• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP RANTAI PASOKAN INDONESIA

Diajukan untuk mengikuti seleksi tahap 2 Management Olympiad 2015

EKA NANDA FITRIANI – 3331 NANDA PUTRA KRISTIAWAN – 3367

NEYSA EVELINE - 3369

SMA NEGERI 10 MALANG LEADERSHIP ACADEMY MALANG

2015

(2)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya peniliti dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah mengenai ”Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Rantai Pasokan Indonesia” dengan baik dan tepat waktu.

Peniliti mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini, kepada:

 Bapak Brahma Wahyu, selaku pembina sekaligus kawan diskusi kami dalam penguatan argumen peniliti dalam karya tulis ini.

 Teman-teman XII IPS 4 yang selalu menyemangati kami dalam proses pengerjaan karya tulis ini.

 SMAN 10 Malang Leadership Academy, sekolah kami tercinta yang tak habis-habisnya menyediakan ilmu untuk kami petik.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah di masa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 2 Oktober 2015

Tim Peneliti

(3)

KATA PENGANTAR………..………...2

DAFTAR ISI………..………..3

BAB I………...5

PENDAHULUAN………5

1.1 Latar Belakang Masalah……..…….……….………...5

1.2 Rumusan Masalah………..………..6

2.2 Pengumpulan sumber…………... ……….……16

2.3 Verifikasi Internal dan Eksternal……..……….……....16

2.4 Interpretasi ………...17

BAB III………...18

HASIL DAN PEMBAHASAN……….18

3.1 Persiapan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015………….……..……...………18

3.2 Rantai Pasokan Indonesia sebagai Tolak Ukur Kesiapan Indonesia untuk Berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN…………...………..21

3.3 Dampak yang akan Ditimbulkan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Rantai Pasokan Indonesia………...……...24

BAB IV………..26

(4)

4.1 Kesimpulan……….……...26 4.2 Saran ……….……….……27 4.3 Daftar Rujukan……….…..29

(5)

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sedang berpacu dengan waktu menyelesaikan sektor-sektor prioritas menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir tahun nanti. Setelah beberapa konferensi dan pertemuan para menteri ASEAN, akhirnya dalam KTT ASEAN ke-9 di Bali disepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community) yang menjadi awal upaya ASEAN menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Mempertimbangkan kondisi

perdagangannya, Indonesia selama ini belum optimal memanfaatkan potensi pasar ASEAN. Pada periode Januari-Agustus 2013 misalnya, ekspor Indonesia ke pasar ASEAN baru mencapai 23% dari nilai total ekspor. Hal ini antara lain karena tujuan ekspor Indonesia masih terfokus pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Tingkat utilitisasi preferensi tarif ASEAN yang digunakan eksportir Indonesia untuk penetrasi ke pasar ASEAN baru mencapai 34,4% (Wangke. 2014). Ditilik melalui sudut pandang manajemen rantai pasokan, Indonesia terhambat sebagai suplier barang jadi, operasional yang minim sumber daya manusia terampil, dan belum optimal dalam distribusi produknya.

Mengingat heterogenitas perekonomian masyarakat ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dipandang sebagai ancaman maupun kesempatan dalam upaya menyejahterahkan masyarakatnya. Perekonomian Indonesia yang belakangan ini lesu akibat nilai rupiah yang melemah semakin membebani mental Indonesia dalam menghadapi MEA.

(6)

produksi, pengiriman just in-time dan biaya logistik. Pembentukan AEC merupakan upaya serius ASEAN untuk menanggapi tuntutan

tersebut(Burmansyah, 2014). Oleh karena itu, tim peneliti mengangkat masalah rantai pasokan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam karya tulis ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Masyarakat Ekonomi Asean akan mempengaruhi Rantai Pasokan Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, tim penulis bertujuan untuk:

1. Dapat menjelaskan konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2. Dapat menjelaskan tentang kondisi rantai pasokan Indonesia.

