• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pedoman umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan

untuK Kegiatan Penelitian

dan PendidiKan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKToRAT JENDERAL KELAUTAN, PEsIsIR DAN PULAU-PULAU KEcIL DIREKToRAT KoNsERvAsI KAwAsAN DAN JENIs IKAN

Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 10, Jakarta 10110

Telp/Fax : (021) 3522045 © 2010

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, bahwasanya pedoman umum ini dapat tersusun tepat pada waktunya.

Pedoman ini disusun untuk memberikan informasi serta pengaturan prosedur perijinan dalam penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pendidikan di kawasan konservasi perairan yang terbagi atas beberapa zonasi yakni zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya berdasarkan Pasal 17 PP 60 tahun 2007.

Secara Umum Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Pendidikan dan Penelitian ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, sasaran, Peraturan perundangan yang terkait serta prosedur perijinan yang harus dilaksanakan dalam melakukan kegiatan tersebut dalam kawasan konservasi perairan.

Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan para penyelenggara kegiatan dapat memahami misi, tujuan dan target yang diharapkan serta mempunyai persamaam persepsi dalam mengimplementasikan kegiatan dimaksud sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam buku pedoman ini secara efektif dan efisien.

Akhirnya dengan ini penulis mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang berperan penting dalam selesainya buku pedoman ini serta mengharapkan agar buku pedoman ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik baiknya

Jakarta, 2010

Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan,

Ir. Agus Dermawan, M.Si

Pedoman umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Perairan untuK Kegiatan Penelitian dan PendidiKan

PENGARAH :

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

PENANGGUNG JAWAB : Drs. Riyanto Basuki, M.Si PENYUSUN :

Suraji, SP, M.Si Ir. Ikram Sangaji, M.Si

Tjahyo Tri Hartono, S,Hut.,M.Si Drs. Kusnadi, MA

Dr. Ir. Etty Riani, MS Ir. Pingkan Roeroe, M.Si Sri Rahayu, S.Pi, M.Si Yusra, S.Si, M.Si Leny Dwihastuty, S.Pi A. Darwis, S.Sos Muschan Ashari, S.Hut Ahmad Sofiullah, S.Pi DITERBITKAN OLEH :

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan ISBN 978-602-98450-2-0

Jl. Medan Merdeka Timur No. 16

Gedung Mina Bahari III Lt. 10, Jakarta Pusat 10110 Telp/fax. (021) 3522045

www.kkp.go.id © 2010

(5)

DAfTAR IsI

KATA PENGANTAR. ... 3 DAFTAR ISI... ... 5 BAB I PENDAHULUAN ... ... 7 1.1 Latar Belakang... ... 7 1.2. Tujuan... ... 8 1.3. Sasaran ... ... 8 1.4 Ruang Lingkup... ... 9

BAB II LANDASAN HUKUM DAN KONSEPSI PEMANFAATAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENELITIAN DAN PENDIDIKAN ... 11

2.1 Landasan Hukum……….. ... 11

2.2. Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan ... 12

2.2.1. Sumberdaya Ikan dan Konservasi Sumberdaya Ikan ... 12

2.2.2. Kawasan Konservasi Perairan dan Sistem Pengelolaannya.. ... 14

2.3. Kegiatan Penelitian dalam Kawasan Konservasi Perairan... ... 17

2.4 Kegiatan Pendidikan dalam Kawasan Konservasi Perairan... ... 20

2.5 Kewenangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan... ... 21

BAB III PERIZINAN PENELITIAN DAN PENDIDIKAN PADA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN ... 23

3.1 Perizinan Penelitian dan Pengembangan pada Kawasan Konservasi Perairan ... 23

3.1.1 Permohonan Ijin ... ... 23

3.1.2 Pemberian Izin . ... 26

3.1.3 Jangka Waktu, Perpanjangan dan Pencabutan Izin.. ... 28

3.1.4 Pelaporan ... 28

3.2 Perizinan Pendidikan pada Kawasan Konservasi Perairan………... ... 29

3.2.1 Permohonan Izin... ... 29

3.2.2 Pemberian Izin... ... 32

3.2.3 Jangka Waktu, Perpanjangan dan Pencabutan Izin. ... 34

3.2.4 Pelaporan……… ... 35

BAB IV DUKUNGAN UNIT PENGELOLA KKP... ... 37

BAB V PENUTUP ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... ... 39

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan luas perairan yang ada, Indonesia memiliki berbagai potensi sumberdaya alam, baik sumberdaya alam hayati, maupun nonhayati yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Ancaman terhadap kelangsungan hidup sumber daya lingkungan adalah masalah serius yang harus diperhatikan. Tekanan penduduk, pengaturan pemanfaatan sumber daya yang kurang memadai, berbagai aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam laut yang tidak ramah lingkungan, dan dampak pemanasan global merupakan sumber ancaman yang potensial, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan semakin menipisnya cadangan persediaan sumber daya dan semakin menurunnya kualitas lingkungan (Sutikno dan Maryunani, 2006:57).

Untuk mengantisipasi potensi ancaman di atas, pemerintah c.q. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan kebijakan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan. Kebijakan ini semakin intensif diterapkan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya ikan (SDI). Salah satu strategi penting yang dipilih pemerintah untuk mengupayakan konservasi SDI tersebut adalah penetapan dan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengembangkan KKP seluas 10 juta ha pada tahun 2010 dan 20 juta ha pada tahn 2020. Sampai dengan tahun 2009, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menginisiasi pencadangan dan penetapan 36 KKP, yang terbagi menjadi 1 lokasi KKP Nasional, yaitu KKP Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur dan 35 lokasi KKP laut yang dicadangkan oleh daerah, yang dikenal dengan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Pada tahun 2009, target 10 juta hektar berhasil dicapai sebelum tahun 2010, bahkan luasan yang ditargetkan berhasil dilampaui, yaitu 13,5 juta ha (Dermawan (Peng.). 2009).

(7)

Keberhasilan pengelolaan KKP dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang berkaitan dengan status KKP yang tidak berubah karena adanya kepentingan lain. Dimensi waktu berarti bahwa KKP sebagai suatu ”wadah” bagi pelaksanaan upaya konservasi SDI, baik berupa konservasi genetik, konservasi jenis, maupun konservasi ekosistem telah berfungsi dengan baik.

Dalam rangka mengetahui dan meningkatkan efektivitas pengelolaan suatu KKP, diperlukan kegiatan-kegiatan penelitian dan pendidikan di dalam (insitu) KKP. Kegiatan penelitian diperlukan sebagai kegiatan yang menghasilkan data ilmiah tentang kondisi SDI yang dikonservasi serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di dalam dan di sekitar suatu KKP. Data ilmiah tersebut yang dipergunakan sebagai basis data dan sistem informasi kondisi KKP, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dari efektivitas pengelolaan KKP. Adapun kegiatan pendidikan merupakan bagian penting dari upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan dan fungsi sebuah KKP serta keterlibatan (partisipasi) masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan KKP yang efektif. Pemanfaatan data ilmiah kondisi KKP sebagai bahan kurikulum pendidikan merupakan manfaat lainnya dari pelaksanaan kegiatan penelitian di dalam KKP. Meskipun demikian, kegiatan penelitian dan pendidikan perlu dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, mengingat sumber daya hayati di dalam KKP, khususnya yang telah masuk ke dalam daftar IUCN, rentan terhadap gangguan.

