• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Media Audiovisiul Perawatan Tali Pusat Terhadap Kemampuan Ibu Merawat Dan Kejadian Granuloma Umbilikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektifitas Media Audiovisiul Perawatan Tali Pusat Terhadap Kemampuan Ibu Merawat Dan Kejadian Granuloma Umbilikal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS MEDIA AUDIOVISIUL PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP

KEMAMPUAN IBU MERAWAT

DAN KEJADIAN GRANULOMA UMBILIKAL

Maria Magdalena Setyaningsih* ,Emy Sutiyarsih**, *

Prodi DIII Keperawatan, Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang Email : mmsetyaningsih70@gmail.com

**Prodi DIII Keperawatan, Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang Email : emymlg23@yahoo.com

ABSTRAK

Perawatan tali pusat perlu mendapat perhatian karena tali pusat harus dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, hingga puput dan terhindar dari infeksi. Oleh karena itu diperlukan media yang tepat untuk menerangkan secara detail. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi efektivitas penggunaan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka terhadap kemampuan ibu merawat dan angka kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir. Metode yang digunakan adalah True eksperimen dengan pendekatan post tes only pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Populasi dan sampelnya adalah ibu 2 jam pasca melahirkan yang berjumlah 20 responden. Hasil penelitian uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.653 > 0.05 dan uji fiksher 0,303 > 0.05 artinya tidak ada perbedaan kejadian granuloma umbilikal dengan kemampuan ibu dalam merawat tali pusat antara responden pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Kejadian Granuloma Umbilikal pada bayi baru lahir dipengaruhi banyak faktor lain yang perlu diteliti.

Kata Kunci : media audiovisual, perawatan tali pusat terbuka, granuloma umbilical

ABSTRACT

Umbilical cord must be carefully treated since it must be carried out when the cord is sterile, clean and dry to prevent from infection. A proper media is required for the elaboration. The objective of the research is to indentify the effectiveness of the use of audiovisual related to the treatment of open umbilical cord towards mothers’ caring ability and Granuloma Umbilikal (Anstepend) accidents. True experiment with post test only approach is applied to treated and controlling groups. Population and samples are mothers in their 2-hour postpartum period as many as 20 repondents. Data are analysed by using Chi square test and results show significant value 0.653>0.05 which indicates that there is no diference between Granuloma umbilical and mothers’ ability to treat umbilical cord in both controlling and treated groups. Granuloma umbilical in newborns are affected by various factors which need further study.

(2)

PENDAHULUAN

Perawatan tali pusat perlu mendapat perhatian karena tali pusat harus dirawat untuk tetap dalam keadaan steril, bersih, kering, hingga puput dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang disarankan saat ini adalah

perawatan dengan metode terbuka

(Hidayat,2005). Metode perawatan terbuka adalah metode dengan menjaga umbilical stump tetap bersih, kering, tidak ditutup rapat dengan apapun, tanpa menambahkan zat kimia apapun (Zupan et al, 2009).

Perawatan tali pusat dengan metode terbuka apabila dilakukan dengan baik dan benar akan membuat bayi sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat puput lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 hari tanpa ada komplikasi (Hidayat, 2005; Maria, 2010). Apabila perawatan tali pusat tidak dilakukan dengan baik dan benar, tali pusat bisa menjadi jalan masuk terjadinya proses infeksi yang berakibat bayi mengalami penyakit Tetanus Neonatorum.

Menurut WHO pada tahun 2008 jumlah kematian bayi sebesar 560.000 per 1000 kelahiran hidup, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat. Di Indonesia, angka insidensi Tetanus Neonatorum di daerah perkotaan sekitar 6-7 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di daerah pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 11-23 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2009 Batu Bara dari hasil penelitiannya menyebutkan bahwa jumlah infeksi tali pusat pada bayi tahun 2008 berjumlah 65% meningkat menjadi 80% pada tahun 2009, kondisi ini menunjukkan bahwa angka infeksi tali pusat semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali pusat (Nursayini, 2008). Jumlah kasus penyakit Tetanus Neonatorum di Jawa Timur pada tahun 2011 sebanyak 22/114 (Profil Data Kesehatan Indonesia, 2011).