3. Dapat menjelaskan dampak yang akan ditimbulkan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap perekonomian khususnya rantai pasokan Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam perkembangan Indonesia dalam menghadapi pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2015 terhadap perekonomian Indonesia.

(7)

Pembaca dapat mengetahui dan memahami lebih dalam pengaruh Masyarakat Ekonomi ASEAN dan kaitannya dengan persiapan Indonesia dalam menghadapi dampak-dampak yang akan dialami Indonesia.

1.4.3 Bagi Ilmu Manajemen

Karya tulis ilmiah ini menggagas ide dan analisis kritis terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dialami Indonesia pada tahun 2015 yang layak untuk dirujuk sebagai sumbangan dalam ilmu manajemen.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN

KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003, menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEANCommunity) yang terdiri dari ; ASEAN Political-Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Culture

Community. Terbentuknya komunitas ini dilatarbelakangi krisis ekonomi yang

melanda Asia Tenggara dan bertujuan sebagai penanggulangan ke depan terhadap krisis-krisis di masa yang akan datang. Setelah kesepakatan ASEAN Community, ASEAN semakin giat membentuk kesepakatan-kesepakatan perdagangan bebas dengan negara-negara mitra seperti India dan Tiongkok.

(8)

mitra besar ASEAN dalam pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN, tujuan utama dibentuknya MEA adalah untuk membentuk suatu komunitas ekonomi yang kuat sehingga bisa berkompetisi dengan negara-negara yang ada di Asia

bahkan di dunia. Persaingan ketat akan terjadi dalam pasar barang, jasa, tenaga

kerja, dan investasi asing bagi negara-negara anggota ASEAN. Sehingga

diharapkan produk-produk yang dihasilkan akan mampu bersaing dengan negara

mitra maupun negara target pemasaran di lingkup global.

Persiapan demi persiapan dibentuk secara bertahap dalam konferensi-konferensi ASEAN selanjutnya. Pada tahun 2006, para menteri ekonomi ASEAN menyepakati dikembangkannya panduan pelaksanaan MEA yang disebut ASEAN Economic Community Blueprint dengan empat pilar utama pembangunannya yaitu; single market and production base, high competitiveness, equitable growth, economic integration to the global economy.

Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor barang industri terdiri atas produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu. Sedangkan kelima sektor jasa tersebut adalah

(9)

Pada KTT ASEAN ke 13 di Singapura tahun 2007, para kepala negara/ pemerintahan anggota ASEAN menandatangani cetak biru masyarakat ekonomi ASEAN (AEC Blueprint) dan piagam ASEAN ( ASEAN Charter). Piagam ASEAN yang ini merupakan dokumen konstitusional yang memuat norma-norma, hak-hak dan kewajiban serta sejumlah kekuasaan dalam proses legislatif,

eksekutif, dan yudisial yang wajib diratifikasi oleh seluruh negara anggotanya. Dengan mulai berlakunya Piagam ASEAN pada tahun 2008, resmilah ASEAN menjadi sebuah rezim baru perdagangan bebas (Burmasyah:2014)

Masyarakat Ekonomi ASEAN mendorong peningkatan sumber daya manusia dalam bidang keterampilan, teknologi dan penggunaannya secara

optimal, dan pendayagunaan produk sehingga memiliki daya saing tinggi di pasar bebas. Meningkatnya kompetisi antar negara juga mendukung integrasi ekonomi ASEAN yang memungkinkan realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN akan berjalan sukses, ASEAN juga membentuk mekanisme monitoring AEC Scorecard yanh berfungsi sebagai alat pemantau dan pelaporan kemajuan pelaksanaan

berbagai langkah yang ditempuh negara-negara AEC. Instrumen tersebut juga sebagai media untuk mengidentifikasi kesenjangan implementasi dan tantangan yang dihadapi dari masing-masing Negara.