Terpenuhinya aspek-aspek di atas dalam pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan penelitian dan pendidikan dapat mendukung kelestarian sumber daya perikanan dan kelautan di dalam KKP, sehingga mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal dan hidup di dalam dan di sekitar KKP.

1.2 Tujuan

Tujuan penerbitan “Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan” ini adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) mengenai ruang lingkup kegiatan penelitian dan pendidikan di KKP yang diperkenankan beserta prosedur perizinannya.

1.3 Sasaran

Sasaran yang dituju dari ”Pedoman Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan” ini adalah pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: a) pihak-pihak yang akan melakukan kegiatan penelitian dan pendidikan; b) pihak pengelola

KKP, yang berkedudukan di Kawasan Konservasi Perairan; dan c) pihak-pihak lainnya, yang berkepentingan dengan hasil kegiatan penelitian dan pendidikan di KKP sebagai bahan dukungan kebijakan KKP Nasional dan Daerah (KKLD).

1.4 Ruang Lingkup

“Pedoman Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan” ini mencakup arahan yang terkait dengan bidang dan jenis kegiatan penelitian dan pendidikan yang dibutuhkan untuk mendukung efektivitas pengelolaan KKP, prosedur perizinan dan pengawasan, serta pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian dan pendidikan di dalam KKP Nasional dan KKLD.

(8)

BAB II

LANDASAN HUKUM DAN KONSEPSI PEMANFAATAN

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN UNTUK KEGIATAN PENELITIAN

DAN PENDIDIKAN

2.1. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan ”Pedoman Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan” ini adalah sebagai berikut.

• Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

• Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

• Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang • Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

• Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan Yang Terakhir Telah Dirubah menjadi Undang-Undang No.45 Tahun 2009

• Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

• Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Coventions on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

(9)

• Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

• Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan

• Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan • Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2009 tentang Organisasi Pemerintahan Daerah. • Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing; • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 11/MEN/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Pengolahan dan Analisis Data dan Sampel Perikanan di Luar Negeri

2.2. Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan

2.2.1 Sumber Daya Ikan dan Konservasi Sumber Daya Ikan

Sumber daya alam hayati dan non-hayati merupakan bagian penting dari kekayaan bangsa dan negara yang perlu dipertahankan kelestariannya melalui upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal tersebut telah menjadi kebijakan pemerintah sejak tahun 1990, yang ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang RI No. 5, Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Sumber daya ikan adalah semua potensi jenis ikan dan lingkungannya, termasuk bagian dari sumber daya alam yang perlu diwujudkan keberlanjutannya. Hal ini dipertegas melalui Undang RI No. 31, Tahun 2004, yang telah diperbarui menjadi Undang-Undang RI No. 45, Tahun 2009, tentang Perikanan dan produk hukum turunannya, yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Dalam peraturan perundang-undangan di atas diamanahkan kepada pemerintah untuk melakukan konservasi Sumber Daya Ikan (SDI), yaitu upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan SDI, termasuk ekosistem, jenis dan genetikanya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas dan keanekaragaman SDI.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007, Pasal 2 ayat (1) bahwa agar tujuan yang dimaksud tercapai maka konservasi SDI dilakukan berdasarkan beberapa azas, berikut ini.

a. Manfaat; pelaksanaan konservasi SDI dapat memberikan manfaat bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara, serta peningkatan kelestarian SDI.

b. Keadilan; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan aspek kebenaran, keseimbangan, ketidakberpihakan, serta tidak sewenang-wenang.

c. Kemitraan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan berdasarkan kesepakatan kerja sama antarpemangku kepentingan yang berkaitan dengan konservasi SDI.

d. Pemerataan; pelaksanaan konservasi SDI dapat memberikan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat secara merata.

e. Keterpaduan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan secara terpadu, bulat, dan utuh, serta saling menunjang dengan memperhatikan kepentingan nasional, sektor lain, dan masyarakat setempat.

f. Keterbukaan; pelaksanaan konservasi SDI dilakukan secara transparan dan memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif.

g. Efisiensi; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan faktor efisiensi, baik dari segi waktu, proses, maupun pembiayaannya.

h. Kelestarian yang berkelanjutan; pelaksanaan konservasi SDI memperhatikan daya dukung dan kelestarian SDI dan lingkungannya.

Kemudian, mengacu pada PP No.60 tahun 2007 Pasal 2 ayat (2), azas-azas tersebut dapat dipegang dengan baik apabila konservasi SDI dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut:

a. pendekatan kehati-hatian; b. pertimbangan bukti ilmiah; c. pertimbangan kearifan lokal; d. pengelolaan berbasis masyarakat;

e. keterpaduan pengembangan wilayah pesisir; f. pencegahan tangkap lebih;

g. pengembangan alat penangkapan ikan, cara penangkapan ikan, dan pembudidayaan ikan yang ramah lingkungan;

(10)

h. pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat; i. pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan;

j. perlindungan struktur dan fungsi alami ekosistem perairan yang dinamis; k. perlindungan jenis dan kualitas genetik ikan; dan

l. pengelolaan adaptif

2.2.2 Kawasan Konservasi Perairan dan Sistem Pengelolaannya

Salah satu strategi yang dipilih untuk melakukan upaya konservasi SDI, yaitu konservasi ekosistem, dengan upaya mencadangkan, menetapkan, dan selanjutnya mengelola kawasan-kawasan konservasi perairan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Pemerintah RI No.60, Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, disebutkan bahwa Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi dan dikelola secara sistemik untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Berdasarkan peraturan perundangan yang sama, KKP ditetapkan dengan mempertimbangkan kriteria yang dinyatakan dalam Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No.60, Tahun 2007 sebagai berikut:

a. ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan;

b. sosial dan budaya, meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi ancaman, kearifan lokal, serta adat istiadat; dan

c. ekonomi, meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan kemudahan mencapai kawasan.

KKP dikelola berdasarkan sistem zonasi. Dengan mengacu pada aspek teoritis dan yuridis Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, zonasi KKP dapat diartikan sebagai upaya distribusi peruntukan (pemanfaatan) ruang dalam KKP yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007, Pasal 17 ayat 4, KKP dapat didistribusikan peruntukan/pemanfaatan ruangnya ke dalam empat zona, berikut ini. a. Zona Inti adalah bagian KKP yang memiliki kondisi alam baik biota, maupun fisiknya

masih asli dan/ belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. b. Zona Perikanan Berkelanjutan adalah bagian KKP yang karena letak, kondisi, dan

potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.

c. Zona Pemanfaatan adalah bagian KKP yang letak, kondisi, dan potensi alamnya diutamakan untuk kepentingan pariwisata alam perairan dan/atau kondisi/jasa lingkungan serta untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

d. Zona Lainnya adalah zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu. Berdasarkan zonasi yang dimilikinya, KKP dibagi menjadi empat berikut ini.

a. Taman Nasional Perairan adalah KKP yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan memiliki zona inti dan seluruh zonasi lainnya yang telah ditetapkan.

b. Suaka Alam Perairan adalah KKP dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan hanya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.

c. Taman Wisata Perairan adalah KKP dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan hanya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan pariwisata dan/atau penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukkannya.

