• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fermentabilitas Rumen, Kecernaan Dan Performa Domba Dara Dengan Sumber Energi Karbohidrat Dan Lemak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fermentabilitas Rumen, Kecernaan Dan Performa Domba Dara Dengan Sumber Energi Karbohidrat Dan Lemak"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

NUR LAILATUL YUKTIANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

FERMENTABILITAS RUMEN, KECERNAAN DAN

PERFORMA DOMBA DARA DENGAN SUMBER

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Fermentabilitas Rumen, Kecernaan dan Performa Domba Dara dengan Sumber Energi Karbohidrat dan Lemak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nur Lailatul Yuktiani

(3)
(4)

ABSTRAK

NUR LAILATUL YUKTIANI. Fermentabilitas Rumen, Kecernaan dan Performa Domba Dara dengan Sumber Energi Karbohidrat dan Lemak. Dibimbing oleh KOMANG G. WIRYAWAN dan LILIS KHOTIJAH.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh pemberian sumber energi karbohidrat dan lemak pada ransum domba dara terhadap performa, kecernaan dan fermentabilitas rumen. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan mengunakan 3 perlakuan dengan 4 kali ulangan. Pakan dasar yang diberikan berupa rumput dan lacto B dengan perlakuan ransum yaitu P0= pakan dasar+jagung+susu skim, P1= pakan dasar + 4% minyak bunga matahari, P2= pakan dasar+4% minyak kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), kecernaan bahan kering dan bahan organik, pH rumen, populasi total bakteri rumen, konsentrasi VFA (volatile fatty acids) dan N-NH3 (Amonia), namun memberikan pengaruh nyata pada konsumsi bahan kering dan bahan organik serta populasi protozoa rumen. Dapat disimpulkan bahwa pemberian minyak bunga matahari dan minyak kelapa menurunkan konsumsi pakan dan populasi protozoa rumen namun tidak mempengaruhi performa dan fermentasi rumen secara umum.

Kata kunci: domba dara, kecernaan, mikroba rumen, sumber energi

ABSTRACT

NUR LAILATUL YUKTIANI. Rumen Fermentability, Performance and Digestibility on Sheep with Carbohydrate and Fat as Energy Sources. Supervised by KOMANG G. WIRYAWAN and LILIS KHOTIJAH.

This research aimed to evaluate the effect of carbohydrate and fat as energy sources on sheep performance, digestibility and rumen fermentability. There were 12 ewes, aged 4 months old with average body weight of 17.08±1.443 kg used in the experiment in a completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 4 replications and conducted for 8 weeks. Basal diet contained grass and Lacto B and the treatments were P0= basal diet + corn + skim milk powder, P1= basal diet + sunflower oil, and P2= basal diet + coconut oil. Data were analyzed by ANOVA (Analysis of Variance) and continued with Duncan test. The results showed that the treatment did not significantly affect body weight gain, feed efficiency, dry matter and organic matter digestibility, pH value, total VFA (volatile fatty acids), N-NH3 (ammonia), rumen bacterial population but significantly affected consumption of dry matter, organic matter and rumen protozoa population. It can be concluded that coconut oil (CO) on ewes diet can decrease consumption of dry matter, organic matter and rumen protozoa population, meanwhile sunflower seed oil (SFO) on ewes diet can decrease rumen protozoa population.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

FERMENTABILITAS RUMEN, KECERNAAN DAN

PERFORMA DOMBA DARA DENGAN SUMBER

ENERGI KARBOHIDRAT DAN LEMAK

NUR LAILATUL YUKTIANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Bismillahirrohmannirrohim, segala puji dan syukur kepada Ilahi Robbi yang menganugerahkan limpahan rahmat dan karunia sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Fermentabilitas Rumen, Kecernaan dan Performa Domba Dara dengan Sumber Energi Karbohidrat dan Lemak yang dilaksanakan bulan Desember 2014 hingga Maret 2015. Sholawat dan salam untuk Rosululloh Muhammad SAW yang menjadi teladan terbaik untuk seluruh ummat manusia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian sumber energi berupa karbohidrat dan lemak pada ransum domba dara terhadap performa, kecernaan dan fermentabilitas rumen. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih ilmu dan manfaat, khususnya bagi penulis dan pada pembaca secara umum, Amin.

Bogor, Agustus 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur 3

Peubah yang diukur 5

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Konsumsi ransum dan kecernaan pakan 7

Pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan 8

Nilai pH cairan rumen 9

Populasi mikroba rumen 10

Produksi Volatill Fatty Acid (VFA) 11

Konsentrasi amonia (NH3) 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 19

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan baku penyusun konsentrat 3

2 Kandungan zat makanan ransum perlakuan 3

3 Rataan konsumsi ransum dan kecernaan pakan 7

4 Rataan Pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan 8

5 Rataan nilai pH cairan rumen 9

6 Rataan populasi mikroba rumen 10

7 Rataan produksi VFA total 11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam konsumsi bahan kering (BK) 16

2 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan organik (BK) 16

3 Hasil sidik ragam konsumsi bahan organik (BO) 16

4 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan organik (BO) 16

5 Hasil sidik ragam kecernaan bahan kering (BK) 16

6 Hasil sidik ragam kecernaan bahan organik (BO) 17

7 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan harian (PBBH) 17

8 Hasil sidik ragam konversi pakan 17

9 Hasil sidik ragam derajat keasaman (pH) 17

10 Hasil sidik ragam total populasi protozoa 17

11 Uji lanjut Duncan total populasi protozoa 18

12 Hasil sidik ragam total populasi total bakteri 18

13 Hasil sidik ragam produksi VFA 18

(13)