(10)

ASEAN, bersma Laos, Indonesia tergolong Negara yang rendah tingkat implementasinya. Singapura adalah negara yang menempati posisi tertinggi dengan tingkat implementasi sebesar 89,9 %, selanjutnya disusul Vietnam sebesar 89,0 %.

1.5.2 Manajemen Rantai Pasokan

Rantai Pasokan adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut .

Manajemen Rantai Pasok adalah kegiatan yang melibatkan koordinasi pengelolaan bahan baku/material, informasi bisnis dan arus keuangan dalam hubungan bisnis antar organisasi/perusahaan yang berpartisipasi(pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen). Diartikan juga sebagai seluruh jenis kegiatan pengolahan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir kepada konsumen untuk kemudian dilakukan proses daur ulang bagi produk yang sudah dipakai, sehingga Rantai Pasok disini bersifat siklus yang berjalan terus-menerus seiring dengan proses bisnis suatu perusahaan.

(11)

• Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, sertu perusahaan pendukung seperti jasa logistik. Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply chain yaitu pertama, aliran barang dari hulu ke hilir contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir. Supply Chain Management antara lain meliputi penetapan:

a. pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer) b. supplier

c. distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank d. pengangkutan

e. hutang –piutang f. pergudangan

g. pemenuhan pesanan

h. informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.

1.5.3 Kondisi Rantai Pasokan Indonesia

(12)

distribusi. Untuk pemahaman yang lebih mudah klasifikasi dapat diamati pada tabel di bawah ini:

Bagian Cakupan kegiatan

Pengembangan produk

Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pamasok

dalam perancang produk baru

Pengadaan

Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian

bahan baku dan komponen, memonitor resiko pasokan, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok

Perencanaan dan pengendalian

Perencanaan kebutuhan, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan. Produksi Eksekusi produksi, pengendalian

kualitas

Pengiriman/ distribusi

Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan

memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor

tingkat pelayanan di tiap pusat distribusi.

Tabel 5.3.1 : cakupan kegiatan manajemen rantai pasokan

(13)

Bagian Usaha Indonesia

Pengembangan produk

Melakukan pengembangan PUD ( Produk Unggulan Dearah ) dengan UU no 9 tahun 2014

tentang pedoman pengembangan produk unggulan daerah

Pengadaan

Munculnya kebjakan baru yaitu peraturan presiden no 4 tahun 2015 yang mengatur

mengenai pengadaan barang dan jasa di Indonesia.

Perencanaan dan pengendalian

Peraturan pemerintah no 39 tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

rencana pembangunan.

Produksi

Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 16 tahun 2015 yang mengatur tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam proses

produksi di Indonesia.

Pengiriman/ distribusi

Adanya peraturan menteri perdagangan nomor 48/M-DAG/PER/8/2013 mengenai pedoman pembangunan dan pengelolaan sarana distribusi

perdagangan. Hal ini mencakup usaha pemerintah untuk mengembangkan pasar

tradisional sebagai sarana distribusi di Indonesia.

Tabel 5.3.2 : Upaya pemerintah dalam cakupan manajemen rantai pasokan

Mengingat luasnya cakupan pembenahan yang dihadapi pemerintah, kendala utama Indonesia dalam persiapannya adalah pemerataan fungsi-fungsi

(14)

rantai pasokan Indonesia. Dari aspek pengembangan produk, Indonesia bisa diandalkan dengan entrepreneurship yang populer tahun-tahun belakangan ini. Beberapa wirausahawan Indonesia berhasil masuk pasar internasional dalam pengembangan produk yang mayoritas berkonsep fashion, makanan, dan desain. Namun, industri manufaktur Indonesia tidak banyak menarik interaksi modal dan investasi luar negeri, rantai pasokan dalam industri ini banyak mengalami

hambatan dalam pengadaan bahan baku, minimnya supplier, dan terbatasnya distributor bahkan untuk pasar regional. Manufaktur Indonesia masih tergolong terpuruk dibanding sektor lainnya dikarenakan rantai pasokan industri yang terputus di tahap barang setengah jadi. Terbukti, produk manufaktur Indonesia memiliki daya saing lebih rendah bila dibandingkan dengan manufaktur keluaran Tiongkok dan Thailand dengan prosentase 76% terhadap indikator harga dan distribusi produk ke konsumen (Republika, 2014).

