing dan subassembly komponen pesawat terbang dilakukan oleh Direktorat Aerostructure yang merupakan Satuan Usaha PT. Dirgantara Indonesia.

IV.1.1 Profil PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI)

Berikut ini dijelaskan keadaan umum PT.Dirgantara Indonesia serta struktur organisasinya.

IV.1.1.1 Keadaan Umum

PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (PT. Nurtanio) didirikan pada tahun 1976, dengan dua hanggar kecil seluas 11.000 m2 pada tanah seluas 45.000 m2, beberapa mesin tua, dan karyawan sebanyak 500 orang termasuk 17 insinyur. Program awal PT. Nurtanio dimulai dengan pembuatan pesawat terbang C-212 dengan lisensi dari CASA dan helikopter BO-105 dengan lisensi dari MBB, kemudian diikuti dengan pembuatan helikopter Puma/Super Puma-332 dengan lisensi dari Aerospatiale dan Bell-412 dengan lisensi dari Bell Helicopter.

Pada tahun 1983 dalam program joint-venture antara PT. Nurtanio dengan CASA (50:50) telah dibuat pesawat terbang CN-235. PT. Nurtanio yang berubah menjadi

(2)

PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN pada tahun 1986, yang kemudian telah mampu mendesain dan memproduksi pesawat terbang sendiri yaitu N-250 yang mulai terbang bulan Agustus 1995.

Tahun 1998 Pemerintah RI memberhentikan bantuan dana kepada IPTN. Hal ini mengakibatkan timpang antara volume kerja dan SDM yang ada. Dalam situasi sulit, perusahaan memfokuskan program pada produk-produk terkontrak. Pada bulan Oktober 1998 dibentuk Tim Restrukturisasi IPTN, yang implementasinya dimulai April 1999.

IPTN berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000. Kondisi PT.DI di tahun 2000, termasuk dalam 10 BUMN paling merugi, namun di tahun 2001 dapat membukukan keuntungan 11 miliar dengan menjual pesawat dinas dan memperbaiki gaji karyawan. Pergantian direksi dan tuntutan dari Serikat Pekerja pada tahun 2002 tidak membuat situasi dan kondisi membaik, sehingga PT.DI kembali merugi. Pada tahun 2003 kondisi keuangan semakin parah sehingga Direksi melakukan suatu langkah penyelamatan perusahaan dengan merumahkan seluruh karyawan. Tahap selanjutnya untuk penyembuhan, para karyawan yang terlibat dalam pengerjaan program-program terkontrak secara bertahap dipanggil untuk bekerja kembali.

Dalam situasi yang belum menggembirakan Direksi baru mengarahkan perusahaan dengan tujuan: “Mampu menguasai dan mengembangkan teknik kedirgantaraan yang memiliki “cost competitiveness” dalam bersaing di pasar internasional/global, agar dapat memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan

shareholder value, serta menjadi perusahaan yang mendiri secara bisnis guna

mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri.”

Visi Perusahaan saat itu adalah menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tnggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.

(3)

Misi Perusahaan adalah:

- Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.

- Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial dan militer serta aplikasi di luar Industri Dirgantara. - Menjadikan Perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang

mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainnya.

PT. Dirgantara Indonesia memfokuskan bisnisnya pada 5 (lima) pilar: • Aircraft, yang meliputi pembuatan pesawat terbang dan helikopter

• Aerostructure yang menangani pembuatan single part dan komponen-komponen pesawat terbang

• Aircraft Service yang meliputi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan pesawat

• Engineering Services yang memproduksi simulator untuk pesawat sayap tetap dan helikopter, sistem visualisasi elektronik, dll

• Defence yang meliputi pembuatan launchers, roket FFAR 2,75” dan

Surface Underwater Target Torpedo.

Pada tahun 2004 bisnis PT.DI menunjukkan adanya kemajuan dan di tahun 2005 kontrak-kontrak kerjasama terus meningkat, yaitu dengan BAE Systems (Inggris), EADS-CASA (Eropa). Order pembuatan komponen pesawat bertambah untuk Boeing 777 (USA), Bombardier (Kanada), untuk Airbus A400M (Eropa), dan lain-lain. Tahun 2006, kunjungan Presiden RI memperkuat komitmen pemerintah terhadap kelangsungan industri-industri strategis, khususnya PT. Dirgantara Indonesia. Selama 30 tahun pula PT.DI telah berhasil menyerahkan pesawat sebanyak lebih dari 400 pesawat.

(4)

IV.1.1.2 Struktur Organisasi

Sturktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) dan struktur organisasi Direktorat Aerostructure PT.DI adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini:

(5)

DIREKTUR UTAMA

Divisi Perencanaan & Pengembangan Perusahaan Divisi Pengamanan

Direktorat Aircraft Services Direktorat Teknologi dan Pengembangan

Direktorat Aircraft Integration Direktorat Keuangan dan

Administrasi Direktorat Aerostructure

Divisi Integrasi Usaha

Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Integration Asisten Direktur Bidang

Produk Militer

Divisi Pemasaran & Penjualan Aircraft Services Divisi Perawatan & Modifikasi

Divisi Manajemen Logistik Divisi Manajemen Sumber

Daya Aircraft Services Divisi Operasi Aerostructure

Divisi Rekayasa Divisi Manajemen Sumber

Daya Aerostructure

Divisi Operasi Aircraft Integration Divisi Logistik & Dukungan

Pelanggan

Divisi Pusat Bisnis

Teknologi Divisi Perbendaharaan Divisi Keselamatan &

Sertifikasi Divisi Pusat Pengembangan Produk

Divisi Pusat Uji Terbang

Divisi Engineering Services

Divisi Sistem Senjata

Divisi Akuntansi Divisi Sumber Daya

Manusia Divisi Jasa Material &

Fasilitas Satuan Pengawasan Intern

Sekretariat Perusahaan Asisten Direktur Utama Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