PENDAHULUAN

Karakteristik domba yang mempunyai sifat prolifik serta mudah beradaptasi menjadikan ternak ini potensial dikembangkan di Indonesia. Populasi domba di Indonesia tahun 2014 mencapai 15 715 613 ekor dengan penyebaran terbesarnya di Pulau Jawa yaitu provinsi Jawa Barat dengan persen pertumbuhan selama lima tahun terakhir yaitu 5.29 % (Deptan 2014). Pakan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap produktivitas domba, ketersediaan pakan yang lengkap nutriennya akan menghasilkan tingkat produktivitas domba yang bagus, pakan pada ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Domba dara membutuhkan energi yang cukup dalam meningkatkan bobot badan yang akan berdampak pada percepatan pencapaian bobot dewasa kelamin. Pemberian pakan ekstra pada domba dara selama dua hingga tiga minggu sebelum dikawinkan (Flushing) dapat diberikan dengan cara pemberian pakan yang tinggi energi. Kekurangan energi pada ternak muda akan menghambat pertumbuhan dan pencapaian dewasa kelamin (Sudarman et al. 2008).

Komponen nutrisi yang dapat digunakan sebagai sumber energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Bahan pakan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi dapat berasal dari jagung. Penggunaan jagung sebagai bahan pakan tidak dibatasi oleh adanya kandungan antinutrisi sehingga dapat diberikan pada domba dara untuk mencapai bobot dewasa kelamin. Kebutuhan energi tidak hanya dapat dipenuhi dengan karbohidrat, namun bisa menggunakan sumber lain salah satunya dengan penambahan lemak. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang berdensitas tinggi, menurut NRC (2007) energi lemak mencapai dua kali lebih besar daripada karbohidrat. Lemak yang diberikan diharapkan mampu mencukupi kebutuhan energi untuk pencapaian dewasa kelamin. Lemak dapat dipenuhi dari minyak yang berasal dari minyak nabati, pemberian minyak bunga matahari dan minyak kelapa pada ransum merupakan salah satu perlakuan

flushing. Salah satu minyak yang sudah dikaji untuk memenuhi kebutuhan domba induk adalah minyak bunga matahari yang termasuk kedalam asam lemak tidak jenuh. Penambahan minyak bunga matahari dalam ransum dapat memperbaiki reproduksi dan produktivitas domba (Khotijah et al. 2014).

Minyak bunga matahari mengandung asam lemak tidak jenuh yang terdiri atas asam laurat 0.08%, asam linoleat 6.13% dan asam oleat 46.14% (Sitoresmi et al. 2009). Penambahan minyak bunga matahari pada level 4% dalam ransum menunjukkan performa reproduksi dan produktivitas domba yang terbaik (Khotijah 2014). Minyak kelapa mengandung energi yang tidak jauh berbeda dengan minyak bunga matahari dengan sumber asam lemak yang berbeda yaitu asam lemak jenuh. Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh yang terdiri atas 25.47% asam laurat, 0.04% asam oleat dan 2.36% linoleat (Sitoresmi et al. 2009). Kandungan terbesar dalam minyak kelapa adalah asam laurat, dimana menurut Boyer (2002) asam laurat dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang diharapkan dapat membantu pembentukan hormon steroid selama siklus reproduksi domba dara.

(14)

2

mengganggu sistem fermentasi dalam rumen sehingga dapat mempengaruhi proses kecernaan. Berdasarkan Khotijah et al. (2014) penggunaan 4% minyak bunga matahari pada ternak domba garut fase dara sampai laktasi tidak mempengaruhi sistem fermentasi rumen serta dapat meningkatkan terjadinya kelahiran kembar.

Penggunaan jagung, minyak bunga matahari dan minyak kelapa memiliki kandungan sumber energi yang berbeda. Sumber energi yang berbeda dapat mempengaruhi penyerapan energi di dalam ternak. Kecernaan bahan pakan mencerminkan tingkat ketersediaan energi bagi ternak, sehingga dapat digunakan untuk menilai kualitas pakan. Penggunaan sumber energi yang berbeda dalam ransum dapat digunakan dalam sistem flushing, namun memerlukaan adanya evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh pemberian sumber energi berupa karbohidrat dan lemak pada ransum domba dara terhadap performa, kecernaan dan fermentabilitas rumen.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang (Kandang A) Ilmu Nutrisi Ternak dan Daging Kerja; Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah; Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB. Analisa uji total mikroba cairan rumen di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB pada bulan Desember 2014 sampai Maret 2015.

Bahan

Ternak

Ternak yang digunakan adalah domba dara lokal berumur 4 bulan dengan rata-rata bobot badan 17.08±1.443 kg sebanyak 12 ekor.

Pakan

(15)

3 Tabel 1 Komposisi bahan baku penyusun ransum (% BK)

Bahan Pakan Perlakuan

P0= Pakan dasar +jagung+tepung susu skim; P1= Pakan dasar+4% minyak bunga matahari; P2= Pakan dasar +4% minyak kelapa.

Tabel 2 Kandungan zat makanan ransum perlakuan (% BK) Kandungan zat

P0= Pakan dasar +jagung+tepung susu skim; P1= Pakan dasar+4% minyak bunga matahari; P2= Pakan dasar +4% minyak kelapa; Beta N= Bahan ekstrak tanpa N; TDN= Total Digestible Nutrient.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi kandang individu yang dilengkapi tempat pakan dan air minum. Timbangan digital kapasitas 100 kg yang berfungsi untuk penimbangan bobot badan dan timbangan digital kapasitas 3 kg untuk menimbang pakan. Peralatan tambahan saat pengumpulan feses seperti tempat penampung feses yang terbuat dari bambu dan kain kassa, baki penampung feses, label, aluminium foil, nampan, sapu dan peralatan untuk pengambilan cairan rumen (stomach tube, pompa vacum), labu erlemayer, botol film, pipet, cawan petri, bulb, conway, counting chamber, mikroskop.

