• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fermentabilitas Rumen, Kecernaan Dan Performa Domba Dara Dengan Sumber Energi Karbohidrat Dan Lemak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fermentabilitas Rumen, Kecernaan Dan Performa Domba Dara Dengan Sumber Energi Karbohidrat Dan Lemak"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN TEPUNG JANGKRIK DAN TEPUNG PUPA

DALAM

MILK REPLACER

TERHADAP RESPON

FISIOLOGIS DAN HEMATOLOGI ANAK

DOMBA PRA SAPIH

OSSY RAMA ADITYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penggunaan Tepung Jangkrik dan Tepung Pupa dalam Milk Replacer terhadap Respon Fisiologis dan Hematologi Anak Domba Pra Sapih adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

OSSY RAMA ADITYA. Penggunaan Tepung Jangkrik dan Tepung Pupa dalam Milk Replacer terhadap Respon Fisiologis dan Hematologi Anak Domba Pra Sapih. Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan LILIS KHOTIJAH.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung jangkrik dan tepung pupa ulat sutera dalam milk replacer terhadap respon fisiologis dan gambaran hematologi darah anak domba pra sapih. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola tersarang untuk respon fisiologis dan rancangan acak lengkap (RAL) untuk gambaran hematologi dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Anak domba dengan bobot badan berkisar 2.31 ±0.24 kg, dibagi secara acak ke dalam kandang individu dan mendapat pelakuan P1: susu induknya (anak bersama induknya); P2: susu sapi segar; P3: milk replacer mengandung tepung jangkrik; P4: milk replacer mengandung tepung pupa. Peubah yang diukur adalah denyut jantung, respirasi dan suhu rektal, dan hematologi darah meliputi hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit dan deferensiasi leukosit. Hasil penelitian menunjukan bahwa milk replacer mengandung susu sapi segar, tepung jangkrik dan tepung pupa tidak berbeda terhadap respon fisiologis dan gambaran hematologi anak domba pra sapih dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan penelitian ini adalah tepung jangkrik dan tepung pupa dapat digunakan dalam milk replacer sebagai sumber protein tanpa ada pengaruh negatif terhadap respon fisiologis dan gambaran hematologinya.

Kata kunci: milk replacer, tepung jangkrik, tepung pupa, respon fisiologis, hematologi darah

ABSTRACT

OSSY RAMA ADITYA. Utiliziation of Cricket Meal and Pupae Meal in Milk Replacer to Evaluate Physiological Responses and Hematology of Preweaning Lamb. Supervised by DEWI APRI ASTUTI and LILIS KHOTIJAH.

(6)

used in milk replacer without any negative effect to the physiological responses and blood hematology.

(7)

PENGGUNAAN TEPUNG JANGKRIK DAN TEPUNG PUPA

DALAM

MILK REPLACER

TERHADAP RESPON

FISIOLOGIS DAN HEMATOLOGI

ANAK DOMBA PRA SAPIH

OSSY RAMA ADITYA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Tepung Jangkrik dan Tepung Pupa dalam Milk Replacer terhadap Respon Fisiologis dan Hematologi Anak Domba Pra Sapih” merupakan salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih lima bulan dari bulan September 2014 hingga Februari 2015 di Laboratorium Lapang B Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini memuat informasi tentang respon fisiologis dan hematologi anak domba pra sapih dengan pemberian milk replacer mengandung tepung jangkrik dan tepung pupa sebagai suplementasi sumber protein selama 2 bulan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat dalam bidang pendidikan umumnya dan peternakan khususnya.

Bogor, September 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

METODE 3

Materi 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Prosedur 4

Rancangan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Umum 8

Respon Fisiologis Anak Domba Pra Sapih yang diberi Milk Replacer 9 Hematologi Anak Domba Pra Sapih yang diberi Milk Replacer 11 Pengaruh Milk Replacer terhadap Deferensiasi Leukosit Anak Domba 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi milk replacer 3 2 Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan %BK 4 3 Rataan suhu dan kelembaban dalam kandang selama penelitian 8 4 Respon fisiologis anak domba pra sapih yang diberi milk replacer 9 5 Hematologi anak domba pra sapih yang diberi milk replacer 11 6 Deferensiasi leukosit anak domba pra sapih yang diberi milk replacer 13

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

PENDAHULUAN

Domba merupakan ternak yang biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan daging dan bulunya. Domba juga sebagai ternak yang dapat beranak lebih dari satu anak (prolifik) dengan lama kebuntingan 5 bulan. Kemampuan beradaptasi domba pada daerah tropis menjadikan ternak sumber hewani ini dapat dikembangkan dan mudah dipelihara. Selain itu, kemampuan hidup anak domba merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam perkembangan produktivitas, namun pada kenyataannya tingginya tingkat mortalitas anak domba prasapih.

Adiati dan Subandriyo (2007) menyatakan bahwa tingkat mortalitas pada domba garut yang lahir lebih dari dua, masih lebih tinggi dibandingkan domba yang lahir tunggal. Penyebab permasalahan tersebut adalah jumlah produksi susu induk tidak selalu sejalan dengan banyaknya anak yang lahir, hal ini didukung dengan pernyataan Tiesnamurti et al. (2002) menyatakan bahwa perbedaan produksi susu antara induk dengan anak tunggal dan kembar dua hanya sekitar 10% dengan nilai masing-masing berturut-turut 35.6 dan 39.9 kg ekor-1 laktasi-1, namun terjadi penurunan produksi susu pada induk domba dengan anak kembar empat, yaitu 37.7 kg ekor-1 laktasi-1. Hal tersebut mengakibatkan induk dengan anak kembar empat hanya mampu menyapih satu ekor anak, sehingga banyak peternak yang beralih dengan susu pengganti. Milk replacer atau susu pengganti diharapkan mampu menggantikan susu induk domba dalam memenuhi kebutuhan nutrisi maupun kekebalan tubuh anak.