(6)

DIREKTORAT AEROSTRUCTURE

Dept. Quality Assurance

Divisi Engineering Divisi Operation Aerostructure

Divisi Business Integration Management AerostructureDivisi Resource

Dept. Spirit Aerosystem Program

Dept. Sales & Marketing Dept. Manufacturing Engineering Dept. Configuration

Management

Dept. Tooling Engineering

Dept. Engineering Liaison

Dept. Production Control Dept. Human Resource Management & ADM. AE

Dept. Logistic Aerostructure

Dept. Aircraft Program

Dept. Subcontract Program

Dept. Accounting Aerostructure

Dept. C212-400 Program

Dept. Eurocopter Program

Dept. Production Planning

Dept. Machining

Dept. Metal Forming & Heat Treatment Dept. Bocom & Surface

Treatment Dept. Sub & Major

Assembly Dept. Tool Manufacturing

& Services

Dept. Facility Maintenance

(7)

IV.1.2 Proses Bisnis Direktorat Aerostucture PT.DI (Ae-PT.DI)

PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) memfokuskan kepada empat satuan usaha yang menjadi tulang punggung bagi pendapatan perusahaan yaitu Satuan-satuan Usaha (dalam bentuk Direktorat-Direktorat): Aircraft, Aerostructure, Aircraft Maintenance dan Engineering Services.

Satuan Usaha Aerostructure merupakan unit pendukung dalam pembuatan pesawat terbang produksi PT.DI, dan juga merupakan satuan usaha yang melakukan hubungan kerja secara langsung dengan pihak luar PT.DI, dalam hal pembuatan Parts/Components untuk industri pesawat terbang.

Ae-PT.DI mendefinisikan proses bisnis sebagai rangkaian proses atau aktifitas dari fungsi pada suatu organisasi, yang mentransformasikan input menjadi output yang mempunyai nilai tambah, yang menggambarkan hubungan satu aktifitas dengan aktifitas lainnya melalui input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan, serta aturan-aturan yang harus ditaati (kontrol) dan dukungan (mekanisme) yang diperlukan.

Proses bisnis Ae-PT.DI digambarkan menggunakan metode IDEF0 (gambar IV.3), yang merupakan metode pemodelan aktivitas (fungsi), salah satu metode dari IDEF (ICAM DEFinition kemudian berubah nama menjadi Integrated DEFinition). IDEF pada awalnya dikembangkan oleh program US Airforce

Integrated Computer Aided Manufacturing untuk perancangan sistem (Noran,

2004). Function / Activity Input Control Output Mechanism

Gambar IV.3 Diagram generik IDEF0

(8)

TITLE:

NODE: A0 PROSES BISNIS AE-PT.DI NO.: 1

1 Perform Marketing & Sales 2 Perform Project Management 3 Perform Engineering 4 Perform Logistic 5 Perform Production & Quality 6 Manage Resources Project Assignment & Plan

Work Order and Project Milestone Cistomer Order

Project Status Report

Manufacturing Bills of Material

Process Sheets

Engineering Status Report Incoming Material from Supplier

Logistic Status Report

Production Order Status Report & Quality Status Report

Project Finance Report and Daily Facility Report Released Product

Ship Product to Customer Issue Material

Management

Management

Management

Management dan fasilitas

Management Management

Production Order Status Report

(9)

Satuan Usaha Ae-PT.DI melaksanakan pembuatan/manufaktur Aircraft

Parts/Components yang prosesnya meliputi semua kegiatan yang melibatkan

seluruh fungsi di dalam Satuan Usaha Aerostructure, mulai dari pelaksanaan kegiatan Sales, Project Management, Manufacturing Engineering, Logistic,

Production/Manufacturing, Quality Control dan pengelolaan Resources yang

meliputi Financial Management, Facility Maintenance, Personnel dan General

Facility Services. Adapun definisi kegiatan dalam proses bisnis Satuan Usaha

Aerostructure PT.DI untuk “Manufacture Aircraft Parts/Components” sebagaimana terlihat pada Gambar IV.3. di atas, adalah sebagai berikut.

Proses Bisnis Marketing & Sales

Melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.

Dalam proses bisnis ini juga terdapat kegiatan “Analyze Capacity”, yaitu melaksanakan analisa kapasitas produksi Aerostructure terhadap beban yang direncanakan, membuat jadual projek baru yang direncanakan dengan mengacu pada beban yang tersedia, menganalisa beban aktual dibandingkan dengan pembebanan yang direncanakan dan mengusulkan pemerataan beban (load

balancing) yang diperlukan.

Proses Bisnis Project Management

Melaksanakan pengelolaan proyek sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan. Dalam pelaksanaan pekerjaannya maka Project Manager akan:

1. Memberi masukan pada Contract Review jika diperlukan.

2. Membuat Program Planning/Project Milestone/Production Schedule dan

(10)

3. Melaksanakan koordinasi rutin dengan fungsi terkait (Manufacturing

Engineering, Aero Production, Quality Assurance, Finance dan Logistic).