Prosedur

Pemeliharaan

(16)

4

diberikan konsentrat, siang pukul 14.00 dan sore pukul 17.00 diberikan rumput, sedangkan air diberikan secara ad libitum.

Pengumpulan feses

Pengumpulan feses dilakukan selama tujuh hari pada pemeliharaan minggu ke-7 (McDonald et al. 2011). Sampel feses ditimbang sebagai bobot feses segar, kemudian sampel feses diambil 10% dari total feses segar yang terkumpul setiap harinya kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari dan dimasukkan kedalam

oven 60 ˚C. Selanjutnya sampel ditimbang bobotnya, dikomposit dan dihaluskan. Sampel yang sudah halus ditimbang menggunakan wadah cawan porselin sebanyak 3 gr untuk dimasukkan kedalam oven 1050C kemudian ditimbang dan dimasukkan kedalam tanur. Adapun perhitungan kecernaan dengan menggunakan rumus

e e n n p k n ng ikon m i e e g p k n ng ikon m i 00

e e n n p k n ng ikon m i e e g p k n ng ikon m i 00

Pengambilan cairan rumen

Pengambilan cairan rumen dilakukan pada minggu ke-8 pemeliharaan, 4-5 jam setelah pemberian pakan dengan menggunakan alat stomach tube. Cairan rumen yang digunakan untuk analisis protozoa diberi larutan Trypan Blue Formaline Salin (TBFS), cairan rumen yang digunakan untuk analisis total bakteri rumen, VFA (volatile fatty acid) dan NH3 (amonia) tidak diberi larutan apapun namun dikondisikan pada tabung atau tempat sebagai penampung untuk menjaga kondisi suhunya sebelum dianalisis.

Perhitungan populasi protozoa (Ogimoto dan Imai 1981)

Sampel cairan rumen yang telah ditetesi larutan TBFS sebanyak 1:1 dihomogenkan kemudian diteteskan pada counting chamber dan ditutup dengan

cover glass sampai rata setelah itu perhitungan populasi protozoa dilakukan dibawah mikroskop. Jumlah populasi protozoa dihitung dengan menggunakan rumus

Jumlah protozoa/ml = N x 1/0.0032 x FP Keterangan

N = jumlah sel protozoa terhitung dalam 16 chamber FP = Faktor Pengenceran

Perhitungan populasi bakteri total

(17)

5 pengenceran yang diinginkan kedalam cawan petri steril yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri dan dituangkan media PCA (Plate Count Agar) ke dalam cawan petri yang telah diberi cairan rumen, lalu dihomogenkan dan dibiarkan membeku. Cawan yang sudah membeku dimasukkan ke dalam jar anoxomat dalam posisi terbalik untuk membuat kondisi anaerob sesuai dengan petunjuk pada sistem anoxomat.

Kemudian cawan diinkubasikan pada suhu 370C selama 48 jam dengan posisi cawan terbalik untuk memudahkan dalam proses perhitungan. Perhitungan populasi bakteri total mengunakan perhitungan koloni Standard Plate Count

(SPC), dimana perhitungan jumlah koloni pada cawan petri antara 25-250 koloni (apabila jumlah koloni > 250 koloni dihitung sebagai TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Adapun perhitungan populasi bakteri total rumen dengan menggunakan rumus

n l e Co n C ml h koloni p n[ n 0. n ]

Keterangan

N = jumlah koloni per ml atau per gram

n1 = jumlah koloni dari pengenceran ke-1 koloni yang dihitung n2 = jumlah koloni dari pengenceran ke-2 koloni yang dihitung d = pengenceran pertama yang dihitung

Peubah yang Diukur

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan diperoleh dengan menimbang jumlah yang diberikan dan sisanya, dengan rumus

Konsumsi Pakan (g BK) = Jumlah yang diberikan (g BK) sisa pakan (g BK) Konsumsi Pakan (g BO) = Jumlah yang diberikan (g BO) sisa pakan (g BO) Keterangan: BK = Bahan Kering (g)

BO = Bahan Organik (g)

Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

Pengukuran Pertambahan Bobot Badan (PBB) dilakukan dengan penimbangan ternak yang dilakukan setiap dua minggu sekali selama 8 minggu penelitian, dengan perhitungan

PBB = (Bobot Badan akhir-Bobot Badan awal) / (Lama Penelitian)

Konversi pakan

Konversi pakan dihitung dari konsumsi bahan kering dibagi dengan pertambahan bobot badan harian.

Nilai pH cairan rumen

(18)

6

dan dikeringkan dengan tissue dan kemudian dicelupkan ke dalam sampel cairan rumen. Angka yang stabil pada alat pH meter merupakan nilai pH cairan rumen.

Konsentrasi VFA (volatile fatty acids) total (Steam distillation method)

Pengukuran konsentrasi VFA dimulai dengan mempersiapkan presscooker

yang diisi dengan aquadest sampai tanda maksimum dan air dalam keran dalam keadaan mengalir sebagai pendingin. Kompor gas dinyalakan sehingga aquadest yang ada dalam presscooker tersebut mendidih dan menghasilkan uap yang masuk dalam tabung destilasi. Cairan rumen yang sudah disentrifius, supernatannya dimasukkan sebanyak 5 ml ke dalam tabung destilasi dan erlenmayer yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N dibawah selang penampung. Tabung destilasi yang sudah ada larutan supernatannya dimasukkan 1ml H2SO4 15%.