(11)

d. Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan. Berdasarkan tujuannya, KKP ini dapat diartikan hanya memiliki zona inti dan zona pemanfaatan yang terbatas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan yang mendukung peruntukannya.

2.3. Kegiatan Penelitian dalam Kawasan Konservasi Perairan

Berdasarkan pemberlakuan sistem zonasi, salah satu pemanfaatan kawasan konservasi perairan adalah sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan penelitian dan pendidikan. Mengacu pada Pasal 1, ayat (2) Peraturan Pemerintah RI No. 30, Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penelitian didefinisikan kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan bahasa yang lebih sederhana, penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan di dalam KKP adalah untuk mendapatkan data yang dapat menggambarkan aspek-aspek berikut ini.

a) Aspek biologi, meliputi: (1) kekayaan dan kelimpahan jenis sumber daya ikan (ukuran dan kecenderungan populasi); (2) waktu reproduksi setiap jenis (spawning) dan waktu pengasuhan anak (nursery time) di dalam kawasan konservasi perairan, khususnya pada jenis-jenis yang dilindungi (target species).

b) Aspek ekologi, meliputi: (1) kondisi habitat sumber daya ikan; dan (2) kondisi relung ekologi (niche) sumber daya ikan.

c) Aspek sosial ekonomi dan budaya, meliputi: (1) valuasi ekonomi sumber daya ikan dan ekosistemnya pada kawasan konservasi perairan; (2) potensi pengembangan kawasan konservasi perairan sebagai destinasi tujuan ekowisata bahari; dan (3) kearifan lokal. d) Aspek tata kelola (institusi) dan pengelolaan kawasan konservasi perairan,

meliputi: (1) aturan main formal dan informal terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di dalam dan sekitar kawasan konservasi perairan; dan (2) pihak-pihak yang menyediakan, melaksanakan dan menegakan aturan main dan interaksi antarpihak tersebut.

Kegunaannya adalah data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi atas efektivitas pengelolaan KKP yang sudah dijalankan.

Agar tujuan dan kegunaan dari setiap kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat dicapai dengan baik dan tidak menimbulkan permasalahan ekologis, sosial ekonomi, dan budaya, baik di dalam, maupun di sekitar KKP, maka diperlukan pengetahuan atas jenis-jenis penelitian bagi setiap pihak yang berwenang memberian izin kegiatan penelitian di dalam KKP.

(12)

Berdasarkan tujuannya dan dikaitkan kegunaannya bagi pengelolaan kawasan konservasi, penelitian dapat dibagi menjadi tiga jenis berikut ini (lihat juga, Gulo, 2002:18-22 dan Brannen, 2005: 137-164).

a) Penelitian dasar atau murni, yaitu penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan/ ilmu baru yang sebelumnya pernah diketahui terkait dengan suatu kawasan konservasi. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 5, ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 30, Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penelitian dasar adalah kegiatan penelitian yang bersifat eksploratif dan/atau eksperimental untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru sebagai acuan bagi penelitian terapan. b) Penelitian terapan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah pengelolaan kawasan konservasi melalui penerapan pengetahuan/ilmu yang diperoleh dari penelitian dasar. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 5, ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 30, Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penelitian terapan adalah kegiatan penelitian yang memanfaatkan hasil penelitian dasar dan diarahkan untuk tujuan praktis guna memperoleh pengetahuan dan teknologi di bidangnya.

c) Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi pengetahuan/ilmu yang digunakan dalam pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian dan pengembangan merupakan ”jembatan” antara penelitian dasar dengan penelitian terapan dan bersifat ”longitudinal” atau dilaksanakan secara bertahap. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 1, ayat (4) Peraturan Pemerintah RI No. 30, Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian, penelitian dapat dibagi menjadi tiga metode, berikut ini (Sugiyono 2006).

a) Eksperimental, yaitu penelitian yang dilakukan di suatu tempat (laboratorium) yang terkontrol sehingga tidak terdapat pengaruh dari luar dan digunakan untuk mencari pengaruh dari perlakuan tertentu.

b) Survey, yaitu penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat alamiah melalui perlakuan tertentu.

c) Naturalistik, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah dan tidak membuat perlakuan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan peneliti mengumpulkan data dilakukan dengan pendekatan emik (emic view) atau berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti.

Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut di atas, pada umumnya:

a) penelitian dasar menggunakan metode eksperimental dan/atau naturalistik; b) penelitian terapan menggunakan metode eksperimental dan/atau suvey; serta

c) penelitian dan pengembangan menggunakan metode eksperimental, survey, dan/atau naturalistik

Berdasarkan pemahaman terhadap kriteria zonasi serta jenis penelitian dan metode pelaksanaannya tersebut di atas, beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak yang berwenang untuk memberikan izin pelaksanaan kegiatan penelitian di dalam KKP, yang meliputi:

a) Zona Inti hanya diperkenankan untuk kegiatan: (1) penelitian dasar yang menggunakan metode naturalistik untuk tujuan pengumpulan data dasar kondisi biologis dan ekologis dalam KKP; (2) penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologis dan ekologis KKP; dan (3) Pengembangan dengan metode eksperimental untuk tujuan rehabilitasi KKP.

b) Zona Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan, dan Zona Lainnya diperkenankan untuk seluruh kegiatan penelitian, yang waktu dan metode pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi biologis dan ekologis dalam KKP. Meskipun demikian, beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pemberian izin untuk kegiatan penelitian yang menggunakan metode eksperimental, yaitu: (1) jumlah contoh sumber daya ikan yang digunakan berdasarkan siklus dan kemampuan generatifnya; (2) perlakuan yang dilakukan tidak mengganggu fungsi relung ekologi dan/atau habitat sumber daya ikan; (3) tidak menggunakan jenis eksotik yang teridentifikasi infasif pada kawasan konservasi perairan; dan (4) tidak mengganggu aktivitas masyarakat lokal.

(13)

2.4. Kegiatan Pendidikan dalam Kawasan Konservasi Perairan

Kegiatan pendidikan di dalam KKP dapat diartikan sebagai suatu kegiatan di dalam KKP berupa proses pengubahan nilai-nilai, sikap, dan tata laku setiap pemangku kepentingan, baik individu maupun kelompok, dalam usaha membentuk akhlak dan kecerdasan pikiran yang diperlukan bagi terwujudnya upaya konservasi dan pengelolaan kawasan konservasi yang efektif dan efisien. Melalui kegiatan pendidikan ini diharapkan masyarakat memiliki etika pemanfaatan sumber daya hayati dan nonhayati KKP (Prawiroatmodjo, 1997:2-3). Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, beberapa kriteria dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak berwenang untuk memberikan izin pelaksanaan kegiatan pendidikan di dalam KKP, yang meliputi:

a) bahan pendidikan dominan bermuatan lokal dan selaras dengan penanaman nilai-nilai dan pembentukan sikap dan perilaku yang mendukung terwujudnya kondisi yang diharapkan pada suatu KKP;

b) bahan pembelajaran dalam kegiatan pendidikan memenuhi garis besar pedoman pendidikan yang mencakup: (1) pemeliharaan dan peningkatan keanekaragaman hayati; (2) melindungi sumber daya lokal; (3) pemeliharaan proses ekologis dan sistem pendukung kehidupan; (4) memelihara dan menumbuhkembangkan kearifan lokal; (5) mempromosikan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan; (6) mempromosikan upaya tata kelola untuk perlindungan lingkungan KKP; dan (7) membangun perekonomian berbasis ekowisata bahari