4. Melakukan Pengendalian dan Evaluasi terhadap jadual penyelesaian dan

budget proyek.

5. Make or Buy Analysis/Decision jika terjadi kerusakan fasilitas atau overload. 6. Melaksanakan business/program review setiap bulan.

7. Improvement Planning (Recovery Schedule).

8. Mengelola Budget Plan (Manufacturing cost, termasuk lembur, rejection, material, dan lain-lain).

9. Membantu persiapan delivery jika diperlukan.

Proses Bisnis Engineering

Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk mulai dari menentukan metoda dan rangkaian manufaktur (manufacturing method and sequences), rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy, manufacturing assy development, method and time

study, melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control and Distribution).

Proses Bisnis Logistic Melaksanakan kegiatan:

1. Contract review bersama Sales and Business Administration.

2. Material Planning (net requirement, order policy, procurement lead time). 3. Procurement (outsourcing, quotation evaluation).

4. Receiving from Supplier.

5. Storage (inventory control and cycle counting), preservation. 6. Precutting.

(11)

Proses Bisnis Production & Quality Melaksanakan kegiatan:

1. Production Order Release & Scheduling (PORS), Production, Quality Control.

2. Load Planning. 3. Production activity.

4. Production Planning and Control (Shop Package). 5. Internal Handling.

6. Production Data Collecting, Productivity Measurement. 7. House Keeping.

8. Facility Qualification. 9. Personnel Qualification.

Proses Bisnis Resources Melaksanakan kegiatan:

Finance:

1. Budgeting (Planning, Control and Analysis).

2. Verifikasi (termasuk Negosiasi pembelian, Penagihan).

3. Treasury (Payment, Receipment & Cash Management). 4. Accounting (Cost & Financial).

Facilities:

1. Maintenance engineering. 2. Maintenance planning.

3. Spare-parts & consumable planning. 4. Maintenance control.

5. Work order of services and repairs. 6. Corrective maintenance.

7. Facility engineering.

8. Modifikasi. 9. Instalasi.

(12)

Personnel:

1. Human Resources Development. 2. Personnel Services.

3. Fasilitas Umum (Listrik, Lampu, Kamar Basah, dan lain-lain).

4. Compile and maintain system & procedure (non-quality).

5. Personnel Recruitment.

IV.1.3 Pengukuran Kinerja (Quality Objective)

Pengukuran kinerja di Direktorat Aerostructure PT.DI menggunakan indikator-indikator kinerja yang ditetapkan dalam Quality Objective. Quality Objective mulai berlaku sejak tahun 2006 dan masih digunakan hingga sekarang. Quality

Objective pada tingkat direktorat adalah sebagai berikut:

- Pengiriman yang tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor

Schedule

- Pengiriman total : 100% berdasarkan Customer Vendor Schedule

- Production Efficiency : 85% (minimum)

- Rejection Rate of part/komponen manufaktur : 1,1% (maksimum)

Quality Objective pada setiap divisi dinyatakan dalam Quality Objective pada

tingkat departemen sebagai berikut:

Divisi Integrasi Bisnis

Divisi Integrasi Bisnis melaksanakan tugas-tugas bagi kepentingan Direktorat Aerostructure secara menyeluruh, yaitu dalam hal Marketing & Sales, Production

Planning serta pengendalian program-program yang ada di Direktorat

Aerostructure (Ae-PT.DI), melalui departemen-departemen di bawah ini:

Departemen Pemasaran dan Penjualan

Departemen Pemasaran dan Penjualan melaksanakan kegiatan Pemasaran, Penjualan dan Administrasi Bisnis mulai dari evaluasi kapabilitas dan kapasitas seluruh sumber daya yang tersedia di Direktorat Aerostructure dan kegiatan

(13)

mempromosikan dan menjual produk dan jasa unggulan yang dilakukan dengan menjalankan administrasi bisnis yang efektif dan efisien.

- Kontrak yang ditargetkan : Rp. 272,51 Milyar o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar o Pesanan eksternal : Rp. 201,45 Milyar

- Penjualan yang ditargetkan : Rp. 244,55 Milyar o Pesanan internal : Rp. 71,05 Milyar o Pesanan eksternal : Rp. 173,49 Milyar

Departemen Program Manajemen Spirit Aerosystems:

Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek Spirit Aerosystem sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan

delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor

Schedule

- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 74,51 Milyar

Departemen Program Manajemen Aircraft Parts & Components

Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek CN-235 sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor

Schedule

- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 61,99 Milyar

(14)

Departemen Program Manajemen Subkontrak

Departemen ini melaksanakan pengelolaan projek SMEA, CTRM A380, KAL B777, dan Bombardier sesuai dengan kontrak yang telah disepakati untuk dapat mencapai quality, cost dan delivery yang direncanakan, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Pengiriman tepat waktu : 90% (minimum) berdasarkan Customer Vendor

Schedule

- Pengiriman total : 100% berdasarkan customer vendor schedule - Penjualan eksternal yang ditargetkan: Rp. 25,52 Milyar

Departemen Perencanaan Produksi

Departemen ini membuat dan mengeluarkan rencana produksi yang terintegrasi dan seimbang serta mengeluarkan order produksi yang siap dikerjakan serta membuat dan mengeluarkan grafik rencana kapasitas dan beban produksi setiap dua minggu sekali, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Pengeluaran ‘Perencanaan Produksi’ yang terintegrasi dan seimbang: 2 hari maksimum setelah pesanan pekerjaan diterima.

