• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPACE STRUCTURE AND PATTERN OF KECAMATAN JUMO, KABUPATEN TEMANGGUNG STRUKTUR DAN POLA RUANG KECAMATAN JUMO, KABUPATEN TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPACE STRUCTURE AND PATTERN OF KECAMATAN JUMO, KABUPATEN TEMANGGUNG STRUKTUR DAN POLA RUANG KECAMATAN JUMO, KABUPATEN TEMANGGUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

12 Volume 1, Nomor 2, 2020, E-ISSN: 2721-2343

Diterima: 22 Oktober 2020 Direvisi: 24 Oktober 2020 Tersedia online: 02 November 2020

Citation: Intan, M.H et al (2020).

Struktur dan Pola Ruang Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Bhumiphala: Jurnal Pengembangan Daerah, 1(2), 12-17

Research Article

SPACE STRUCTURE AND PATTERN OF KECAMATAN

JUMO, KABUPATEN TEMANGGUNG

STRUKTUR DAN POLA RUANG KECAMATAN JUMO,

KABUPATEN TEMANGGUNG

Intan M. Harjanti1*, Khristiana. D. Astuti2, Pangi3, R. Yesiana4, P. Anggraini5, B. Septiarani6

123456 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Sipil dan Perencanaan, Sekolah Vokasi,Universitas Diponegoro

*Corresponding author : intanmuning@live.undip.ac.id

Abstrak: Spatial structure and patterns are essential components of spatial planning process, whereas spatial planning is

closely related. So that, the identification of spatial structures and patterns in an area is something that needs to be done, to produce a good planning. The purpose of this research is to see and visualize the spatial structure and patterns in Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung.

The approach used is descriptive qualitative, with spatial analysis techniques. The analysis phase begins with identified the shape of the city, the road network system, then the next step was analyzed the spatial structure and patterns, which are based on related theories and the results of the primary survey.

The results of the analyzed show that the spatial structure of Kecamatan Jumo consists of 5 zones, they are the Central Business District (CBD) zone, the wholesale and manufacturing zone, the low-class residential zone, the middle-class residential zone and the high-class residential zone. While the spatial pattern in Kecamatan Jumo consists of plantation cultivation areas, residential cultivation areas, wetland agricultural cultivation areas, dry land agricultural cultivation areas These findings can later be used as a reference in preparing future plans, so that space utilization in Jumo District can be more leverage. Keywords: Spatial Structure, Spatial Pattern, Jumo District, Temanggung Regency

Abstrak: Struktur dan pola ruang merupakan komponen penting dalam proses tata ruang, sedangkan tata ruang erat

kaitannya dengan perencanaan. Sehingga mengidentifikasii struktur dan pola ruang pada suatu wilayah adalah hal yang perlu dilakukan, guna menghasilkan perencanaan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memvisualisasikan struktur serta pola ruang di Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis spasial. Tahap analisis diawali dengan mengidentifikasi bentuk kota, sistem jaringan jalan, lalu selanjutnya adalah menganalisis struktur dan pola ruang, yang didasarkan pada teori terkait serta hasil survey primer.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Struktur ruang Kecamatan Jumo yang terdiri dari 5 zona, yaitu zona Central Business District (CBD), zona grosir dan manufaktur, zona permukiman kelas rendah, zona permukiman kelas menengah dan zona permukiman kelas tinggi. Sedangkan pola ruang di Kecamatan Jumo terdiri dari kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya permukiman, kawasan budidaya pertanian lahan basah, kawasan budidaya pertanian lahan kering, Sehingga hasil temuan ini, nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam menyususn perencanaan ke depannya, agar pemanfaatan ruang di Kecamatan Jumo bisa lebih maksimal. Kata kunci: Struktur Ruang, Pola Ruang, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung

1. Pendahuluan

Struktur kota merupakan gambaran dari distribusi tata guna lahan dan sistem jaringan. Menurut Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan, yang keseluruhan aspek tersebut saling terintegrasi. Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis. Sedangkan Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Secara garis besar, struktur dan pola ruang merupakan komponen penting dalam proses tata ruang, sedangkan tata ruang erat kaitannya dengan perencanaan. Sehingga mengidentifikasii struktur dan pola ruang pada suatu wilayah adalah hal yang perlu dilakukan, guna menghasilkan perencanaan yang baik.

