• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BIURET.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI BIURET.pdf"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET

Disusun oleh:

Hayu Ajeng Anggana Raras (098114004)

Amelia Felicia Cornelius Putri (098114005)

Kenny Ryan Limanto (098114006)

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET

Disusun oleh:

Hayu Ajeng Anggana Raras (098114004)

Amelia Felicia Cornelius Putri (098114005)

Kenny Ryan Limanto (098114006)

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET

Disusun oleh:

Hayu Ajeng Anggana Raras (098114004)

Amelia Felicia Cornelius Putri (098114005)

Kenny Ryan Limanto (098114006)

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

PERCOBAAN VI

PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET

I. TUJUAN

Dapat menetapkan kadar protein dengan metode Biuret.

II. DASAR TEORI

Protein berasal dari kata Yunani kuno proteos artinya “yang utama”. Dari asal kata ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam kehidupan. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur pH, dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Girindra, 1993).

Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya mengandung asam-asam amino. Protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan asam amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein berperan pokok dalam fungsi sel. Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu digunakan secara luas untuk tujuan diagnostik (Harper,1995).

Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005).

Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan), dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).

Penyerapan cahaya oleh protein terutama disebabkan oleh ikatan peptida residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanil. Juga turut mempengaruhi, gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu asam amino. Jelaslah bahwa spektrum serapan suatu larutan protein peka terhadap berbagai variabel lingkungan. Tetapi dalam kondisi tertentu serapan suatu larutan pada panjang gelombang

(3)

tertentu berbanding lurus dengan kadar protein dan cara ini sering dipakai dalam pengujian protein (Montgomery, 1993).

Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar protein, melainkan bisa saja kadar senyawa, yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama, sehingga sering kali dinilai kurang efektif (Lehninger, 1982).

III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - Tabung reaksi - Gelas Beaker - Labu ukur - Pipet volume - Glass firn - Vortex - Spektrofotometer 2. Bahan : - Reagen Biuret  CuSO4(reagen A)  KI (reagen B)  Na-Sitrat, Na2CO3, NaOH (reagen C)  Aquadest

- Larutan stok albumin 10 mg/ml

IV. CARA KERJA

1. Pembuatan reagen Biuret

Reagen A : Larutkan 8,5 gram CuSO4dalam aquades hingga 50 ml

Reagen B : Larutkan 3,6 gram KI dalam aquadest hingga 50 ml

Reagen C : Larutkan 81 gram Na-sitrat, 50 gram Na2CO3, dan 80 gram NaOH dalam

aquades hingga volume 1000 ml

Larutkan reagen C, tambahkan reagen A

Gojog, tambahkan reagen B

Encerkan dengan aquadest hingga volume 1000 ml 2. Pembuatan larutan stok albumin 10 mg/ml

Ambil larutan albumin 100 mg, lalu larutkan dalam 10 ml aquadest

(4)

3. Penyiapan sampel

Pipet 1 ml albumin telur, masukkan dalam labu ukur 10,0 ml Encerkan dengan aquadest hingga batas

Replikasi sampel 3 kali 4. Pembuatan kurva baku dan penyiapan sampel

Semua seri larutan baku dan sampel ditambahkan reagen Biuret

Vortex sampai homogen

Diamkan selama 30 menit pada suhu ruang

Ukur absorbansi pada λ 540 nm

Catat hasil pengamatan dan analisis

V. DATA DAN ANALISIS DATA

Persamaan kurva baku : A = 3,56 x 10-2 B = 0,1645 r = 0,99011 y = Bx + A y = 0,1645x + 3,56 x 10-2 Stok (mL) Aquadest (mL) Reagen (mL) Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi Blanko - 1,0 4,0 - -Standar 1 0,1 0,9 4,0 0,2 0,078 Standar 2 0,3 0,7 4,0 0,6 0,133 Standar 3 0,4 0,6 4,0 0,8 0,152 Standar 4 0,5 0,5 4,0 1 0,197 Standar 5 0,7 0,3 4,0 1,4 0,276

(5)