- Pengeluaran Pesanan Produksi: 3 hari maksimum sebelum tanggal mulai produksi (berdasar pada rencana produksi yang terntegrasi dan seimbang)

Divisi Rekayasa

Melaksanakan rekayasa rencana pembuatan produk, melalui departemen-departemen di bawah ini.

Departemen Rekayasa Manufaktur

Departemen ini menentukan metoda dan rangkaian manufaktur, rekayasa proses baru, membuat instruksi kerja untuk setiap tahapan manufaktur/assy, menentukan waktu dan biaya pengerjaan untuk masing-masing tahapan manufaktur/assy,

manufacturing assy development, method and time study, dengan target indikator

kinerja sebagai berikut:

- Rejection rate karena Perencanaan Manufaktur dan Program NC: 0,2%

(15)

- Program waktu proses menggunakan mesin NC : 95% dari standar waktu yang sudah ada

- Perbaikan proses yang ditargetkan: minimum 1 untuk setiap proses manufaktur.

Departemen Manajemen Konfigurasi

Departemen ini melaksanakan Configuration Control (Engineering Data Control

and Distribution), dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Keakuratan konfigurasi data: 100%

- Penerbitan perencanaan pendahuluan maksimum 3 hari setelah menerima gambar teknik

Departemen Engineering Liaison

Departemen ini merupakan wakil engineering dan menjadi penghubung antara

engineering dengan manufaktur dalam koordinasi untuk mengevaluasi

perubahan-perubahan spesifikasi apakah dapat disetujui, untuk mengganti spesifikasi awal dengan spesifikasi lain yang dianggap memenuhi persyaratan, misalnya untuk penggantian material dalam proses produksi. Target indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:

a. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya label penolakan: 2 hari kerja maksimum

b. Waktu dari evaluasi engineering sampai setuju adanya permintaan koordinasi

engineering: 1 hari kerja maksimum

c. Waktu untuk penggantian material: 1 hari kerja maksimum

Divisi Operasi

Melaksanakan perencanaan dan pengendalian produksi, melalui Departemen-Departemen di bawah ini.

Departemen Production Control

Melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pesanan produksi, kegiatan, kapasitas, pengukuran kinerja produksi, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:

(16)

- Siklus produksi: diatur minimal 75% atau 1 hari maksimum seperti yang tertera pada rencana produksi (menggunakan sistem kanban dan kartu yang dapat terlihat)

Departemen Machining

Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses machining, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:

- Rejection ratekarena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum

Departemen Metal Forming & Heat Treatment

Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses metal forming dan proses heat treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:

- Rejection ratekarena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum

Departemen Bonding Composite & Surface Treatment

Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dengan proses bonding untuk material composite dan proses surface treatment, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut:

- Rejection ratekarena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum

Departemen Sub & Major Assembly

Departemen ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sub-assembly dan major

assembly, dan mempunyai target indikator kinerja sebagai berikut: - Rejection ratekarena kesalahan kerja manusia: 0,35% maksimum - Rata-rata efisiensi produksi: 85% minimum

(17)

Divisi Resource Management

Divisi ini melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang keuangan, logistik, fasilitas, personil, melalui departemen-departemennya di bawah ini.

Departemen Manajemen dan Administrasi Sumber Daya Manusia

Departemen ini melaksanakan pengelolaan dan administrasi personil, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Pelaksanaan pelatihan: 100% seperti yang direncanakan

- Mengatur ketidakadaan perkembangan kenaikan jumlah pekerja: 95% dari rencana

- Pencapaian Keamanan, Kesehatan dan standar lingkungan: setidaknya bernilai 3 (dasar)

Departemen Logistik

Departemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang logistik dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Keakuratan penyimpanan data inventory (rata-rata): 95% minimum

- Keberadaan material: 100% mengacu pada Master Production Schedule (Tier 3) dibahas oleh Manajemen Program

- Waktu tunggu jasa material: maksimum 2 hari dari menerima permintaan produksi

- Pengepakan dan pengiriman: 2 hari setelah menerima semua dokumen dari program

Departemen Keuangan

Depatemen ini melaksanakan pekerjaan dalam bidang keuangan dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Waktu tunggu Letter of Credit atau proses pembayaran dengan transfer: 3 hari maksimum setelah menerima permintaan pembayaran dari Logistik

- Menerima pembayaran konsumen (account receivable): 1 bulan maksimum setelah waktu yang ditetapkan.

(18)

Departemen Quality Control

Departemen ini melaksanakan penjaminan dan pemeriksaan kualitas pada proses produksi dan materialnya, serta melaksanakan kualifikasi/sertifikasi fasilitas dan personil produksi, dengan target indikator kinerja sebagai berikut:

- Ketidak-sesuaian persyaratan pelanggan: 0,5% maksimum untuk produk yang akan dikirim

- Kesiapan melakukan pengukuran dan pengujian peralatan: maksimum 3 hari sebelum waktunya

- Proses realisasi jadwal yang mendukung sertifikasi: minimum 95% sesuai yang telah direncanakan.

IV.2 Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Berbasis SCOR

Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan dengan mengacu pada indikator kinerja SCOR, dengan memodifikasinya menurut indikator kinerja di Direktorat Aerostructure PT.Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI) dan dengan mempertimbangkan kemudahan segi implementasinya. Sistem pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak memasukkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality

Objective tingkat Direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem

rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR.