Pembuatan milk replacer yang berkualitas baik yaitu harus memiliki komposisi yang hampir sama dengan susu induknya. Milk replacer untuk anak domba harus mengandung 20% - 30% lemak, dan juga 20% - 24% protein (FAO 2011). Kuantitas yang diberikan dari setiap pemberian pakan adalah 3% - 5% dari bobot badan hewan (0.15 – 0.20 L pemberian milk replacer-1atau 0.5 – 0.6 L hari

-1) (Brandono et al. 2004). Bahan pembuat milk replacer seperti susu skim dan

whey merupakan contoh bahan yang sering digunakan, namun bahan tersebut termasuk sulit diperoleh di Indonesia dan memiliki harga yang cukup mahal. Sebaiknya dalam pembuatan milk replacer menggunakan bahan yang mudah di peroleh dan murah seperti susu sapi murni, kuning telur, atau minyak ikan. Perlu dicarikan alternatif bahan yang berkualitas namun murah harganya. Pembuatan susu pengganti harus dengan harga yang terjangkau oleh peternak. Bahan yang berkualitas untuk milk replacer harus mengandung protein yang tinggi (sebagai bahan kekebalan tubuh) dan lemak tinggi (sebagai sumber energi)

(16)

2

2010). Siklus hidup jangkrik kalung berkisar antara 75-84 hari dengan lama masa produksi 20-24 hari (Jamal 2000). Menurut Mansy (2002) telur menetas menjadi nimfa (serangga muda) dalam 13-25 hari. Nimfa tumbuh menjadi clondo atau jangkrik muda dalam 30-40 hari dan mencapai dewasa (tumbuh sayap) pada umur ± 50 hari. Induk jangkrik yang telah bertelur 4-5 kali sudah mulai turun kualitas dan kuantitas telurnya, oleh karena itu jangkrik tersebut perlu regenerasi. Limbah induk jangkrik inilah yang berpotensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku sumber protein dengan nilai yang sangat murah. Pupa ulat sutera (Bombyx mori) merupakan hasil samping (by-product) industri pemintalan benang sutera yang mengandung protein tinggi (55.6%) dan lemak kasar (26.39%) dengan asam amino yang seimbang diantaranya asam amino aspartat 5.49%, asam glutamat 7.52%, serina 2.79%, histidina 1.51%, glisina 4.07%, treonina 2.59%, arginina 3.62%, alanina 7.72%, valina 4.17%, fenilananina 2.19%, isoleusina 2.78%, leusina 2.78%, lisina 3.75%, metionina 0.96%, tirosina 4.46%. Potensi pemanfaatan jangkrik dan pupa sebagai sumber protein hewani belum banyak diteliti untuk bahan penyusun milk replacer. Tepung jangkrik dan tepung pupa diharapkan dapat dijadikan sumber protein penyusun milk replacer.

Gambaran hematologi darah normal merupakan salah satu kondisi yang menunjukkan ternak dalam keadaan sehat. Astuti et al. (2008) melaporkan profil darah dan nilai hematologi domba lokal yang dipelihara secara tradisi anak dengan menyusu pada induknya di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi bahwa jumlah eritrosit darah, hemoglobin dan hematokrit adalah 7.57 juta mm-3, 7.21 g dL-1, dan 28.10 %. Kondisi fisiologis domba dengan parameter denyut jantung, respirasi dan suhu rektal adalah 75.50 kali menit-1, 29.75 kali menit-1, 38.85 oC. Pemberian pakan dengan sumber protein hewani berbeda dapat

mempengaruhi respon fisiologis ternak, sehingga anak domba dapat mengalami perubahan fisiologis yang mempengaruhi perubahan nilai hematologi anak domba. Kandungan protein pakan yang tinggi pada tepung jangkrik dan tepung pupa dapat menyebabkan panas metabolime yang tinggi pada proses pencernaan dalam tubuh ternak, sehingga menghasilkan panas tubuh yang tinggi untuk meregulasi panas tubuh maka laju denyut jantung, respirasi dan suhu rektal meningkat. Selain itu kandungan protein yang tinggi dapat memicu konsumsi air minum, pembentukan hemoglobin dan eritrosit serta mempengaruhi pembentukan antibodi didalam tubuh ternak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung jangkrik dan tepung pupa ulat sutera dalam milk replacer terhadap respon fisiologis dan nilai hematologi anak domba pra sapih.

(17)

3

METODE

Materi

Ternak

Penelitian ini menggunakan 12 ekor anak domba lokal (jantan dan betina) yang diberi perlakuan dari umur 7 hari pasca lahir hingga umur 2 bulan (umur sapih). Anak domba yang digunakan berasal dari induk yang melahirkan anak kembar dua tanpa membedakan jenis kelaminnya dan mendapat kolostrum selama 3 hari bersama induknya. Pada umur 4 sampai 6 hari diberi milk replacer yang telah dibuat untuk proses adaptasi.

Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan penelitian ini berupa stestoskop, termometer digital, termohigrometer untuk pengamatan respon fisiologis, sedangkan cool boks, alkohol, tabung ETDA, syringe 5 ml, kapas, tisue, haemocytometer, tabung sahli, sentrifuge, microcapillary hematocrit reader, pipet eritrosit dan leukosit, object glass, cover glass, mikroskop, larutan turk, larutan hayem, larutan gymsa, HCl 0.1N, dan aquadest untuk analisis hematologi darah.