No. Absorbansi sampel (y) Konsentrasi sampel (x) ̅ − ̅ | − ̅| 1. 0,378 2,081* 2,489 -0,408 0,166 2. 0,382 2,106* -0,383 0,147 3. 0,464 2,604 0,115 0,013 4. 0,467 2,622 0,133 0,018 5. 0,467 2,622 0,133 0,018 6. 0,451 2,525 0,036 1,296 x 10-3 7. 0,448 2,507 0,018 3,24 x 10-4 8. 0,464 2,604 0,115 0,013 9. 0,484 2,726* 0,237 0,056 = ∑ | − ̅|− 1 = 0,432629 − 1 = 0,2325 / = ̅ 100% =0,23252,489 100% = 9,341% Range kadar : x ± SD 2,489 ± 0,2325 2,2565 mg dL − 2,7125mg dL ∑ | − ̅| = 0,43262

(6)

VI. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan penetapan kadar protein secara Biuret dengan menggunakan spektrofotometer. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+dalam suasana basa.

Reaksi Biuret menggunakan 3 macam reagen, yaitu reagen A, B, dan C. Reagen A terdiri dari CuSO4 dalam aquadest. CuSO4 ini berfungsi sebagai penyedia ion Cu

2+

yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Reagen B mengandung KI dalam aquadest. KI ini berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+sehingga tidak mengendap. Sedangkan pada reagen C terdiri dari Na-sitrat, Na2CO3, dan NaOH. Na-sitrat dan Na2CO3berfungsi sebagai buffer dan NaOH

berfungsi untuk menyediakan suasana basa. Suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2

yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-.

Pada saat sampel di-vortex, tidak boleh sampai menimbulkan buih agar tidak mempengaruhi pengukuran absorbansi. Penetapan kadar protein dengan reaksi Biuret tidak spesifik karena metode ini didasarkan pada ikatan peptida bukan pada senyawa kompleks warna seperti Lowry.

Setelah ditetesi Biuret, sampel didiamkan selama 30 menit. 30 menit ini merupakan OT (operating time), yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh reaktan/ protein bereaksi seluruhnya dengan reagen. Setelah 30 menit, maka sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm menggunakan spektrofotometer. Panjang gelombang 540 nm ini merupakan panjang gelombang serapan maksimum untuk warna ungu. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar protein secara Biuret adalah :

CuSO4.5H2O + 2NaOH Cu(OH)2+ Na2SO4+ 5H2O

Cu(OH)2 Cu 2+

+ 2OH

-Larutan standar dibuat dari serum albumin murni yang dilarutkan dalam aquadest dan diperoleh konsentrasi 10mg/mL. Dalam percobaan didapatkan persamaan kurva baku y = 0,1645 x +

3,56 x 10-2. Rentang/ range kadar yang diperoleh dari percobaan ini adalah 2,2565 mg/mL – 2,7125 mg/mL, yang tidak masuk rentang kadar sampel adalah sampel 1 (2,081 mg/mL), sampel 2 (2,106

(7)

mg/mL), dan sampel 9 (2,726 mg/mL). Keadaan yang tidak sesuai dengan rentang kadar larutan baku dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain :

1. Partikel

Besar kecilnya partikel dapat menyebabkan pemantulan. Pemantulan ini akan mempengaruhi besarnya absorbansi. Makin besar partikel, absorbansi makin besar juga.

2. Ada tidaknya gelembung

Saat pengukuran absorbansi tidak boleh ada gelembung. Gelembung yang ada akan menimbulkan pembiasan cahaya. Pembiasan ini akan mempengaruhi besarnya absorbansi. Semakin banyak gelembung, absorbansi akan semakin besar.

3. Tidak adanya pengadukan untuk menghomogenkan larutan.

Tidak adanya pengadukan mengakibatkan adanya sampel yang tidak bereaksi dengan CuSO4.

Adanya CuSO4 (berwarna biru) yang juga menangkap cahaya, akan menghasilkan nilai

absorbansi tertentu sehingga terjadi penyimpangan pengukuran. 4. Proses pipeting

Proses pipeting yang tidak tepat, menyebabkan nilai absorbansi yang terukur pada alat spektrofotometer mengalami penyimpangan.

5. Pencucian alat

Pencucian alat yang tidak bersih, memungkinkan masih adanya zat pengotor yang terdapat dalam tabung reaksi. Adanya zat pengotor ini membuat nilai absorbansi yang terukur pada spektrofotometer mengalami penyimpangan.