Sistem rantai pasok Ae-PT.DI mencakup lima proses SCOR, yaitu Plan, Source,

Make, Deliver dan Return. Plan dilaksanakan oleh departemen program

masing-masing di Divisi Business Integration. Source, Delivery dan Return dilaksanakan oleh departemen logistik di Divisi Resource Management. Sementara Make dilaksanakan oleh departemen-departemen di Divisi Operation. Sistem rantai pasok Ae-PT.DI selain dilaksanakan oleh departemen-departemen tersebut juga didukung oleh departemen-departemen lainnya sebagai suatu kesatuan sistem rantai pasok. Khusus untuk proses Source Return dan Deliver Return pelaksanaannya tergantung dari efisiensi biaya. Untuk material cacat dengan nilai relatif kecil, pemasok memilih untuk menggantinya dengan material yang baru

(19)

dan tidak meminta material cacat yang seharusnya dikirim kembali. Demikian pula untuk produk Ae-PT.DI yang seharusnya dikembalikan karena cacat, untuk efisiensi maka pelanggan yang memperbaiki sendiri produk cacat tersebut atas biaya Ae-PT.DI, namun bisa juga atas permintaan pelanggan dikirim teknisi untuk memperbaiki produk yang cacat tersebut.

Pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di Ae-PT.DI dilakukan dengan melakukan penyederhanaan, penambahan dan penyesuaian indikator-indikator kinerja agar model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI tersebut dapat lebih implementatif dalam melakukan pengukuran kinerjanya. Usulan modifikasi pada indikator kinerja tingkat 1 dan indikator kinerja tingkat 2 disampaikan pada Tabel IV.1. di bawah ini.

(20)

Tabel IV.1. Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR

No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan

Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2

1 Perfect Order Fulfillment % of Orders Delivered in Full Perfect Order Fulfillment

Total Delivery Indikator Kinerja % of Orders Delivered in Full di Ae-PT.DI dinamakan Total

Delivery Delivery Performance to

Customer Commit Date

On Time Delivery Indikator Kinerja Delivery Performance to Costumer Commit Date di Ae-PT.DI dinamakan On Time Delivery

Documentation Accuracy Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On

Time Delivery adalah yang mempunyai dokumen yang benar/akurat karena pada

saat produk dikirim dokumentasi harus akurat. Jika dokumentasi tidak lengkap produk tidak akan dikirim.

Perfect Condition Dalam ke 2 indikator kinerja di atas, yang dihitung dalam Total Delivery dan On

Time Delivery adalah yang mempunyai kondisi produk yang sempurna, karena

sebelum pengiriman kualitas sudah diperiksa dan disetujui sehingga produk yang dikirim adalah produk yang bagus.

2 Order Fulfillment Cycle Time

Source Cycle Time Order Fulfillment Cycle Time

Source Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Make Cycle Time Make Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Deliver Cycle Time Deliver Cycle Time Ae-PT.DI sama dengan SCOR

3

Upside Supply Chain Flexibility

Upside Source Flexibility

Available Capacity

Available Assembly Capacity

Agilitas (ketangkasan/kegesitan) rantai pasok adalah respon perusahaan dalam menanggapi perubahan pasar untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif.

Indikator kinerja SCOR untuk Fleksibilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai peningkatan kuantitas sebesar persentase tertentu yang tidak terencana dalam kuantitas yang dikirim. Sedangkan untuk Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas (Hulu) adalah maksimum peningkatan persentase dalam kuantitas yang dikirim yang dapat dicapai dalam jumlah hari tertentu.

Indikator Kinerja Fleksibilitas/Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Atas dimodifikasi dengan menggunakan Available Capacity. Apabila terjadi penambahan permintaaan pasar dilakukan perhitungan Available Capacity, jika masih mencukupi, maka sistem rantai pasok perusahaaan masih mempunyai agilitas yang baik terhadap penambahan permintaan pelanggan dan permintaan penambahan pesanan tersebut akan diterima.

Dalam menentukan pesanan tersebut diterima atau tidak, ada 2 jenis Available

Capacity yang dihitung yaitu untuk Assembly yang kemudian dilanjutkan

perhitungan Available Fabrication Capacity.

Upside Make Flexibility Upside Deliver Flexibility Upside Source Return Flexibility

Upside Deliver Return Flexibility

Upside Supply Chain Adaptability

Upside Source Adaptability

Available Fabrication Capacity

Upside Make Adaptability Upside Deliver Adaptability Upside Source Return Adaptability

Upside Deliver Return Adaptability

(21)

Tabel IV.1. (Lanjutan)

No. SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan

Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Indikator Tingkat 1 Indikator Tingkat 2

Downside Supply Chain Adaptability

Downside Source Adaptability

Adaptabilitas Rantai Pasok Bagian Bawah (Hilir) adalah pengurangan dalam kuantitas pesanan pada jumlah hari tertentu sebelum pengiriman dengan tanpa kerugian persediaan atau biaya.

Di Ae-PT.DI pesanan tidak pernah dikurangi karena rate pesanan relatif konstan sesuai kontrak, dan pengurangan kuantitas pesanan ini diatur dalam persyaratan kontrak sehingga bila hal di atas terjadi tidak merugikan masing-masing pihak. Oleh karena itu indikator ini dihilangkan karena di Ae-PT.DI tidak pernah terjadi kasus pengurangan pesanan. Downside Make Adaptability Downside Deliver Adaptability 4 Supply Chain Management Cost Management Cost to Plan Operating Expenses

Marketing and Sales Expensess

Biaya Manajemen Rantai Pasok di Ae-PT.DI sulit dipisahkan untuk

Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Indikator ini di Ae-PT.DI

dinamakan Operating Expenses, yang merupakan biaya pelayanan yang terdiri dari biaya pemasaran dan penjualan serta biaya umum dan administrasi.