c) berdasarkan garis besar pedoman yang ada, bahan pembelajaran dalam kegiatan pendidikan terkait dengan:

aspek biologi, yang meliputi: (1) pengenalan jenis-jenis ikan; (2) status dan upaya perlindungannya;

aspek ekologi, yang meliputi: (1) pengenalan pola ruang/zonasi kawasan konservasi; (2) pengenalan relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan; (3) sumber ancaman alamiah bagi kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya; serta (4) upaya pemeliharaan dan rehabilitasi relung ekologi dan habitat setiap jenis dan sumber daya ikan yang telah terganggu/rusak;

aspek sosial ekonomi dan budaya, yang meliputi: (1) pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan; (2) dampak pemanfaatan langsung dan tidak langsung sumber daya ikan dan kawasan konservasi perairan; dan (3) kearifan lokal; dan

aspek tata kelola dan pengelolaan kawasan konservasi perairan, yang meliputi: (1) kepemimpinan; serta (2) pengenalan dan mekanisme pembangunan jejaring kawasan konservasi perairan.

d) secara dominan, bahan pendidikan bersumber dari bahan pembelajaran hasil pengembangan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, baik di dalam maupun di sekitar suatu KKP; dan

e) proses pendidikan mengikutsertakan dan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan.

Konservasi Sumber Daya Ikan

Kawasan Konservasi Perairan (Nasional, Propinsi, Kab/Kota)

Zona inti PerikananZona Berkelanjutan

Zona

Pemanfaatan lainnyaZona

Penelitian Pendidikan Pihak Dalam Negeri Pihak Asing Strategi Konservasi Sistem Pengelolaan Dukungan Pemanfaatan

Gambar 1. Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan

2.5. Kewenangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, ayat (5) Peraturan Pemerintah RI No. 60, Tahun 2007, selanjutnya dikelola oleh pemerintah (pusat) atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan KKP dilakukan oleh satuan unit organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan KKP yang dilakukan oleh pemerintah meliputi:

a. perairan laut di luar 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan;

b. perairan yang berada dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas provinsi; atau c. perairan yang memiliki karakteristik tertentu.

Pengelolaan KKP yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi:

a. perairan laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/ atau ke arah perairan kepulauan; dan

b. kawasan konservasi perairan yang berada dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas kabupaten/kota.

Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/ kota, meliputi:

a. perairan laut 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan pengelolaan provinsi; dan perairan payau dan/atau

(14)

BAB III

PERIZINAN PENELITIAN DAN PENDIDIKAN PADA KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN

3.1. Perizinan Penelitian dan Pengembangan pada Kawasan Konservasi Perairan

3.1.1. Permohonan Izin A. Pemohon

1. Dari dalam negeri dapat diajukan oleh: a) perorangan;

b) perguruan tinggi;

c) lembaga swadaya masyarakat;

d) lembaga litbang milik pemerintah, meliputi: • lembaga litbang Perikanan kementerian • lembaga litbang kementerian

• lembaga litbang non kementerian • lembaga litbang pemerintah daerah • lembaga litbang badan usaha milik negara • lembaga litbang badan usaha milik daerah; dan e) lembaga litbang milik swasta

(15)

2. Dari luar negeri/asing dapat diajukan oleh: a) orang asing;

b) perguruan tinggi asing;

c) lembaga penelitian dan pengembangan asing; dan d) badan usaha asing

B. Persyaratan Permohonan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, surat permohonan ijin harus dilengkapi dengan rencana kegiatan penelitian dan pengembangan, yang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai:

a. profil perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan atau badan usaha yang bersangkutan;

b. salinan kartu identitas diri peneliti yang bersangkutan; c. maksud dan tujuan penelitian dan pengembangan; d. obyek dan bidang penelitian dan pengembangan;

e. lokasi didalam kawasan konservasi perairan dilaksanakannya kegiatan penelitian dan pengembangan; dan

f. manfaat kegiatan penelitian dan pengembangan.

2. Bagi warga negara/lembaga asing, diwajibkan memenuhi beberapa persyaratan yang dilampirkan bersamaan dengan surat permohonan, meliputi:

a. Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan, sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai:

• profil perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan atau badan usaha yang bersangkutan;

• kelengkapan syarat keimigrasian peneliti asing yang terlibat; • maksud dan tujuan penelitian dan pengembangan;

• manfaat dan kegunaan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi Bangsa Indonesia;

• obyek dan bidang penelitian dan pengembangan;

• lokasi didalam kawasan konservasi perairan dilaksanakannya kegiatan penelitian dan pengembangan;

b. Surat keterangan rekomendasi atau persetujuan dari Lembaga penjamin c. Surat keterangan kerjasama dengan mitra kerja dari lembaga penelitian dan

pengembangan dan/atau perguruan tinggi di Indonesia.

d. Perjanjian pengiriman sampel1 (Material Transfer Agreement/MTA) antar Penyelenggara Litbang Perikanan untuk diolah di luar negeri, yang mencakup: a. identitas pihak pengirim dan pihak penerima;

1 Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 11 Tahun 2010, sampel dapat diartikan sebagai segala jenis data dan informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan penelitian di dalam kawasan konservasi perairan.

b. maksud dan tujuan perjanjian pengiriman sampel; c. spesifikasi, jumlah, asal, jenis pengolahan dan analisis sampel, serta metode yang akan dilakukan; d. tata cara pengalihan sampel perikanan yang akan dikirim ke luar negeri termasuk tata cara pengiriman dan tata cara penanganan sisa sampel; e. hak dan kewajiban pengirim dan penerima; f. jangka waktu perjanjian; g. keluaran/ output dari analisis; h. pembiayaan; dan i. penyelesaian sengketa;

e. Surat pernyataan bersedia menyampaikan laporan hasil pengolahan dan analisis data dan sampel perikanan di luar negeri kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan;

f. Surat jaminan dari pihak penerima di luar negeri untuk melibatkan peneliti Indonesia, baik menerima dan/atau memfasilitasi peneliti Indonesia apabila diperlukan.

C. Tata Cara Permohonan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, permohonan izin kegiatan penelitian pada kawasan konservasi perairan diajukan secara tertulis kepada pengelola kawasan konservasi perairan sesuai wewenangnya.

a. Penelitian pada KKP Nasional

1. Permohonan ijin diajukan secara tertulis kepada Unit Organisasi Pengelola KKP Nasional.

2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Sekretaris Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP3K-KKP)

b. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan

c. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

d. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal KP3K-KKP

b. Penelitian pada KKP Provinsi

1. Permohonan ijin diajukan kepada Unit Organisasi Pengelola KKP Provinsi. 2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Kelautan dan Perikanan

b. Sekretaris Daerah Provinsi

c. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi

d. Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan

c. Penelitian pada KKP Kabupaten/Kota

1. Permohonan ijin diajukan kepada Unit Organisasi Pengelola KKP Kabupaten/Kota.

(16)

2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan

b. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

c. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota

2. Bagi warga negara/lembaga asing permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Tembusan permohonan disampaikan kepada: a. Menteri Riset dan Teknologi

b. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan

c. Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan d. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan

e. Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia f. Gubernur

g. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Provinsi h. Bupati/Walikota

i. Kepala Kepolisian Negara Republilk Indonesia Kabupaten/Kota 3.1.2. Pemberian Izin

A. Kriteria Pemberian Izin

1. Permohonan izin oleh warga negara/lembaga dalam negeri diterima/ditolak oleh UPT di setiap kawasan konservasi perairan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian sebagai berikut:

a) kelestarian sumber daya ikan dan habitatnya; b) kemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; c) sosial

d) budaya e) agama; dan f) ekonomi.

