SKRIPSI
Disusun Oleh :
NOVI DWI JAYANTI
NPM: 0643010274
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
(Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ”Perdamaian” Oleh Band GIGI)
Disusun Oleh :
NOVI DWI JAYANTI NPM : 063010274
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi Menyetujui,
Pembimbing Utama
IR. Didiek Tranggono,MSi NIP.19581225 19900 1001
Mengetahui DEKAN
Dra.Ec.Hj.Suparwati,MSi
Puji syukur penulis tujukan kepada ALLAH SWT. Karena karunia-Nya,
maka penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Representasi Cinta
Damai Dalam Lirik Lagu ( Studi Semiologi Representasi Cinta Damai dalam
Lirik Lagu Perdamaian Oleh Band GIGI ).
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak – pihak yang telah
membantu selama menyusun penulisan Skripsi ini, antara lain :
1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karunia-Nya, sehingga penulis
mendapatkan kemudahan selama mengerjakan skripsi.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ” veteran ” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S. Sos, MSi, Ketua program studi Ilmu komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ” Veteran ” Jatim.
4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ” Veteran ” Jatim.
5. Bapak. Ir. Didiek Tranggono M.Si. Terima kasih atas bimbingannya dan mau
meluangkan waktunya walaupun sibuk,, maaf ya pak .
6. Dosen – dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan ibuku, terima kasih atas doa dan semangatnya, walaupun kita
menyelesaikan skripsi ini, buat kakak iparqu terimakasih atas bantuannya.
9. Buat keponakanqu yang lucu ma kriwul, tetaplah menjadi keponakan tante
yang lucu...
10. Buat mas – mas yang tugas diperpustakaan terimakasih ya, udah boleh
minjam bukunya.
11. Teman – teman KKN dimana saja saat ini berada.
12. Buat cha-cha temenqu terima kasih sudah mau membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman – teman di Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 2010
Penulis
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……… ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8
2.1.1 Musik dan Lirik Lagu ... 8
2.1.2 Lirik Lagu ... 9
2.1.3 Arti Cinta Damai ... 11
2.1.4 Representasi ... 13
2.1.7 Kode Pembacaan ... 23
2.2 Kerangka Berfikir ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 28
3.1.1 Analisis Semiotik ... 29
3.1.2 Unit Analisis ... 30
3.1.3 Korpus Penelitian ... 30
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.3 Metode Analis ... 32
3.4 Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Umum Obyek Penelitian ... 34
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ………. 37
4.2.1 Penyajian Data ……… 37
4.2.2 Pemaknaan Lirik Lagu Perdamaian ………. 39
4.3 Analisis dan Interpretasi Data ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA... 56
Gambar 2.1 Peta Tanda Rolad Barthes ………. 19
Gambar 2.2 Dua Tatanan Petandaan Barthes ... 22
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ... 27
NOVI DWI JAYANTI, REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU “PERDAMAIAN “OLEH BAND GIGI
(Studi Semiologi Representasi Cinta Damai Dalam Lirik Lagu Perdamaian Oleh BAND GIGI)
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
lirik lagu ”perdamaian” pada album Raihlah Kemenangan oleh Band GiGi.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah lagu dan juga
lirik lagu, arti dari cinta itu sendiri, dan juga mitos agar cara berpikir para masyarakat
mengalami kemajuan. Pemaknaan terhadap lirik lagu ini menggunakan metode Semiologi
Roland Barthes yaitu, pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan juga konotasi
dalam pengertian secara umum serta denotasi dan juga konotasi yang dimengerti oleh
Barthes. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi
merupakan tingkat kedua.
Dari data yang dianalisis menyimpulkan bahwa lirik lagu ”perdamaian” adalah suatu
hal yang harus dipelajari sehingga tidak ada lagi kata perperangan yang ada hanya kata
damai. Sebagaimana telah dijelaskan melalui denotasi dan konotasi.