Management Cost to Source

Management Cost to

Make General and

Administration Expenses Management Cost to Deliver Management Cost to Return

Cost of Goods Sold Cost to Make Cost of Goods Sold Rejection Rate of

Part/Component Manufacturing

Rejection Rate dimasukkan sebagai indikator kinerja tingkat 2 karena

hubungannya dengan biaya adalah banyak part/komponen yang harus dilakukan perbaikan (rework) atau tidak dipakai (scrap) sehingga terjadi pemborosan material, tenaga kerja, mesin dan waktu, serta keterlambatan pengiriman untuk penggantian yang terjadi mengakibatkan Ae-PT.DI dikenai denda oleh pelanggan. Production Efficiency ditambahkan juga karena jika produksi efisien terjadi penghematan biaya.

(22)

Tabel IV.1. (Lanjutan)

No.

SCOR Ae-PT.DI Penyesuaian yang Dilakukan

Indikator Tingkat 1

Indikator Tingkat 2 Indikator

Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 5 Cash-to-Cash Cycle Time

Days Sales Outstanding Cash-to-Cash

Cycle Time

Days Sales Outstanding

Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Inventory Days of Supply

Inventory Days of Supply

Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Days Payable Outstanding

Days Payable Outstanding

Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Return on Supply Chain Fixed Assets

Supply Chain Revenue Return on Supply

Chain Fixed Assets

Supply Chain Revenue

Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales

Cost of Goods Sold Cost of Goods Sold Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Supply Chain Fixed Assets

Supply Chain Fixed Assets

Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Ae-PT.DI Fixed Assets

Supply Chain Management Costs

Operating Expenses

Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses

Return on Working Capital Accounts Receivable (Sales Outstanding) Return on Working Capital Accounts Receivable (Sales Outstanding)

Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Accounts Payable (Payables Outstanding)

Accounts Payable (Payables

Outstanding)

Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Inventory Inventory Ae-PT.DI sama dengan SCOR

Supply Chain Managementt Costs

Operating Expenses

Indikator ini di Ae-PT.DI dinamakan Operating Expenses

Supply Chain Revenue Supply Chain

Revenue

Indikator ini di Ae-PT.DI sama dengan Sales

(23)

Usulan framework pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI digambarkan dalam gambar IV.4 di bawah ini.

Atribut atau indikator kinerja yang dilakukan pembobotan

Supply Chain Performance

Return on Supply Chain Fixed Assets Net Income

Net Income Supply Chain Fixed

Assets

Working Capital Supply Chain

Revenue Cost of Goods Sold Operating Expense Supply Chain

Revenue Cost of Goods Sold Operating Expense Account Receivable (Sales Outstanding) Inventory Account Payable (Payable Outstanding) Reliability Total Delivery On Time Delivery Responsiveness

Order Fulfillment Cycle Time Source Cycle Time

Operating Expense Cash-to-Cash Cycle Time Rejection Rate of Part/ Component General and Administration Expenses Marketing and Sales

Expenses Inventory Days of Supply Days Sales Outstanding Days Payable Outstanding Production Efficiency Available Fabrication Capacity Available Assembly Capacity Make Cycle Time Deliver Cycle Time

Perfect Order Fulfillment

Available Capacity Agility

Supply Chain Costs

Supply Chain Asset Management

Cost of Goods Sold

Keterangan:

Return on Working Capital

Gambar IV.5. Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR

(24)

IV.2.1 Model Matematis

Pada sub-bab ini akan dibangun model matematis yang dilakukan melalui tahapan yang dimulai dari penentuan asumsi, notasi yang terdiri dari parameter dan variabel dan dilanjutkan dengan langkah – langkah pembentukan model matematis.

IV.2.1.1 Asumsi Model

Asumsi yang digunakan adalah:

1. Pengaruh indikator kinerja (variabel) bersifat satu arah, yaitu dari tingkat yang di bawah ke tingkat di atasnya dan tidak ada pengaruh di antara indikator kinerja dalam satu tingkat (independen).

2. Tidak ada pengaruh inflasi pada nilai dari data keuangan sehingga jika terjadi peningkatan biaya disebabkan oleh peningkatan biaya dari Ae-PT.DI sendiri.

IV.2.1.2 Notasi (Parameter, Variabel)

Notasi parameter yang digunakan untuk mengembangkan model:

Tabel IV.2 Parameter yang Digunakan dalam Model

No. Deskripsi Notasi

1 Bobot Reliability terhadap Supply Chain Performance a1 2 Bobot Responsiveness terhadap Supply Chain Performance a2 3 Bobot Agility terhadap Supply Chain Performance a3 4 Bobot Supply Chain Costs terhadap Supply Chain Performance a4 5 Bobot Supply Chain Asset Management terhadap Supply Chain

Performance

a5 6 Bobot Cash-to-Cash Cycle Time terhadap Supply Chain Asset

Management

b1 7 Bobot Return on Supply Chain Fixed Assets terhadap Supply Chain

Asset Management

b2 8 Bobot Return on Working Capital terhadap Supply Chain Asset

Management

b3 9 Bobot Total Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c1 10 Bobot On Time Delivery terhadap Perfect Order Fulfillment c2 11 Bobot Available Assembly Capacity terhadap Available Capacity d1 12 Bobot Available Fabrication Capacity terhadap Available Capacity d2 13 Bobot Rejection Rate of Part/Component Manufacturing terhadap Cost

of Goods Sold

e1 14 Bobot Production Efficiency terhadap Cost of Goods Sold e2

(25)