Milk Replacer

Milk replacer yang diberikan berupa campuran makanan penggani berbentuk cair. Perlakuan berupa anak domba yang diberi susu induk (P1), anak domba yang diberi susu sapi (P2) dan susu buatan dengan bahan (tepung gandum, tepung kuning telur, susu full cream, tepung skim, minyak ikan, premix, DCP dan tepung jangkrik (P3) atau pupa (P4) sebagai bahan tambahan sumber protein. Komposisi milk replacer yang diberikan untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1, sedangkan komposisi zat makanan perlakuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi milk replacer

Bahan P1 P2 P3 P4

Susu induk 100 0 0 0

Susu sapi 0 100 0 0

Tepung gandum 0 0 10.5 10

Tepung kuning telur 0 0 21.5 19.5

Tepung full cream 0 0 21.5 21

Tepung skim 0 0 16.5 17

Minyak ikan 0 0 5 5

Premix 0 0 13 15

DCP 0 0 2 2.5

Tepung jangkrik 0 0 10 0

Tepung pupa* 0 0 0 10

(18)

4

Tabel 2 Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan %BK

Zat Makanan Perlakuan Rekomendasi FAO (2011) P1* P2* P3** P4**

P1= susu induknya (anak bersama induknya); P2= susu sapi segar; P3= milk replacer mengandung tepung jangkrik; P4= milk replacer mengandung tepung pupa; *Hasil analisis Laboratorium

Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan IPB (2015); **Hasil analisis Laboratorium Pusat

Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2015); BK untuk P3 dan P4 dikonversikan dengan rasio padatan : cairan (20:80).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, sedangkan analisis sampel darah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2014 hingga bulan Februari 2015.

Prosedur

Pembuatan Tepung Jangkrik dan Tepung Pupa

Limbah jangkrik didapatkan dari peternakan jangkrik yaitu indukan jangkrik yang sudah afkir dari Bekasi. Jangkrik yang didapat selanjutnya dijemur selama ±3 hari sampai beratnya konstan, kemudian jangkrik yang sudah kering dipisahkan antara kepala, kaki, sayap dan abdomennya, hal tersebut untuk mengurangi khitin pada bagian kepala, sayap dan kaki. Jangkrik yang sudah dipisahkan kemudian diblender hingga berbentuk tepung.

Limbah pupa didapatkan dari rumah sutera yaitu rumah produksi kain sutera dari daerah Ciapus. Pupa yang didapat selanjutnya dipisahkan dari kokonnya dan dijemur sinar matahari sampai beratnya konstan. Setelah kering pupa diblender hingga berbentuk tepung.

Pembuatan Milk Replacer

(19)

5

Pemeliharaan

Pemeliharaan anak domba dilakukan selama 2 bulan dengan penimbangan awal, akhir dan setiap satu minggu sekali untuk menentukan pemberian padatan didalam milk replacer. Pemberian pakan (konsentrat induk, Lakto A) diberikan pada pagi hari sejak anak umur 2 minggu. Jumlah konsumsi susu dan milk replacer di hitung setiap hari selama pemeliharaan, sedangkan konsumsi pakan tambahan di hitung berdasarkan selisih pemberian pakan dan sisa pakan yang tersisa pada keesokan harinya. (khusus pada perlakuan P2, P3 dan P4)

Pengukuran Respirasi

Pengambilan data fisiologis berupa respirasi dilakukan dengan mengamati kembang kempis pada daerah perut. Perlakuan tersebut dilakukan selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4 dan diulangi sebanyak dua kali, kemudian data yang diperoleh dirata-ratakan.

Pengukuran Denyut Jantung

Pengukuran denyut jantung pada domba dilakukan dengan meletakkan atau menempelkan stetoskop pada bagian dada sehingga terdengar detak jantungnya. Perlakuan tersebut dilakukan selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4 dan diulangi sebanyak dua kali, hasil yang diperoleh kemudian dirata-ratakan.

Pengukuran Suhu Rektal

Pengukuran temperatur rektal pada domba dilakukan dengan cara memasukan termometer digital kedalam rektal hingga sepertiga bagiannya. Layar termometer menunjukan L oC (mengindikasikan termometer siap digunakan untuk membaca suhu). L oC ini akan terhapus setelah suara dari sinyal alarm termometer tersebut berbunyi dan catat suhu yang tampil pada layar.

Suhu dan Kelembaban

Pencatatan suhu dan kelembaban udara lingkungan dilakukan pada waktu pagi hari pukul 07.30, siang hari pukul 12.00 dan sore hari pukul 16.30. Suhu dan Kelembaban dapat dilihat dengan menggunakan termohigrometer (suhu dan kelembaban).

Pengambilan Sampel

Sampel darah anak diambil pada akhir pengamatan (domba umur 2 bulan) untuk dianalisa hematologi antara lain butir darah merah, butir darah putih, hematokrit, hemoglobin, dan diferensiasi leukosit. Sampel darah diambil melalui vena jugularis pada bagian leher dengan memasukkan jarum syringe 5 ml, lalu menampung sampel darah dalam syringe kemudian dimasukkan ke dalam tabung ETDA yang sebagai antikoagulan.

Hemoglobin (g dL-1)

(20)

6

selama 3 menit hingga berubah menjadi warna cokelat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam hematin. Aquadest ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk. Ketika warna larutan sama dengan standar warna pada hemoglobinometer, maka aquadest berhenti ditambahkan. Kadar hemoglobin dilihat pada garis di tabung (pada kolom gram%) yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100mL darah.

Hematokrit (% Volume BDM)

Darah dimasukkan ke dalam tabung hematocrit, lalu dimasukkan ke dalam sentrifuge hingga batas 4/5 bagian tabung. Ujung pipa kapiler yang bertanda disumbat dengan crestaseal. Pipa-pipa kapiler diletakkan dalam sentrifuse dengan bagian yang tersumbat diletakkan menjauhi pusat alat dan disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 11500-15000 rpm. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur persentase volume sel darah merah menggunakan alat baca microcapillary hematocrit reader.

Eritrosit (106 mm-3) dan Leukosit (103 mm-3)

Penghitungan jumlah eritrosit dan leukosit dengan menggunakan metode menurut Sastradipraja dan Hartini (1989). Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator, lalu larutan pengencer hayem dihisap hingga tanda 101 dan untuk menghisap butir darah putih menggunakan pipet leukosit hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator, lalu larutan pengencer turk hingga tanda 11. Larutan dan darah dihomogenkan, setelah homogen diteteskan ke dalam counting chamber yang sudah ditutup dengan cover glass dan dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 45x10.