Menurut Damayanti, 2013 Granuloma Umbilikaljuga dapat terjadi apabila tali pusat tidak dirawat dengan langkah yang benar. Perawatan tali pusat terbuka merupakan tahap – tahap prosedur penting yang perlu diketahui ibu nifas. Oleh karena itu diperlukan media

yang cepat dan tepat untuk menerangkan secara detail seperti media visual atau media audio visual. Media audiovisual adalah media yang memadukan visualisasi dan suara sehingga indera mata dan telinga melihat dan mendengar sesuatu yang nyata, sedangkan media visual hanya mengandalkan indera penglihatan pada proses pendidikan kesehatannya, seperti gambar diam, slide foto, dan gambar atau lukisan. Pelatihan adalah upaya seseorang dilatih untuk mampu melakukan tindakan tersebut (Djamarah & Zain, 2010).

METODE

Desain penelitian yang digunakan ada penelitian ini adalah true eksperimen dengan pendekatan post tes only pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian ini mengukur efektivitas pemberian penyuluhan dengan menggunakan media

audiovisual dan visual terhadap kejadian

granuloma umbilikal.

Penelitian ini memberikan perlakuan pada kelompok perlakuan melalui pemberian penyuluhan dengan menggunakan media audiovisual dan visual kepada ibu 2 jam pasca melahirkan. Efektivitas perlakuan dlihat pada perbedaan kemampuan ibu merawat tali pusat bayinya dan kejadian granuloma umbilikal, sesudah diberikan perlakuan.

Adapun tujuan penggunaan desain penelitian ini adalah menilai perbedaan kejadian granuloma umbilikal pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel di bawah ini merupakan skema desain penelitian yang akan digunakan.

Kelompok Perlakuan: R XT

O2

Kelompok Kontrol: R XC

O2

(3)

Tabel 1. Keterangan Gambar Desain Penelitian

Kode Arti

R Ibu nifas yang baru

memiliki bayi XC XT Perlakuan pemberian penyuluhan menggunakan media audiovisual dan visual pada kelompok kontrol

Perlakuan pemberian penyuluhan

menggunakan media audiovisual dan visual

pada kelompok

perlakuan

O2 Kejadian granuloma

umbilikal pada tahap akhir di kelompok perlakuan

Pengumpulan data dan jalannya penelitian mencakup beberapa tahap sebagai berikut pada tahap persiapan menyiapkan media audiovisual dan visual perawatan tali pusat terbuka. Tahap Pelaksanaan dilakukan dengan mengajukan informed consent kepada calon responden, melakukan penyuluhan menggunakan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka dan melakukan penyuluhan menggunakan media visual perawatan tali pusat terbuka. Kemudian dilakukan Analisis Data yaitu Analisa Univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik variabel penelitian. Tujuan analisis univariat menjelaskan karakteristik masing – masing variabel yang diteliti, bentuk analisis tergantung bentuk datanya (Sumantri, 2011). Analisa Bivariat yang diawali dengan melakukan uji homogenitas, dilanjutkan dengan uji regresi linier.

HASIL

Hasil penelitian mengenai

“Efektivitas Media Audiovisual Perawatan Tali Pusat Terhadap Kemampuan Ibu

Merawat dan Kejadian Granuloma

Umbilikal” akan disampaikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data khusus.

Data Umum

Tabel 1. Crosstab usia terhadap kelompok Kelompok Total Kontrol Perlakuan Usia 20-35 tahun > 35 tahun 8 2 10 0 18 2 Total 10 10 20 Interpretasi:

Berdasarkan table 1. di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok control, ada sebanyak 8 orang yang berusia antara 20-35 tahun, dan 2 orang lainnya berusia >35 tahun. Sedangkan dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan seluruhnya berusia antara 20-35 tahun.

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Lingkungan sekitar

melakukan/pernah melakukan perawatan tali pusat terbuka.

Lingk. Pernah melakukan F % Tidak Ya 15 5 75 25 Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi

responden Lingkungan sekitar

melakukan/pernah melakukan perawatan tali pusat terbuka, dari 20 responden terdapat 15 (75 %) tidak pernah melakukan perawatan tali pusat terbuka dan 5 orang ( 25%) pernah melakukan perawatan tali pusat terbuka.