2. Permohonan izin oleh warga negara/lembaga asing diterima/ditolak oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian seperti kepada warga negara/lembaga dalam negeri dengan tambahan kriteria sebagai berikut:

a. hubungan luar negeri; b. politik; dan

c. pertahanan keamanan B. Tata Cara Pemberian Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Jangka waktu persetujuan atau penolakan permohonan izin oleh warga

negara/lembaga dalam negeri paling lama 6 (enam) hari kerja setelah surat permohonan diterima dan harus dijawab oleh kepala UPT yang bersangkutan; b. Persetujuan permohonan izin disampaikan secara tertulis dan berdasarkan

wewenang pengelolaan KKP dibuat tembusan kepada: • Penelitian dan Pengembangan pada KKP Nasional:

(1) Sekretaris Direktoral Jenderal KP3K-KKP;

(2) Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan;

(3) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, KKP; dan

(4) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K-KKP • Penelitian dan Pengembangan pada KKP Provinsi:

(1) Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Kelautan dan Perikanan;

(2) Sekretaris Daerah Provinsi;

(3) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi; dan

(4) Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan.

• Penelitian dan Pengembangan pada KKP Kabupaten/Kota:

(1) Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan;

(2) Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota; dan

(3) Kepala Badan Perencanaan Pengembangan Kabupaten/Kota

c. Penolakan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan penolakannya.

2. Bagi warga negara/lembaga asing berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Jangka waktu penolakan/penerimaan permohonan izin oleh warga negara/ lembaga asing paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima dan harus dijawab oleh Menteri Kelautan dan Perikanan;

b. Persetujuan penelitian pada kawasan konservasi perairan berdasarkan statusnya disampaikan secara tertulis dengan tembusan kepada:

(1) Menteri Riset dan Teknologi; (2) Sekretaris Jenderal KKP;

(3) Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K-KKP;

(4) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan KP-KKP; (5) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;

(17)

(6) Gubernur;

(7) Kepala Kepolisian Negara RI tingkat Provinsi; (8) Bupati/Walikota; dan

(9) Kepala Kepolisian Negara RI tingkat Kabupaten/Kota

c. Penolakan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan-asalasan penolakannya.

3.1.3. Jangka Waktu, Perpanjangan dan Pencabutan Izin A. Jangka Waktu Izin

Izin penelitian diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. B. Perpanjangan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri

a. Perpanjangan jangka waktu izin penelitian diajukan secara tertulis kepada kepala UPT bersangkutan disertai dengan alasan-alasannya.

b. Pengajuan harus diterima selambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja disertai dengan lampiran persyaratan seperti saat permohonan izin;

c. Kepala UPT dapat menerima/menolak perpanjangan izin dan paling lambat harus memberi jawaban 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima surat permohonan perpanjangan izin; dan

2. Bagi warga negara/lembaga asing

a. Perpanjangan jangka waktu izin penelitian diajukan secara tertulis kepada Menteri Kelautan dan Perikanan disertai dengan alasan-alasannya;

b. Menteri dapat menerima/menolak perpanjangan izin dan harus memberi jawaban secara tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima permohonan perpanjangan izin;

c. Perpanjangan izin dapat diberikan paling banyak 2 (dua) kali secara berturut-turut untuk masing-masing jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

C. Pencabutan Izin

Pencabutan izin dapat dilakukan oleh Kepala UPT yang bersangkutan bagi warga negara/lembaga dalam negeri dan Menteri Kelautan dan Perikanan bagi warga negara/lembaga asing apabila:

1. Telah habis masa berlaku izin

2. Dicabut oleh pemberi izin karena mengakibatkan kekayaan hayati dan non hayati, artefak, dan harta karun yang dimiliki oleh negara dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab; dan/atau

3. Dicabut oleh pemberi izin karena berpotensi menimbulkan wabah, merusak fungsi lingkungan hidup, gangguan sosial kemasyarakatan atau gangguan lain yang merugikan.

3.1.4. Pelaporan

a) Bagi penelitian dengan jangka waktu pelaksanaan yang singkat (kurang dari 6

bulan), wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan paling lambat satu bulan setelah pelaksanaan kegiatan.

b) Bagi penelitian dengan jangka waktu pelaksanaan yang panjang (setahun atau multi-years) maka:

• Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan kepada Kepala UPT setiap 6 (enam) bulan dan 1 (satu) bulan sebelum permohonan perpanjangan kegiatan penelitian.

• Bagi warga negara/lembaga asing, wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan setiap 6 (enam) bulan dan 1 (satu) bulan sebelum permohonan perpanjangan kegiatan penelitian.

3.2. Perizinan Pendidikan pada Kawasan Konservasi Perairan

3.2.1. Permohonan Izin A. Pemohon

1. Permohonan izin kegiatan pendidikan pada kawasan konservasi perairan dari dalam negeri dapat diajukan oleh:

• perorangan (WNI)

• lembaga swadaya masyarakat; • lembaga pendidikan milik pemerintah; • lembaga pendidikan milik swasta; • badan usaha milik pemerintah; • badan usaha milik swasta;

2. Permohonan izin kegiatan pendidikan pada kawasan konservasi perairan dari luar negeri/asing dapat diajukan oleh:

• orang asing

• lembaga swadaya masyarakat asing; • lembaga pendidikan asing; dan • badan usaha asing

B. Persyaratan Permohonan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, surat permohonan ijin harus dilengkapi dengan rencana kegiatan pendidikan, yang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai:

a. Program dan isi pendidikan dalam bentuk struktur kurikulum b. Jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan c. Sarana dan prasarana

(18)

e. Rencana manajemen dan proses pendidikan dalam bentuk uraian manajemen pengendalian mutu dan metodologi pembelajaran

2. Bagi warga negara/lembaga asing, surat permohonan ijin harus dilengkapi dengan:

a. Rencana kegiatan pendidikan yang bermuatan:

• Program dan isi pendidikan dalam bentuk struktur kurikulum • Jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan • Sarana dan prasarana

• Rencana sistem evaluasi dan sertifikasi

• Rencana manajemen dan proses pendidikan dalam bentuk uraian manajemen pengendalian mutu dan metodologi pembelajaran

b. Surat keterangan rekomendasi atau persetujuan dari Lembaga penjamin; c. Surat keterangan kerjasama dengan mitra kerja dari lembaga pendidikan

dan/atau perguruan tinggi di Indonesia; dan

d. Surat pernyataan tidak akan terlibat dalam kegiatan propaganda keagamaan, intelijen atau klandesten, tidak melakukan kegiatan pengumpulan dana di Indonesia, dan kegiatan lain di luar izin yang diberikan.