Makna dari keseluruhan bait lagu perdamaian yang diarasement oleh Band GIGI adalah
suatu rasa cinta damai dan dalam benak mereka mengapa harus ada perperangan lagi,
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda -
tanda adalah basis dari seluruh komunikasi ?( Littlejohn dalam Sobur, 2004 :
15 ). Manusia dengan perantaraan tanda - tanda, dapat melakukan
komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan
didunia ini, termasuk juga melalui sebuah media dalam menyampaikan
pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.
Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara
banyak hasil budaya yang lain, dikatakan menarik karena musik memegang
peranan yang sangat banyak diberbagai bidang. Seperti jika dilihat dari
psikologinya, musik kerap menjadi sarana kebutuhan manusia dalam hasrat
akan seni dan bereaksi. Dari segi sosial musik dapat sebagai cermin tatanan
sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Musik
dapat dikatakan sebagai bahasa yang universal, dapat juga diartikan sebagai
media ekspresi masyarakat, baik itu kalangan bawah hingga lapisan yang
paling atas. Tanpa disadari musik juga mempengaruhi kehidupan sosial
didalam kehidupan masyarakat, sehingga musik banyak tercipta dari tema
yang cukup beraneka ragam mulai dari masalah percintaan, kehidupan sehari
- hari, seni budaya, agama, olahraga, mode maupun sebagai alat kontrol
diartikan sebagai ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi -
bunyian atas suatu suara. Ungkapan yang dikeluarkan melalui suara manusia
disebut dengan vokal sedangkan ungkapan yang dikeluarkan melalui bunyi
alat musik disebut instrumental (Subagyo, 2006: 4 ).
Musik dalam sebuah lagu adalah sebuah lirik yang diberikan
instrumental akor dan melodi, meskipun terlihat sederhana, namun proses
pembuatan sebuah lagu dibutuhkan keahlian menulis lirik lagu hingga
keahlian dalam berimajinasi menciptakan sebuah ide, meskipun dalam
prakteknya lirik tersebut berdasarkan pengalaman pribadi atau keadaan sosial
didalam berkehidupan masyarakat. Lirik lagu merupakan sebuah komunikasi
verbal yang memiliki sebuah makna pesan didalamnya. Sebuah lirik lagu
bila tepat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata
atau peristiwa, juga secara individu maupun memikat perhatian. Kekuatan
lirik lagu adalah unsur yang sama penting bagi keberhasilan bermusik,
sebab pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu ternyata tidak berasal luar
diri pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber
pada pola pikir serta kerangka acuan ( frame of reference ) dan pengalaman (
field of experince) sebagai hasil integrasi dengan lingkungan sosial di
sekitarnya. Lirik lagu mugkin juga menjadi sebuah sistem untuk mengukur
tingkat kebutuhan masyarakat.
Musik merupakan satu kesatuan dari nada, lirik, bahkan visual ( video
klip ) yang diciptakan berdasarkan perasaan pencipta musik tersebut yang
adalah emosi yang dibangkitkan dalam diri pendengar, jadi apabila seseorang
menangkap sebuah musik yang berupa ungkapan yang diubah menjadi
sebuah nada dan lirik maka pendengar tersebut akan ikut merasakan
ungkapan terhadap perasaan - perasaan tersebut. Langer berpendapat bahwa
musik merupakan ekspresi perasaan, bentuk simbolik yang spesifikasinya dapat
dirasakan, tetapi tidak dapat didefisinikan karena ia hanya bersifat implicit,
tetapi secara konvensional tidak tetap.
Dapat dikatakan musik yang didalamnya terdapat lirik sebuah lagu
adalah sebuah proses komunikasi, hal ini seperti diungkapkan Tubbs and
Moss dalam human Communication : Proses komunikasi itu sebenarnya
mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf ke sistem saraf orang lain,
dengan maksud untuk menghasilkan semua makna yang sama dalam benak
pengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata - kata yang
merupakan unsur dari bahasa dan kata - kata, sudah jelas merupakan
sebuah simbol.
Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang
dikemukakan oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu
mempunyai empat fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi
sosial, budaya ekspresif, komunikasi ritual, dan instrumental yang saling tak
meniadakan ( mutually exclusive ) ( Mulyana, 2005: 5-30 ). Fungsi komunikasi
sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
sangat penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan
memupuk hubungan dengan orang lain ( Mulyana, 2005: 5 ).
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif
yang dapat dilakukan baik sendirian maupun kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak efektif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan - perasaan ( emosi ). Perasaan tersebut
dikomunikasikan melalui pesan - pesan non verbal. Harus diakui musik
juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan
hidup ( Mulyana, 2005; 51 ).
Setiap kata mengandung makna, makna itu sudah ada yang jelas,
tetapi juga ada maknanya yang kabur. Setiap kata dapat saja mengandung
lebih dari satu makna. Dapat saja sebuah kata mengacu pada sesuatu yang
berbeda sesuai dengan lingkungan pemakainya. Hubungan makna tampak pula
jika dirangkaikan satu dengan yang lain sehingga akan terlihat makna dalam
pemakaian bahasa. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan karena
mempunyai banyak makna, sehingga musik tidak hanya bunyi suara belaka.
Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik perilaku
dan tindakan manusia terdapat pikiran dan perkembangan diri dipengaruhi
oleh musik. Pemakaian bahasa pada sebuah karya seni berbeda dengan
penggunaan bahasa sehari - hari atau dalam kegiatan lain. Musik berkaitan
erat dengan seeting sosial terhadap masyarakat tempat dia berada, sehingga
Musik juga dapat digunakan sebagai media penyampaian suatu pesan
kepada masyarakat. Pesan yang disampaikan berbagai macam, mulai pesan
yang hanya bertujuan memperlihatkan akan sesuatu hal sampai mengajak
melakukan sesuatu. Salah satu contoh pesan yang disampaikan adalah
pentingnya rasa Cinta Damai khususnya terhadap bangsanya sendiri.
Cinta Damai disini merupakan satu paham yang melakukan apapun
dengan tulus dan ikhlas, menghormati pendapat orang lain tidak melakukan
tindakan yang melanggar hukum. Jika ada suatu permasalahan diselesaikan
dengan musyawarah dan kepala dingin juga tidak dengan emosi, dengan jalan
itulah kita akan menemui titik terang dalam suatu masalah. Dari sinilah
cikal bakal tumbuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu
rendah. Ikatan inipun tampak pula di dalam dunia ini sangat mempunyai
pengaruh yang sangat besar.. Namun, bila suasananya aman dari serangan
musuh dan musuh tersebut terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
(http.//WWW.cintadamai@yahoo.com)
Dalam lagu ini para generasi muda bangsa kita sudah kekurangan
akan nilai rasa cinta damai terhadap bangsanya, mereka sibuk mencari data -
data sendiri dan asyik dengan budaya yang ada diluar sehingga melupakan
akan bangsanya. Hanya sedikit saja generasi yang peduli dengan rasa cinta
damai terhadap bangsanya sebagai contoh band coklat, mereka merupakan
salah satu band yang ada di indonesia yang berani mengangkat tema rasa
cinta damai terhadap bangsanya, selain itu juga ada Band GIGI yang
KEMENANGAN yang berjudul ” perdamaian ”. Band GIGI juga mengajak
generasi muda untuk memiliki rasa cinta damai yang besar, dan jangan ada
kata perperangan yang ada kata cinta damai PEACE AND LOVE.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan semiologi
Roland Barthes, yang lebih menekankan pada interaksi antara teks dengan
pengalaman secara personal dan juga secara kultural penggunanya, interaksi
antara konveksi dalam teks diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes
ini dikenal dengan sebutan ”order of sinifical”, yang mencakup denotasi (
makna sebenarnya sesuai kamus ) dan makna konotasi ( makna ganda yang
lahir dari pengalaman kultural dan personal ), sehingga menghasilkan ungkapan
yang penuh makna sebagai hasil dari interpretasi data mengenai lirik lagu
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan studi semiologi agar dapat menunjukkan representasi rasa Cinta
Damai yang tinggi terhadap lirik lagu ” perdamaian ” yang dibawakan oleh
” Band GIGI ”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah
Bagaimanakah representasi Cinta Damai dalam lirik lagu ”perdamaian” yang
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui representasi
cinta damai dalam lirik lagu ” Perdamaian ” pada album ” Raihlah
Kemenangan ” yang dibawakan oleh grup Band GIGI.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan pada
perkembangan serta pendalaman studi komunikasi dengan menganalisis
semiotika dalam lirik lagu.