(4)

Tabel 3 Crosstab pendidikan terhadap kelompok Kelompok Total Kon-trol Perlakuan Pendidikan Dasar (SD-SMP) Pendidikan Menengah (SMA/SMK) Pendidikan Tinggi (≥ D3) 1 6 3 2 6 2 3 12 5 Total 10 10 20

Tabel 4. Chi-Square Tests Crosstab pendidikan terhadap kelompok

Interpretasi:

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok control, ada sebanyak 1 orang yang berpendidikan dasar (SD-SMP), 6 orang berpendidikan menengah (SMA/SMK), dan 3 orang lainnya berpendidikan tinggi (>= D3). Sedangkan dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan, ada sebanyak 2 orang yang berpendidikan dasar (SD-SMP), 6 orang berpendidikan menengah (SMA/SMK), dan 2 orang lainnya berpendidikan tinggi (>= D3).

Dari hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.766 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara pendidikan responden pada kelompok kontrol dengan pendidikan responden pada kelompok perlakuan.

Tabel 4. Crosstab Pekerjaan terhadap kelompok Kelompok Total Kontrol Perlakuan IRT Swasta Karyawan 8 2 0 7 2 1 15 4 1 Total 10 10 20

Tabel 5. Chi-Square Tests Crosstab Pekerjaan terhadap kelompok

Interpretasi:

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok control, ada sebanyak 1 orang yang berstatus sebagai IRT, dan 2 orang lainnya bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan, ada sebanyak 7 orang yang berstatus sebagai IRT, 2 orang bekerja sebagai karyawan swasta, dan 1 orang lainnya bekerja sebagai karyawan honorer.

Dari hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.587 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara jenis pekerjaan responden pada kelompok kontrol dengan jenis pekerjaan responden pada kelompok perlakuan

Chi-Square Tests .533a 2 .766 .541 2 .763 .416 1 .519 20 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided)

4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50.

a. Chi-Square Tests 1.067a 2 .587 1.453 2 .484 .613 1 .434 20 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided)

4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.

(5)

Tabel 6. Crosstab Lingkungan sekitar melakukan/pernah

melakukan perawatan tali pusat terbuka terhadap kelompok Kelompok Total Kontrol Perlakuan Tidak Ya 8 2 7 3 15 5 Total 10 10 20

Tabel 7. Chi-Square Tests Crosstab Lingkungan sekitar melakukan/pernah

melakukan perawatan tali pusat terbuka terhadap kelompok

Interpretasi:

Pada hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.606 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan untuk kebiasaan lingkungannya pernah/tidak pernah melakukan perawatan tali pusar terbuka antara responden pada kelompok control dengan responden pada kelompok perlakuan.

Tabel 8. Crosstab melakukan perawatan tali pusat terbuka terhadap kelompok Kelompok Total Kontrol Perlakuan Tidak Ya 10 0 9 1 19 1 Total 10 10 20 Interpretasi:

Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok control, seluruhnya tidak pernah melakukan perawatan tali pusar terbuka. Sedangkan dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan, ada sebanyak 9 orang yang tidak pernah melakukan perawatan tali pusar terbuka, dan 1 orang lainnya sudah pernah melakukan perawatan tali pusar terbuka.

Dari hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.305 >0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan untuk pernah/tidak pernah melakukan perawatan tali pusar terbuka antara responden pada kelompok control dengan responden pada kelompok perlakuan.

DATA KHUSUS

Tabel 9. Distribusi frekwensi kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada kelompok perlakuan.

Interpretasi:

Berdasarkan tabel 9, dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan, ada sebanyak 6 orang yang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbulikal, dan 4 orang lainnya bayinya mengalami kejadian granuloma umbulikal. Kejadian Granuloma F % Tidak Ya 6 4 60 40 Jumlah 10 100 Chi-Square Tests 1.053b 1 .305 .000 1 1.000 1.439 1 .230 1.000 .500 1.000 1 .317 20 Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 50.

(6)

Tabel 10. Distribusi frekwensi kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir kelompok kontrol.