Kecamatan Jumo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dengan wilayah administrasi seluas 2.931,91 Ha, yang terbagi atas 13 desa, 64 dusun, 60 RW, serta 272 RT (Kecamatan Jumo dalam Angka, 2017). Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan berbagai aktivitas, menurut Perda Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012, sebagian wilayah di Kecamatan Jumo menjadi Kawasan Perkotaan. Selain itu, nilai sumber daya Kecamatan Jumo masuk dalam kategori tinggi (Faiz dan Rijanta, 2019). Oleh karena itu perlu diketahui struktur dan pola ruang Kecamatan Jumo secara keselurahan, guna

(2)

13 mengidentifikasi potensi dan peluang yang lebih besar pada segala aspek di Kecamatan Jumo. Sehingga memungkinan terjadinya perluasan kawasan perkotaan di Kecamatan Jumo, serta dapat dijadikan sebagai input dalam melakukan perencanaan ke depannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memvisualisasikan struktur serta pola ruang di Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk perencanaan Kecamatan Jumo kedepan, khususnya rencana struktur dan pola ruang, agar pemanfaatannya dapat sesuai dan lebih maksimal.

METODOLOGI

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis spasial. Sedangkan tahapan analisis diawali dengan melakukan analisis bentuk kota Kecamatan Jumo, kemudian dilanjutkan dengan analisis sistem jaringan jalan, yang selanjutnya akan digunakan dalam menganalisis struktur ruang dan pola uang di Kecamatan Jumo. Analisis-analisis tersebut didasarkan pada teori-teori terkait. Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi survey sekunder yang berupa pemetaan referensi dan survey primer yang berupa observasi lapangan. Hasil dari pengumpulan data tersebut kemudian dianalisis dengan menyesuaikan ketentuan pada berbagai teori terkait, lalu do visualisasikan dalam bentuk peta. Sehingga akan dapat diketahui struktur dan pola ruang kota di Kecamatam Jumo, Kabupaten Temanggung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk Kota Kecamatan Jumo

Bentuk kota merupakan hasil penyederhanaan dari morfologi kota (Markus Zahnd, 1999), yang meliputi bangunan maupun guna lahan, serta tatanan kelompok-kelompok sosial, kegiatan ekonomi dan institusi publik (Larry S.Bourne: Internal Structure Of City,1982). Menurut Herber (1973) dan Smailes (1955), dalam Yunus (2000), bentuk kota dapat diamati melalui sistem jaringan jalan, blok-blok bangunan, bangunan- bangunan individual, penggunaan lahan, pola-pola jalan serta tipe bangunan.

Menurut Nelson (1908) dalam Yunus (2000), bentuk kota dibedakan menjadi bentuk kompak dan tidak kompak. Bentuk kota kompak terdiri dari: bentuk bujur sangkar (the square city), bentuk persegi Panjang (the rectangular cities), bentuk bulat (rounded cities), bentuk kipas (fan shaped cities), bentuk pita (ribbon shaped cities), bentuk gurita/ bintang (octopus/ star shaped cities), dan bentuk tidak berpola (unpattern shape). Sedangkan bentuk kota tidak kompak terdiri dari: berantai (chained cities), terpecah (fragment cities), terbelah (split cities), dan satelit (stellar cities).