Notasi yang digunakan untuk menjelaskan variabel dalam model matematis:

Tabel IV.3 Variabel yang Digunakan dalam Model

No. Deskripsi Notasi

1 Supply Chain Performance F

2 Reliability RL

3 Responsiveness RS

4 Agility AG

5 Supply Chain Costs CO

6 Supply Chain Asset Management AM

7 Perfect Order Fulfillment RL1

8 Order Fulfillment Cycle Time RS1

9 Available Capacity AG1

10 Operating Expenses CO11

11 Cost of Goods Sold CO12

12 Cash-to-Cash Cycle Time AM11

13 Return on Supply Chain Fixed Assets AM12

14 Return on Working Capital AM13

15 Total Delivery RL21

16 On Time Delivery RL22

17 Source Cycle Time RS21

18 Make Cycle Time RS22

19 Deliver Cycle Time RS23

20 Available Assembly Capacity AG21

21 Available Fabrication Capacity AG22

22 Marketing and Sales Expenses CO21

23 General and Administration Expenses CO22

24 Rejection Rate of Part/Component Manufacturing CO23

25 Production Efficiency CO24

26 Days Sales Outstanding AM21

27 Inventory Days of Supply AM22

28 Days Payable Outstanding AM23

29 Supply Chain Revenue AM24

30 Supply Chain Fixed Assets AM25

31 Accounts Receivable AM26

32 Accounts Payable AM27

33 Inventory AM28

IV.2.1.3 Langkah-langkah Pembentukan Model Matematis

Dari framework pengembangan pengukuran kinerja sistem rantai pasok pada gambar IV.4 dibuat model matematisnya dengan langkah – langkah sebagai berikut:

(26)

1. Menentukan performansi rantai pasok.

Supply Chain Performance (F) merupakan fungsi dari atributnya yaitu Reliability (RL), Responsiveness (RS), Agility (AG), Supply Chain Costs (CO)

dan Supply Chain Asset Management (AM) yang ditentukan dengan menggunakan bobot (a) untuk menentukan derajat kepentingannya.

F = f(RL, RS, AG, CO, AM) .... (IV.1) F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM) .... (IV.2)

2. Menentukan performansi atribut dan indikator kinerja tingkat 1. a. Menentukan Reliability

Reliability (RL) = Perfect Order Fulfillment (RL1)

RL = RL1 .... (IV.3) • Perfect Order Fulfillment (RL1) = (bobot (c1) x Total Delivery (RL21))

+ (bobot (c2) x On Time Delivery (RL22))

RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22) .... (IV.4)

b. Menentukan Responsiveness

Responsiveness (RS) = Order Fulfillment Cycle Time (RS1)

RS = RS1 .... (IV.5) • Order Fulfillment Cycle Time (RS1) = Source Cycle Time (RS21) +

Make Cycle Time (RS22) + Deliver Cycle Time (RS23)

RS1 = RS21 + RS22 + RS23 …. (IV.6)

c. Menentukan Agility

Agility (AG) = Available Capacity (AG1)

AG = AG1 .... (IV.7) • Available Capacity (AG1) = (bobot (d1) x Available Assembly Capacity

(AG21)) + (bobot (d2) x Available Fabrication Capacity (AG22)) AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22) .... (IV.8)

(27)

d. Menentukan Supply Chain Costs

Costs (CO) = Operating Expenses (CO11) + Cost of Goods Sold (CO12) CO = CO11 + CO12 .... (IV.9) • Operating Expenses (CO11) = Marketing and Sales Expenses (CO21) +

General and Adiministration Expenses (CO22)

CO11 = CO21 + CO22 ....( IV.10) • Cost of Goods Sold (CO12) = (bobot (e1) x Rejection Rate of

Part/Component Manufacturing (CO23)) + (bobot (e2) x Production

Efficiency (CO24))

CO12 = (e1 x CO23) + (e2 x CO24) ....( IV.11)

e. Menentukan Supply Chain Asset Management

Asset (AM) = (bobot (b1) x Cash-to-Cash Cycle Time (AM11)) + (bobot (b2) x Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12)) + (bobot (b3) x Return

on Working Capital (AM13))

AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13) .... (IV.12) • Cash-to-Cash Cycle Time (AM11) = Days Sales Outstanding (AM21) +

Inventory Days of Supply (AM22) - Days Payable Outstanding (AM23)

AM11 = AM21 + AM22 - AM23 .... (IV.13) • Return on Supply Chain Fixed Assets (AM12) = (Supply Chain Revenue

(AM24) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) :

Supply Chain Fixed Assets (AM25)

AM12 = (AM24 - CO12 – CO11) : AM25 .... (IV.14) • Return on Working Capital (AM13) = (Supply Chain Revenue (AM24)) - Cost of Goods Sold (CO12) – Operating Expenses (CO11)) : (Accounts

Receivable (AM26) + Inventory (AM28) - Accounts Payable (AM27)) AM13 = (AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27) .... (IV.15)

3. Indikator kinerja tingkat 2 memiliki satuan yang berbeda-beda, oleh karena itu, diperlukan penyetaraan satuan dengan mengubah indikator kinerja tingkat 1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis dimana atribut akan mengikuti menjadi rasio dan supply chain performance

(28)

juga dinyatakan dalam %. Indikator kinerja tingkat 2 tetap pada satuan semula karena merupakan variabel yang dicari nilainya melalui pengumpulan data. Selain itu perlu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar nilai yang diperoleh semakin besar maka supply chain performance akan semakin baik yaitu dengan menggunakan rumus 1/x dimana x adalah indikator kinerja tingkat 1 yang dinormalisasi.