Pada sektor ketenagakerjaan Indonesia, pemerintah secara bertahap memperbaiki sistem dan fasilitas pelatihan keterampilan tenaga kerja sebagai pembakalan kerja. Salah satu faktor produksi ini mempengaruhi tingkat produktivitas suatu usaha berkaitan dengan mutu barang hasil produksi dan kualitas sumber daya manusia yang dipekerjakan. Taksiran lapangan kerja baru hanya mencapai 1,9 juta atau 1,3% dari total pekerja. Menurut kajian tersebut,

sekitar setengah dari tenaga kerja sangat terampil diramalkan akan bekerja di

Indonesia. Tetapi sebagian besar lapangan pekerjaan itu justru akan direngkuh

(15)

BAB II

METODE PENELITIAN

Menurut Sartono Kartodirjo, Metode adalah cara “ Bagaimana orang memperoleh pengetahuan” (How to know) dan metodologi sebagai “mengetahui bagaimana harus mengetahui” (to know how know) (Kartodirjo,1992:IX). Peneliti menggunakan pendekatan statistik deskriptif yang memberikan interpretasi data dengan membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian terkait terhadap konsep yang relevan.

2.1 Pemilihan topik

(16)

Indonesia tengah bersiap dengan berbagai prioritas penting

perekonomiannya menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN. Peneliti menyadari krusialnya masalah ini, melalui pendekatan statistik deskriptif, peneliti mengkaji latar belakang dan dampak yang akan ditimbulkan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap rantai pasokan Indonesia.

2.2 Pengumpulan sumber

Sumber penelitian ini adalah dari buku, jurnal ilmiah, rubrik opini, dan koran online.

2.3 Verivikasi

Verivikasi yang peniliti lakukan adalah dengan mengumpulkan informasi dan data kualitatif yang seragam dan membandingkannya dengan data aktual kuantitatif yang kami dapat.

2.4 Interpretasi

(17)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Persiapan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015

(18)

mendukung Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Pertama, mengidentifkasi kebutuhan tenaga kerja profesional atau terampil untuk mendukung 22 kegiatan ekonomi di enam koridor ekonomi dan

meningkatkan daya saing 12 sektor prioritas MEA 2015. Kedua, memfasilitasi pengembangan standar kompetensi dan pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP) oleh Asosiasi Industri terkait 22 kegiatan ekonomi di koridor ekonomi dan 12 sektor prioritas MEA 2015.Ketiga, mengembangkan Kadin Training Center (KTC) untuk mendorong pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan industri oleh Kadin Provinsi.

Selanjutnya, Kadin menginventaris 12 sektor prioritas MEA 2015 yang disebut free flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil), yaitu perawatan kesehatan (health care), turisme (tourism), jasa logistik (logistic services), E-ASEAN, jasa angkutan udara (air travel transport), produk berbasis agro (agrobased products), barang-barang elektronik (electronics), perikanan (fisheries), produk berbasis karet (rubber based products), tekstil dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis kayu (wood based products).

Pihak Kadin juga meluncurkan beberapa program penguatan sektor UMKM, antara lain dengan diadakannya ‘Pameran Koperasi dan UKM Festival’ pada 5 Juni 2013 lalu yang diikuti oleh 463 KUKM. Acara ini bertujuan untuk

(19)

stimulan bagi masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha kecil serta menengah.