Interpretasi:

Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok kontrol, ada sebanyak 5 orang yang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbulikal, dan 5 orang lainnya bayinya mengalami kejadian granuloma umbulikal.

Tabel 11. Crosstab Kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) terhadap kelompok Kelompok Total Kontrol Perlakuan Tidak Ya 5 5 6 4 11 9 Total 10 10 20 Interpretasi:

Berdasarkan tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok kontrol, ada sebanyak 5 orang yang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbulikal, dan 5 orang lainnya bayinya mengalami kejadian granuloma umbulikal. Sedangkan dari 10 orang responden pada kelompok perlakuan, ada sebanyak 6 orang yang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbulikal, dan 4 orang lainnya bayinya mengalami kejadian granuloma umbulikal.

Tabel 12 Efektivitas penggunaan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka terhadap kemampuan ibu merawat tali pusat.di RS X di RS X Kemampuan merawat p Mampu merawat Tidak mampu merawat N % n % Ke- lom-pok Kontrol 6 40 4 80 0.30 3 Perlaku an 9 60 1 20 Total

15 100 5 10 0

Berdasarkan hasil uji fisher menunjukkan nilai signifikansi 0.303 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan merawat tali pusat antara responden pada kelompok kontrol dengan responden pada kelompok perlakuan.

Tabel 13. Efektivitas penggunaan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka terhadap angka kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir di RS X

Dari hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.653 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian granuloma umbulikal antara responden pada kelompok kontrol dengan responden pada kelompok perlakuan.

Berdasarkan hasil uji korelasi di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara kejadian granuloma umbulikal dengan kelompok (control dan perlakuan) mempunyai koefisien korelasi sebesar 0.100 dengan nilai signifikansi sebesar 0.653 (p>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian granuloma umbulikal dengan kelompok Kejadian Granuloma F % Tidak Ya 5 5 50 50 Jumlah 10 100 Symmetric Measures .100 .653 20 Contingency Coefficient Nominal by Nominal N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.

(7)

(kontrol dan perlakuan). Dengan kata lain, kejadian granuloma umbulikal lebih dipengaruhi oleh faktor lain, bukan karena penggunaan media tertentu dalam pemberian penyuluhan kesehatan baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan.

PEMBAHASAN

Kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi Rumah Sakit X di Malang sesudah diberikan penyuluhan kesehatan menggunakan media audio visual berupa video pada kelompok intervensi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok intervensi ada sebanyak 6 orang (60%) yang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbulikal. Pada bayi yang tidak mengalami Granuloma umbilical dapat disebabkan perawatan tali pusat dilakukan sesuai prosedur yang benar sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sinsin (2008) bahwa perawatan tali pusat sangat penting karena tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Oleh karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusat menyusut dan kering, lepas dari pusat bayi dan terbebas dari infeksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok intervensi ada 4 orang (40%) yang bayinya mengalami kejadian granuloma umbulikal. Pada bayi yang mengalami Granuloma umbilical dapat disebabkan perawatan tali pusat dilakukan tidak sesuai prosedur yang benar sehingga terjadi infeksi pada tali pusat. Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan responden, dimana 3 dari 20 responden (15 %) merupakan lulusan Pendidikan Dasar. Hasil penelitian Batu Bara (2009) Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian bayi akibat infeksi tali pusat. Pada penelitian Batu Bara tersebut ibu yang berpendidikan SD berpengetahuanya kurang ini sesuai pendapat

Arikunto (2006) Seseorang yang

berpendidikan rendah lebih cenderung berpengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan

perilaku seseorang dalam mengatur perilakunya sendiri.

Kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir di Ruang Perinatologi Rumah Sakit X di Malang sesudah diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok kontrol, sebanyak 5 orang bayinya mengalami kejadian granuloma umbilikal. Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok kontrol, ada sebanyak 8 orang (80%) yang di lingkungannya tidak pernah melakukan perawatan tali pusat terbuka. Granuloma umbilical dapat terjadi karena faktor lingkungan. Responden yang diambil oleh peneliti pada penelitian ini adalah seluruhnya (100%) ibu primipara. Responden yang tidak pernah melihat perawatan tali pusat terbuka di lingkungan tempat dia berada maka responden tersebut tidak memiliki pengalaman dalam melakukan perawatan tali pusat terbuka. Responden primipara belum mempunyai pengalaman dalam melakukan perawatan tali pusat terbuka pada bayinya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan apabila seseorang memiliki pengalaman yang kurang baik akan berusaha melupakan hal tersebut. Apabila seseorang memiliki pengalaman menyenangkan terhadap obyek tersebut maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Batu Bara (2009) dalam penelitian tentang hubungan antara paritas ibu dengan pengetahuan bahwa ibu dengan paritas primipara lebih banyak yang kurang mengerti tentang perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang paritas multipara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang responden pada kelompok kontrol, sebanyak 5 orang bayinya tidak mengalami kejadian granuloma umbilikal. Tingkat pendidikan yang tinggi pada responden dapat berpengaruh pada

(8)

pengetahuan dan ketrampilan seseorang, sehingga hal ini berpengaruh juga terhadap ketrampilan ibu dalam melaksanakan perawatan tali pusat terbuka pada bayi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pradono (2014) bahwa melalui pendidikan dapat meningkatkan ketrampilan professional dan pengetahuan spesifik yang masih relevan dengan pengetahuan umum. Akhirnya pendidikan dapat membentuk disposisi, perilaku/ketrampilan dan kepribadian.

Efektivitas penggunaan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka terhadap kemampuan ibu merawat bayi baru lahir di RS X

Berdasarkan hasil uji fisher menunjukkan nilai signifikansi 0.303 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan merawat tali pusat antara responden pada kelompok kontrol dengan responden pada kelompok perlakuan.

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini, kelompok kontrol dan perlakuan tidak ada perbedaan kemampuan dalam melakukan perawatan tali pusat terbuka meskipun dengan menggunakan media pendidikan kesehatan yang berbeda hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor lain, bukan karena faktor penggunaan media tertentu dalam pemberian pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih & Indah (2014) di salah satu ruang perinatologi salah satu rumah sakit di Malang dari 11 ibu nifas, yang tidak mampu melakukan perawatan tali pusat terbuka sebanyak 8 orang. Ketidak mampuan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor termasuk pengetahuan, kebiasaan lingkungan, dan pengalaman.

Responden yang diambil oleh peneliti pada penelitian ini adalah seluruhnya (100%) ibu primipara sehingga responden belum mempunyai pengalaman dalam melakukan perawatan tali pusat terbuka pada bayinya sendiri. Hasil penelitian Batu Bara (2009) menunjukkan hubungan antara paritas ibu dengan pengetahuan. Ibu dengan paritas primipara lebih banyak yang kurang mengerti tentang perawatan tali pusat dibandingkan dengan ibu yang paritas multipara.

Efektivitas penggunaan media audiovisual perawatan tali pusat terbuka terhadap angka kejadian Granuloma Umbilikal (Anstepend) pada bayi baru lahir di RS X.

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.653 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian granuloma umbulikal antara responden pada kelompok kontrol dengan responden dan perlakuan. Berdasarkan hasil uji korelasi di atas, dapat diketahui bahwa hubungan antara kejadian granuloma umbilikal dengan kelompok (kontrol dan perlakuan) mempunyai koefisien korelasi sebesar 0.100 dengan nilai signifikansi sebesar 0.653 (p>0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian granuloma umbilikal dengan kelompok (kontrol dan perlakuan). Media penyuluhan dengan menggunakan audiovisual lebih praktis untuk digunakan tanpa harus bertatap muka dan lebih efisien baik dari segi waktu maupun tenaga tetapi ada juga kelemahannya jika dibandingkan dengan penyuluhan secara langsung bisa terjadi Tanya jawab secara langsung. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suiraoka & Supariasa (2012) bahwa kekurangan media audiovisual adalah daya jangkau terbatas, biasa produksinya relatif mahal, penggunaannya perlu ruangan yang gelap, sifat komunikasinya satu arah.

Pemberian penyuluhan idealnya menggunakan multimedia dengan pemilihan media yang tepat sehingga mempermudah

penyampaian informasi yang akan

meningkatkan kemampuan peserta dalam melakukan perawatan tali pusat terbuka, tetapi ada faktor lain juga yang dapat mempengaruhi kemampuan peserta sehingga kemampuan masing-masing peserta akan berbeda.

Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah

perilaku sesuai dengan pesan yang

disampaikan. Ini mendukung pernyataan Batu Bara (2009) bahwa ibu yang mendapatkan sumber informasi yang dari media cetak, media elektronik lebih sedikit kurang

(9)

mengerti dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi 0.653 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian granuloma umbulikal antara responden pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Sedangkan hasil uji fisher menunjukkan nilai signifikansi 0.303 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan merawat tali pusat antara responden pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan untuk Tenaga Perawat/Bidan di ruang Perinatologi hendaknya menggunakan berbagai media pendidikan kesehatan pada saat melakukan pendidikan kesehatan khusunya tentang perawatan tali pusat terbuka kepada ibu nifas yang mengacu pada Prosedur Tetap yang telah disusun. Pada penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan kejadian granuloma umbulikal antara responden pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sehingga perlu dicari lebih lanjut faktor apa yang berpengaruh terhadap kejadian Granuloma Umbilikal pada bayi. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Granuloma Umbilikal pada bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Erlangga. Djamarah, Syaiful Bahri & Zain,

Aswan.2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.

Nursayini, Iis Sinsin. 2008 Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Elex Media Komputindo

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Profil Data Kesehatan Indonesia. 2011.

Jumlah Kasus Penyakit Menurut Provinsi dan Jenis Penyakit 2007-2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan

Setyaningsih & Indah. 2014. Gambaran Perilaku Ibu Dalam Perawatan Tali Pusat Dengan Metode Tali Pusat Terbuka Pada Bayinya. Tugas Akhir.

Belum diterbitkan.Akademi

Keperawatan Panti Waluya Malang Suiraoka, I Putu & Supairasa, I Dewa

Nyoman. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Zupan, J., Garner, P., & Omari, A. Topical

Umbilical Cord Care at Birth. 2009.

The Cochrane Collaboration, 1, N/A. Hapsari, R. W. 2009. Pemotongan dan

Perawatan Tali Pusat, (online), (http://superbidanhapsari.wordpress.co m/2009/12/14/makalah-perawatan-dan-pemotongan-tali-pusat.html), diakses 24 Maret 2014 pk 14.00)

Gambar

Tabel 1. Keterangan Gambar Desain   Penelitian
Tabel  3  Crosstab  pendidikan  terhadap  kelompok  Kelompok Total   Kon-trol Perlakuan Pendidikan  Dasar   (SD-SMP) Pendidikan  Menengah  (SMA/SMK) Pendidikan  Tinggi  (≥ D3) 163 262 3 125 Total  10 10 20
Tabel  6.  Crosstab  Lingkungan  sekitar  melakukan/pernah
Tabel  10.  Distribusi  frekwensi  kejadian  Granuloma  Umbilikal  (Anstepend)    pada  bayi  baru  lahir kelompok kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran kadar kolesistokinin normal pada tikus jantan umur 1 bulan disertai dengan berat badan, kadar glukosa darah dan kadar kolesterol darah belum lengkap

pada Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya yang Terdaftar di Kopertis Surabaya. Number of Higher Educational Institutions, Students, Lecturers and Alumni of Private Higher

Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah: (1) bagaimanakah karakteristik model pembelajaran sinektik keterampilan menulis karangan naratif bermuatan

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan

Suku Dinas Sumber Daya Air Kota - JAKSEL Pembangunan pintu air dan kelengkapannya di wilayah Jakarta Selatan 4 Tebet Kebon Baru 1 Jalan gelap dan. rawan

Pasal 23 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, mengamanatkan kepada Komisi Informasi untuk menetapkan petunjuk teknis standar

Berdasar pada tanggapan yang diperoleh dari kuesioner pengguna dan setelah melalui proses tabulasi data maka diperoleh data hasil Uji Beta pada aspek Usability tersaji

Since t-test was higher than t-table, it can be concluded that a OWHUQDWLYH K\SRWKHVLV ZDV DFFHSWHG ,W FDQ EH IXUWKHU XQGHUVWRRG WKDW ³WKHUH LV D VLJQLILFDQW HIIHFW