C. Tata Cara Permohonan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, permohonan izin kegiatan pendidikan pada kawasan konservasi perairan diajukan secara tertulis kepada pengelola kawasan konservasi perairan sesuai kewenangannya.

a. Pendidikan pada KKP Nasional

1. Permohonan ijin diajukan secara tertulis kepada UPT setempat. 2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Sekretaris Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Ke-cil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan

b. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan

c. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kelautan dan Perikanan

d. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal KP3K-KKP

b. Pendidikan pada KKP Provinsi

1. Permohonan ijin diajukan secara tertulis kepada UPT setempat. 2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Kelautan dan Pe-rikanan provinsi

b. Sekretaris Daerah Provinsi

c. Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Pendidikan d. Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan

dan Perikanan

c. Pendidikan pada KKP Kabupaten/Kota 1. Permohonan ijin diajukan kepada UPT setempat. 2. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelau-tan dan Perikanan

b. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota

c. Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Pendidikan

2. Bagi warga negara/lembaga asing, permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Tembusan permohonan disampaikan kepada:

a. Menteri Pendidikan Nasional b. Sekretaris Jenderal Kementerian KP

c. Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K-Kementerian KP

d. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian KP e. Gubernur

f. Kepala Kepolisian Negara RI Provinsi g. Bupati/Walikota

(19)

3.2.2. Pemberian Izin A. Kriteria Pemberian Izin

1. Permohonan izin oleh warga negara/lembaga dalam negeri diterima/ditolak oleh UPT di setiap kawasan konservasi perairan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian sebagai berikut:

a) kelestarian sumber daya ikan dan habitatnya; b) sosial

c) budaya d) agama; dan e) ekonomi.

2. Permohonan izin oleh warga negara/lembaga asing diterima/ditolak oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian seperti kepada warga negara/lembaga dalam negeri dengan tambahan kriteria sebagai berikut:

a. hubungan luar negeri; b. politik; dan

c. pertahanan keamanan B. Tata Cara Pemberian Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Jangka waktu persetujuan atau penolakan permohonan izin oleh warga

negara/lembaga dalam negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah surat permohonan diterima dan harus dijawab oleh kepala UPT yang bersangkutan; b. Persetujuan permohonan izin disampaikan secara tertulis dan berdasarkan

wewenang pengelolaan KKP dibuat tembusan kepada: • Pendidikan pada KKP Nasional:

(1) Sekretaris Direktoral Jenderal KP3K-KKP

(2) Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (3) Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia, KKP (4) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K-KKP • Pendidikan pada KKP Provinsi:

(1) Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Kelautan dan Perikanan;

(2) Sekretaris Daerah Provinsi;

(3) Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang membidangi Pendidikan

(4) Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan.

• Pendidikan pada KKP Kabupaten/Kota:

(1) Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Kelautan dan Perikanan;

(2) Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;

(3) Kepala Dinas di tingkat Kabupaten/Kota yang membidangi Pendidikan. c. Penolakan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan

penolakannya.

2. Bagi warga negara/lembaga asing berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Jangka waktu penolakan/penerimaan permohonan izin oleh warga negara/ lembaga asing paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah surat permohonan diterima dan harus dijawab oleh Menteri Kelautan dan Perikanan;

Persetujuan pendidikan pada kawasan konservasi perairan berdasarkan statusnya disampaikan secara tertulis dengan tembusan kepada:

(1) Menteri Pendidikan Nasional;

(2) Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (3) Sekretaris Direktoral Jenderal KP3K-KKP;

(4) Kepala Badan Pengembangan SDM, KKP; (5) Gubernur

(20)

(7) Bupati/Walikota

(8) Kepala Kepolisian Negara RI tingkat Kabupaten/Kota.

b. Penolakan disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan-asalasan penolakannya;

3.2.3. Jangka Waktu, Perpanjangan dan Pencabutan Izin A. Jangka Waktu Izin

Izin pendidikan diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. B. Perpanjangan Izin

1. Bagi warga negara/lembaga dalam negeri

a. Perpanjangan jangka waktu izin pendidikan diajukan secara tertulis kepada kepala UPT bersangkutan disertai dengan alasan-alasannya.

b. Pengajuan harus diterima selambatnya 30 (tiga puluh) hari disertai dengan lampiran persyaratan seperti saat permohonan;

c. Kepala UPT dapat menerima/menolak perpanjangan izin dan paling lambat harus memberi jawaban 30 (tiga puluh) hari setelah menerima surat permohonan perpanjangan izin.

2. Bagi warga negara/lembaga asing

a. Perpanjangan jangka waktu izin pendidikan diajukan secara tertulis kepada Menteri Kelautan dan Perikanan disertai dengan alasan-alasannya;

b. Menteri dapat menerima/menolak perpanjangan izin dan harus memberi jawaban secara tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan perpanjangan izin;

c. Perpanjangan izin dapat diberikan paling banyak 2 (dua) kali secara berturut-turut untuk masing-masing jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

C. Pencabutan Izin

Pencabutan izin dapat dilakukan oleh Kepala UPT yang bersangkutan bagi warga negara/lembaga dalam negeri dan Menteri Kelautan dan Perikanan bagi warga negara/lembaga asing apabila:

1. Habis masa berlaku izin

2. Dicabut oleh pemberi izin karena mengakibatkan kekayaan hayati dan non hayati, artefak, dan harta karun yang dimiliki oleh negara dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab; dan/atau

3. Dicabut oleh pemberi izin karena berpotensi menimbulkan wabah, merusak fungsi lingkungan hidup, gangguan sosial kemasyarakatan atau gangguan lain yang merugikan.

3.2.4. Pelaporan

a) Bagi kegiatan pendidikan dengan jangka waktu pelaksanaan singkat (kurang dari 6 bulan), wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan paling lambat satu bulan setelah pelaksanaan kegiatan.

b) Bagi kegiatan pendidikan dengan jangka waktu pelaksanaan panjang (setahun atau lebih), maka:

• Bagi warga negara/lembaga dalam negeri, wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pendidikan yang dilakukan kepada Kepala UPT setiap 6 (enam) bulan dan 1 (satu) bulan sebelum permohonan perpanjangan kegiatan pendidikan. • Bagi warga negara/lembaga asing, wajib melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan

pendidikan yang dilakukan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan setiap 6 (enam) bulan dan 1 (satu) bulan sebelum permohonan perpanjangan kegiatan pendidikan.

(21)

BAB IV

DUKUNGAN UNIT PENGELOLA KKP

Kebijakan yang baik dalam pengelolaan lingkungan hidup dan konsistensi dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut memiliki korelasi positif dengan terciptanya lingkungan hidup yang baik pula. Kesalahan dalam merumuskan kebijakan lingkungan hidup berpotensi merugikan kepentingan manusia dan keberlanjutan sumber daya lingkungan (Keraf, 2002:201-209).

Atas dasar perspektif pemikiran di atas, Unit Pengelola Teknis Kawasan Konservasi Perairan (UPT-KKP) memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan KKP yang dapat memberikan manfaat optimal bagi keberlanjutan sumber daya hayati dan nonhayati di dalam KKP, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas pemanfaatan kawasan konservasi untuk kegiatan penelitian dan pendidikan, UPT-KKP, seyogyanya turut memberikan dukungan sumber daya sebagai berikut.

