• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan

(SNPK)

Laporan Tahunan 2014

Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Republik Indonesia

(2)
(3)

D

aftar

I

sI

Laporan Tahunan 2014

Daftar Tabel, Grafik dan Peta ... ii

Sambutan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ... iv

Tentang SNPK dan Definisi SNPK ... 1

1. GAMBARAN UMUM 1.1. Tren Seluruh Jenis Kekerasan Tahun 2014 ... 2

1.2. Tren Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 3

1.3. Variasi Geografis Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 5

2. KONFLIK SUMBER DAYA 2.1. Tren Konflik Sumber Daya 2014 ... 8

2.2. Variasi Geografis Konflik Sumber Daya ... 8

2.3. Pemicu-Pemicu Utama Konflik Sumber Daya ... 9

Kotak 1. Konflik Lahan Ulayat Antarsuku di Mimika, Papua 2014 ... 11

3. KONFLIK TATA KELOLA PEMERINTAHAN 3.1. Tren Konflik Tatakelola Pemerintahan 2014 ... 12

3.2. Variasi Geografis Konflik Tata Kelola Pemerintahan ... 12

3.3. Pemicu-pemicu Utama Konflik Tata Kelola Pemerintahan ... 13

Kotak 2. Demonstrasi Menolak Kenaikan BBM November 2014 ... 16

4. KONFLIK PEMILIHAN DAN JABATAN 4.1. Tren Konflik Pemilihan dan Jabatan 2014 ... 17

4.2. Variasi Geografis Konflik Pemilihan dan Jabatan ... 19

4.3. Bentuk Konflik Pemilihan dan Jabatan yang Dominan ... 19

Kotak 3. Insiden Kekerasan Pemilu Legislatif 2014 di Aceh dan Papua ... 19

5. KONFLIK IDENTITAS 5.1. Trend Konflik Identitas 2014 ... 20

5.2. Pemicu Utama Konflik Identitas: Bentrokan Antarkampung ... 20

5.3. Variasi Geografis Konflik Identitas ... 21

Kotak 4. Insiden Konflik Antarsuku di Mimika, Papua ... 24

Kotak 5. Bentrokan Antardesa di NTB dan Maluku ... 24

6. KONFLIK MAIN HAKIM SENDIRI 6.1. Tren Konflik Main Hakim Sendiri 2014 ... 25

6.2. Variasi Geografis Konflik Main Hakim Sendiri ... 26

Kotak 6. Aksi Main Hakim Sendiri yang Berujung Bentrok Massa di Papua dan NTB ... 26

7. KONFLIK SEPARATISME 7.1. Tren Konflik Separatisme 2014 ... 27

7.2. Variasi Geografis Konflik Separatisme ... 27

7.3. Tren Konflik Separatisme Periode 1998 - 2014 ... 27

7.4. Bentuk Insiden yang Dominan: Kontak Senjata dan Penganiayaan ... 28

8. KEKERASAN DALAM PENEGAKAN HUKUM ... 30

9. KRIMINALITAS ... 31

10. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) ... 32

(4)

D

aftar

t

abel

, G

rafIk

Dan

P

eta

TABEL

Tabel 1. Insiden dan Dampak Berdasarkan Jenis Kekerasan di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 2

GRAFIK

Grafik 1. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Kekerasan Tahun 2014 ... 2

Grafik 2. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 3

Grafik 3. Rata-rata Jumlah Insiden yang Menimbulkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 3

Grafik 4. Jumlah Tewas Berdasarkan Bentuk Kekerasan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 3

Grafik 5. Jumlah Insiden dan Tewas Setiap Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014 ... 4

Grafik 6. Jumlah Tewas Konflik Kekerasan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 4

Grafik 7. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 5

Grafik 8. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014 ... 6

Grafik 9. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Papua Tahun 2014 ... 6

Grafik 10. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2014 ... 6

Grafik 11. Sebaran Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Jawa Barat, Papua dan Sumatera Selatan Tahun 2014 ... 7

Grafik 12. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Kabupaten Puncak Jaya, Mimika dan Kota Jayapura, Papua Tahun 2014 ... 7

Grafik 13. Tren Insiden dan Dampak Konflik Sumber Daya Tahun 2014 ... 8

Grafik 14. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Sumber Daya di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 9

Grafik 15. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Sumber Daya Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 9

Grafik 16. Rata-rata Jumlah Insiden Yang Menyebabkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Pemicu Konflik Sumber Daya Tahun 2014 ... 10

Grafik 17. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Lahan di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 10

Grafik 18. Tren Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan Tahun 2014 ... 12

Grafik 19. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 13

Grafik 20. Sebaran Insiden dan Cedera Akibat Konflik Tata Kelola Pemerintahan di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 13

Grafik 21. Tren Insiden dan Dampak Konflik Pemilihan dan Jabatan Tahun 2014 ... 17

Grafik 22. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Pemilihan dan Jabatan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 18

Grafik 23. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Pemilihan dan Jabatan di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 18

Grafik 24. Bentuk Kekerasan Dalam Insiden Konflik Pemilihan dan Jabatan Tahun 2014 ... 19

Grafik 25. Tren Insiden dan Tewas Konflik Identitas Tahun 2014 ... 20

(5)

Laporan Tahunan 2014

Grafik 26. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Identitas Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 21

Grafik 27. Rata-rata Jumlah Insiden Yang Menyebabkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Pemicu Konflik Identitas Tahun 2014 ... 21

Grafik 28. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Identitas di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 22

Grafik 29. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Identitas Berdasarkan Pemicu di Jawa Barat, Papua dan Sulawesi Selatan Tahun 2014 ... 22

Grafik 30. Sebaran Insiden dan Dampak Bentrokan Antardesa di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 23

Grafik 31. Tren Insiden dan Dampak Konflik Main Hakim Sendiri Tahun 2014 ... 25

Grafik 32. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Main Hakim Sendiri Berdasarkan Pemicu Tahun 2014 ... 25

Grafik 33. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Main Hakim Sendiri di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 26

Grafik 34. Tren Insiden dan Tewas Konflik Separatisme di Papua dan Papua Barat Tahun 2014 ... 27

Grafik 35. Tren Insiden dan Dampak Konflik Separatisme Papua dan Papua Barat Tahun 1998 - 2014 ... 29

Grafik 36. Tren Insiden dan Dampak Kekerasan Dalam Penegakan Hukum Tahun 2014 ... 30

Grafik 37. Sebaran Jumlah Insiden dan Tewas Kekerasan Dalam Penegakan Hukum Tahun 2014 ... 30

Grafik 38. Tren Insiden dan Dampak Kriminalitas Tahun 2014 ... 31

Grafik 39. Sebaran Insiden dan Tewas Aksi Kriminalitas di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 31

Grafik 40. Tren Insiden dan Dampak KDRT Tahun 2014 ... 32

Grafik 41. Sebaran Insiden dan Tewas KDRT di 34 Provinsi Tahun 2014 ... 32

PETA

Peta Insiden dan Tewas Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota Tahun 2014 ... 14

Peta Konflik Separatisme Berdasarkan Insiden dan Tewas di Kabupaten/Kota Papua dan Papua Barat (2010 - 2014) ... 28

(6)

s

ambutan

m

enko

Pmk

P

embangunan manusia dan kebudayaan merupakan salah satu prioritas Pemerintah Republik Indonesia

dalam Pembangunan Nasional yang berkelanjutan (Sustainable National Development). Dalam melaksanakan pembangunan tersebut seringkali negara dihadapkan pada gangguan kerawanan sosial yang sangat merugikan hasil pembangunan yang sudah dicapai dengan susah payah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah instrumen yang dapat mengevaluasi, menganalisis, dan mengidentifikasi akar permasalahan kerawanan sosial, guna mengantisipasi dan mencegah terjadinya kerawanan sosial berupa tindak kekerasan dan konflik dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan. Instrumen tersebut diberi nama Sistem Nasional Pemantuan Kekerasan (SNPK).

SNPK ini dibangun sejalan dengan salah satu pilar koordinasi Kemenko PMK, yaitu: Penanggulangan, antisipasi, dan tanggap cepat gangguan kesejahteraan rakyat. SNPK ini dirancang untuk dapat memberikan gambaran yang komprehensif menyeluruh tentang kerawanan sosial sehingga pemerintah dan para pemangku kepentingan dapat mengambil langkah-langkah antisipatif yang tepat sehingga kerawanan sosial tidak menjelma menjadi tindak kekerasan dan konflik sosial.

Akhir kata, SNPK diharapkan dapat membantu semua pemangku kepentingan dalam mengambil langkah-langkah antisipatif agar dampak kerawanan sosial dapat dieliminir semaksimal mungkin sehingga sasaran pembangunan manusia dan kebudayaan dapat dicapai secara berhasil guna.