Indonesia tengah meningkatkan indikator perubahan secara fleksibel. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kebijakan pemerintah yang fleksibel dan memungkinkan dikeluarkannya kebijakan jangka pendek yang mendukung persiapan Indonesia dalam menghadapi MEA. Reformasi kelembagaan dan pemerinta misalnya, dalam rangka mendorong Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, telah ditetapkan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang 2012-2025 dan menengah 2012-2014 sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk pelaksanaan aksi setiap tahunnya. Upaya penindakan terhadap Tindak Pidana Korupsi (TPK) ditingkatkan melalui koordinasi dan supervisi yang dilakukan oleh KPK kepada Kejaksaan dan Kepolisian. Langkah ini sangat positif sebagai dasar perubahan pengendalian dan alokasi keuangan negara.

Kebijakan-kebijakan lain yang dibuat sebagai penindaklanjutan usaha persiapan menuju MEA 2015 tertuang pada UU no 9 tahun 2014 tentang pedoman pengembangan produk unggulan daerah, peraturan presiden no 4 tahun 2015 yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa di Indonesia, Peraturan

pemerintah no 39 tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan rencana pembangunan., Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 16 tahun 2015 yang mengatur tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam proses produksi di Indonesia, peraturan menteri perdagangan nomor

(20)

sarana distribusi perdagangan yang mencakup usaha pemerintah untuk mengembangkan pasar tradisional sebagai sarana distribusi di Indonesia.

Ragam hasil berbagai studi dan riset yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara perkembangan industri TIK dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara - yang direpresentasikan dengan relasi atau kontribusi positif antara pertumbuhan industri TIK dengan peningkatan GDP (Gross Domestic Product) (Ashari.2011). Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil dicapai peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur dalam Perbaikan dan Pengembangan Jalur Teknologi Informasi dan Komunikasi (Sholeh. 2013).

Menilai persiapan-persiapan di atas, manajemen rantai pasokan yang baik dapat digunakan dalam mengkaji kesempatan dan ancaman yang Indonesia miliki sekaligus hadapi. Dengan begitu, interaksi antar aspek prioritas memungkinkan lebih rendahnya biaya pergudangan, pengolahan, standar produksi,

pengiriman just in-time dan biaya logistik dalam suatu rantai pasokan yang terintegrasi.

3.2 Rantai Pasokan Indonesia sebagai Tolak Ukur Kesiapan Indonesia untuk Berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

(21)

Pembangunan tersebut dilakukan di setiap aspek dalam manajemen rantai pasokan. Seperti, melakukan pengembangan PUD ( Produk Unggulan Dearah ) dengan UU no 9 tahun 2014 tentang pedoman pengembangan produk unggulan daerah, Peraturan menteri perdagangan nomor 48/M-DAG/PER/8/2013 mengenai pedoman pembangunan dan pengelolaan sarana distribusi perdagangan. Hal ini mencakup usaha pemerintah untuk mengembangkan pasar tradisional sebagai sarana distribusi di Indonesia. Peraturan presiden no 4 tahun 2015 yang mengatur mengenai pengadaan barang dan jasa di Indonesia. Peraturan pemerintah no 39 tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan. Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 16 tahun 2015 yang mengatur tata cara penggunaan tenaga kerja asing dalam proses produksi di Indonesia.Namun dengan dimunculkannya perundang-undangan tersebut sehingga menghasilkan rantai pasokan Indonesia yang sedemikian rupa belum dirasa cukup untuk menghadapi perusahaan-perusahaan asing di tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN.

(22)

untuk industri di bidang manufaktur di Indonesia tergolong besar. Hutan rakyat di Indonesia mempunyai potensi besar yang mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Potensi hutan rakyat tersebut mencakup populasi jumlah pohon dan banyaknya rumah tangga yang mengusahakan tanaman kehutanan. (www.dephut.go.id,2005). Manufaktur Indonesia masih tergolong terpuruk dibanding sektor lainnya dikarenakan rantai pasokan industri yang terputus di tahap barang setengah jadi. Terbukti, produk manufaktur Indonesia memiliki daya saing lebih rendah bila dibandingkan dengan manufaktur keluaran Tiongkok dan Thailand dengan prosentase 76% terhadap indikator harga dan distribusi produk ke konsumen (Republika, 2014).