Tabel IV.4 Normalisasi Indikator Kinerja Tingkat 1

No. Atribut Indikator

Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Normalisasi Satuan Indikator Tingkat 1

1. Reliability Perfect Order

Fulfillment Total Delivery - % On Time Delivery - % 2. Responsiveness Order Fulfillment Cycle Time Source Cycle Time

Order Fulfillment Cycle Time =

1

x 100 % {(Source Cycle Time +

Make Cycle Time + Deliver Cycle Time) : Standard Order Fulfillment Cycle Time}

% Make Cycle Time

Deliver Cycle Time 3. Agility Available Capacity Available Assembly Capacity - % Available Fabrication Capacity - % 4. Supply Chain Costs Operating Expenses Marketing and Sales Expenses Operating Expenses = 1 x 100 %,

{(Marketing and Sales Expenses + General and Administration Expenses) : Sales}

dimana Operating Expenses : Sales merupakan rumus Operating Expenses

Ratio (Willis, 2003). % General and Administration Expenses Cost of Goods Sold Rejection Rate of Part/ Component 1

Rejection Rate of Part/Component

% Production

Efficiency

(29)

Tabel IV.4 (Lanjutan)

No. Atribut Indikator

Tingkat 1 Indikator Tingkat 2 Normalisasi Satuan Indikator Tingkat 1 5. Supply Chain Asset Management Cash-to-Cash Cycle Time Days Sales Outstanding

Cash-to-Cash Cycle Time =

1 x 100 % {(Days Sales Outstanding

+ Inventory Days of Supply - Days Payable Outstanding) : Standard Cash-to-Cash Cycle Time}

% Inventory Days of Supply Days Payable Outstanding Return on Supply Chain Fixed Assets Supply Chain Revenue - % Cost of Goods Sold Supply Chain Fixed Assets Operating Expenses Return on Working Capital Accounts Receivable (Sales Outstanding) - % Accounts Payable (Payables Outstanding) Inventory Operating Expenses Supply Chain Revenue Cost of Goods Sold

4.2.1.4 Formulasi Model Matematis

Dari persamaan (V.1) sampai (V.15) serta tabel IV.4, maka model matematisnya adalah sebagai berikut:

a. Indikator Kinerja Tingkat 1

RL1 = (c1 x RL21) + (c2 x RL22)

RS1 = 1 x 100 % (RS21 + RS22 + RS23) : Waktu Standar Siklus Pemenuhan Pesanan

AG1 = (d1 x AG21) + (d2 x AG22)

CO11 = 1 x 100% {(CO21 + CO22) : Sales}

(30)

AM11 = 1 x 100 % {(AM21 + AM22 - AM23) : Waktu Standar Siklus Kas-ke-Kas}

AM12 = {(AM24 - CO12 – CO11) : AM25} x 100 % AM13 = {(AM24 – CO12 – CO11) : (AM26 + AM28 – AM27)} x 100 %

b. Atribut RL = RL1 RS = RS1 AG = AG1 CO = CO11 + CO12 AM = (b1 x AM11) + (b2 x AM12) + (b3 x AM13)

c. Supply Chain Performance

F = (a1 x RL) + (a2 x RS) + (a3 x AG) + (a4 x CO) + (a5 x AM)

IV.2.2 Menghitung Bobot dengan AHP

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dihitung nilai bobot yang ada dengan menggunakan pairwise comparison pada metode AHP seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab II.6 dan diselesaikan dengan menggunakan software

Gambar

Gambar IV.1.  Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia
Gambar IV.2.  Struktur organisasi Direktorat Aerostructure – PT. Dirgantara Indonesia
Gambar IV.4.  Proses bisnis Direktorat Aerostructure - PT.DI
Tabel IV.1.  Penyesuaian Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Ae-PT.DI Berbasis SCOR
+7

Referensi

Dokumen terkait

SETELAH PERUBAHAN Bidang Pemerintahan Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat. Unit Organisasi Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTB Sub

Recovery Cu (II) dengan Teknik Ekstraksi Fasa Padat Menggunakan Adsorben Silika dari Abu Sekam Padi – Kitosan.. Nanang Tri Widodo 1)* , Ani Mulyasuryani 1) , Akhmad

Perlindungan hukum bagi wajib pajak tidak hanya melalui upaya-upaya hukum melalui peradilan tetapi juga upaya-upaya administratif di luar peradilan. Upaya

Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005)..

Pengaruh Risiko K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada Sumberdaya Manusia Terhadap Keuntungan Proyek Fave Hotel Rungkut- Surabaya;Danang Ardi Setyawan, 101910301090; 2014:

Izin Penyelenggaraan Pelelangan Ikan yang selanjutnya disebut Izin adalah surat izin menyelenggarakan pelelangan ikan di TPI yang diberikan kepada organisasi

Pada uraian konsep dasar ini, akan dijelaskan berbagai hal mengenai pengertian program, pengertian sistem, pengertian sistem informasi, pengertian sistem informasi

Dalam penelitian ini dilakukan perkawinan silang antara itik Alabio dan Mojosari untuk meningkatkan performa itik lokal terutama dalam hal produksi dan kualitas telur