1.4.2 Manfaat Praktis
Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami apa maksud
dari lirik lagu ” Perdamaian ” sehingga pesan yang terdapat dalam lagu
tersebut dapat diterima dengan baik, serta diharapkan mampu menambah
8
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Musik
Sistem tanda musik adalah oditif, namun untuk mencapai
pendengarannya, pengubahan musik dalam mempersembahkan kreasinya
dengan perantara pemain musik dalam bentuk sistem tanda tertulis. Bagi
Simiotikus musik, adanya tanda -tanda perantara, yakni musik yang dicatat
dalam partitur orkestranya. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis
karya musik dengan teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah
pada sintakis.
Meski demikian, tidak ada semiotika tanpa semantik. Jadi, juga tidak
ada semiotik musik tanpa semantik musik. Semantik musik, bisa dikatakan
harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya ( van zoest, 1993: 120-121 ).
Salah satu hal penting dalam sebuah musik adalah Lirik lagu.
Sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk
mencerminkan realitas sosial yang ada pada masyarakat. Lirik lagu dapat
pula menjadi sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap
atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransir dan
diperdengarkan kepada khalayak, nilai - nilai, bahkan prasangka tertentu.
Dapat dikatakan bahwa musik merupakan bagian dari suatu budaya
manusia, tidak terpisahkan selama hidup manusia, dari lahir hingga akhir
Mantle Hood, seorang pelopor ehnomusicology dari USA
memberikan definisi tentang ehnomusicology sebagai studi musik dari segi
sosial dan kebudayaan (Bandem, 1981 : 41 ). Musik itu dipelajari melalui
peraturan tertentu yang dihubungkan dengan bentuk kesenian lainnya
termasuk bahasa, Falsafah, dan agama ( Sobur, 2003 : 148 ).
Musik pop adalah merupakan suatu bagian yang terpenting disekian
banyak cabang seni pertunjukkan. Musik ini digandrungi oleh setiap lapisan
masyarakat. Di dalam musik ini merupakan sebuah rasa nasionalisme yang
sangat berpengaruh pada bangsanya.
Dwiki Darmawan yang juga seorang musisi mempunyai pandangan
mengenai musik pop yang sekarang ini tidak lagi beriramakan lagu yang
super kencang, yang selama ini menjadi suatu trande bagi musik pop. Jadi
perbedaan - perbedaan yang terdapat pada irama musik itu memang
disesuaikan dengan kultur sosial yang terdapat pada pencipta lagunya dan
juga para penyanyinya, sesuai dengan generasinya dan bagaimana musisi
menerjemaahkannya kedalam selera bagi peminat musik.
2.1.2 Lirik Lagu
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi
sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang
beredar dalam masyarakat. Lirik lagu, dapat pula sebagai sarana untuk
sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu,
mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah
keyakinan, nilai - nilai, bahkan prasangka tertentu ( Setianingsih, 2003 : 7-8 ).
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di
masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan nasionalisme,
sebagai wujud cinta tanah air terhadap bangsa dan negara.
Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia
berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya
interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan
bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan,
sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena
juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok
sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahasa atau lirik
sebagai penunjangnya.
Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat
pula dengan situasi sosial dan isu - isu sosial yang sedang berlaku
dimasyarakat.
Penelitian tentang lirik lagu merupakan penelitian tentang makna isi
pesan dalam lirik lagu tersebut. Dimana lirik lagu merupakan suatu produk
yang salah satu sumbernya adalah situasi sosial. Dimana lirik lagu
didalamnya, kemudian merefleksikan dalam sistem tanda berupa lirik lagu.
Maka, dapat dikatakan bahwa lirik lagu ” perdamaian ” milik Band GIGI
merupakan proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat pesan
oleh komunikator sebagai pencipta lagu untuk disampaikan kepada
komunikan dengan bahasanya tentang suatu rasa nasionalisme bangsa
indonesia terhadap bangsanya sendiri. Namun dalam hal ini bahasa verbal
yang berupa kata - kata yang tertuang dalam teks lirik lagu.
2.1.3 Cinta Damai
Konsep rasa cinta damai merupakan suatu paham yang melakukan
apapun dengan tulus dan ikhlas, saling menghormati pendapat orang lain tidak
melanggar perbuatan yang melanggar hukum. Dan jika ada suatu permasalahan
diselesaikan dengan musyawarah tidak dengan emosi, menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep
identitas bersama.
Dalam hal ini rasa cinta damai merupakan pecinta nusa dan bangsa
sendiri atau orang yang memperjuangkan kepentingan bangsanya. Orang
yang cinta damai merupakan seseorang yang bangga terhadap bangsanya
yang kadang diungkapkan secara berlebihan. Bangsa merupakan suatu
komunitas yang para anggotanya masyarakat kecil sekalipun tidak mengenal
sebagian besar anggota lainnya, bahkan mungkin tidak yang mengarah pada
dominasi dan diskriminasi sosial.
Wawasan dan paham kebangsaan harus terus disegarkan, disesuaikan
dengan kenyataan yang ada saat ini agar wawasan dan paham kebangsaan
dapat ditumbuh kembangkan dari waktu ke waktu, dan dari generasi ke
Cinta damai merupakan sebuah penemuan sosial yang paling
menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam seratus tahun terakhir tak ada
satu ruang sosial dimuka bumi yang lepas dari pengaruh ideologi ini.
Tanpa rasa cinta damai ini maka bangsa kita tidak bisa berbuat apa - apa.
Semangat rasa Cinta Damai ini bisa diwujudkan dalam hal yang
beragam. Misalnya dengan tidak menghancurkan gedung – gedung, dan juga
tidak adanya perampokan dll. melestarikan hutan demi melestarikan
lingkungan dan juga dilarang keras untuk membuang sampah pada
sembarangan tempat. Rasa cinta damai ini dapat dilakukan sesuai dengan
kemampuan, kondisi, atau keahlian.
Gagasan rasa cinta damai yang berkembang di indonesia seharusnya
tidak dipahami hanya dari sudut perkembangan obyektif semata, tetapi juga
dalam ruang politik dalam pembentukkan negara republik dan kebutuhan
survival sebuah negara baru dalam pergaulan internasional.
Cinta damai akan melahirkan kestabilan dan akan berfungsi sebagai
kekuatan yang menyatukan suku - suku dan kelompok etnis yang terpisah -
pisah, karena rasa cinta damai merupakan suatu unsur yang penting bagi
pembangunan bangsa indonesia Artinya suatu bangsa itu harus dipandang
tidak terpisah dan juga terisolasi dari nasionalisme bangsa - bangsa yang
ada diluarnya, dengan demikian maka terjadilah suatu nasional yang kuat
dan tidak berpandangan sempit.
Kini kita butuh semangat cinta damai dalam menyelamatkan keutuhan
damai yang berperang keras terhadap praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Rasa cinta damai adalah suatu rasa yang memperjuangkan harkat,
martabat, dan keutuhan bangsa kita.
Dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk
mengisi kemerdekaan, kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan
bidang profesi masing - masing. Perjuangan non fisik dilandasi oleh nilai -
nilai perjuangan bangsa indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan
dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air, dan
mengutamakan pemersatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka membela
negara demi tetap utuh dan tegaknya kesatuan Republik Indonesia. ( Prof.
Abdulkadir Muhammad. S.H, 2005 : 17 )
2.1.4 Representasi
Menurut Stuart Hall ( 1997 ) Representasi adalah salah satu praktek
penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep
yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman. Seseorang yang
dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama, berbicara dalam ” bahasa ”
yang sama dan saling berbagi konsep - konsep yang sama.
Konsep lama mengenai representasi didasarkan pada premis bahwa
ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang
diberikan oleh representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memahami
sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan
semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi lewat bahasa (
simbol – simbol dalam tanda tertulis, lisan, atau gambar ), kita
mengungkapkan pikiran, konsep dan ide - ide tentang sesuatu, makna
sesuatu hal yang tergantung dari cerita kita mempresentasikannya. Dengan
mengamati kata - kata dan image yang kita gunakan dalam
mempresentasikan sesuatu atau bisa terlihat jelas nilai - nilai yang kita
berikan pada sesuatu.
Ada dua proses representasi. Yang pertama, representasi tentang
mental, yaitu konsep tentang ”sesuatu ” yang ada di kepala masing -
masing ( peta konseptual ). Representasi mental ini masih berbentuk suatu
yang abstrak. Kedua ” bahasa ”, yang berperan penting dalam proses
kontruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam kepala kita harus
diterjemahkan dalam ” bahasa ” yang lazim, supaya kita dapat
menghubungkan konsep dan ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol -
simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan
mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan
sistem ” peta konseptual ” kita. Dalam proses yang kedua, kita
mengkontruksi seperangkat
rantai korespondensi antara ” peta konseptual ”, dan bahasa atau simbol yang
antara ” sesuatu ”, dan bahasa / simbol adalah jantung dari produksi makna
lewat bahasa. Proses yang menggabungkan ketiga elemen ini bersama -
sama itulah yang kita namakan dengan representasi.
Konsep representasi bisa berubah - ubah. Selalu ada pemaknaan baru
dan pandangan baru dalam representasi yang sudah pernah ada. Intinya
adalah makna dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan,
diproduksi melalui proses representasi.
Dalam penelitian ini representasi menunjuk pada pemaknaan tanda -
tanda yang terdapat pada lirik lagu ” perdamaian ” yang mengacu pada
pemasalahan rasa cinta damai . ( WWW.kunci.or.id./nws/representasi )
2.1.5 Semiotika dan Semiologi Komunikasi
Kata’ Semiotika ’ berasal dari bahasa yunani, semion yang berarti ”
tanda ” atau ’ seme ’ yang berarti penafsiran tanda. Semiotika sendiri
berarkar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan
poetika.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
suatu tanda. Tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari
jalan di dunia ini, ditengah - tengah masyarakat dan hidup bersama
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan ( humanity ) memaknai hal -
hal ( thighs ). Memaknai berarti bahwa objek - objek tidak hanya membawa
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda ( Barthes, 1998 :179 , Kurniawan,
2001 : 53 ).
Bagi seseorang yang tertarik dengan semiotik, maka tugas utamanya
adalah mengamati ( observasi ) terhadap fenomena gejala yang ada
disekelilingnya melalui berbagai tanda yang dilihatnya. Tanda sebenarnya
representasi dari gejala yang dimiliki sejumlah kriteria seperti : nama (
sebutan ), peran, fungsi, tujuan, keinginan.
Menurut Littejohn ( 1996 : 64 ) dalam Sobur ( 2001 : 15 ) tanda -
tanda( signs ) adalah basis dari seluruh komunikasi dengan sesamanya.