Berdasarkan hasil analisis spasial dan faktor-faktor pembentuk kota, Kecamatan Jumo termasuk dalam kategori bentuk Kota Kompak yaitu Gurita / Bintang (Octopus / Star Shaped Cities), hal ini dikarenakan bentuk perkembangan yang ada di Kecamatan Jumo mengikuti jalur utama transportasi sehingga memungkinkan perkembangan Kecamatan Jumo mengikuti pola transportasi utama. Selain itu, aktivitas masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap arah perkembangan kota, sehingga dapat dikatakan bahwa penentu bentuk kota berawal dari adanya pusat aktivitas masyarakat.

Sedangkan jika ditinjau dari faktor geografis, Kecamatan Jumo sesuai untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan industri, yang dapat memacu meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Kecamatan Jumo itu sendiri. Sehingga nantinya akan dapat terbentuk hunian maupun blok-blok bukan hunian yang mengikuti pusat sumberdaya, serta terbentuk jalur transportasi yang tidak hanya satu arah saja, namun juga ke berbagai arah (luar kota)

Sumber: Analisis, 2018

(3)

14 2. Sistem Jaringan Jalan Kecamatan Jumo

Pembahasan terkait sistem jaringan, dapat diidentifikasi berdasarkan jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan drainase, dan jaringan jalan. Namun pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai pola jaringan jalan, karena jaringan jalan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam melakukan analisis struktur ruang suatu wilayah.

Berdasarkan hasil survey primer dan analisis spasial, dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) jenis jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jumo, yaitu: jalan lokal, jalan lingkungan dan jalan setapak. Jalan lokal berfungsi sebagai simpul tranportasi yang menghubungkan satu desa dengan desa lainnya. Sedangkan jalan lingkungan berada di sekitar permukiman penduduk sebagai akses jalan yang digunakan untuk perjalanan jarak dekat dan akses transportasi dengan kecepatan rendah. Dan jalan setapak menghubungkan antar bangunan ataupun ruang aktivitas yang berbeda. Jika analisis jaringan jalan dikaitkan dengan pusat kegiatan , maka berbagai aktivitas serta sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Jumo akan berpengaruh pada pola jaringan jalan yang ada. Semakin banyak sarana dan prasarana yang disediakan pada suatu daerah, maka aksesibilitas untuk menjangkau sarana tersebut juga semakin diperlukan. Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa jaringan jalan yang ada mengarah pada pusat kegiatan yang terletak di Desa Jumo sebagai CBD (Central Business District) Kecamatan Jumo. Maka, dapat disimpulkan bahwa jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jumo menjadikan Desa Jumo sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) karena tidak terdapatnya jenis jaringan jalan lokal di wilayah ini, yang notabene merupakan jenis jaringan jalan yang memiliki hirarki paling tinggi pada Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

Sumber: Analisis, 2018

Gambar 2. Peta Jaringan Jalan Kecamatan Jumo

3. Struktur Ruang Kecamatan Jumo

Teori terkait struktur kota ada bermacam-macam, diantaranya: teori konsentris (concentric theory) dikemukakan oleh Burgess pada tahun 1923, yang berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran yang dimulai dari pusatnya, kemudian meluas ke daerah pinggiran dan menjauhi pusat kota; teori sektoral (Sector Theory) dikemukakan oleh Hommer Hoyt tahun 1930-an, yang menyatakan bahwa proses pertumbuhan kota leboh berdasarkan sektor daripada sistem melingkar; teori inti ganda (multiple nucleus theory) dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945, yang menyatakan bahwa pertumbuhan kota berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang kompleks, disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang akan berfungsi sebagai kutub pertumbuhan baru; teori konsektoral (tipe eropa) dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965, yang menggabungkan teori konsentris dan sektoral, namun lebih ditekankan pada teori konsentris; tipe konsektoral (tipe Amerika Latin), dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford pada tahun 1980, merupakan gabungan antara teori konsentris dan sektoral yang mengkombinasikan unsur-unsur tradisional dan modern yang akan merubah citra kota; teori poros, dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1932, yang menekankan pada peran transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota; serta teori historis yang dikemukakan oleh Alonso pada tahun 1964, yang