Eritrosit dihitung dalam counting chamber, digunakan kotak yang berjumlah 25 buah dengan mengambil satu kotak pojok kanan atas, pojok kiri atas, di tengah, pojok kanan bawah, pojok kiri bawah. Jumlah eritrosit yang dihitung dibawah mikroskop dikalikan 104. Leukosit dihitung dalam counting chamber yang berjumlah 16 kotak kecil, digunakan 4 kotak pada pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan bawah dan pojok kiri bawah. Jumlah leukosit keseluruhan yang dihitung dibawah mikroskop dikalikan 50. bagian ujung lain gelas objek pada kedua sudutmya (sebelah kiri) dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian pegang gelas objek lainnya dan letakkan bagian ujung depan gelas objek yang tadi (pertama), sehingga membentuk sudut 30o didepan setetes darah. Gerakkan gelas objek yang ditangan kanan kebelakang hingga menyinggung tetesan darah,sehingga daerah menyebar sepanjang sudut antara kedua gelas objek, kemudian didorong kedepan, maka terbentuk sedian apus tipis.

(21)

7

selama 30 menit, diangkat dan dicuci dengan menggunakan air kran yang mengalir untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan, kemudian dikeringkan dengan kertas isap. Preparat ulas diletakkan dibawah mikroskop pembesaran 100 kali dan ditambahkan minyak imersi untuk dilihat jenis-jenis leukosit dan kemudian dihitung limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan eosinofil secara zigzag sampai jumlah total 100 butir leukosit (Sastradirapradja dan Hartini 1989).

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan, berupa: P1= Susu induknya (anak bersama induknya)

P2= Susu sapi segar

P3= Milk replacer mengandung tepung jangkrik P4= Milk replacer mengandung tepung pupa

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang (nested design), waktu (pagi,siang,sore) tersarang pada perlakuan (P1, P2, P3 dan P4) untuk mengukur respon fisiologis dan Rancangan Acak Lengkap untuk mengukur hematologi anak domba (eritrosit, hemoglobin, leukosit, deferensiasi leukosit) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.

Model matematika yang digunakan berdasarkan Montgomery (2001):

Yijk = μ + Ai + Bj(i) + єijk

Keterangan:

Yijk : Pengamatan Faktor A taraf ke-i . Faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

μ : Rataan umum

Ai : Pengaruh perlakuan pakan (P1, P2, P3 dan P4) pada taraf ke-i

Bj(i) : Pengaruh waktu pengamatan (pagi, siang dan sore) pada taraf ke- j pada Ai

єijk : Pengaruh galat dari pengaruh status faal ke-j tersarang pada perlakuan pakan ke-i ulangan ke-k

Model matematika dari rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap mengikuti model matematika Steel dan Torrie (1993) sebagai berikut :

Yij = µ + τi+ εij

Keterangan :

Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : Rataan umum

τi : Efek perlakuan ke-i

(22)

8

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji Duncan Steel dan Torrie (1993). Program yang digunakan adalah Ms.Excel 2013 dan SPSS 16.0.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah respon fisiologis yang meliputi denyut jantung (kali menit-1), respirasi (kali menit-1), dan suhu rektal (oC). Selain itu hematologi anak domba yang meliputi eritrosit (106 mm-3), hematokrit (PCV/ Packed Cell volume) (%), hemoglobin(% dL-1), leukosit (103

mm-3), dan diferensiasi leukosit (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Rataan suhu dalam dan kelembaban selama penelitian adalah 26.1±2.00oC

dan 86.9±9.35%. Data suhu dan kelembaban lingkungan penelitian pada pagi, siang dan sore hari selama penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan suhu dan kelembaban dalam kandang selama penelitian

Pengamatan

Rataan 23.83±0.34 97.22±2.97 27.62±1.39 78.95±9.44 26.83±0.92 84.62±8.99

(23)

9

Respon fisiologis adalah pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisiolgis hewan. Rangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien 2007). Status fisiologis yang diamati pada penelitian ini adalah denyut jantung, respirasi dan suhu rektal anak domba.

Respon Fisiologis Anak Domba Pra Sapih yang diberi Milk Replacer

Data respon fisiologis anak domba disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa anak yang menyusu pada induk, yang diberi susu sapi dan milk replacer yang mengandung tepung jangkrik dan tepung pupa tidak berbeda nyata nilai denyut jantung, respirasi dan suhu rektal.

Tabel 4 Respon fisiologis anak domba pra sapih yang diberi milk replacer

Parameter Perlakuan Waktu Normal

Pagi Siang Sore

Denyut Jantung (kali menit-1)

P1 115.89±6.45 125.67±1.86 120.67±2.67

60-120*

P2 123.33±3.06 125.22±3.40 125.67±5.78

P3 120.78±1.39 127.22±3.66 122.44±6.81

P4 116.56±1.95 126.67±5.94 118.67±7.86

Rataan 119.14±3.54 126.19±0.91 121.86±2.97

Respirasi (kali

Rataan 30.36±0.60 31.54±0.88 31.28±1.00

Suhu Rektal (°C)

Rataan 38.93±0.11 39.01±0.06 39.09±0.17

P1= susu induknya (anak bersama induknya); P2= susu sapi segar; P3= milk replacer mengandung tepung jangkrik; P4= milk replacer mengandung tepung pupa *Nilai normal berdasarkan Frandson (1992)

Hasil denyut jantung terjadi peningkatan pada siang hari dibandingkan pagi hari dan sore hari yang disebabkan suhu lingkungan yang tinggi (27.61°C) sedangkan panas metabolisme yang tinggi disebabkan oleh kegiatan proses pencernaan dan metabolisme pakan yang mengandung protein dan lemak tinggi, sehingga anak domba mempertahankan homeostasis dengan mempercepat laju respirasi dan denyut jantung.