Uap air panas akan mendesak VFA dan terkondeksi dalam pendingin dan air yang terbentuk ditampung dalam erlemayer yang sudah terisi 5 ml NaOH 0.5 N sampai ±250 ml. Kemudian air yang terbentuk diteteskan indikator Phenol Pthalin

(PP) sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCl 0.5000 N sampai warnanya berubah dari merah menjadi merah mudah seulas (Tilley dan Terry 1963). Produksi VFA total dihitung menggunakan rumus

mM VFA total = (a-b) x N HCl x 1000/5 Keterangan: a = volume titran blangko (ml)

b = volume titran contoh (ml)

Konsentrasi amonia (Conway micro diffusion method)

Konsentrasi amonia menggunakan metode Mikrodifusi Conway (General Laboratory Procedures 1966) dimulai dengan mengoleskan vaselin pada bibir cawan Conway beserta tutupnya. Kemudian cairan rumen yang sudah disentrifius, supernatannya dimasukkan sebanyak 1ml pada salah satu ujung cawan Conway

dan larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1ml ditempatkan pada salah satu ujung cawan

Conway bersebelahan dengan supernatan lalu larutan asam borat berindikator sebanyak 1ml ditempatkan dalan cawan kecil yang terletak ditengan cawan

Conway. Cawan conway ditutup rapat dan dipastikan kedap udara dihomogenkan sehingga larutan Na2CO3 jenuh dengan supernatant bercampur merata. Setelah ±20 jam dalam suhu kamar tutup cawan dibuka dan asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah terang. Konsentrasi amonia dihitung menggunakan rumus

Konsentrasi amonia (mM) = ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000 Keterangan

(19)

7

Prosedur Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diberikan pada domba dara yaitu P0 (Pakan dasar+jagung+tepung susu skim), P1 (Pakan dasar+4% minyak bunga matahari), P2 (Pakan dasar+4% minyak kelapa). Model matematik dari rancangan tersebut sebagai berikut:

Yij = μ + ∂i €ij Keterangan

Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ : Rataan umum

∂I : Efek perlakuan ke-i

€ij : Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA) Steel dan Torrie (1991). Apabila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji duncan. Data populasi mikroba rumen telah ditransformasikan ke dalam log.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum dan Kecernaan Pakan

Pemberian karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) pada konsumsi bahan kering dan bahan organik. Rataan konsumsi ransum dengan pemberian karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan konsumsi ransum dan kecernaan pakan

Parameter Perlakuan

P0 P1 P2

Konsumsi BK

(g/ekor/hr) 417.29 ± 27.8a 396.31 ± 49.8a 275.18 ± 63.7b (g/kg BB0.75) 44.21 ± 2.21a 39.20 ± 3.79a 29.30 ± 5.67b Konsumsi BO

(g/ekor/hr) 394.8 ± 26.5a 355.3 ±43.5a 256.2 ± 58.2b

(g/kg BB0.75) 41.82 ± 2.10a 35.14 ± 3.24a 27.28 ± 5.18b

(20)

8

Konsumsi bahan kering dan bahan organik yang dihasilkan berbeda nyata (p<0.05) untuk setiap perlakuan. P2 (Pakan dasar + 4% minyak kelapa) nyata lebih rendah dibandingkan dengan P0 (Pakan dasar + jagung + tepung susu skim) dan P1 (Pakan dasar + 4% minyak bunga matahari). Menurut Persentase konsumsi terhadap bobot badan pada penelitian ini sebesar 2.08 % untuk P0; 1.81 % P1 dan 1.53 % untuk P2. Hasil penelitian lebih rendah dibandingkan kebutuhan konsumsi menurut Kearl (1982) terhadap bobot badan domba dara yang berkisar (2.8% - 3.3%) dan kebutuhan bahan kering domba dara menurut Kearl (1982) adalah 550 g/hr. Rendahnya konsumsi ternak yang diberi sumber energi minyak bunga matahari juga terjadi pada Khotijah et al. (2014) yang menggunakan calon induk domba Garut yang berkisar antara 2.28%-2.45% terhadap bobot badan.

Kandungan sumber energi yang berbeda pada ransum penelitian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi dan kecernaan pakan. Secara statistik konsumsi bahan kering dan bahan organik domba dengan sumber energi utama karbohidrat lebih tinggi dari pada pakan dengan sumber energi minyak berupa minyak kelapa (P2) yang mengandung asam lemak jenuh, namun berbeda dengan P1 yang menggunakan sumber energi minyak bunga matahari memiliki konsumsi bahan kering dan bahan organik yang relative lebih tinggi dari P2 yang menggunakan sumber energi minyak kelapa, hal ini menunjukkan adanya perbedaan palatabilitas ternak. Minyak kelapa memiliki palatabilitas lebih rendah dari minyak bunga matahari meskipun ikatan asam lemaknya tunggal pada minyak kelapa, namun pada penelitian ini ransum yang tercampur minyak kelapa diduga lebih mudah tengik dibandingkan dengan ransum yang diberikan minyak bunga matahari, sehingga mempunyai tingkat palatabel yang lebih rendah.

Kecernaan bahan kering dan bahan organik pada penelitian ini secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata yang disajikan pada Tabel 3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan karbohidrat dan minyak sebagai sumber energi yang berbeda dalam pakan tidak mempengaruhi kecernaan. Pemberian minyak yang berlebih akan menurunkan kecernaan karena dapat mengganggu proses pencernaan dalam rumen, namun penambahan minyak sebanyak 4% tanpa terproteksi belum mengganggu kecernaan pakan (Hidayah 2014).