Dalam perhitungan, nilai r harus ± 1 sehingga nilai kadar dan nilai absorbansi sebanding. Bila kadarnya meningkat maka absorbansi juga akan meningkat, karena r merupakan koefisien relasi yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi/kadar dengan serapan/absorbansi. Karena sampel tidak masuk dalam rentang kadar, maka dilakukan ekstrapolasi, yaitu pemanjangan kurva baku agar sampel bisa masuk dalam kurva baku tersebut.

Kelebihan dari metode Biuret ini adalah mudah dan cepat dalam pengerjaannya, langsung dapat dilihat hasilnya dan sensitif sehingga dalam jumlah kecil sudah dapat dihitung. Kekurangan dari metode ini adalah tidak spesifik terhadap protein karena semua ion Cu2+dapat berikatan dengan amida tidak hanya dalam protein.

(8)

VII. KESIMPULAN

1. Kadar protein dapat ditentukan dengan metode Biuret.

2. Prinsip metode Biuret adalah reaksi protein dengan ion Cu2+ pada suasana basa yang

menghasilkan warna ungu dan absorbansinya diukur pada λ 540nm.

3. Didapatkan persamaan kurva baku y = 0,1645 x + 3,56 x 10-2 dari standar yang telah dibuat.

4. Larutan standar dibuat dari serum albumin murni yang dilarutkan dalam aquadest dan diperoleh konsentrasi 10mg/mL.

5. Rentang/ range kadar yang diperoleh dari percobaan ini adalah 2,2565 mg/mL – 2,7125 mg/mL, yang tidak masuk rentang kadar sampel adalah sampel 1 (2,081 mg/mL), sampel 2 (2,106 mg/mL), dan sampel 9 (2,726 mg/mL).

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Carpette, 2005, An Introduction to Practical Biochemistry, 100-101, Mc Graw Hill Book Company, Great Britany

Girindra, A., 1993, Biokimia I, 66-73, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Harper, M., 1995, Biokimia Harper, 47-50, EGC, Jakarta

Harrow, 1954, Textbook of Biochemistry 6th Edition, 48, 108, Saunders Company,

U.S.A

Lehninger, 1982, Dasar-dasar Biokimia, 137-157, Erlangga, Jakarta

Montgomery, R., 1993, Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis, 77, 90, Binarupa Aksara, Jakarta

(9)

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 Ab so rb an si (a bs ) y = 0,1645x + 3,56 x 10-2 r = 0,99011 (standar 1) (standar 2) (standar 3) (standar 4) (standar 5) (sampel 1) (sampel 2) (sampel 7) (sampel 6) (sampel 3 dan 8) (sampel 4 dan5) (sampel 9) y = 0,1645x + 3,56 x 10-2 r = 0,99011 (standar 1) (standar 2) (standar 3) (standar 4) (standar 5) (sampel 1) (sampel 2) (sampel 7) (sampel 6) (sampel 3 dan 8) (sampel 4 dan5) (sampel 9) y = 0,1645x + 3,56 x 10-2 r = 0,99011 (standar 1) (standar 2) (standar 3) (standar 4) (standar 5) (sampel 1) (sampel 2) (sampel 7) (sampel 6) (sampel 3 dan 8) (sampel 4 dan5) (sampel 9)

Referensi

Dokumen terkait

• Protein memiliki reaksi yang khas karena adanya ikatan peptida atau asam aminonya.. • Harus dibebaskan dari garam

Ion tembaga dalam suasana alkali akan bereaksi dengan protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu... 2 ml Larutan

Pada uji ini dalam suasana basa, Pb asetat akan bereaksi dengan sulfur dari asam amino membentuk garam PbS yang akan menghasilkan kompleks hitam.. Penambahan NaOH

Dalam suasana basa, amoniak dalam contoh air laut bereaksi dengan fenol dan hipoklorit membentuk senyawa indofenol berwarna biru.. Untuk mempercepat reaksi pembentukan

Fungsi pereaksi NaOH dan CuSO 4 adalah untuk membuat suasana larutan menjadi basa sehingga dihasilkan suatu senyawa kompleks berwarna ungu sebagai deteksi atau penentuan

Dalam larutan basa, Cu 2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat diidentifikasi dengan

Iya, yaitu dengan cara mengukur absorbansi campuran larutan sampel yang mengandung protein dengan biuret dalam suasana basa yang menghasilkan

Albumin Urea +, Terjadi perubahan warna dari sebelumnya berwarna putih keruh menjadi ungu yang menandakan bahwa albumin mengandung protein dengan ikatan rangkap dua tau lebih.. +,