Denyut Jantung Anak Domba

(24)

10

(1992) berkisar antara 60-120 kali menit-1. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan

bahwa peningkatan denyut jantung merupakan respon dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin. Pada peneliian ini denyut jantung cenderung pada nilai ambang yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kelembaban lingkungan yang tinggi sehingga mengakibatkan desipasi panas tubuh yang kurang lancar maka denyut jantung berusaha memompa darah untuk meratakan panas tubuh. Menurut Adisuwirdjo (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu: (1) suhu tubuh, semakin tinggi suhu maka frekuensi jantung juga semakin besar; (2) berat badan, semakin berat tinggi maka frekuensi jantung juga semakin besar dan (3) umur muda memiliki frekuensi jantung yang lebih cepat.

Respirasi Anak Domba

Laju respirasi merupakan rangkaian proses pertukaran O2 dan CO2 dalam

tubuh (Subronto 1985). Rataan respirasi anak domba pada penelitian ini masih dalam kisaran normal yaitu 30.44 sampai 31.72 kali menit-1 seperti yang tercantum pada Tabel 4. Astuti et al. (2008) menyatakan bahwa respirasi anak domba yang dipelihara di Hutan Tropis Gunung Walat berkisar 29.75 kali menit-1.

Rata-rata respirasi domba normal menurut Frandson (1992) yaitu berkisar antara 15-40 hembusan menit-1. Awabien (2007) melaporkan serangkaian proses fisiologis akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen. Laju respirasi yang tinggi merupakan salah satu mekanisme pelepasan beban panas yang diproduksi tubuh dengan proses evaporasi (Yousef 1985). Panas tubuh dapat berasal dari panas metabolisme dan lingkungan. Pada kondisi kelembaban lingkungan yang tinggi (86.90%rel) maka frekuensi respirasi akan cenderung meningkat, dalam upaya untuk mengeluarkan panas tubuh.

Suhu Rektal Anak Domba

Rataan suhu rektal anak domba masih dalam kisaran normal yaitu 39.01 oC sampai 39.27 oC seperti yang tercantum pada Tabel 4. Astuti et al. (2008)

menyatakan bahwa suhu rektal anak domba yang dipelihara di Hutan Tropis Gunung Walat berkisar 38.85 oC, sedangkan Frandson (1992) menyatakan suhu rektal normal domba yaitu 38-39 °C. McDowell dan Ward (1972) menyatakan bahwa keadaan lingkungan yang kurang nyaman akibat suhu dan kelembaban tinggi juga menyebabkan domba mengurangi konsumsi makan dan meningkatkan konsumsi air minum. Pelepasan panas tubuh dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Panas tubuh ini dilepaskan secara konveksi, radiasi, konduksi dan evaporasi. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang. Tingkat cekaman yang terjadi dipengaruhi oleh insulasi bulu, kecepatan angin, kelembaban udara, umur ternak dan makanan. Suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan evaporasi lambat sehingga pelepasan panas tubuh terhambat. Suhu rektal rataan pada kondisi ambang batas atas, hal ini sejalan dengan frekuensi respirasi dan data denyut jantung yang tinggi dalam upaya pengeluaran panas tubuh.

(25)

11

tepung pupa dalam milk replacer tidak berpengaruh negatif terhadap respon fisiologis anak domba.

Hematologi Anak Domba Pra Sapih yang diberi Milk Replacer

Berdasarkan hasil uji statistik semua parameter hematologi menunjukkan tidak ada pengaruh nyata dari efek perbedaaan perlakuan kecuali leukosit. Data hematologi anak domba disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hematologi anak domba prasapih yang diberi milk replacer

Perlakuan Hemoglobin

P1 11.63±0.90 28.67±2.08 7.54±1.48 12.73±1.95ab

P2 10.27±0.70 28.67±2.52 7.55±1.19 12.92±1.83ab

P3 9.87±0.31 27.83±2.57 7.37±1.33 15.27±1.00a

kolom yang sama dan diikuti huruf berbeda (a, b, c) menunjukan berbeda nyata (P<0.05).

Hemoglobin

(26)

12

Hematokrit

Hasil penelitian nilai hematokrit berkisar 27.25% sampai 28.67 % seperti yang tercantum pada Tabel 5. Hasil tersebut menunjukkan hematokrit masih dalam kisaran normal namun pada batas rendah. Hal ini sejalan dengan data hemoglobin. Kadar hematokrit pada anak domba berkisar 27% sampai 45% (Weiss dan Wardrop 2010). Rendahnya hematokrit disebabkan oleh konsumsi air minum yang rendah. Hematokrit merupakan indikasi dari proporsi sel dan cairan di dalam darah. Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragi, kerusakan sumsum tulang, kerusakan darah merah, malnutrisi, myloma, rheumatoid dan athritis. Namun pada penelitian Wajuanna (2013) yang meneliti gambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan menyatakan nilai hematokrit darah domba adalah 23.09%-28.20%. Nilai hematokrit memperlihatkan secara langsung viskositas darah dan secara tidak langsung jumlah sel darah merah (Frandson 1992). Secara fisiologis, nilai hematokrit pada anak domba yang berumur satu hari akan selalu lebih rendah dengan kondisi ketika dewasa. Hal tersebut dikarenakan nilai hematokrit menggambarkan perbandingan jumlah sel darah merah dengan kompenen darah lain dalam volume tertentu. Pada hewan yang baru lahir, sel darah merah hanya diproduksi di sumsum tulang, sedangkan pada hewan dewasa diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk, dan ilium (Guyton dan Hall 1997).

Eritrosit

Jumlah eritrosit anak domba berkisar 7.23 sampai 7.55 x 106 mm -3 seperti

yang tercantum pada Tabel 5. Hasil tersebut menunjukkan nilai eritrosit cukup rendah dibandingkan dengan nilai normalnya menurut Weiss dan Wardrop (2010) menyatakan bahwa nilai eritrosit anak domba yaitu 9-14 x 106 mm-3. Jumlah eritrosit yang rendah pada penelitian, dikarenakan ternak mengkonsumsi protein yang rendah. Guyton dan Hall (1997) menyatakan ternak yang baru lahir memproduksi sel darah merah di sumsum tulang, sedangkan pada hewan dewasa diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk, dan ilium.