Terima kasih.

Jakarta, Desember 2014 Menteri Koordinator

Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI

Puan Maharani

(7)

S

istem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) digagas oleh Kedeputian I Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) untuk menyediakan data kekerasan yang terjadi di Indonesia seakurat dan semutakhir mungkin. SNPK terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: (i) pengumpulan data rutin dan rinci tentang insiden kekerasan berupa informasi waktu, lokasi, bentuk, dan pemicu insiden serta dampaknya; (ii) penerbitan laporan dan data yang diperbaharui setiap bulan. Laporan Bulanan SNPK menyajikan data dan informasi faktual tentang insiden kekerasan yang menonjol setiap bulan. Laporan Bulanan SNPK didedikasikan sebagai bahan rujukan untuk pencegahan dan penyusunan kebijakan pengelolaan konflik.

SNPK mengumpulkan data kekerasan berdasarkan informasi yang tersedia secara publik, bersumber dari surat kabar lokal dilengkapi dengan berbagai sumber non-media seperti laporan pemerintah, kajian akademis, dan laporan lembaga swadaya masyarakat. SNPK mengumpulkan data insiden kekerasan sejak tahun 1998 dan disajikan melalui portal:

www.snpk-indonesia.com. Data insiden

kekerasan sejak Januari 2014 dan seterus- nya berasal dari seluruh 34 provinsi di Indonesia.

Portal SNPK menyajikan data kekerasan dalam empat kategori, yakni (i) konflik (lihat Kotak Definisi); (ii) Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT); (iii) kekerasan terkait kriminalitas, dan (iv) kekerasan dalam penegakan hukum. Kategori kekerasan selain konflik dipandang perlu untuk dipantau karena berpotensi menimbulkan konflik sosial. Setiap insiden kekerasan yang tercatat dalam database SNPK dilengkapi dengan kliping berita surat kabar yang digunakan sebagai sumber.

Pengelolaan SNPK dipimpin oleh Kemenko PMK dengan dukungan Bank Dunia dan The Habibie Center melalui hibah dari Korea Economic Transitions and Peace-building Trust Fund. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas SNPK di masa mendatang, Kemenko PMK mengembang-kan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk perguruan tinggi, lembaga kajian, dan masyarakat sipil.

INSIDEN KEKERASAN adalah tindakan individu, antarindividu, kelompok atau

antarkelompok yang menyebabkan atau dapat menyebabkan dampak fisik terhadap manusia (kematian, cedera) atau kerusakan harta benda.

KONFLIK adalah peristiwa di mana insiden kekerasan terjadi karena adanya isu/

sengketa yang melatarbelakangi dan pihak tertentu yang menjadi sasaran. Konflik kekerasan mencakup insiden berskala kecil (melibatkan individu) dan berskala besar (melibatkan kelompok). Berdasarkan pemicunya, SNPK membagi konflik ke dalam tujuh jenis, yakni:

1. Konflik Sumber Daya :

insiden kekerasan yang dipicu oleh sengketa sumber daya alam maupun sumber daya buatan (lahan, tambang, akses ke mata pencaharian, gaji, polusi, kerusakan lingkungan).

2. Konflik Tata Kelola Pemerintahan :

insiden kekerasan dipicu oleh kebijakan atau program pemerintah (misalnya pelayanan publik, korupsi, subsidi, kenaikan harga, pemekaran).

3. Konflik Pemilihan dan Jabatan :

insiden kekerasan yang dipicu oleh persaingan dalam pemilihan atau jabatan (termasuk pemilihan umum, pemilihan umum kepala daerah, pemilihan kepala desa, pemilihan jabatan di universitas, lembaga mahasiswa, partai politik, dan lainnya).

4. Konflik Separatisme :

insiden kekerasan yang dipicu oleh upaya pemisahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Konflik Identitas :

insiden kekerasan yang dipicu oleh identitas kelompok (agama, etnis, suku, gender, geografis, dan yang melibatkan migran/pengungsi, identitas sekolah, dan antarsuporter olahraga).

6. Konflik Main Hakim Sendiri :

insiden kekerasan yang dipicu balas dendam atau respon terhadap ketersinggungan, pencurian, hutang piutang, penghinaan, kecelakaan lalu lintas, perselingkuhan, termasuk kekerasan terhadap dukun santet dan lokasi maksiat.

7. Konflik Lainnya :

insiden konflik yang pemicunya belum diketahui atau tidak dilaporkan dengan jelas oleh sumber berita.

KRIMINALITAS adalah tindakan kekerasan yang terjadi tanpa dilatarbelakangi

isu atau sengketa yang diperselisihkan sebelumnya. Motif tindakan kriminalitas dapat berupa uang (misalnya perampokan atau penculikan) atau kesenangan pribadi, atau kebencian.

KDRT adalah tindakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh anggota keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya, di mana anggota keluarga tersebut tinggal dalam satu rumah. Kekerasan non-fisik tidak dipantau oleh SNPK.

KEKERASAN DALAM PENEGAKAN HUKUM adalah tindakan kekerasan yang

dilakukan oleh aparat keamanan resmi dalam upaya penegakan hukum, termasuk penggunaan kekerasan terhadap tersangka/pelaku kriminalitas baik yang dilakukan sesuai kewenangan maupun di luar wewenang aparat keamanan.

t

entanG

snPk

D

efInIsI

Laporan Tahunan 2014

(8)

1.1. Tren Seluruh Jenis

Kekerasan Tahun 2014

Pada tahun 2014, tahun pertama Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) melakukan pemantauan secara nasional, data SNPK mencatat 27.775 insiden kekerasan yang menyebabkan 2.943 tewas, 22.118 cedera, dan 2.107 bangunan rusak. SNPK mencatat empat jenis kekerasan, yakni kriminalitas, kekerasan yang terjadi dalam proses penegakan hukum, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan konflik kekerasan. Konflik kekerasan, berbeda dengan jenis kekerasan lainnya, diartikan sebagai tindak kekerasan yang menyasar target tertentu untuk menyelesaikan atau merespon sengketa. Insiden dapat terkait dengan sengketa sumber daya,

pemerintahan, persaingan politik,

identitas, separatisme, dan main hakim sendiri (lihat Kotak Definisi SNPK hal. 1). Pada tahun 2014, kriminalitas adalah penyumbang terbanyak jumlah insiden (16.431 insiden atau 59% dari total

insiden kekerasan) dan jumlah tewas (1.727 atau 58% dari total tewas). Konflik kekerasan menempati urutan kedua, cukup jauh di bawah kriminalitas, dengan total tewas 581 orang atau 20%. Dalam kategori konflik kekerasan, konflik main hakim sendiri paling sering terjadi (4.287 insiden atau 58% dari total insiden) dan menyebabkan korban tewas paling banyak (300 tewas atau 52% dari total

tewas). Peringkat kedua dan ketiga jenis konflik yang paling mematikan tahun 2014 adalah konflik sumber daya (133 tewas atau 23%) dan konflik identitas (83 tewas atau 14%). Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menyebabkan 442 tewas atau 15% dari seluruh korban tewas di tahun 2014 (Tabel 1 dan

Grafik 1).

1. G

ambaran

u

mum

Tabel 1. Insiden dan Dampak Berdasarkan Jenis Kekerasan di 34 Provinsi Tahun 2014

Jenis Kekerasan Insiden %

Dampak Kekerasan

Tewas % Cedera % Bangunan Rusak %

Konflik 7.335 26% 581 20% 8.779 40% 1.371 65%

- Sumber Daya 859 12% 133 23% 1.125 13% 318 23%

- Tata Kelola Pemerintahan 490 7% 1 0,2% 476 5% 186 14%

- Pemilihan dan Jabatan 476 6,5% 8 1,3% 374 4% 134 10%

- Identitas 819 11% 83 14% 1.142 13% 436 31%

- Main Hakim Sendiri 4.287 58% 300 52% 5.260 60% 263 19%

- Separatisme 43 0,5% 35 6% 37 1% 6 1%

- Konflik Lainnya 361 5% 21 3,5% 365 4% 28 2%

Kekerasan dalam Penegakan Hukum 1.838 7% 193 7% 2.146 10% 2 0,1%

Kriminalitas 16.431 59% 1.727 58% 9.836 44% 713 33,9% KDRT 2.171 8% 442 15% 1.357 6% 21 1% Total 27.775 2.943 22.118 2.107 Laporan  Tahunan  2014     7     1.2. Tren konflik kekerasan tahun 2014