(4)

15 mendasarkan analisis pada historis terkait perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui struktur ruang kota Kecamatan Jumo termasuk dalam struktur sektoral. Struktur sektoral tersebut terdiri atas 5 zona yang berbeda, yaitu:

 Zona 1

Zona 1 merupakan Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD). Pada Kecamatan Jumoh, zona ini terletak di Desa Jumo, karena pada desa tersebut merupakan pusat kegiatan perdagangan dan jasa. Pusat pelayanan dan sarana prasarananya pun juga lengkap, antara lain : sekolah sebagai sarana pendidikan, pasar sebagai sarana perdagangan dan jasa, puskesmas sebagai sarana kesehatan, dan juga terdapat kantor pos sebagai sarana pelayanan untuk masyarakat.

• Zona 2

Zona 2 merupakan daerah grosir dan manufaktur. Pada Kecamatan Jumo, zona ini terletak di dusun Bondalem sub pelayanan kota. Pada dusun tersebut masih terdapat sarana perdagangan, namun lebih didominasi oleh area permukiman.

• Zona 3

Zona 3 merupakan daerah permukiman kelas rendah. Pada Kecamatan Jumo, zona ini terletak di Desa Jumo dan Desa Padureso yang merupakan desa dengan permukiman kelas rendah yang ada di Kecamatan Jumo.

• Zona 4

Zona 4 merupakan daerah permukiman kelas menengah. Pada Kecamatan Jumo, zona ini terletak di Desa Padureso.

• Zona 5

Zona 5 merupakan daerah permukiman kelas tinggi. Pada Kecamatan Jumo, zona ini terletak di Desa Jumo karena wilayahnya yang strategis dan menjadi pusat perkotaan di Kecamatan Jumo.

Sumber: Analisis, 2018

Gambar 3. Peta Struktur Ruang Kecamatan Jumo

4. Pola Ruang Kecamatan Jumo

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya (Undang-Undang No. 26 Tahun 2007)

Berdasarkan hasil analisis, pola ruang di Kecamatan Jumo teridentifikasi terdiri dari:

 Kawasan Budidaya Perkebunan. Seluruh desa yang ada di Kecamatan Jumo sebagian besar penggunaan lahannya berupa perkebunan dan jenis komiditas perkebunan yang ada yaitu kopi dan tembakau. Perkebunan yang paling luas terdapat di desa Gunung gempol, desa Giyono dan desa Ketitang.

(5)

16 desa Gedongsari dan desa Kertosari. Permukiman perkotaan terdapat di desa Jumo, desa Padureso dan desa morobongo, sedangkan permukiman perdesaan.

 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah yaitu kawasan pertanian yang menfaatkan lahan basah. Pada kecamatan Jumo kawasan yang paling banyak penggunaan lahannya untuk budidaya pertanian lahan basah terdapat di desa Sukomarto dan desa Barang.

 Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering yaitu kawasan pertanian yang memanfaatkan lahan kering dan pada umumnya ditanami tanaman holtikutura. Pada kecamatan Jumo kawasan budidaya pertanian lahan kering terdapat di desa Keting, desa Karangtejo, desa Gedongsari dan desa Gunung gempol.

 Kawasan Budidaya Perikanan, berada di sepanjang jalur sungai yang terdapat di perbatasan hampir seluruh Kecamatan Jumo, yaitu Desa Ketitang, Desa Jombor, Desa Karangtejo, Desa Barang, Desa Giyono, Desa Gunung Gempol, Desa Padureso, Desa Jumo, Desa Jamusan dan Desa Gedongsari.

 Kawasan Lindung Resapan Air, ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Pada kecamatan Jumo kawasan lindung resapan air terdapat di desa Jombor, desa Giyono, dan desa Ketitang.

 Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah terdapat di Desa Kertosari

 Rawan Bencana Angin Topan terdapat di Desa Morobongo

Sumber: Analisis, 2018

Gambar 4. Peta Pola Ruang Kecamatan Jumo

KESIMPULAN

Struktur dan pola ruang salah satunya dapat diketahui dengan mengidentifikasi bentuk kota dan sistem jaringan jalan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa bentuk kota Kecamatan Jumo adalah bentuk Kota Kompak yaitu Gurita / Bintang (Octopus / Star Shaped Cities), hal ini dikarenakan bentuk perkembangan yang ada di Kecamatan Jumo mengikuti jalur utama transportasi. Sedangkan sistem jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jumo meliputi jalan lokal, jalan lingkungan dan jalan setapak, yang menyebar di seluruh wilayah kecamatan. Sehingga, pada tahapan selanjutnya dapat diketahui struktur dan pola ruang di Kecamatan Jumo. Struktur ruang Kecamatan Jumo yang terdiri dari 5 zona, yaitu zona Central Business District (CBD), zona grosir dan manufaktur, zona permukiman kelas rendah, zona permukiman kelas menengah dan zona permukiman kelas tinggi. Sedangkan pola ruang di Kecamatan Jumo terdiri dari kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya permukiman, kawasan budidaya pertanian lahan basah, kawasan budidaya pertanian lahan kering, Kawasan Budidaya Perikanan, Kawasan Lindung Resapan Air, Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah, dan Rawan Bencana Angin Topan. Hasil temuan ini nantinya adapat digunakan sebagai

(6)

17 Daftar Pustaka

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan. 2008. Pengantar Perencanaan Kota. Bandung. Penerbit ITB

Kecamatan Jumo dalam Angka tahun 2017

Yunus, Hadi Sabari. 2000, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar.

Bourne, Larrys S. 1982, Internal structure of the City, University of Toronto.

Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Faiz, A. Z, Rijanta.R. 2019. Jurnal Bumi Indonesia. Universitas Gajah Mada. https://core.ac.uk/download/pdf/295176836.pdf.

Gambar

Gambar 1. Peta Bentuk Kota Kecamatan Jumo
Gambar 2. Peta Jaringan Jalan Kecamatan Jumo
Gambar 3. Peta Struktur Ruang Kecamatan Jumo
Gambar 4. Peta Pola Ruang Kecamatan Jumo

Referensi

Dokumen terkait

Situmorang P, Sianturi RG, Kusumaningrum DA, Maidaswar. 2013 Kelahiran anak sapi perah betina hasil inseminasi buatan menggunakan sexed sperma yang dipisahkan

Pilkades sebagai mekanisme dalam proses memilih pemimpin merupakan peristiwa politik di tingkat desa yang paling menarik karena munculnya berbagai peristiwa yang

Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 16 tahun 2015 yang mengatur tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam proses produksi di Indonesia.Namun dengan

Setelah Proses Pembelajaran, diharapkan siswa mampu: Mengidentifikasi dan menangkap makna, gagasan atau ide dari berbagai wacana lisan secara tepat mengenai

Fenomena upheaval buckling pada pipa yang dikubur di dalam tanah buried pipeline dapat dihindari dengan meningkatkan tahanan terhadap gaya ke atas seperti dengan menambah berat

Dari penelitian ini terlihat bahwa variabel persepsi bunga dan variabel persepsi bagi hasil memiliki pengaruh yang positif dengan minat mahasiswa Widyatama untuk

Dilihat dari tabel di atas bahwa materi ajar yang paling dibutuhkan oleh peserta didik pada pembelajaran membaca adalah teks yang digunakan untuk memahami ide dan

Dimensi eksperiensial merupakan bagian keagamaan yang bersifat efektif, yaitu keterlibatan emosional dan sentimentil pada pelaksanaan ajaran agama yang merupakan perasaan