Meskipun pemerintah cukup optimistis menghadapi MEA 2015, hasil pengukuran kartu skor MEA menunjukkan, Indonesia belum siap menghadapi pasar bebas.Dari sepuluh negara anggota ASEAN, Indonesia bersama Laos merupakan negara dengan tingkat implementasi paling rendah, yakni 84,4 persen. Rendahnya tingkat implementasi ini juga berpengaruh pada kinerja perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN. Indonesia perlu mewaspadai potensi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh liberalisasi ekonomi kawasan ini, baik terhadap perdagangan, investasi, pasar modal, kesejahteraan, tenaga kerja, maupun industri manufaktur.Di dalam negeri sendiri, banyak pihak meragukan bahwa integrasi ekonomi ASEAN akan membawa manfaat besar bagi

(23)

Indonesia harus menghadapi liberalisasi perdagangan dalam skema MEA ini. Terlebih karena Indonesia turut membuat kesepakatan dalam MEA dan sejumlah FTA.

Dibutuhkan strategi jitu untuk melindungi pasar dalam negeri dari serbuan barang dan jasa. Sejumlah kebijakan perlu dipertimbangkan untuk mengantisipasi hal tersebut, yaitu pengetatan hambatan nontarif, penambahan produk yang dimasukkan dalamgeneral exception, kebijakan pembangunan industri selektif, dan kebijakan mewajibkan transfer teknologi. Kebijakan lain yang tak kalah penting adalah memaksimalkan potensi tenaga kerja dan sumber daya alam serta meningkatkan perdagangan dalam negeri melalui kemudahan perdagangan antarpulau.( Teguh Nurhadi,2015)

Kondisi tersebut menunjukan bahwa Rantai Pasokan Indonesia masih perlu dipersiapkan lebih lanjut dan lebih matang demi bertahannya perekonomian dalam negeri. Indonesia masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

3.3 Dampak yang akan Ditimbulkan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Rantai Pasokan Indonesia

(24)

- berkembangnya perdagangan antar perusahaan (inter-firm) maupun dalam perusahaan (intra-firm), yang ditandai fragmentasi produksi dan

meningkatnya perdagangan barang-barang setengah jadi (semi-finished goods) dan komponen. Akibat ini juga yang membuat Indonesia tidak bisa memiliki ciri khas hasil produksi Indonesia sendiri. Karena pada dasarnya Indonesia hanya mampu memproduksi barang setengah jadi lalu diekspor dan akan diakui oleh negara lain.

- Indonesia akan “dipaksa” berkembang. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia masih belum siap akan adanya MEA 2015 , namun mau tidak mau Indonesia akan menghadapi bebasnya arus investasi, bebasnya arus modal dan tentunya persaingan tenaga kerja lokal dan asing. Hal ini akan berakibat pada “cultural shock” pada masyarakat lokal karena tidak diimbanginya teknlogi , informasi dan komunikasi yang cukup memadai. Tergantung pada sikap Indonesia nanti , akankah Indonesia berkembang dan terus bergerak maju atau memilih untuk tetap pada posisinya tanpa adanya kemajuan pada perkonomian bangsa Indonesia.

(25)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(26)

tercapainya tujuan integrasi dari setiap sektor prioritas. Dapat dilihat dari

peningkatan pengadaan infrastruktur, pmbenahan sistem pendidikan, peningkatan jaraingan informasi dan pemngembangan teknologi, serta stimulant positif untuk produksi dalam negeri khususnya UMKM Indonesia. Sementara itu, PDB dan investasi menunjukkan terjadinya peningkatan, namun kenaikannya masih kecil jika dibandingkan negara yang lainnya. Di bidang pasar modal, masih terdapat masalah perbedaan tingkat keterbukaan dan integrasi pasar modal, serta disparitas tahapan pertumbuhan pasar saham di negara-negara ASEAN yang ujungnya menghambat integrasi pasar modal ASEAN.