Insiden konflik kekerasan merupakan fokus pemantauan kekerasan. Selama tahun 2014, SNPK mencatat 7.335 insiden konflik kekerasan (rata-rata terjadi 20 insiden per hari), dengan dampak 581 tewas (rata-rata 48 orang tewas per bulan), 8.779 cedera dan 1.371 bangunan rusak. Insiden main hakim sendiri (di mana warga menghukum pelaku atau tersangka pencuri, pelecehan seksual, atau tindak kriminal lain) menyumbang lebih dari setengah total tewas seluruh jenis konflik kekerasan (300 tewas atau 52%). Secara rata-rata satu orang tewas per empat hari akibat insiden main hakim sendiri. Di urutan kedua dan ketiga jenis konflik yang banyak menyebabkan kematian adalah konflik yang dipicu sengketa sumber daya (133 tewas atau 23% - rata-rata satu tewas per tiga hari) dan konflik identitas (83 tewas atau 14% - satu tewas per empat hari sekali secara rata-rata). Insiden konflik separatisme di Papua dan Papua Barat, baik yang dipicu oleh penyerangan oleh kelompok separatis maupun operasi aparat keamanan, menyebabkan 35 orang tewas. Di sisi lain, meskipun tahun 2014 adalah tahun politik, dengan diadakannya pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, hanya 8 orang tewas akibat persaingan politik. Sementara itu, 1 orang tewas akibat konflik terkait tata kelola pemerintahan (Tabel 1).

Konflik Kekerasan (581) Kekerasan Dalam Penegakan Hukum (193) Kriminalitas (1.727) KDRT (442)

Grafik 1. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Kekerasan Tahun 2014 Grafik 1. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Kekerasan Tahun 2014

(9)

1.2. Tren Konflik Kekerasan

Tahun 2014

Insiden konflik kekerasan merupakan fokus pemantauan kekerasan. Selama tahun 2014, SNPK mencatat 7.335 insiden konflik kekerasan (rata-rata terjadi 20 insiden per hari), dengan dampak 581 tewas (rata-rata 48 orang tewas per bulan), 8.779 cedera dan 1.371 bangunan rusak. Insiden main hakim sendiri (di mana warga menghukum pelaku atau tersangka pencuri, pelecehan seksual, atau tindak kriminal lain) menyumbang lebih dari setengah total tewas seluruh jenis konflik kekerasan (300 tewas atau 52%). Secara rata-rata satu orang tewas per empat hari akibat insiden main hakim sendiri. Di urutan kedua dan ketiga jenis konflik yang banyak menyebabkan kematian adalah konflik yang dipicu sengketa sumber daya (133 tewas atau 23% - rata-rata satu tewas per tiga hari) dan konflik identitas (83 tewas atau 14% - satu tewas per empat hari sekali secara rata-rata). Insiden konflik separatisme di Papua dan Papua Barat, baik yang dipicu oleh penyerangan oleh kelompok separatis maupun operasi aparat keamanan, menyebabkan 35 orang tewas. Di sisi lain, meskipun tahun 2014 adalah tahun politik, dengan diadakannya pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, hanya 8 orang tewas akibat persaingan politik. Sementara itu, 1 orang tewas akibat konflik terkait tata kelola pemerintahan

(Tabel 1 dan Grafik 2).

Penting untuk diperhatikan bahwa konflik jenis tertentu cenderung lebih mematikan dibandingkan konflik lain. Misalnya, selama tahun 2014 hanya tercatat 43 insiden separatisme di Papua, namun korban tewasnya tinggi (rata-rata hampir satu tewas dalam satu insiden). Penjelasan yang paling dapat diterima adalah karena insiden separatisme umumnya melibatkan pelaku bersenjata lengkap (kelompok sipil bersenjata maupun aparat keamanan). Sebagai perbandingan, insiden yang terkait main hakim sendiri menyebabkan 300 orang tewas selama setahun, tapi banyak insiden main hakim sendiri yang tidak menyebabkan korban tewas (rata-rata satu tewas dalam setiap 14 insiden). Konflik identitas dan konflik sumber daya lebih mematikan dibandingkan

konflik main hakim sendiri, yakni masing-masing satu tewas setiap 9 insiden dan satu tewas setiap 6 insiden (Grafik 3). Data SNPK menunjukkan bahwa dari 581 korban tewas seluruh jenis konflik kekerasan, sebanyak 334 tewas di antaranya adalah korban pengeroyokan, di mana sekelompok massa menganiaya satu atau beberapa

korban. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa lebih dari setengah total tewas tahun 2014 - untuk seluruh kategori konflik kekerasan - disebabkan oleh pengeroyokan, 120 tewas akibat bentrokan, 92 tewas akibat peng- aniayaan (serangan fisik satu arah oleh individu/kelompok terhadap individu lain), 30 tewas akibat perkelahian, dua tewas dalam serangan teror dan

masing-Grafik 4. Jumlah Tewas Berdasarkan Bentuk Kekerasan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014    

10    

Grafik 5 dan Grafik 6 menunjukkan jumlah insiden dan tewas setiap bulan sejak Januari – Desember 2014 untuk seluruh jenis konflik. Secara umum, kedua grafik tersebut menunjukkan pola bahwa tingkat kekerasan sepanjang 2014 relatif stabil dari bulan ke bulan, dengan kisaran jumlah insiden 500-650 per bulan, dan jumlah tewas berkisar 50 orang per bulan. Di tahun 2014, jumlah tewas mencapai puncaknya di bulan Agustus (74 tewas), terutama disebabkan oleh insiden separatisme [8 tewas] dan konflik identitas di Papua (8 tewas dalam rangkaian insiden perang antarsuku menyusul tewasnya pemimpin Suku Dani yang bernama Korea Waker) (lihat Kotak 4).

Distribusi bulanan jumlah insiden untuk seluruh jenis konflik juga menunjukkan variasi yang mirip. Terdapat kenaikan jumlah insiden terkait persaingan politik menjelang pemilu legislatif (pileg). Data SNPK mencatat sebanyak 153 insiden konflik pemilihan dan jabatan di bulan April, 144 insiden di antaranya terkait pileg dengan dampak 3 tewas. Meski demikian, perlu ditekankan bahwa sebagian besar insiden terkait pileg merupakan insiden kecil seperti perusakan materi kampanye (154 dari 316 insiden selama periode Januari-April). Sebagai perbandingan, jumlah insiden menjelang dan saat pilpres Juli 2014 jauh lebih kecil (25 insiden bulan Juni, 16 insiden dan 1 tewas di bulan Juli). Jumlah insiden tatakelola pemerintahan naik signifikan di bulan November (91 insiden atau hampir tiga kali lipat dibandingkan rata-rata 36 insiden per bulan), sebagian besar dipicu protes kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Insiden-insiden penolakan kenaikan BBM berdampak pada satu tewas. Kenaikan drastis insiden konflik identitas terpantau pada periode Agustus - November (rata-rata 100 insiden per bulan, dibandingkan rata-rata 54 insiden per bulan pada periode Januari - Juli). Belum diketahui dengan jelas penyebab kenaikan insiden konflik identitas pada periode Agustus – November.

Demonstrasi (1) Blokade (1) Kerusuhan (1) Bentrokan (120) Perkelahian (30) Pengeroyokan (334) Serangan terror (2) Penganiayaan (92) Grafik 4. Jumlah Tewas Berdasarkan Bentuk Kekerasan Seluruh Jenis Konflik

Tahun 2014

Grafik 2. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014    

8    

Penting untuk diperhatikan bahwa konflik jenis tertentu cenderung lebih mematikan dibandingkan konflik lain. Misalnya, selama tahun 2014 hanya tercatat 34 insiden separatisme di Papua, namun korban tewasnya tinggi (rata-rata hampir satu tewas dalam satu insiden). Penjelasan yang paling dapat diterima adalah karena insiden separatisme umumnya melibatkan pelaku bersenjata lengkap (kelompok sipil bersenjata maupun aparat keamanan). Sebagai perbandingan, insiden yang terkait main hakim sendiri menyebabkan 300 orang tewas selama setahun, tapi banyak insiden main hakim sendiri yang tidak menyebabkan korban tewas (rata-rata satu tewas dalam setiap 14 insiden). Konflik identitas dan konflik sumber daya lebih mematikan dibandingkan konflik main hakim sendiri, yakni masing-masing satu tewas setiap 9 insiden dan satu tewas setiap 6 insiden (Grafik 3).