Leukosit

(27)

13

tepung jangkrik sebesar 4.67 g ekor-1hari-1lebih besar dibandingkan yang diberi

tepung pupa 0.91 g ekor-1hari-1. Purwaningsih (2012) menyatakan asam amino

lisin yang berfungsi sebagai antibodi. Keseluruhan hasil leukosit menunjukkan peningkatan sistem imun didalam tubuh pada setiap perlakuan.

Pengaruh Milk Replacer terhadap Deferensiasi Leukosit Anak Domba

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suplementasi jangkrik dan pupa dalam milk replacer tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai diferensiasi leukosit anak domba. Deferensiasi leukosit anak domba penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Deferensiasi leukosit anak domba pra sapih yang diberi milk replacer

Perlakuan Deferensiasi Leukosit

Limfosit (%) Monosit (%) Neutrofil (%) Eosinofil (%) Basofil (%)

P1 49.36±11.14 3.48±2.82 43.04±13.12 2.47±1.36 1.49±0.88

P2 60.35±3.52 3.27±1.48 29.17±4.31 4.57±2.26 2.63±1.18

Rataan limfosit anak domba pada penelitian berkisar 49.36% sampai 60.35% seperti yang tercantum pada Tabel 6. Hasil tersebut menunjukkan limfosit masih dalam kisaran normal. Jumlah limfosit pada domba berkisar antara 40%-75% (Schalm 1975). Limfosit merupakan sel darah putih yang mempunyai fungsi utama sebagai responnya terhadap antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersikulasi dalam darah atau dalam pengembangan imunitas (kekebalan) seluler (Frandson 1992).

Monosit

Rataan monosit anak domba pada penelitian berkisar 2.37% sampai 6.67% seperti yang tercantum pada Tabel 6. Hasil tersebut menunjukkan monosit masih dalam kisaran normal. Schalm (1975) menyatakan jumlah monosit pada domba berkisar antara 0%-6%. Monosit merupakan sistem pertahanan pertama dalam tubuh bersama neutrofil. Monosit dapat berubah menjadi makrofag jika masuk ke jaringan (Zukesti 2003). Fungsi utama makrofag adalah membatasi replikasi mikroorganisme intraseluler (Weiss dan Souza 2010).

Neutrofil

(28)

14

persen neutrofil yang lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan kandungan susu domba memiliki protein 24.50%, lemak 40.55%. Protein merupakan salah satu nutrien pembentuk antibodi (immunoglobulin), sehingga persen neutrofil yang tinggi diduga disebabkan oleh immunoglobulin yang tinggi dalam susu induk. Antibodi merupakan molekul glikoprotein yang bersirkulasi dalam darah, berperan didalam pencegahan dan pengobatan suatu penyakit karena dapat bereaksi dengan antigen yang merangsang pembentukannya (Tizard 1998).

Neutrofil merupakan sel leukosit yang pertama berespons terhadap adanya benda asing yang masuk. Cara kerja neutrofil dalam memberikan respon imun adalah dengan menggunakan enzim lisosom yang dapat mencerna beberapa dinding sel bakteri,enzim proteolitik, ribonuklease, dan fosfolipase secara bersama yang dapat menghancurkan beberapa bakteri (Tizard 1988).

Eosinofil

Rataan eosinofil anak domba pada penelitian 2.47% sampai 5.33% seperti yang tercantum pada Tabel 6. Hasil tersebut menunjukkan eosinofil masih dalam kiasaran normal. Schalm (1975) menyatakan jumlah eosinofil domba berkisar antara 0%-10%. Eosinofil merupakan fagosit yang lemah dan menunjukkan kemotaksis. Secara umum fungsi eosinofil dalam sistem pertahanan tidak sebanyak neutrofil. Eosinofil akan diproduksi dalam jumlah besar jika terjadi infeksi parasit (Guyton dan Hall 1997).

Basofil

Rataan basofil anak domba pada penelitian 1.49% sampai 2.68% seperti yang tercantum pada Tabel 6. Hasil tersebut menunjukkan basofil masih dalam kisaran normal. Menurut Schalm (1975) jumlah basofil domba berkisar antara 0%-3%. Basofil merupakan leukosit granulosit dengan jumlah yang paling sedikit pada mamalia domestik, yaitu sekitar 5% dari total leukosit dalam kondisi sehat. Basofil bersirkulasi secara singkat (sekitar 6 jam) dalam pembuluh darah perifer tetapi dapat hidup sampai 2 minggu dalam jaringan. Basofil masuk ke jaringan saat terjadi respons imun atau peradangan (Pohlman 2010). Peningkatan persentase basofil dalam darah akan melancarkan peredaran darah dan mencegah dari penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan darah. Menurut Guyton (1996) basofil memproduksi heparin yang merupakan suatu bahan yang dapat mencegah koagulasi darah dan mempercepat perpindahan partikel darah.

(29)

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tepung jangkrik dan tepung pupa dapat digunakan dalam milk replacer sebagai sumber protein tanpa pengaruh negatif terhadap respon fisiologis dan gambaran hematologinya.

Saran

Perlu ditindak lanjuti penelitian penggunaan tepung jangkrik untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap kekebalan hubungan domba pra-sapih dan lepas sapih lebih mendalam (kadar IgG & albumin) serta penambahan asam amino glisina untuk meningkatkan kadar hemoglobin anak domba prasapih.

DAFTAR PUSTAKA

[ARC] Agriculture Research Council. 1980. The Nutrient Requirments of Ruminant Livestock. (GB): Commonwealth Agriculture Bureaux.

[FAO] Food and Agricultural Organization of United Nation. 2011. Rearing young ruminants on milk replacers and starter feeds. FAO Animal Production and Health Manual no. 13 [diunduh 19 Mei 2015]. Tersedia pada:http://www.deltasearch.com/?affID=119529&tt=gc_190513_lnkry&ba bsrc=NT_ss&mntrId =E21D2CD05A4138B8.