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan Konversi Pakan

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dan konversi pakan pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap PBB dan konversi pakan.

(21)

9 Pertambahan bobot badan yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh perlakuan sehingga penggunaan sumber energi yang berbeda pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap konversi pakan. Rataan PBBH yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 34.82±20.5 88.84±37.9 gram/ekor/hari. Hasil yang diperoleh tersebut lebih rendah dari hasil penelitian Khotijah et al. (2014) yaitu berkisar 56.95-100.01 g/ekor/hari. Lebih rendahnya PBB yang diperoleh dapat disebabkan karena tingkat palatabilitas (daya suka) ransum yang berbeda yang disebabkan oleh berbedanya komposisi bahan pakan yang digunakan dari masing-masing penelitian sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi pun berbeda.

Pertambahan bobot badan harian domba P2 yang menggunakan minyak kelapa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya konsumsi (tabel 3) pada P2 sehingga pakan yang dikonsumsi hanya menghasilkan pertumbuhan atau PBB yang lebih kecil dibandingkan perlakuan lain. Nilai konversi pakan pada penelitian ini berkisar antara 4.93-12.03. Rendahnya nilai konversi pakan yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan pakan yang diberikan efisien, dimana menurut Sianturi et al. (2006) semakin kecil nilai konversi, maka semakin efisien penggunaan pakan karena jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram pertambahan bobot badan semakin sedikit.

Nilai pH Cairan Rumen

Rataan nilai pH cairan rumen domba dara dengan pemberian sumber energi yang berbeda pada setiap ransum perlakuan disajikan pada Tabel 5. Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai pH cairan rumen.

Tabel 5 Rataan nilai pH cairan rumen

(22)

10

Nilai pH rumen pada penelitian ini relatif lebih rendah terutama pada domba yang diberikan minyak bunga matahari sebagai sumber energi (P2) yang memiliki nilai pH lebih rendah dari kisaran normal. Pemberian minyak bunga matahari sebagai sumber energi memiliki nilai pH yang lebih rendah sejalan dengan tingginya produksi VFA (tabel 7) yang dihasilkan.

Populasi Mikroba Rumen

Rataan populasi mikroba rumen (protozoa dan bakteri) dari setiap perlakuan disajikan pada Tabel 6. Pemberian minyak sebagai sumber energi baik minyak bunga matahari dan minyak kelapa nyata (p<0.05) menurunkan populasi protozoa namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap populasi total bakteri rumen.

Tabel 6 Total populasi mikroba rumen Perlakuan Total populasi protozoa

P0 = Pakan dasar + jagung + tepung susu skim; P1= Pakan dasar + 4% minyak bunga matahari; P2 = Pakan dasar + 4% minyak kelapa; a,b,c) Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Populasi protozoa yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan minyak pada ransum menurunkan populasi protozoa secara nyata (p<0.05). Rataan populasi protozoa yang diperoleh pada penelitian ini berkisar dari 4.39 log sel ml-1 hingga 5.28 log sel ml--1. Populasi protozoa normal pada rumen berkisar 4 log sel ml-1 sampai dengan 6 log sel ml-1 cairan rumen (Kamra 2005). Rataan populasi protozoa dalam penelitian ini masih dalam kondisi normal sejalan dengan nilai pH rumen yang masih dalam kondisi normal (Tabel 5). Penambahan minyak nyata menurunkan populasi protozoa dalam rumen dibandingakan ransum P1 namun masih didalam batas normal, hal ini terjadi karena protozoa tidak dapat memproduksi enzim lipase, dimana lemak dalam hal ini minyak akan menyelimuti protozoa sehingga menyebabkan protozoa mengalami lisis (Adawiah 2007).

Protozoa merupakan salah satu mikroba rumen yang ikut berperan dalam fermentasi pakan dalam sistem rumen. Protozoa berkembang di dalam rumen dalam kondisi anaerob dan mempengaruhi proses fermentasi karbohidrat pakan. Protozoa penting keberadaanya karena dapat menstabilkan pH saat fermentasi berlangsung sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga (Arora, 1989). Perkembangan protozoa dalam rumen juga sangat dipengaruhi kondisi pH rumen, rendahnya pH rumen dapat mengurangi populasi protozoa secara drastis.

(23)

11 kesempatan pada beberapa bakteri berkembang untuk menghasilkan produk VFA yang lebih banyak, selain itu juga mengurangi kompetisi zat makanan antara bakteri dan protozoa (Yurleni et al. 2013). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sitoresmi et al. (2009) bahwa penambahan minyak pada ransum sampai taraf 5% mampu menurunkan populasi protozoa sebesar 20.85 %, sedangkan dalam penelitian ini populasi protozoa menurun sebesar 26.83% untuk perlakuan pemberian minyak bunga matahari dan 21.83% untuk pemberian minyak kelapa.

Populasi total bakteri yang diperoleh dari penelitian ini disajikan dalam Tabel 6. Perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) terhadap populasi bakteri. Rataan populasi total bakteri yang diperoleh pada penelitian ini berkisar dari 5.83 log CFU ml-1 hingga 6.03 log CFU ml-1. Rataan populasi total bakteri yang diperoleh lebih rendah dibandingkan populasi normal total bakteri pada rumen yaitu 9 log CFU ml-1 hingga 10 log CFU ml-1 cairan rumen (McDonald et al. 2011). Rendahnya total bakteri rumen pada penelitian ini dapat disebabkan oleh penggunaan metode yang berbeda dari metode perhitungan total bakteri rumen yang biasa digunakan yaitu Ogimoto dan Imai (1981), namun menggunakan metode perhitungan cawan dengan Nutrient Agar (NA) sebagai media pertumbuhan bakteri.