Konflik Sumber Daya (133)

Konflik Tata Kelola Pemerintahan (1)

Konflik Pemilihan dan Jabatan (8)

Konflik Identitas (83) Konflik Main Hakim

Sendiri (300) Konflik Separatisme

(35)

Konflik Lainnya (21)

Grafik 2. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014    

9    

Data SNPK menunjukkan bahwa dari 581 korban tewas seluruh jenis konflik, sebanyak 334 tewas di antaranya adalah korban pengeroyokan, di mana sekelompok massa menganiaya satu atau beberapa korban. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa lebih dari setengah total tewas tahun 2014 - untuk seluruh kategori kekerasan yakni konflik, kriminalitas, KDRT, dan kekerasan dalam penegakan hukum - disebabkan oleh insiden main hakim sendiri, 120 tewas akibat bentrokan, 92 tewas akibat penganiayaan (serangan fisik satu arah oleh individu/kelompok terhadap individu lain), 30 tewas akibat perkelahian, dua tewas dalam serangan teror dan masing-masing satu tewas akibat demonstrasi, blokade, dan kerusuhan (Grafik 4).

1 6 9 14 17

59

490

Separatisme Sumber Daya Identitas Main Hakim

Sendiri Konflik Lainnya Pemilihan dan Jabatan Pemerintah Tata Kelola

Angka di atas ini diperoleh dari jumlah insiden dibagi jumlah tewas untuk setiap jenis konflik kekerasan. Angka 1 berarti secara rata-rata setiap satu insiden separatisme menimbulkan 1 dampak tewas, sedangkan angka 490

berarti terjadi satu korban tewas se

Grafik 3. Rata-rata Jumlah Insiden yang Menimbulkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Tahun 2014

Grafik 3. Rata-rata Jumlah Insiden yang Menimbulkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Angka di atas ini diperoleh dari jumlah insiden dibagi jumlah tewas untuk setiap jenis konflik kekerasan. Angka 1 berarti secara rata-rata setiap satu insiden konflik separatisme menimbulkan satu dampak tewas, sedangkan angka 490 berarti terjadi satu korban tewas setiap 490 insiden konflik tata kelola pemerintahan.

Laporan Tahunan 2014

(10)

masing satu tewas akibat demonstrasi, blokade, dan kerusuhan (Grafik 4).

Grafik 5 dan Grafik 6 menunjukkan

jumlah insiden dan tewas setiap bulan sejak Januari – Desember 2014 untuk seluruh jenis konflik kekerasan. Secara umum, kedua grafik tersebut menunjukkan pola bahwa tingkat kekerasan sepanjang 2014 relatif stabil dari bulan ke bulan, dengan kisaran jumlah insiden 500 - 650 per bulan, dan jumlah tewas berkisar 50 orang per bulan. Di tahun 2014, jumlah tewas mencapai puncaknya di bulan Agustus (74 tewas), terutama disebabkan oleh insiden separatisme [8 tewas] dan konflik identitas di Papua (8 tewas dalam rangkaian insiden perang antarsuku menyusul tewasnya pemimpin Suku Dani yang bernama Korea Waker) (lihat Kotak 4). Distribusi bulanan jumlah insiden untuk seluruh jenis konflik juga menunjukkan va-riasi yang mirip. Terdapat kenaikan jumlah insiden terkait persaingan politik menjelang Pemilu Legislatif (Pileg). Data SNPK mencatat sebanyak 153 insiden konflik pemilihan dan jabatan di bulan April, 144 insiden di antaranya terkait Pileg dengan dampak 3 tewas. Meski demikian, perlu dite-kankan bahwa sebagian besar insiden terkait Pileg merupakan insiden kecil seperti perusakan materi kampanye (154 dari 316 insiden selama periode Januari-April). Sebagai perbandingan, jumlah insiden menjelang dan saat Pilpres Juli 2014 jauh lebih kecil (25 insiden bulan Juni, 16 insiden dan 1 tewas di bulan Juli). Jumlah insiden tata kelola pemerintahan naik signifikan di bulan November (91 insiden atau hampir dua kali lipat dibandingkan rata-rata 40 insiden per bulan), sebagian besar dipicu protes kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Insiden-insiden penolakan kenaikan BBM berdampak pada satu tewas. Kenaikan drastis insiden konflik identitas terpantau pada periode Agustus - November (rata-rata 100 insiden per bulan, dibandingkan rata-rata 54 insiden per bulan pada periode Januari - Juli). Belum diketahui dengan jelas penyebab kenaikan insiden konflik identitas pada periode Agustus – November.

Grafik 5. Jumlah Insiden dan Tewas Setiap Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014     12     2 3 3 1 4 1 2 2 3 21 19 14 25 28 26 24 34 29 31 31 18 5 15 21 10 12 9 10 13 9 13 15 1 1 1 3 3 1 9 9 4 1 3 7 10 17 7 4 7 5 7 1 1 6 1 2 4 8 2 1 2 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Grafik 6. Jumlah Tewas Konflik Kekerasan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

Konflik Separatisme Konflik Identitas Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Tata Kelola Pemerintahan Konflik Sumber Daya Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Lainnya

Grafik 6. Jumlah Tewas Konflik Kekerasan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

4

  37 39 32 24 36 29 36 29 32 28 20 19 381 327 327 359 363 353 321 408 391 393 347 317 63 95 86 53 92 67 64 61 59 70 89 60 38 60 31 29 48 33 19 22 47 40 91 32 44 51 98 153 22 34 19 8 20 11 8 8 54 50 67 51 62 59 39 110 104 80 99 44 7 4 1 5 1 3 6 8 2 3 1 2 44 48 46 46 44 48 50 74 49 52 54 26 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 100 200 300 400 500 600 700 800

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Grafik 5. Jumlah Insiden dan Tewas Setiap Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014

Konflik Separatisme Konflik Identitas Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Tata Kelola Pemerintahan Konflik Sumber Daya Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Lainnya Tewas

(11)

Laporan  Tahunan  2014     14     1 1 1 2 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 9 9 10 10 14 15 17 19 21 23 25 37 40 43 46 83 85 47 11 12 27 123 121 87 166 80 202 73 117 109 146 153 83 172 116 240 122 137 317 193 279 239 410 120 134 386 733 987 372 309 512

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SULAWESI BARAT KALIMANTAN UTARA GORONTALO KALIMANTAN TENGAH PAPUA BARAT BALI BENGKULU SULAWESI TENGGARA KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT MALUKU UTARA JAMBI D I YOGYAKARTA SUMATERA BARAT KALIMANTAN SELATAN KEPULAUAN RIAU SULAWESI TENGAH ACEH BANTEN NUSA TENGGARA TIMUR JAWA TENGAH RIAU SULAWESI UTARA NUSA TENGGARA BARAT DKI JAKARTA MALUKU LAMPUNG SULAWESI SELATAN JAWA TIMUR SUMATERA UTARA SUMATERA SELATAN PAPUA JAWA BARAT

Grafik 7. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan Seluruh Provinsi Tahun 2014

Insiden Tewas

Grafik 7. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di 34 Provinsi Tahun 2014

Laporan Tahunan 2014

5

1.3. Variasi Geografis Konflik

Kekerasan Tahun 2014

Terkait dengan sebaran wilayah insiden konflik selama 2014, Grafik 7 menunjuk-kan variasi antarprovinsi dalam hal jumlah insiden dan dampaknya. Lebih dari 50% dari total korban tewas akibat konflik kekerasan pada tahun 2014 tercatat di hanya lima provinsi: Jawa Barat [85 tewas], Papua [83], Sumatera Selatan [46], Sumatera Utara [43] dan Jawa Timur [40]. Hal ini sebagian dapat dijelaskan secara demografis, mengingat Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara termasuk dalam lima provinsi berpenduduk terpadat di Indonesia. Berdasarkan data BPS, Jawa Barat menempati urutan pertama dengan lebih dari 44 juta populasi, diikuti Jawa

Timur dengan 38 juta; dan Sumatera Utara di tempat kelima dengan 13 juta jiwa. Meski demikian, yang cukup mengejutkan adalah bahwa satu dari tujuh korban tewas akibat konflik kekerasan pada tahun 2014 (sekitar 14%) terjadi di Papua, yang jumlah penduduknya kurang dari 3 juta jiwa atau hanya sekitar 1% dari total penduduk Indonesia.

Data SNPK juga menunjukkan bahwa jumlah insiden dan dampaknya sangat bervariasi antarkabupaten dalam satu provinsi. Grafik 8, Grafik 9, dan Grafik

10 menunjukkan sebaran insiden dan

jumlah tewas antarkabupaten di tiga provinsi yang memiliki angka kematian tertinggi (Jawa Barat, Papua, dan Sumatera Selatan). Di Jawa Barat,

total tewas di empat kabupaten teratas berjumlah empat kali lipat jika dibandingkan total tewas di seluruh gabungan 17 kabupaten lain. Lebih dari sepertiga korban tewas akibat konflik di Jawa Barat terjadi hanya di dua kabupaten, yakni Karawang (17 tewas) dan Cirebon (13 tewas). Di Papua, 85% korban tewas dari seluruh jenis konflik terjadi di Kabupaten Mimika - di mana tambang emas Grasberg berlokasi-, ibukota provinsi Kota Jayapura, serta dua kabupaten paling rawan konflik separatisme antara Kelompok Sipil Bersenjata dengan aparat keamanan, yaitu Lanny Jaya dan Puncak Jaya. Hampir setengah dari total tewas akibat konflik (37 orang atau 44,5%) tercatat hanya di Kabupaten Mimika.