Menilai dampak secara umum yang akan dihadapi Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN membuka peluang Indonesia dalam rantai

pasokannya. Pengadaan bahan akan semakin mudah dengan terbukanya berbagai aliran barang internasional maupun regional, operasional perusahaan akan mengalami peningkatan produktivitas dengan sumber daya manusia yang kian terampil dan berdaya saing tinggi, distribusi keluar-masuknya barang dan jasa akan semakin tak terbatas sehingga memungkinkan Indonesia untuk meluncurkan produk-produk keluaran dalam negeri ke persaingan yang lebih luas di pasar ASEAN. Namun, persiapan Indonesia yangdinilai masih belum cukup

(27)

Untuk meningkatkan fungsi dan peluang rantai pasokan Indonesia dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, tim peniliti mengajukan saran sebagai berikut:

4.2.1 Diperlukan kedisiplinan dari pihak pemerintah, terutama yang berkaitan dengan wacana persiapan menghadapi realisasi AEC ditahun 2015, yaitu dengan peningkatan pengawasan terhadap perkembangan implementasi sistem yang terdapat dalam Blue Print AEC

4.2.2 Penyusunan prioritas pemerintah dalam peranannya menetapkan strategi industri sehingga beban defisit neraca perdagangan dapat diminimalisir.

4.2.3 Peningkatkan kualitas barang dan tenaga kerja dengan memberikan pelatihan serta menyerap lebih banyak tenaga kerja terampil.

(28)

DAFTAR RUJUKAN

Burmansyah, Edy. 2014. Rezim Baru ASEAN : Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sleman. Pustaka Sempu

Wangke, Humphrey. 2014. PELUANG INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (dalam Info Singkat VI/10/II/P3DI/April 2014)

(29)

Universitas Sumatera Utara Repository. 2013. BAB I Pendahuluan Dampak MEA terhadap Ekspor-Impor Indonesia.

Koran Online

Republika.co.id/persiapan-indonesia-menghadapi-mea-2015

Metrotvnews.com/ jelang-mea-pemerintah-akui-persiapan-indonesia-masih-kurang

Rubrik Opini

Kompasiana.com/pro-kontra-pasar-bebas-asean -di-indonesia

Avepress.com/mempertaruhkan-indonesia-dalam-kepungan-mea

Sumber Internet

stie-stmy.ac.id/Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

bsulistyo.staff.gunadarma.ac.id/manajemen-rantai-pasokan-supply-chain-dan-ecommerce

businessnews.co.id/mea-2015-dan-kesiapan-sumber-daya- manusia-indonesia

Gambar

Tabel 5.3.1 : cakupan kegiatan manajemen rantai pasokan
Tabel 5.3.2 : Upaya pemerintah dalam cakupan manajemen rantai pasokan

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 13G merupakan ruang pameran proses menenun, konsep ruang pameran proses menenun menggunakan vitrin kaca dengan konsep diorama yang di dalamnya menceritakan proses

Iterasi pertama penelitian menghasilkan tiga kebutuhan pada sistem dengan aktor wisatawan kota blitar yaitu aktor dapat merencanakan rute, menampilkan rekomendasi rute

Penelitian yang dilakukan oleh Untung Rahardja, Muhamad Yusup dan Lilik Agustin dari Perguruan Tinggi Raharja, Indonesia pada tahun 2009 yang berjudul

Penyimpanan pakan yang baik adalah penyimpanan yang sesuai dengan standard GMP (good manufacturing product) yang bertujuan untuk memperkecil tingkat kerusakan

Dari hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.305 >0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan untuk pernah/tidak pernah melakukan perawatan tali

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Kepada guru yang ingin