Media NA lebih cocok untuk tipe mikroorganisme seperti E. coli,

Streptococcus aureus dan Streptococcus epidermis (Safitri 2010). Berbeda halnya dengan bakteri rumen, yang memiliki beragam jenis mikroorganisme dan hanya terdapat di dalam rumen (McDonald et al. 2002), sehingga dibutuhkan media yang lebih spesifik digunakan dalam perhitungan populasi total mikroba seperti BHI (Brain Heart Infusion). Populasi bakteri yang cenderung tidak berbeda nyata pada setiap perlakuannya dapat disebabkan karena nilai pH (tabel 4) pada penelitian ini cenderung sama untuk semua perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan minyak pada ransum masih dapat dimanfaatkan oleh ternak tanpa mengganggu aktivitas mikroba rumen.

Produksi Volatile Fatty Acids (VFA)

Rataan produksi VFA total pada perlakuan disajikan pada tabel 7. Pemberian sumber energi berupa karbohidrat dan minyak baik minyak bunga matahari dan minyak kelapa pada ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) terhadap konsentrasi VFA

Tabel 7 Rataan produksi VFA total

Perlakuan Produksi VFA (mM)

P0 77.50 ± 8.66

P1 96.25 ± 10.31

P2 81.25 ± 11.81

P0 = Pakan dasar + jagung + tepung susu skim; P1= Pakan dasar + 4% minyak bunga matahari; P2 = Pakan dasar + 4% minyak kelapa

(24)

12

oleh bakteri lipolitik menjadi asam lemak dan griserol, kemudian griserol tersebut difermentasikan lebih lanjut menjadi asetat, propionate, butirat dan valerat (McDonald et al. 2002). Peningkatan VFA menunjukkan mudah atau tidak pakan tersebut didegradasi oleh rumen (Sakinah 2005). Tinggi rendahnya konsentrasi VFA yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh tipe karbohidrat, bentuk fisik pakan, tingkat konsumsi dan frekuensi pakan (France dan Djikstra 2005). Peningkatan konsentrasi VFA total juga dipengaruhi oleh populasi protozoa rumen. Produksi VFA akan semakin tinggi dengan penurunan populasi protozoa pada rumen, karena akan memberi kesempatan pada beberapa bakteri berkembang untuk menghasilkan produk VFA yang lebih banyak, selain itu juga mengurangi kompetisi zat makanan antara bakteri dan protozoa (Yurleni et al. 2013).

Konsentrasi Amonia (NH3)

Rataan konsentrasi NH3 pada ransum yang diberikan sumber energi yang berbeda disajikan pada tabel 8. Pemberian sumber energi yang berbeda pada ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) terhadap konsentrasi NH3.

P0 = Pakan dasar + jagung + tepung susu skim; P1= Pakan dasar + 4% minyak bunga matahari; P2 = Pakan dasar + 4% minyak kelapa

Pemberian sumber energi yang berbeda pada ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) terhadap konsentrasi NH3. Konsentrasi NH3 yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 4.35 mM sampai 7.67 mM. Menurut Sutardi et al. (1993) kadar NH3 optimum yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroba berkisar antara 4.0 dan 11.0 mM. Tinggi rendahnya nilai NH3 dapat disebabkan karena penggunaan sumber protein yang sulit didegradasi sehingga akan menghasilkan konsentrasi NH3 yang rendah begitupun sebaliknya semakin tinggi nilai NH3 yang dihasilkan semakin mudah protein yang diberikan terdegradasi (McDonald et al. 2002). Perlakuan yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang diberikan minyak sebagai sumber energi meskipun hasilnya tidak segnifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Beauchemin et al. (2007) bahwa penambahan 3.4% lemak dari biji bunga matahari, tallow, dan bunga matahari menurunkan konsentrasi amonia dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan minyak) dan konsentrasi amonia tidak berbeda nyata diantara jenis minyak yang berbeda.

(25)

13 konsentrasi amonia rumen (33.84 mg/100 ml; 33.57 mg/100 ml, dan 34.62 mg/100 ml). Pemberian sumber energi berupa karbohidrat dan minyak dalam penelitian ini secara statistik tidak mempengaruhi konsentrasi NH3 karena pemberian kadar protein pakan yang tidak jauh berbeda, dimana menurut Bata (2005) faktor yang mempengaruhi konsentrasi NH3 adalah level protein, waktu pemberian pakan, laju penyerapan dinding rumen.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian sumber energi berupa minyak bunga matahari yang mengandung asam lemak tidak jenuh dan minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh menurunkan konsumsi pakan dan populasi protozoa rumen namun tidak mempengaruhi performa dan fermentasi rumen secara umum.

Saran

Perlu dilakukan uji lanjut untuk menguji pengaruh penambahan minyak bunga matahari dan minyak kelapa terhadap populasi bakteri secara spesifik serta uji VFA parsial.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, Sutardi T, Toharmat T, Manalu W, Ramli N, Tanuwiri UH. 2007. Respons terhadap suplementasi sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai sangrai pada Indikator fermentabilitas ransum dalam rumen domba. J Med Pet. 30(3):63-70.

Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia Edisi Indonesia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Bata M, SNO Suwandyastuti. 2005. The improving quality of concentrate diet

i h fib ol i enz me n i ’ effect on rumen metabolism and blood parameter of fattening holstein male. J Anim Prod. 7(3): 127-134.