(12)

Laporan  Tahunan  2014     17     18 5 5 8 10 122 20 25 23 182 11 Kabupaten/Kota lainnya OGAN KOMERING ILIR

MUSI RAWAS MUARA ENIM PALEMBANG

Grafik 10. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2014

Insiden Tewas

Grafik 10. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014     15     16 5 5 5 5 6 6 7 13 17 149 18 26 41 66 25 31 22 59 75 17 Kabupaten/Kota lainnya CIAMIS KOTA BEKASI KOTA CIREBON DEPOK KOTA BANDUNG SUBANG KAB BOGOR KAB CIREBON KARAWANG

Grafik 8. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014

Insiden Tewas

Grafik 8. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014     16     1 2 2 3 4 10 12 12 37 62 2 5 9 3 2 14 10 93 109 11 Kabupaten/Kota lainnya DOGIYAI KEPULAUAN YAPEN JAYAWIJAYA PUNCAK PANIAI PUNCAK JAYA LANNY JAYA KOTA JAYAPURA MIMIKA

Grafik 9. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Papua Tahun 2014

Insiden Tewas

Grafik 9. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan di Kabupaten/Kota di Papua Tahun 2014

(13)

Meski demikian terdapat kemungkinan angka sebenarnya lebih tinggi mengingat surat kabar lokal di Papua kemungkinan tidak melaporkan kejadian di kabupaten-kabupaten terpencil. Di Sumatera Selatan, 60% dari total tewas tercatat hanya di empat kabupaten: Palembang, Muara Enim, Musi Rawas and Ogan Komering Ilir.

Jenis-jenis isu yang memicu konflik kekerasan juga bervariasi antarwilayah.

Grafik 11 menunjukkan sebaran korban

tewas akibat seluruh jenis konflik di Jawa Barat, Papua, dan Sumatera Selatan. Meski sebagian besar korban tewas di Jawa Barat dan Sumatera Selatan berasal dari insiden main hakim sendiri (masing-masing 74% dan 68% dari total tewas), konflik identitas menyebabkan dampak tewas cukup besar di Jawa Barat (15% atau tertinggi kedua), sedangkan di Sumatera Selatan jumlah tewas terbanyak kedua dipicu oleh konflik sumber daya (26%). Di Papua, pemicu dampak tewas tertinggi adalah konflik separatisme [34 tewas atau 41%], diikuti oleh konflik sumber daya [22 tewas atau 26.5%], main hakim sendiri [13 tewas, 15%] dan konflik identitas [12 tewas, 15%].

Variasi serupa juga ditemukan di tingkat kabupaten (Grafik 12). Di Papua, tren yang sangat berbeda terlihat di Mimika, Kota Jayapura, dan Puncak Jaya. Pemicu utama insiden kekerasan yang mengakibatkan korban tewas di Mimiki adalah sengketa sumber daya [20 tewas karena sengketa lahan, atau 54% dari total tewas] dan identitas [12 tewas akibat perang antarsuku atau sesama suku, atau 32%]. Di Kota Jayapura, sebagian besar tewas merupakan korban main hakim sendiri. Di Puncak Jaya, sebanyak 14 insiden yang menyebabkan dampak 10 tewas sepanjang 2014 berkaitan dengan separatisme. Namun, ada ke-mungkinan surat kabar lokal di Papua lebih terfokus pada konflik separatisme dan tidak melaporkan insiden-insiden konflik non-separatisme yang terjadi di pegunungan Papua.

Grafik 11. Sebaran Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Jawa Barat, Papua dan Sumatera Selatan Tahun 2014

Grafik 12. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Kabupaten Puncak Jaya, Mimika, dan Kota Jayapura, Papua Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014     20     2 4 6 1 2 2 12 20 10

Konflik Sumber Daya Konflik Separatisme Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Separatisme Konflik Identitas Konflik Sumber Daya Konflik Separatisme KOTA JAY APURA MI MI KA PUNCAK JAY A

Grafik 12. Jumlah Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Kabupaten Puncak Jaya, Mimika, dan Kota Jayapura, Papua Tahun 2014

Laporan Tahunan 2014

7

Laporan  Tahunan  2014     18    

Jenis-jenis isu yang memicu konflik kekerasan juga bervariasi antarwilayah. Grafik 11 menunjukkan sebaran korban tewas akibat seluruh jenis konflik di Jawa Barat, Papua, dan Sumatera Selatan. Meski sebagian besar korban tewas di Jawa Barat dan Sumatera Selatan berasal dari insiden main hakim sendiri (masing-masing 74% dan 67% dari total tewas), konflik identitas menyebabkan dampak tewas cukup besar di Jawa Barat (15% atau tertinggi kedua), sedangkan di Sumatera Selatan jumlah tewas terbanyak kedua dipicu oleh konflik sumber daya (26%). Di Papua, pemicu dampak tewas tertinggi adalah konflik separatisme [34 tewas atau 41%], diikuti oleh konflik sumber daya [22 tewas atau 26.5%], main hakim sendiri [13 tewas, 15%] dan konflik identitas [12 tewas, 15%].

Variasi serupa juga ditemukan di tingkat kabupaten (Grafik 12). Di Papua, tren yang sangat berbeda terlihat di Mimika, Kota Jayapura, dan Puncak Jaya. Pemicu utama insiden kekerasan yang mengakibatkan korban tewas di Mimiki adalah sengketa sumber daya [20 tewas karena sengketa lahan, atau 54% dari total tewas] dan identitas [12 tewas akibat perang antarsuku atau sesama suku, atau 32%]. Di Kota Jayapura, sebagian besar tewas merupakan korban main hakim sendiri. Di Puncak Jaya, seluruh 10 insiden yang menyebabkan dampak tewas sepanjang 2014 berkaitan dengan separatisme. Namun, ada kemungkinan surat kabar lokal di Papua lebih terfokus pada konflik separatisme dan tidak melaporkan insiden-insiden konflik non-separatisme yang terjadi di pegunungan Papua.

Grafik 11. Sebaran Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Jawa Barat, Papua dan Sumatera Selatan Tahun 2014

6 13

63

Jawa Barat

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Laporan  Tahunan  2014    

18    

Jenis-jenis isu yang memicu konflik kekerasan juga bervariasi antarwilayah. Grafik 11 menunjukkan sebaran korban tewas akibat seluruh jenis konflik di Jawa Barat, Papua, dan Sumatera Selatan. Meski sebagian besar korban tewas di Jawa Barat dan Sumatera Selatan berasal dari insiden main hakim sendiri (masing-masing 74% dan 67% dari total tewas), konflik identitas menyebabkan dampak tewas cukup besar di Jawa Barat (15% atau tertinggi kedua), sedangkan di Sumatera Selatan jumlah tewas terbanyak kedua dipicu oleh konflik sumber daya (26%). Di Papua, pemicu dampak tewas tertinggi adalah konflik separatisme [34 tewas atau 41%], diikuti oleh konflik sumber daya [22 tewas atau 26.5%], main hakim sendiri [13 tewas, 15%] dan konflik identitas [12 tewas, 15%].

Variasi serupa juga ditemukan di tingkat kabupaten (Grafik 12). Di Papua, tren yang sangat berbeda terlihat di Mimika, Kota Jayapura, dan Puncak Jaya. Pemicu utama insiden kekerasan yang mengakibatkan korban tewas di Mimiki adalah sengketa sumber daya [20 tewas karena sengketa lahan, atau 54% dari total tewas] dan identitas [12 tewas akibat perang antarsuku atau sesama suku, atau 32%]. Di Kota Jayapura, sebagian besar tewas merupakan korban main hakim sendiri. Di Puncak Jaya, seluruh 10 insiden yang menyebabkan dampak tewas sepanjang 2014 berkaitan dengan separatisme. Namun, ada kemungkinan surat kabar lokal di Papua lebih terfokus pada konflik separatisme dan tidak melaporkan insiden-insiden konflik non-separatisme yang terjadi di pegunungan Papua.