Adiati U, Subandriyo. 2007. Produktivitas domba garut pada stasiun percobaan Cilebut Bogor. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID): BALITNAK. hlm 436-440.

Adisuwirdjo D. 2001. Buku Ajar Dasar Fisiologi Ternak. Purwokerto (ID): Unsoed Pr.

Astuti DA, Ekastuti DR, Sugiarti Y, Marwah. 2008. Profil darah dan nilai hematologi domba lokal yang dipelihara di hutan pendidikan gunung walat sukabumi. Agripet: 2(8): hlm 1-8.

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Brandono P, Rassu SPG, Lanzu A. 2004. Dairy Sheep Nutrion: Feeding Dairy Lambs. Wallington (US): CABI Pub.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-3. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Guyton AC, Hall EJ. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Irawati, (penerjemah). Jakarta (ID): EGC.

(30)

16

Jamal R. 2000. Optimalisasi manajemen pemeliharaan jangkrik lokal (Gryllus bimaculatus de geex) pada masa produksi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kartasudjana R 2001. Teknik Kesehatan Ternak. Jakarta (ID). Departemen Pendidikan Nasional.

Leovansa WA. Pemberian cassabio dalam konsentrat terhadap status fisiologi, profil hematologi dan urea darah domba ekor gemuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Linsemaiser W. 1972. Insect of the Word. Mc. New York (US): GrawHill Book Company.

Mansy F. 2002. Performa jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) yang diberi kombinasi konsentrat dengan daun sawi dan daun singkong selama masa pertumbuhan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

McDowell RE, Ward AW. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climates. San Fransisco (US): W.E. Freeman and Company.

Montgomery DC. 2001. Design and Analysis of Experiment. 5th Ed. Washington (US): Prentice Hall.

Novianti J. 2003. Komposisi kimia tepung berbagai tingkat umur jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) pada suhu pengeringan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pohlman LM. 2010. Basophils, mast cells, and their disorders. Di dalam: Veterinary Hematology 6th Ed. Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Iowa (US): Blackwell. hlm 290-297.

Purwaningsih S. 2012. Aktivitas antioksidan dan komposisi kimia keong matah merah (Cerlthdea obusta). J Ilmu Kelau. 17(1): hlm 39-48.

Putri A. 2015. Suplementasi tepung pupa dan tepung jangkrik dalam milk replacer terhadap performa anak domba prasapih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rao PU. 1994. Chemical composition and nutritional evaluation of spent silk worm pupae. J Agric Food Chem. 42: hlm 2201-2203.

Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Schalm OW, Jain NC, Carroll EJ. 1975. Veterinary Hematology. Edisi ke-3. Philadelphia (US): Lea dan Febiger.

Singhal BK 2001. Sericultural by-products for various valuable commercial products as emerging bio science industry. Sericologia. 41(3): hlm 369-391.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.

Steel RG, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. B. Sumantri (penerjemah). Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak. Jilid II. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Tiesnamurti B, Inounu I, Subandriyo. 2002. Kapasitas produksi susu domba peridi : I. Pertumbuhan anak prasapih. JITV. 7 : hlm 227-236.

Tizard IR. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga University.

(31)

17

Wajuanna AN. 2013. Gambaran darah merah anak domba yang dilahirkan oleh induk domba yang disuperovulasi sebelum perkawinan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wardhana AH, Kencanawati E, Nurmawati, Rahmaweni, Jatmiko CB. 2001. Pengaruh pemberian sediaan patikaan kebo (Euphorbia Hirta L) terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit pada ayam yang diinfeksi dengan Eimeria tenella. JITV. 6(2): hlm 126-133.

Weiss DJ, Souza CD. 2010. Monocytes and macrophages and their disorders. Di dalam: Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Schalm’s Veterinary Hematology Sixth Edition. Iowa (US): Blackwell Publishing Ltd. 298-306.

Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. State Avenue (US): Blackwell Pub.

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Med Pet. 29(1): hlm 35-46.

Yelmida A, Sulistyati P, Yusnimar. 2010. Analisa kimia jangkrik kalung (Grillus testaceus) sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Riau (ID): Universitas Riau Pr.

Yousef MK. 1985. Stress Physiology in Livestock. Edisi ke-1. Florida (US): CRC Pr.

(32)

18

Lampiran 1 Hasil analisis ragam respon fisiologis (denyut jantung)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 35 1037.74 29.65

Pakan 3 112.82 37.61 1.69 3.01 4.72 TS Pakan*Waktu 8 390.47 48.81 2.19 2.36 3.36 TS

Galat 24 534.44 22.27

SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrat, KT: kuadrat tengah, TS: tidak signifikan, *: signifikan

Lampiran 2 Hasil analisis ragam respon fisiologis (respirasi)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 35 76.45 2.18

Pakan 3 10.82 3.61 1.79 3.01 4.72 TS Pakan*Waktu 8 17.50 2.19 1.09 2.36 3.36 TS

Galat 24 48.13 2.01

Lampiran 3 Hasil analisis ragam respon fisiologis (suhu rektal)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 35 1.10 0.03

Pakan 3 0.32 0.11 4.78 3.01 4.72 TS Pakan*Waktu 8 0.23 0.03 1.26 2.36 3.36 TS

Galat 24 0.54 0.02

Lampiran 4 Hasil analisis ragam hematologi anak domba (hemoglobin)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 12.44 1.13 1.43

Perlakuan 3 6.12 2.04 2.58 4.07 7.59 TS Galat 8 6.33 0.79

Lampiran 5 Hasil analisis ragam hematologi anak domba (hematokrit)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 787.17 71.56 1.04

Perlakuan 3 236.50 78.83 1.15 4.07 7.59 TS Galat 8 550.67 68.83

Lampiran 6 Hasil analisis ragam hematologi anak domba (eritrosit)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 26.27 2.39 0.73

(33)

19

Lampiran 7 Hasil analisis ragam hematologi anak domba (leukosit)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 51.79 4.71 2.31