Beauchemin KA, McGinn SM, Petit HV. 2007. Methane abatement strategies for cattle: lipid supplementation of diets.Canadian J Anim Sci. 87: 431-440. Calsamigla S, Cardozo PW, Ferret A, Bach A. 2008. Changes in rumen microbial

fermentation are due to a combined effect of type of diet and pH. J Anim Sci. 86:702-711.

Dehority BA, Tirabasso PA. 2004. Effect of feeding frequency on bacterial and fungal concentration, pH, and other parameters in the rumen. J Anim Sci.

79: 2908-2912.

(26)

14

[GLP] General Laboratory Procedures. 1966. Report of Dairy Science. Madison (USA): University of Wisconsin.

Heinrichs AJ, Lascano GJ. 2009. Rumen fermentation pattern of dairy heifers fed restricted amounts of low, medium, and high concentrate diets without and with yeast culture. Liv Sci. 123 (1-3):48-57.

Hess BW, Moss GE, Rule DC. 2008. A decade of developments in the area of fat supplementation research with beef cattle and sheep. J Anim Sci. 86:E188-E204.

Hidayah N. 2014. Ketahanan Biohidrogenasi minyak nabati yang diproteksi dengan metode sabun kalsium dan mikroenkapsulasi secara in vitro [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kamra DN. 2005. Rumen microbial ecosystem. J Curr Sci. 89: 124-135.

Kearl. 1982. Nutrien Reguirement of Ruminant in Developing Countries Internasional Feedstuffs Institute. New York (US): Feedstuffs Institute. Departemen Pertanian. 2014. Statistik Pertanian 2014. Jakarta (ID): Pusat Data

dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian.

Khotijah L, Zulihar R, Setiadi MA, Wiryawan KG, Astuti DA. 2014. Suplementasi minyak bunga matahari (Helianthus annuus) pada ransum pra kawin terhadap konsumsi nutrient, penampilan dan karakteristik estrus domba garut. J Med Pet. 19:9-16.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition 6th Ed. Gosport (UK): Ashford Colour Pr Ltd.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA, Sinclar LA and

Parakkasi A. 1995. Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminan. Jakarta (ID): UI Pr Safitri R. 2010. Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur) [internet].

Jakarta (ID). Bapelkes Cikarang; [diunduh 2015 Mei 23]. Tersedia pada:

http://www.inforedia.com/2009/10/media-kultur-bakteri.html

Sakinah D. 2005. Kajian suplementasi probiotik bermineral terhadap produksi VFA, NH3, dan kecernaan zat makanan pada domba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sianturi EM, Fuah AM, Wiryawan KG. 2006. Kajian penambahan ragi tape pada pakan terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, rasio konversi pakan dan mortalitas tikus (Rattus norvegicus). J Med Pet. 29(3): 155-161

Sitoresmi PD, Yusiati LM, Hartadi H. 2009. Pengaruh penambahan minyak kelapa, minyak bunga matahari, dan minyak kelapa sawit terhadap penurunan produksi gas methan di dalam rumen secara in-vitro. Buletin Peternakan. 33(2):96-105.

Sudarman A, Wiryawan KG, Markhamah H. 2008. Penambahan sabun-kalsium dari minyak ikan lemuru dalam ransum domba. J Med Pet. 31:166-171. Sutardi T, Amirroenas, Tjakradidjaja AS, Dilaga SH, Jalaludin. 1993. Penggunaan

(27)

15 komunikasi hasil penelitian bidang peternakan. 1993 Nov 23-25; Yogyakarta, Indonesia.

Tanuwiria UH, Budinuryanto DC, Darodjah S, Putranto WS. 2006. Studi suplemen kompleks mineral minyak dan mineral-organik dan pengaruhnya terhadap fermentabilitas dan kecernaan ransum in vitro serta pertumbuhan pada domba jantan. J Prot. 14: 2

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in-vitro digestion of forage crops. J Brit Grass Soc. 18: 104-111.

Yurleni, Rudy P, Eddy G, Wiryawan KG. 2013. Efektivitas minyak ikan lemuru terproteksi terhadap populasi mikrob rumen dan fermentasinya pada kerbau dan sapi. J Vet. 14 (3): 285-293.

(28)

16

Lampiran 1 Hasil sidik ragam konsumsi bahan kering (BK) Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 47076.71 23538.35 9.66017 4.26 8.02

Galat 9 21929.75 2436.64

Total 11 69006.45

Db= derajat bebas; JK= Jumlah Kuadrat; KT= Kuadrat Tengah; F-hitung= nilai F yang diperoleh

i h il pengol h n ; 0.05 h il pengol h n eng n f ke l h n ebe 5 α 0.05 ; 0.0 h il pengol h n eng n f ke l h n ebe α 0.0 .

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan kering (BK)

Perlakuan N subset for alpha =0.05

1 2

2 4 275.2000

1 4 396.3000

0 4 417.3000

Sig. 1.000 0.562

Lampiran 3 Hasil sidik ragam konsumsi bahan organik (BO) Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 46346.66 23173.33 12.21 4.26 8.02

Galat 9 17076.01 1897.33

Total 11 63422.67

Lampiran 4 Uji lanjut Duncan konsumsi bahan organik (BO)

Perlakuan N subset for alpha =0.05

1 2

2 4 256.2000

1 4 355.2500

0 4 394.7500

Sig. 1.000 0.243

Lampiran 5 Hasil sidik ragam kecernaan bahan kering (BK) Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 12.39 6.19 1.53 4.26 8.02

Galat 9 36.39 4.04

(29)

17 Lampiran 6 Hasil sidik ragam kecernaan bahan organik (BO)

Sumber keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 242.45 121.24 4.43 4.26 8.02

Galat 9 246.42 27.38

Total 11 488.87

Db= derajat bebas; JK= Jumlah Kuadrat; KT= Kuadrat Tengah; F-hitung= nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data; F0.05= hasil pengolahan data dengan taraf ke l h n ebe 5 α

0.05 ; 0.0 h il pengol h n eng n f ke l h n ebe α 0.0 .