Grafik 11. Sebaran Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Jawa Barat, Papua dan Sumatera Selatan Tahun 2014

6 13

63

Jawa Barat

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Laporan  Tahunan  2014     19     22 2 12 13 34 Papua

Konflik Sumber Daya Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Separatisme

12

31

Sumatera Selatan

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Laporan  Tahunan  2014     19     22 2 12 13 34 Papua

Konflik Sumber Daya Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Separatisme

12

31

Sumatera Selatan

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Laporan  Tahunan  2014     19     22 2 12 13 34 Papua

Konflik Sumber Daya Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Separatisme

12

31

Sumatera Selatan

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Laporan  Tahunan  2014     19     22 2 12 13 34 Papua

Konflik Sumber Daya Konflik Pemilihan dan Jabatan Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri Konflik Separatisme

12

31

Sumatera Selatan

Konflik Lainnya Konflik Sumber Daya Konflik Identitas Konflik Main Hakim Sendiri

Jawa Barat

Papua

(14)

2.1. Tren Konflik Sumber Daya

2014

Pada tahun 2014 total insiden kekerasan yang terkait konflik sumber daya di seluruh 34 provinsi berjumlah 859 insiden dengan dampak 133 tewas, 1.125 cedera, dan 318 bangunan rusak. Sepanjang tahun 2014, angka jumlah insiden konflik sumber daya merupakan yang tertinggi kedua setelah konflik main hakim sendiri, menyumbang 12% dari total keseluruhan insiden jenis konflik kekerasan. Kendati jumlah insiden tidak

terlalu besar, namun korban tewas dalam konflik sumber daya menyumbang 23% dari total tewas akibat konflik kekerasan. Secara rata-rata setiap bulan terjadi 71 insiden dan 11 orang tewas akibat konflik sumber daya. Konflik sumber daya terbanyak terjadi antara warga dengan warga (24%) diikuti konflik antara warga dengan perusahaan, baik perusahaan BUMN maupun swasta (14%). Di tahun ini, jumlah insiden terbanyak terjadi di bulan Februari [95 insiden], sedangkan korban tewas tertinggi tercatat di bulan Maret [21 tewas] (Grafik 13).

2.2. Variasi Geografis Konflik

Sumber Daya

Berdasarkan jumlah insiden, terdapat tiga provinsi yang paling menonjol dalam hal konflik sumber daya. Sumatera Utara mengalami insiden konflik sumber daya tertinggi [129 insiden] disusul oleh Jawa Timur [61 insiden] dan Papua [56 insiden]. Akan tetapi apabila dilihat dari dampaknya, tiga provinsi yang mengalami konflik sumber daya terparah adalah Papua, Maluku, dan Sumatera Selatan. Di Papua tercatat 56 insiden

2. k

onflIk

s

umber

D

aya

Laporan  Tahunan  2014  

 

21    

2.1. Tren konflik sumber daya 2014

Pada tahun 2014 total insiden kekerasan yang terkait konflik sumber daya di seluruh 34 provinsi berjumlah 859

insiden dengan dampak 133 tewas, 1.125 cedera, dan 318 bangunan rusak. Sepanjang tahun 2014, jumlah insiden

konflik sumber daya merupakan yang tertinggi kedua setelah konflik main hakim sendiri, menyumbang 12% dari

total keseluruhan insiden jenis konflik kekerasan. Kendati jumlah insiden tidak terlalu besar, namun korban tewas

dalam konflik sumber daya menyumbang 23% dari total tewas akibat konflik kekerasan. Secara rata-rata setiap

bulan terjadi 71 insiden dan 11 orang tewas akibat konflik sumber daya. Konflk sumber daya terbanyak terjadi

antara warga dengan warga (24%) diikuti konflik antara warga dengan perusahaan, baik perusahaan BUMN

maupun swasta (14%). Di tahun ini, jumlah insiden terbanyak terjadi di bulan Februari [95 insiden], sedangkan

korban tewas tertinggi tercatat di bulan Maret [21 tewas] (

lihat Grafik 13)

.

63 95 86 53 92 67 64 61 59 70 89 60 5 15 21 10 12 9 10 13 9 13 15 1 0 50 100 150 200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Grafik 13. Tren insiden dan dampak Konflik Sumber Daya Tahun 2014

Insiden Tewas

2. Konflik Sumber Daya

Grafik 13. Tren Insiden dan Dampak Konflik Sumber Daya Tahun 2014

(15)

konflik sumber daya yang menewaskan 22 orang. Di Maluku terjadi hanya 29 insiden konflik sumber daya, tetapi insiden-insiden tersebut menyebabkan 17 tewas. Di Sumatera Selatan, tercatat 12 orang tewas dalam 47 insiden (Grafik 14). Kabupaten/Kota yang paling parah mengalami insiden kekerasan sumber daya adalah Kabupaten Mimika yakini 45 insiden dengan dampak 20 tewas, 289 cedera, dan 22 bangunan rusak. Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia yang mencatat jumlah insiden konflik sumber daya tinggi adalah Deli Serdang [49 insiden, 3 tewas, 31 cedera, dan 22 bangunan rusak], Medan [30 insiden, tidak ada tewas namun 28 cedera], Batam [18 insiden, 25 cedera, dan 52 bangunan rusak], dan Jakarta Pusat [13 insiden, 2 tewas, dan 38 cedera].

2.3. Pemicu-Pemicu Utama

Konflik Sumber Daya

Dilihat dari jumlah insiden dan dampak tewas, pemicu konflik sumber daya yang paling dominan selama tahun 2014 adalah permasalahan lahan [440 insiden dan 80 tewas], konflik perebutan akses (pasaran, rute, pelanggan dan sejenisnya) sebanyak [195 insiden dan 26 tewas], serta konflik sumber daya alam (termasuk pertambangan) sebanyak [71 insiden dan 16 tewas]. Sementara itu, ditinjau dari rasio tewas per insiden, data SNPK menunjukkan bahwa konflik sumber daya yang paling mematikan adalah konflik sumber daya alam dan konflik lahan. Dalam kategori konflik sumber daya alam, secara rata-rata setiap 4 insiden menyebabkan satu orang tewas, sedangkan dalam kategori konflik lahan, satu orang tewas dalam setiap 5 insiden kekerasan (lihat Grafik

15 dan Grafik 16).

Selama tahun 2014, tercatat 440 insiden terkait permasalahan lahan dengan dampak 80 tewas, 738 cedera, dan 247 bangunan rusak. Artinya, 51% dari 859 insiden konflik sumber daya merupakan konflik lahan, baik yang melibatkan warga/komunitas maupun antarindividu. Jumlah tewas akibat konflik lahan berjumlah 60% dari total tewas akibat konflik sumber daya.

  1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 6 6 6 7 7 12 11 17 22 1 4 7 22 33 3 8 15 21 21 26 38 9 14 15 16 19 23 12 16 20 22 7 24 42 61 129 29 33 47 37 29 56 KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN BANGKA GORONTALO KEPULAUAN RIAU BENGKULU D I YOGYAKARTA MALUKU UTARA KALIMANTAN BARAT JAWA TENGAH NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI UTARA ACEH SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA BANTEN PAPUA BARAT KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN TENGAH BALI LAMPUNG SUMATERA BARAT DKI JAKARTA KALIMANTAN SELATAN JAMBI JAWA BARAT JAWA TIMUR SUMATERA UTARA NUSA TENGGARA TIMUR RIAU SUMATERA SELATAN SULAWESI SELATAN MALUKU PAPUA Insiden Tewas

Grafik 14. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Sumber Daya di 34 Provinsi Tahun 2014

Grafik 15. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Sumber Daya Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014  

 

24    

2.3. Pemicu-pemicu utama konflik sumber daya tahun 2014

Dilihat dari jumlah insiden dan dampak tewas, pemicu konflik sumber daya yang paling dominan selama tahun 2014 adalah permasalahan lahan [440 insiden dan 80 tewas], konflik perebutan akses (pasaran, rute, pelanggan dan sejenisnya) sebanyak [195 insiden dan 26 tewas], serta konflik sumber daya alam (termasuk pertambangan) sebanyak [71 insiden dan 16 tewas]. Sementara itu, ditinjau dari rasio tewas per insiden, data SNPK menunjukkan bahwa konflik sumber daya yang paling mematikan adalah konflik sumber daya alam dan konflik lahan. Dalam kategori konflik sumber daya alam, secara rata-rata setiap 4 insiden menyebabkan satu orang tewas, sedangkan

dalam kategori konflik lahan, satu orang tewas dalam setiap 5 insiden kekerasan (lihat Grafik 15 dan Grafik 16).