• UPT-KKP memiliki dokumen perencanaan yang komprehensif tentang pengelolaan KKP, yang di dalamnya memuat antara lain: data dan informasi mengenai kapasitas daya dukung KKP terhadap beragam kegiatan, termasuk kegiatan penelitian dan pendidikan, keragaman sumber daya hayati dan nonhayati di dalam KKP, serta potensi-potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kelestarian sumber daya lingkungan.

• Memiliki sarana dan prasarana akomodasi, transportasi, komunikasi dan pendukung lainnya yang memadai untuk penilaian dan pemberian izin serta pengawasan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pendidikan sesuai izin yang diberikan; dan • UPT-KKP membentuk unit organisasi di bawah kewenangannya, yaitu Unit

Dokumentasi serta Unit Pengelola Data dan Informasi yang sekaligus menjadi bagian dari pembangunan jejaring data dan informasi hasil pelaporan kegiatan penelitian dan pendidikan pada KKP di tingkat regional, nasional, dan internasional.

(22)

PENUTUP

Penetapan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di berbagai wilayah dan rencana pencapaian luasan kawasan sekitar 20 juta hektar pada tahun 2020 merupakan upaya serius Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan penyediaan kawasan perikanan yang produktif, dengan didukung sistem zonasi pengelolaannya yang berkelanjutan. Pemerintah juga memberi kewenangan dan memfasilitasi pemerintah daerah dan masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan KKP di daerahnya, dalam wujud Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya dan ekosistem di dalam KKP merupakan tanggung jawab semua pihak.

Aktivitas yang berpeluang dilakukan di dalam KKP tidak hanya terfokus pada kegiatan perikanan budi daya dan perikanan tangkap, tetapi juga kegiatan pariwisata, penelitian, dan pendidikan, dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang lebih luas. Ini berarti KKP bukan merupakan wilayah ”eksklusif” yang hanya bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Perspektif ini untuk menegaskan kepada kita semua bahwa KKP dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai keperluan kehidupan manusia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, diharapkan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap pemanfaatan KKP memiliki kesadaran kolektif untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap kelangsungan hidup sumber daya perikanan dan kelautan, serta kelestarian ekosistem di dalam KKP.

Buku ”Pedoman Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan” ini berisi arahan, prosedur, pengawasan, dan pengendalian kegiatan penelitian dan pendidikan yang dilaksanakan di dalam KKP, baik KKP Nasional, maupun KKP Daerah (KKLD). Pedoman ini akan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pedoman teknis, dengan memperhatikan karakteristik lokalitas setiap KKP.

DAfTAR PUsTAKA

Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Penelitian: Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dermawan, Agus (Pengarah). 2009. 36 Lokasi KKP {Kawasan Konservasi (Laut) Indonesia}. Jakarta: Direktorat Konservasi dan Taman Nasonal Laut, Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Prawiroatmodjo, Dendasurono. 1997. Pendidikan Lingkungan Kelautan. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penelitian dan

Pengembangan Perikanan.

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 11/MEN/2010 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Pengolahan dan Analisis Data dan Sampel Perikanan di Luar Negeri. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutikno dan Maryunani. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam. Malang: BPFE-Unibraw.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang No.31 tahun 2004 Tentang Perikanan Yang Terakhir Telah Dirubah menjadi Undang-Undang No.45 Tahun 2009.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

(23)

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran 1. Batasan Peristilahan

BATASAN PERISTILAHAN

Badan usaha asing

Adalah badan atau lembaga berbadan hukum, baik swasta maupun pemerintah yang didirikan tidak berdasarkan hukum Indonesia. (PP No.41 Tahun 2006)

Kawasan

Kawasan menurut UU No. 27 Tahun 2007 adalah bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi,sosial,dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan dimana konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang ada, tidak memuat definisi mengenai kawasan konservasi secara jelas.

Kawasan Konservasi Perairan

Kawasan Konservasi Perairan menurut PP No.60 Tahun 2007 adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Lembaga penelitian dan pengembangan perikanan

Adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan perikanan (PP No.30 Tahun 2008)

Lembaga penelitian dan pengembangan asing

Adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan, baik swasta maupun pemerintah yang didirikan tidak berdasarkan hukum Indonesia (PP No.41 Tahun 2006) Lembaga Penjamin

Lembaga independen yang berfungsi menjamin kualitaspenelitian dan/atau pengembangan perikanan (versi LPS)

Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Adalah bagian dari pemanfaatan konservasi sumber daya ikan berupa kegiatan mendayagunakan kawasan tersebut meliputi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pariwisata alam perairan, atau penelitian dan pendidikan (PP nomor 60 tahun 2007 pasal 30)

Pendidikan

Adalah Kegiatan baik formal maupun non formal yang ditujukan kepada sasaran atau peserta didik secara aktif dalam rangka meningkatkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap

Penelitian

Adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Permen KP No. 30 tahun 2008)

Penelitian dan Pengembangan Perikanan, yang selanjutnya disebut Litbang Perikanan, Adalah kegiatan yang mencakup penelitian dan pengembangan untuk mendukung pembangunan perikanan ( PP No.30 tahun 2008)

Perijinan

Adalah pemberian perkenan dari pemerintah berdasarkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang diisyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, berupa peniadaaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret (berdasarkan kamus hukum)

Ketentuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang memperbolehkan untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang.

Peneliti

adalah seseorang yang berdasarkan pada kapasitas dan kapabilitasnya berperan aktif dalam penyusunan konsep atau penciptaan pengetahuan baru, produk,proses, metode, dan sistem, serta pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan ( PP No.30 tahun 2008).

Zona

Menurut UU No.27 tahun 2007 Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya

Zonasi

Menurut UU No.27 tahun 2007 adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses – proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam Ekosistem Pesisir.

(24)

Zona inti

Adalah zona yang diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, penelitian, dan pendidikan.

Zona Pemanfaatan

Adalah zona yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan.

Zona Perikanan Berkelanjutan

Adalah zona yang diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan.

Zona lainnya

Adalah zona di luar Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, dan Zona Pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain Zona Perlindungan, Zona Rehabilitasi, dan sebagainya

Orang asing

Adalah orang dan/atau kelompok orang yang bukan warga negara Indonesia. (PP No.41 Tahun 2006)

Perorangan

Adalah Individu/pribadi atau orang per orang yang berkedudukan dan menetap di wilayah NKRI yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia. (hasilkompilasi browsing/berbagaisumber)

Perguruan tinggi

Adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh Pemerintah RI. Sedangkan perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta. (http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi)

Lembaga Swadaya Masyarakat

Adalah organisasi yang bertujuan memperjuangkan kepentingan masyarakat Republik Indonesia. (http://pusatbahasa.diknas.go.id /kbbi/ index.php)

Lembaga litbang milik pemerintah

Adalah Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah Republik Indonesia baik pemerintah pusat maupun daerah (dieditdari http://pusatbahasa.diknas.go.id /kbbi/ index.php)

Lembaga litbang milik swasta

Adalah Badan (organisasi) yang dikelola sepenuhnya oleh pihak swasta yang bertujuan melakukan suatu penyelidikan keilmuan dan atau melakukan suatu usaha berdasarkan hasil penyelidikan keilmuan.(dieditdari http://pusatbahasa. diknas.go.id/ kbbi/index.php)