Perlakuan 3 35.47 11.82 5.79 4.07 7.59 * Galat 8 16.32 2.04

Lampiran 8 Hasil uji lanjut duncan leukosit anak domba

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

4.00 2 9.8500

1.00 3 12.7333 12.7333 2.00 3 12.9167 12.9167

3.00 3 15.2667

Sig. 0.061 0.108

Lampiran 9 Hasil analisis ragam deferensiasi leukosit anak domba (limfosit) SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 780.32 70.94 1.20

Perlakuan 3 306.47 102.16 1.72 4.07 7.59 TS Galat 8 473.85 59.23

Lampiran 10 Hasil analisis ragam deferensiasi leukosit anak domba (monosit) SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 65.46 5.95 1.42

Perlakuan 3 31.89 10.63 2.53 4.07 7.59 TS Galat 8 33.57 4.20

Lampiran 11 Hasil analisis ragam deferensiasi leukosit anak domba (neutrofil) SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 792.41 72.04 1.26

Perlakuan 3 336.29 112.10 1.97 4.07 7.59 TS Galat 8 456.12 57.01

Lampiran 12 Hasil analisis ragam deferensiasi leukosit anak domba (eosinofil) SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 32.43 2.95 1.26

Perlakuan 3 13.64 4.55 1.94 4.07 7.59 TS Galat 8 18.79 2.35

Lampiran 13 Hasil analisis ragam deferensiasi leukosit anak domba (basofil)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01 Ket Total 11 10.73 0.98 1.02

(34)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1993 di kota Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dudy Suhardi dan Ibu Enung Rohani. Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SMPN 16 Bogor pada tahun 2005-2006, SMPN 6 Bogor pada tahun 2006-2008 dan SMA Plus BBS pada tahun 2008-2011. Penulis lalu diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan tahun 2012 diterima masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama kuliah, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai anggota Departemen SOSKEMAH BEM FAPET 2013 dan Ketua Departemen ADKESMAH BEM FAPET 2014. Serta aktif mengikuti organisasi Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) Voli IPB periode 2011-2012. Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian pada tahun 2012, dengan judul “Produksi Telur Puyuh Kaya Omega-3 yang Rendah Kolesterol dan Kaya Vitamin A menggunakan Tepung Ganyong sebagai Sumber Energi dengan Suplementasi Indigofera Sp sebagai Sumber Protein Lokal” dan berhasil didanai Dikti. Selain itu, penulis aktif di beberapa kegiatan kepanitian, seperti DEKAN CUP 2013, Ketua Pelaksana Fapet Goes To Village (FTV) 2013 dan Panitia Masa Pengenalan Fakultas 2013 dan 2015. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di KPSBU, Lembang pada tahun 2014. Penulis juga menjadi asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis pada semester 8 Tahun Ajaran 2014/2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan biaya untuk menyelesaikan tugas akhir (2015). Penulis juga ucapkan terima kasih yang teramat besar kepada Dr Ir Lilis Khotijah, M.Si selaku pembimbing akademik, pembimbing anggota yang telah membimbing dan menasehati selama menjadi mahasiswa hingga menyelesaikan tugas akhir saya serta Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku pembimbing utama skripsi atas kesabaran, bimbingan, dukungan, motivasi yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada Dr Ir Asep Sudarman, MRur Sc selaku dosen pembahas dan Dilla Farestia, S.Pt, M.Sc selaku panitia seminar pada tanggal 23 Juni 2015. Terima kasih kepada Ir Dwi Margi, MS dan Dr Jakaria, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji serta Dr Ir Widya Hermana M.Si selaku dosen panitia sidang pada tanggal 14 September 2015 atas saran dan masukan yang diberikan.

(35)

21

kesediaannya memberikan limbah pupa yang bertempat di Cisaat, Sukabumi. serta kepada Bu Neneng dari Rumah Sutera, Ciapus, Bogor Selatan, yang telah memberikan banyak limbah pupa untuk penelitian ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sejauh ini. Terima kasih juga kepada Jefri PA, Iip S, Andi R, Nurlailatul Y, Fika IA, Anggita P atas kebersamaan dan kerjasamanya di kandang. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Lukman M, Halwan AA, Lily AA, Raden NH, Yuli P, Desty N, Gresy ET, Idah S, Neni N, Ferian A, Nurrul SA, Muthi A, Eka J, Ka Any, Ka Aco, “AK 12” (ulat tepung) yang membantu, menemani dan memotivasi serta teman teman DESOLATOR 48 yang tidak dapat sebutkan satu per satu. Penulis ucapkan terima kasih kepada Kang Edi, Kang Asep, Kang Sugih (petugas kandang). Terakhir penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Gambar

Tabel 2  Kandungan zat makanan milk replacer berdasarkan %BK
Tabel 3  Rataan suhu dan kelembaban dalam kandang selama penelitian
Tabel 4  Respon fisiologis anak domba pra sapih yang diberi milk replacer
Tabel 5  Hematologi anak domba prasapih yang diberi milk replacer
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat kedua pada kalimat ini termasuk kode hermeneutik atau kode teka - teki karena dalam kalimat kemudian kau hancurkan yang artinya dapat menghancurkan

Pada kantor Kecamatan Gunungpati Kota Semarang mewajibkan untuk melaksanakan apel pagi dan siang, apel dilaksanakan setiap pagi pukul 07.00 dan 13.30 setelah apel wajib mengisi

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER ET CAUSA TENDINITIS DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN

Melihat potensi yang ada pada Kelompok Tani Minang Setia, pembuatan pupuk organik (pupuk kandang dan kompos) merupakan hal yang sangat mendesak, maka

Didalam penulisan ini terlampir gambar Rangkaian Pengatur Lampu Lalu Lintas Dua Arah untuk memudahkan serta memahami cara kerja rangkaian ini. Juga disertai dengan analisa

Penurunan cemaran Salmonella dengan menggunakan antibiotik dilarang karena menyebabkan efek negatif terhadap konsumen.Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran

[r]

Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 yaitu semakin tebal pelat penyerap dan semakin rapat jarak pipa semakin besar efisiensi sirip dari