440 195 71 42 87 23 1 80 26 16 7 2 1 1

Grafik 15. Jumlah Insiden dan Tewas Konflik Sumber Daya Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

Insiden Tewas

Laporan Tahunan 2014

(16)

Tingginya jumlah tewas akibat konflik lahan terutama disebabkan karena lebih dari separuh insiden terjadi dalam bentuk penganiayaan dan bentrokan. Kedua bentuk konflik tersebut secara keseluruhan berkontribusi pada 76% dari total tewas dan 84% total cedera. Sebaran jumlah insiden dan tewas akibat konflik lahan di 34 provinsi dapat dilihat di Grafik 17.

Dua provinsi yang mengalami konflik lahan terparah tahun 2014 adalah Papua dan Maluku. Di Papua SNPK mencatat 49 insiden konflik lahan dengan dampak 20 tewas, 292 cedera, dan 24 bangunan rusak. Sebagian besar dari insiden tersebut terkait konflik hak ulayat antara Suku Dani dengan Suku Moni (Kotak 1). Sedangkan di Maluku, SNPK mencatat hanya 16 insiden konflik lahan, namun jumlah korban tewas yang ditimbulkan mencapai 11 orang. Satu insiden yang menonjol adalah konflik lahan ulayat antara Negeri Luhu dengan Iha, di Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Warga kedua negeri terlibat bentrokan dengan menggunakan batu, senjata tajam, panah, dan senjata rakitan pada tanggal 4 Agustus 2014. Bentrokan tersebut menewaskan 8 orang dan melukai 95 lainnya. Sengketa ulayat kedua desa muncul sejak pertengahan tahun 1970an namun hingga kini belum dapat diselesaikan secara tuntas. Beberapa bentrokan pernah terjadi sebelumnya, namun bentrokan di bulan Agustus tersebut adalah yang terparah.

Pemicu konflik sumber daya tertinggi berikutnya adalah konflik sumber daya alam. Data SNPK hanya mencatat 71 insiden selama tahun 2014, namun jumlah korban tewas yang ditimbulkan mencapai 16 orang. Insiden yang me- nonjol antara lain di area pertambangan, baik antara warga dengan perusahaan pertambangan maupun antarwarga yang berprofesi sebagai penambang. Di area pertambangan emas Gunung Botak di Kabupaten Buru, Maluku, terjadi delapan insiden kekerasan antar penambang sepanjang tahun 2014 dengan dampak lima tewas dan tiga luka-luka.

Grafik 16.Rata-rata Jumlah Insiden yang Menyebabkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Pemicu Konflik Sumber Daya Tahun 2014

Laporan  Tahunan  2014  

 

25    

Selama tahun 2014, tercatat 440 insiden terkait permasalahan lahan dengan dampak 80 tewas, 738 cedera, dan 247 bangunan rusak. Artinya, 51% dari 859 insiden konflik sumber daya merupakan konflik lahan, baik yang melibatkan warga/komunitas maupun antarindividu. Jumlah tewas akibat konflik lahan berjumlah 60% dari total tewas akibat konflik sumber daya. Tingginya jumlah tewas akibat konflik lahan terutama disebabkan karena lebih dari separuh insiden terjadi dalam bentuk penganiayaan dan bentrokan. Kedua bentuk konflik tersebut secara keseluruhan berkontribusi pada 76% dari total tewas dan 84% total cedera. Sebaran jumlah insiden dan tewas

akibat konflik lahan di 34 provinsi dapat dilihat di Grafik 17.

4 5 6 7

23

43

Sumber Daya Alam Lahan Sumber Daya Buatan Akses Lingkungan Gaji/Upah/ Perburuhan

Angka di atas merupakan jumlah insiden dibagi jumlah tewas untuk setiap pemicu konflik kekerasan. Artinya, secara rata-rata setiap 4 insiden konflik sumber daya alam menyebabkan satu korban tewas,

sementara terdapat 1 korban tewas dalam 43 insiden terkait

Grafik 16. Rata-rata Jumlah Insiden yang Menyebabkan Satu Dampak Tewas Berdasarkan Pemicu Konflik Sumber Daya Tahun 2014

Angka di atas merupakan jumlah insiden dibagi jumlah tewas untuk setiap pemicu konflik kekerasan. Artinya, secara rata-rata setiap 4 insiden konflik sumber daya alam menyebabkan satu korban tewas, sementara terdapat satu korban tewas dalam 43 insiden terkait terkait isu gaji/upah/perburuhan.

Laporan  Tahunan  2014     26     1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 4 5 5 6 7 11 20 1 3 3 5 7 8 9 12 14 16 17 7 8 10 10 10 12 4 5 9 12 18 16 69 13 17 20 18 22 16 49 KALIMANTAN UTARA GORONTALO MALUKU UTARA BANTEN BALI KALIMANTAN BARAT DKI JAKARTA KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA JAWA BARAT BENGKULU SULAWESI TENGGARA PAPUA BARAT JAWA TENGAH ACEH SUMATERA BARAT NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN SELATAN SULAWESI TENGAH LAMPUNG KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN TENGAH JAWA TIMUR SUMATERA UTARA JAMBI SUMATERA SELATAN RIAU NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI SELATAN MALUKU PAPUA

Grafik 17. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Lahan di 34 Provinsi Tahun 2014

Insiden Tewas

Grafik 17. Sebaran Insiden dan Tewas Konflik Lahan di 34 Provinsi Tahun 2014

(17)

Kotak 1. Konflik Lahan Ulayat Antarsuku

di Mimika, Papua 2014

P

ada tahun 2014, terjadi 16 insiden kekerasan yang dipicu sengketa hak ulayat antara suku Dani dan suku Moni di Kabupaten Mimika, Papua. Sebanyak 14 insiden kekerasan tersebut menewaskan 16 orang dari kedua pihak. Insiden terutama terjadi di dua kecamatan yakni Kuala Kencana dan Mimika Baru. SNPK mencatat pucak insiden terjadi pada periode Maret-Mei 2014, di mana terjadi 11 insiden - sebagian besar dalam bentuk perang suku - dengan dampak 12 korban tewas. Sebagian besar korban tewas akibat luka panah. Konflik antara Suku Dani dan Moni dilatarbelakangi perebutan klaim lahan ulayat di sekitar Sungai

Iwaka di Kecamatan Kuala Kencana. Bentrokan antarsuku terakhir terjadi pada Mei 2014, setelah pemerintah provinsi dipimpin Gubernur Lukas Enembe bekerjasama dengan lembaga adat memfasilitasi dialog damai pada 26 Mei 2014. Kedua pihak setuju menghentikan perang suku dan pemerintah memfasilitasi pengukuran ulang lahan dan pemasangan patok baru sesuai kesepakatan. Pascadialog damai, kekerasan jauh berkurang, meski belum sepenuhnya hilang. Pada periode Juni-Oktober, konflik beralih bentuk dari perang suku menjadi penganiayaan atau pembunuhan menyasar anggota atau pemimpin suku.

Laporan Tahunan 2014

(18)

3.1. Tren Konflik Tata Kelola

Pemerintahan 2014

Selama tahun 2014, data SNPK mencatat total 490 insiden kekerasan dengan dampak 1 tewas, 476 cedera, dan 186 bangunan rusak. Rata-rata per bulan terjadi 40 insiden konflik tata kelola pemerintahan. Puncak insiden dan dampak terkait konflik tata kelola pemerintahan terjadi pada bulan November [91 insiden dan 140 cedera]. Sedangkan korban tewas yang tercatat

pada periode ini hanya terjadi di bulan November sebanyak satu orang tewas

(Grafik 18). Dari total 490 insiden konflik

tata kelola pemerintahan selama 2014, bentuk kekerasan yang paling lazim terjadi adalah demonstrasi yang diwarnai ke-kerasan (43%), diikuti oleh perusakan (30%). Secara total, demonstrasi yang diwarnai kekerasan menyebabkan ham-pir 70% total dampak bangunan rusak.

3.2. Variasi Geografis Konflik

Tata Kelola Pemerintahan

Provinsi yang mengalami insiden kekerasan terbanyak ialah NTB [43 insiden], Sulawesi Selatan [41 insiden], dan Sumatera Utara [38 insiden]. Pemicu insiden kekerasan yang dominan adalah program pemerintah -terkait protes dan keluhan pelaksanaan/kebutuhan yang tidak terpenuhi- sebanyak [162 insiden dan 143 cedera] serta masalah kualitas pelayanan publik [101 insiden dan 100

3. k

onflIk

t

ata

k

elola

P

emerIntahan

12

Laporan  Tahunan  2014  

 

28    

3.1. Tren konflik tatakelola pemerintahan 2014

Selama tahun 2014, data SNPK mencatat total 490 insiden kekerasan dengan dampak 1 tewas, 476 cedera, dan 186

bangunan rusak. Rata-rata per bulan terjadi 40 insiden konflik tatakelola pemerintahan. Puncak insiden dan

dampak terkait konflik tata kelola pemerintahan terjadi pada bulan November [91 insiden dan 140 cedera]. Jika

dilihat rata-rata per bulan terjadi 40 insiden di tahun ini. Sedangkan korban tewas yang tercatat pada periode ini

hanya terjadi di bulan November sebanyak satu orang tewas (

Grafik 18

). Dari total 490 insiden konflik tatakelola

pemerintahan selama 2014, bentuk kekerasan yang paling lazim terjadi adalah demonstrasi yang diwarnai

kekerasan (43%), diikuti oleh perusakan (30%). Secara total, demonstrasi yang diwarnai kekerasan menyebabkan

hampir 70% total dampak bangunan rusak.