Lembaga litbang perikanan Kementerian

Adalah Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan di bidang perikanan baik yang berada dibawah kelola Kementerian kelautan dan Perikanan maupun Kementerian RI lainnya. (diedit dari http://pusatbahasa. diknas.go.id/kbbi/index.php)

Lembaga litbang Kementerian

Adalah Badan (organisasi) baik yang berada di bawah kelola Kementerian Kelautandan Perikanan maupun Kementerian RI lain yang bertujuan melakukan penyelidikan keilmuan di luar bidang perikanan. (diedit dari http://pusatbahasa. diknas.go.id/kbbi/index.php)

Lembagalitbangnon-Kementerian

Adalah Badan (organisasi) yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun daerah namun tidak berada di bawah kelola salah satu Kementerian RI yang bertujuan melakukan penyelidikan keilmuan baik di bidang perikanan maupun bidang lainnya.(dieditdari (http:// pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

LembagalitbangBadan Usaha Milik Negara

Adalah Badan (organisasi) yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah pusat RI, yang bertujuan melakukan suatu penyelidikan keilmuan dan atau uatuusahaberdasarkanpenyelidikankeilmuantersebutuntukkepentingannegara.(diedit dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

Lembaga litbang Badan Usaha Milik Daerah

adalahBadan (organisasi) yang dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah RI, yang bertujuan melakukan suatu penyelidikan keilmuan dan atau melakukan suatu usaha berdasarkan penyelidikan keilmuan tersebut untuk kepentingan negara. (diedit dari Error! Hyperlink reference not valid.)

Perguruan tinggi Asing

Adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik yang berkedudukan di Indonesia maupun luar negeri yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah asing maupun lembaga swasta asing. (diedit dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi)

Lembaga litbang Asing

Adalah Badan (organisasi) yang dikelola oleh pemerintah asing dan atau lembaga swasta asing, baik yang berkedudukan di Indonesia maupun luar negeri yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan. (dieditdari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

(25)

44 38 45

Lampiran 2. Skema Prosedur Perijinan Penelitian dan Pengembangan bagi Warga Negara/Lembaga Dalam Negeri*

Tembusan

Permohonan Izin Pemohon

1. Surat permohonan izin 2. Rencana kegiatan penelitian

Sesuai Persyaratan Administrasi Pemberian Izin Tembusan persetujuan permohonan Izin Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Aturan Perpanjangan

Izin KegiatanLaporan

1. Surat permohonan perpanjangan izin 2. Rencana kegiatan penelitian

Permohonan perpanjangan izin Sesuai Persyaratan Administrasi Surat Pemberitahuan Penolakan / Pencabutan Izin Pencabutan Izin Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak

(*) Permohonan diajukan kepada kepala UPT Pengelola Kawasan Konservasi yang berwenang

39

Lampiran 3. Skema Prosedur Perijinan Penelitian dan Pengembangan Bagi Pihak Asing/Lembaga Luar Negeri*

Tembusan

Permohonan Izin Pemohon

1. Surat permohonan izin 2. Rencana kegiatan penelitian

3. Surat rekomendasi/persetujuan lembaga penjamin 4. Surat keterangan kerjasama dengan mitra lembaga

litbang dan/atau perguruan tinggi Indonesia 5.Material Trasfer Agreement

6. Surat pernyataan bersedia menyampaikan laporan hasil olah dan analisis data

7. Surat jaminan keterlibatan peneliti Indonesia

Sesuai Persyaratan Administrasi Pemberian Izin Tembusan persetujuan permohonan Izin Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Aturan Perpanjangan

Izin KegiatanLaporan

1. Surat permohonan perpanjangan izin 2. Rencana kegiatan penelitian

Permohonan perpanjangan izin Sesuai Persyaratan Administrasi Surat Pemberitahuan Penolakan / Pencabutan Izin Pencabutan Izin Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak

(26)

40 Lampiran 4. Skema Prosedur Perijinan Pendidikan bagi Warga Negara/Lembaga

Dalam Negeri* Tembusan

Permohonan Izin Pemohon

1. Surat permohonan izin 2. Rencana kegiatan pendidikan

Sesuai Persyaratan Administrasi Pemberian Izin Tembusan persetujuan permohonan Izin Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Aturan Perpanjangan

Izin KegiatanLaporan

1. Surat permohonan perpanjangan izin

2. Rencana kegiatan pendidikan Permohonan perpanjangan izin Sesuai Persyaratan Administrasi Surat Pemberitahuan Penolakan / Pencabutan Izin Pencabutan Izin Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak

(*) Permohonan diajukan kepada kepala UPT Pengelola Kawasan Konservasi yang berwenang

41 Lampiran 5. Skema Prosedur Perijinan Pendidikan Bagi Pihak Asing/Lembaga

Luar Negeri* Tembusan

Permohonan Izin Pemohon

1. Surat permohonan izin 2. Rencana kegiatan pendidikan

3. Surat rekomendasi/persetujuan lembaga penjamin 4. Surat keterangan kerjasama dengan mitra lembaga

pendidikan dan/atau perguruan tinggi Indonesia 5. Surat pernyataan tidak akan terlibat kegiatan

diluar izin yang diberikan

Sesuai Persyaratan Administrasi Pemberian Izin Tembusan persetujuan permohonan Izin Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Aturan Perpanjangan

Izin KegiatanLaporan

1. Surat permohonan perpanjangan izin 2. Rencana kegiatan pendidikan

Permohonan perpanjangan izin Sesuai Persyaratan Administrasi Surat Pemberitahuan Penolakan / Pencabutan Izin Pencabutan Izin Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak

Gambar

Gambar 1. Konsepsi Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk Kegiatan Penelitian dan Pendidikan2.5.		Kewenangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Sebelumnya yang judul “Aplikasi AHP sebagai model sistem pendukung keputusan pemilihan tempat kuliah di Bangka Belitung” seminar nasional Aplikasi

Terkait hal tersebut maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengadopsi penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan di beberapa negara untuk dilakukan

Dari pencitraan melaui reality TV PM, cerita yang dinarasikan telah mentranskodekan tema kemiskinan melalui bangunan struktur narasi, dimana bangunan tersebut menarasikan

Jumlah armada yang cukup besar juga jika tidak disesuaikan dengan kebutuhan permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas), menimbulkan persaingan antar angkutan

Sedangkan genotipe yang memberikan indikasi beradaptasi spesifik terhadap lingkungan sawah irigasi teknis dengan hasil gabah di atas nilai reratanya adalah G17(P15).. Faktor

SHQHOLWLDQ DGDODK 1DJDUL $PSLDQJ 3HUDN PHUXSDNDQ QDJDUL \DQJ SDOLQJ EDQ\DN SHQGXGXNQ\D \DQJ EHNHUMD VHEDJDL QHOD\DQ EXUXK GDQ VHEDJLDQ EHVDU UXPDK WDQJJD QHOD\DQ EXUXK GL

Pada penentuan pengaruh decocta daun lidah buaya dengan dosis 2,5 ml pada hewan coba kelompok II terhadap penurunan kadar rata-rata glukosa darah menunjukkan bahwa tidak ada

(3) Sanksi administratif berupa penundaan pencairan dana Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan jika Perangkat Daerah provinsi yang