Lampiran 7 Hasil sidik ragam pertambahan bobot badan harian (PBBH) Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 4616.19 2308.09 3.93 4.26 8.02

Galat 9 5282.82 586.98

Total 11 9899

Lampiran 8 Hasil sidik ragam konversi pakan Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 134.73 67.37 1.53 4.26 8.02

Galat 9 395.14 43.90

Total 11 529.87

Lampiran 9 Hasil sidik ragam derajat keasaman (pH) Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 0.45 0.23 1. 4 4.26 8.02

Galat 9 1.49 0.17

Total 11 1.94

Lampiran 10 Hasil sidik ragam total populasi protozoa Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 1.66 0.83 13.12 4.26 8.02

Galat 9 0.57 0.06

(30)

18

Lampiran 11 Uji lanjut Duncan total populasi protozoa

Perlakuan N subset for alpha =0.05

1 2

1 4 4.3882

2 4 4.68

0 4 5.281

Sig. 0.132 1.000

Lampiran 12 Hasil sidik ragam total populasi total bakteri Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 0.08 0.04 0.75 4.26 8.02

Galat 9 0.45 0.05

Total 11 0.53

Db= derajat bebas; JK= Jumlah Kuadrat; KT= Kuadrat Tengah; F-hitung= nilai F yang diperoleh

i h il pengol h n ; 0.05 h il pengol h n eng n f ke l h n ebe 5 α

0.05 ; 0.0 h il pengol h n eng n f ke l h n ebe α 0.0 .

Lampiran 13 Hasil sidik ragam produksi VFA Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 787.5 393.75 3.68 4.26 8.02

Galat 9 962.5 106.94

Total 11 1750

Lampiran 14 Hasil sidik ragam konsentrasi NH3 Sumber

keragaman

Db JK KT F-hitung F 0.05 F 0.01

Perlakuan 2 25.32 12.66 2.31 4.26 8.02

Galat 9 49.36 5.48

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada

ngg l 5 Mei 994 i p ng n p k M ’in n Ib

Kamsiasih, yang merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bojonegoro dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negri (SMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam pada tahun ajaran 2014-2015. Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen pengembangan usaha desa bina desa BEM KM IPB tahun 2011-2013, staf Komisi eksternal DPM Fakultas Peternakan pada tahun 2012-2013, staf Departemen Komunikasi K-SPR pada tahun 2012-2013 dan Badan Pengurus Harian (BPH) sebagai bendahara umum DPM Fakultas Peternakan pada tahun 2013-2014. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan dan kepanitian. Penulis pernah menjadi ketua divisi konsumsi Masa Perkenalan Fakultas Peternakan 2013 dan sampai saat ini Penulis masih aktif sebagai pemandu Agroedutourism IPB. Penulis merupakan penerima beasiswa perhimpunan orang tua mahasiswa (BPOM) 2011-2012. Beasiswa SPP Yayasan Amanah tahun 2013 dan beasiswa bantuan belajar mahasiswa (BBM) tahun 2013-2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmannirrohim, segala puji dan syukur kepada Ilahi Robbi yang menganugerahkan limpahan rahmat dan hikmah. Sholawat dan salam untuk Rosululloh Muhammad SAW yang menjadi teladan terbaik untuk seluruh ummat manusia. Ucapan terima kasih banyak penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Ir. I Komang G Wiryawan selaku pembimbing akademik serta pembimbing skripsi dan ibu Dr. Ir. Lilis Khotijah M Si selaku pembimbing skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Despal S Pt M Sc Agr, dan Bapak Dr. Ir. Bagus Priyo Purwanto M Sc yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk perbaikan skripsi penulis pada saat ujian akhir. Penghargaan penulis sampaikan kepada teknisi pak edih, pak asep, pak sugih, pak edi, ibu dian dan ibu yani yang telah membantu selama penelitian.

Gambar

Tabel 1 Komposisi bahan baku penyusun ransum (% BK)
Tabel 3 Rataan konsumsi ransum dan kecernaan pakan
Tabel 4 Pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan
Tabel 5 Rataan nilai pH cairan rumen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pakan dengan taraf cassabio dalam konsentrat yang berbeda pada domba lokal jantan tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi energi pakan..

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari konsumsi ransum, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, karakteristik fermentasi rumen (pH, N- NH3, dan VFA),

Menganalisis kecernaan bahan kering dan bahan organik hasil samping limbah kelapa sawit yang difermentassi dengan probiotik lokal dalam ransum pada domba hair sheep jantan..

Judul Penelitian : Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hasil Samping Kelapa Sawit Fermentasi Probiotik Lokal dan Cairan Rumen Dalam Ransum Pada Domba.. Nama : Jerry

Menganalisis kecernaan bahan kering dan bahan organik hasil samping limbah kelapa sawit yang difermentassi dengan probiotik lokal dalam ransum pada domba hair sheep

Domba Garut membutuhkan hijauan pakan untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat yang diperoleh melalui konsumsi serat kasar dan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)

Hasil analisis variansi menunjukan bahwa pengukusan dedak padi dan suplementasi MHA berbeda tidak nyata (P&gt;0,05) terhadap konsumsi bahan organik pakan domba lokal

pemberian pakan campuran rumput gajah dengan daun gliricidia dengan penambahan pakan sumber energi 5 jam setelah pemberian hijauan menunjukkan jumlah bahan kering sel mikroba