38 60 31 29 48 33 19 22 47 40 91 32 30 39 13 42 59 21 11 7 18 75 140 21 0 50 100 150 200

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Grafik 18. Tren Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan Tahun 2014

Insiden Cedera

Tingginya jumlah cedera disebabkan bentrok di beberapa provinsi terkait kenaikan BBM

3. Konflik Tata Kelola Pemerintahan

Grafik 18. Tren Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan Tahun 2014

Tingginya jumlah cedera disebabkan bentrok di beberapa provinsi terkait kenaikan BBM

(19)

cedera]. Dilihat dari total insiden selama 2014, lebih dari 50% dipicu oleh buruknya pelaksanaan program pemerintah dan pelayanan publik (Grafik 19 dan Grafik

20).

3.3. Pemicu-Pemicu Utama

Konflik Tata Kelola

Pemerintahan

Dilihat dari tren jumlah insiden dan dampak per bulan selama 2014, tampak bahwa konflik tata kelola pemerintahan memuncak pada bulan November, di mana terjadi 91 insiden kekerasan dengan dampak 140 cedera. Sebanyak 40% di antaranya [56 insiden] terjadi dalam demonstrasi anti kenaikan harga BBM di berbagai kota di Indonesia (Grafik

19). Kenaikan harga BBM merupakan

konsekuensi pencabutan subsidi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo per tanggal 18 November 2014. Harga premium ditetapkan naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan harga solar dinaikkan dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Salah satu demonstrasi menolak pencabutan subsidi BBM berujung pada jatuhnya korban tewas terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Korban bernama Muhammad Arif (17 tahun) yang ditemukan tewas usai dalam insiden bentrokan antara mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan aparat di depan Kantor Gubernur Sulsel pada 27 November 2014. Demonstrasi yang berlangsung sejak sore hingga malam hari tersebut diwarnai dengan lemparan batu dan anak panah dan terpaksa dibubarkan dengan water canon. Korban tewas merupakan warga yang tinggal di sekitar kampus ditemukan tergeletak setelah bentrokan reda. Hasil otopsi menunjukkan bahwa korban tewas akibat hantaman benda tumpul di bagian belakang kepala. Selain di Makasar, demonstrasi menolak pengurangan subsidi BBM juga marak terjadi di kota lain (Kotak 2).

Meskipun isu pencabutan subsidi BBM berkontribusi pada tingginya jumlah insiden dan korban cedera pada November 2014, secara keseluruhan konflik tata kelola pemerintahan tahun 2014 didominasi oleh insiden yang dipicu pelaksanaan program pemerintah (33% dari 490 insiden).

  162 58 101 87 54 12 16 143 107 100 61 45 13 7

Grafik 19. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan

Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

Insiden Cedera

Grafik 19. Jumlah Insiden dan Dampak Konflik Tata Kelola Pemerintahan Berdasarkan Pemicu Tahun 2014

Laporan Tahunan 2014

13

  1 1 1 1 2 2 2 4 4 4 5 6 6 6 7 7 9 9 11 13 14 17 17 19 21 23 23 32 37 53 59 60 2 2 1 3 4 8 3 4 6 4 11 17 9 5 17 18 7 13 9 23 10 18 21 13 38 12 30 14 43 34 19 15 41 16 KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG D I YOGYAKARTA BALI DKI JAKARTA KALIMANTAN TENGAH SULAWESI BARAT NUSA TENGGARA TIMUR GORONTALO SULAWESI UTARA MALUKU SUMATERA SELATAN KALIMANTAN BARAT PAPUA PAPUA BARAT JAMBI JAWA TENGAH BENGKULU MALUKU UTARA LAMPUNG BANTEN ACEH SUMATERA BARAT SUMATERA UTARA KALIMANTAN TIMUR SULAWESI TENGAH KEPULAUAN RIAU NUSA TENGGARA BARAT JAWA TIMUR JAWA BARAT RIAU SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA Insiden Cedera

Grafik 20. Sebaran Insiden dan Cedera Akibat Konflik Tata Kelola Pemerintahan di 34 Provinsi Tahun 2014

(20)

PROVINSI DKI JAKARTA Jakarta Pusat 135 insiden 4 tewas Jakarta Timur 54 insiden 6 tewas Jakarta Selatan 91 insiden 6 tewas Jakarta Barat 93 insiden Bengkulu 65 insiden Padang 75 insiden 3 tewas Deli Serdang 259 insiden 13 tewas Medan 439 insiden 14 tewas Pematang Siantar 56 insiden Sleman 54 insiden 3 tewas Kab. Pasuruan 72 insiden 3 tewas Sidoarjo 32 insiden 3 tewas Surabaya 152 insiden 4 tewas Palangkaraya 52 insiden Banjarmasin 58 insiden 4 tewas Depok 66 insiden 5 tewas Karawang 75 insiden 17 tewas Kab. Cirebon 59 insiden 13 tewas Batam 145 insiden 8 tewas Palembang 182 insiden 10 tewas Pekanbaru 71 insiden Kota Semarang 63 insiden 3 tewas

P

eta

I

nsIDen

Dan

t

ewas

k

onflIk

k

ekerasan

DI

k

abuPaten

/k

ota

t

ahun

2014

Samarinda 124 insiden Makassar 214 insiden 18 tewas

14

(21)

Laporan Tahunan 2014

Banjarmasin

58 insiden 4 tewas

P

eta

I

nsIDen

Dan

t

ewas

k

onflIk

k

ekerasan

DI

k

abuPaten

/k

ota

t

ahun

2014

Samarinda

124 insiden

Makassar

214 insiden

18 tewas 54 insidenPalopo

Manado 182 insiden 8 tewas Ambon 55 insiden 3 tewas Ternate 68 insiden Kota Jayapura 93 insiden 12 tewas Lanny Jaya 10 insiden 12 tewas Mimika 109 insiden 37 tewas Kota Sorong 70 insiden Kota Kupang 57 insiden 0 – 5 6 – 25 26 – 50 > 50

Jumlah Insiden Konflik Kekerasan

Jumlah Tewas Konflik Kekerasan

Tewas > 3

Gambar

Grafik 5. Jumlah Insiden dan Tewas Setiap Jenis Konflik Kekerasan Tahun 2014
Grafik 7. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan Seluruh Provinsi           Tahun 2014
Grafik 10. Sebaran Insiden dan Tewas Akibat Konflik Kekerasan                                                            di Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2014
Grafik 11. Sebaran Tewas Berdasarkan Jenis Konflik Kekerasan di Jawa Barat, Papua dan Sumatera Selatan Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu itu, raksasa Purusada yang bernazar akan mempersembahkan seratus manusia untuk menjadi santapan Batara Kala, bilamana luka di kakinya dapat disembuhkan.. Ketika itu,

Hubungan biologi dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah dengan adanya filsafat ilmu pengetahuan yang mengkritisisasi dan memikirkan efek-efek ilmu biologi dan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kepatuhan wajib pajak, realisasi pemeriksaan pajak, dan realisasi penerimaan pajak pada

Beberapa komponen mesin tertentu sering dapat di fabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah di bandingkan dengan pengecoran atau tempa. Beban yang bekerja

Tugas akhir ini merupakan hasil penelitian yang menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang menggambarkan bagaimana penerapan metode

Penambahan admin dapat dilakukan pada halaman ini dengan cara klik user operator makan akan muncul halaman seperti gambar 21, setelah itu isi nama lengkap admin,

Ada empat faktor yang menentukan peringkat isolasinya: (1) Jarak Geografis, (2) Kurangnya Fasilitas Komunikasi Dan Teknologi Modern, (3) Kurangnya Interaksi Sosial

Bagi Saudara/i yang hendak melangsungkan pernikahan bulan Mei - Desember 2015 , diralat menjadi bulan Mei 2015 - Maret 2016 , maka Bimbingan Pra-Pernikahan untuk Pemberkatan