Tanda - tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan
didunia ini, ditengah - tengah manusia dan bersama manusia.
Semiotika seperti kata Lechte ( 2001 : 191 ) adalah teori tentang tanda
dengan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang
menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs ”
tanda ” dan berdasarkan pada signs system ( code ) ( Segers, 2000: 4 ).
Hjelmslev ( dalam, Chistomy, 2001 : 7 ) mendefinisikan tanda sebagai suatu
keterhubungan antara wahana ekspresi ( expression plan ) dan wahana isi (
content plant ). Charles Morris menyebutkan semiosis sebagai suatu ” proses
tandanya ”, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa
organisme. Dari beberapa definisi diatas maka semiotik atau semiosis adalah
Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda
yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara
lima istilah
S ( s, i, e, r, c )
S adalah untuk semiotika relation ( hubungan semiotik ); s untuk sign (tanda); i adalah interpreter ( penafsiran );e untuk effect atau pengaruh; r untuk reference (rujukan); c untuk conteks ( konteks ) atau conditions ( kondisi ).
2.1.6 Semiologi Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalisasi
yang gentol mempraktikkan model lingustik dan semiologi saussuren. Ia
juga intelektual dan kritikus sastra prancis yang ternama, ekspones
penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes ( 2001 :
208 ) menyebutkan sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral
strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Barthes berpendapat bahasa adalah
sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi - asumsi dari suatu
masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan pendapat ini dalam
writing Degree Zero ( 1953, terj, inggris 1977 ) dan Critical Essays ( 1964 ; terj,
inggris 1972 ).
Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian
terhadap kode - kode yang digunakan untuk menyusun makna strukturalisme
merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur
Lingustik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang
menyediakanmetode dan istilah dasar yang di pakai oleh seseorang
semiotikus dalam mempelajari semua sistem -sistem sosial lainnya.
Semologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari pemaknaan
secara terpisah dari kandungannya ( Kurniawan, 2001 : 156 ).
Dalam pengkajian tekstual, Barthes menggunakan analisis naratif
struktural yang dikembangkannya. Analisis naratif struktural secara metologis
berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik struktural
sebagaimana perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi teks atau
semiotika. Jadi secara sederhana analisis naratif struktural dapat disebut juga
sebagai semiotika teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama
yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali
makna - makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu ( Kurniawan, 2001 :
89 ).
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya
tentang tanda adalah peran pembaca konotasi, walaupun merupakan sifat asli
tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar berfungsi. Barthes secara
panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan
tataran kedua yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya (
Sobur, 2004 : 68-69 ).
Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran
Barthes disebut konotatif, yang dalam Mytologies-nya secara tegas ia
bedakan dari denotatif atau
sistem pemaknaan tataran pertama Barthes menggambarkannya dalam sebuah
peta tanda.
1.Signifer (
penanda )
2. Signifed
( petanda )
3. Denotative ( tanda denotative )
4. Connotative Sinifer ( petanda konotatif ) 5. Connotative Signifed ( petanda konotatif ) 6. Connotative Signifer ( tanda konotatif )
Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes
Sumber : Paul Cobley dan Litza Jansa, 1999 dalam Alex Sobur,2004 : 69.
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotative ( 3 ) terdiri
atas penanda ( 2 ). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotative adalah
juga petanda konotative ( 4 ). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan usure
material : jika Anda mengenal tanda ” singa ”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin ( Cobley dan Janz,1999 :
51 dalam Sobur, 2004 : 69 ).
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar
memiliki makna tambahan. Namun, juga mengandung makna kedua bagian
sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi
Saussuren, yang hanya berenti pada tatanan denotatif.
Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh
Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai
makna harfiah, maka yang ” sesungguhnya ” bahkan kadang kala juga
dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses siqnifikasi yang secara
tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu pada penggunaan
bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi
didalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi
merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan
dengan keterbatasan makna dan dengan demikian. Sebagai reaksi yang
paling ekstrim melawan keharfiahan denotasi yang bersifat operisit ini,
Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya, baginya, yang ada
hanyalah konotasi semsta - mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan,
namun ia tetap berguna bagi sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna
” harfiah ” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah ( Budiman, 1999 : 22
dalam Sobur, 2004 : 0-71 ).
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,
yang disebut sebaga ” mitos ”, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai - nilai dominan yang berlaku dalam
suatu periode tertentu ( Budiman, 2001 : 28 dalam Sobur, 2004 : 1 ). Didalam
sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan tataran kedua. Didalam mitos pula
petanda dapat memiliki beberapa penanda, sehingga dalam praktiknya
terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang - ulang dalam bentuk
yang berbeda - beda. Mitologi mempelajari bentuk - bentuk tersebut (
Sobur, 2004 : 71 ).
Semiologi Roland Barthes tersusun atas tingkatan - tingkatan sistem
bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa, bahasa
dalam tingkatan pertama adalah sebagai objek dan bahasa tingkat kedua
disebut sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang
memuat penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru nada
dalam taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang disebutnya
sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi.
Konotasi dan Metabahasa adalah cerminan yang berlawanan satu
sama lain. Metabahasa adalah operasi yang membentuk mayoritas bahasa -
bahasa ilmiah yang berperan dalam sistem riil, dan dipahami sebagai
petanda diluar kesatuan penanda - penanda asli, diluar alam deskriptif.
Sedangkan konotasi meliputi bahasa - bahasa yang sifat utamanya sosial
dalam hal pesan literatur memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah
tatanan ( Kurniawan, 2001 : 68 ).
Mengenai bekerjanya tanda dari tatanan kedua adalah melalui mitos.
Mitos biasanya mengacu pada pikiran bahwa mitos itu keliru, namun
dipercaya. Barthes menggunakan mitos sebagai seorang yang dipercaya
dalam artinya orisinal. Mitos adalah cerita yang digunakan oleh suatu
kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas
suatu alam. Mitos primitive berkenaan dengan hidup dan mati, manusia dan
dewa, baik dan buruk. Mitos kita yang bertaktik - taktik adalah tentang
maskulinitas dan feminitas, tentang keluarga, tentang keberhasilan atau
tentang ilmu. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berfikir dari suatu
kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau
memahami sesuatu. Barthes memikirkan mitos sebagai mata rantai dari
konsep - konsep terkait. Bila konotasi merupakan pemaknaan tatanan kedua
dari petanda, maka mitos pemaknaan tatanan kedua dari petanda ( Fiske,
2006 : 121 ).
Gambar 2.2 Dua tatanan Petandaan Barthes Sumber : Fiske, 2006 : 120 - 123
Denotasi Penanda
Petanda
Mitos Konotasi
Bentuk
Pada tatanan kedua, sistem tanda dalam tatanan pertama disisipkan
kedalam sistem nilai budaya.
Barthes menegaskan bahwa cara kerja pokok mitos adalah untuk
menaturalisasikan sejarah. Ini menunjukkan kenyataan bahwa mitos
sebenarnya merupakan produk kelas sosial yang mencapai dominasi melalui
sejarah tertentu. Mitos menunjukkan makna sebagai alami, dan bukan
bersifat historis atau sosial. Mitos memistifikasi atau mengaburkan asal -
usulnya sehingga memiliki dimensi, dan membuat suatu mitos tersebut tidak
bisa diubah, tapi juga cukup adil ( Fiske, 2006 : 123 ).
Dalam hal ini ”pembacalah” yang memberikan makna dan penafsiran.
”Pembaca” mempunyai kekuasaan absolut untuk memaknai sebuah hasil karya (
lirik lagu ) yang dilihatnya, bahkan tidak harus sama dengan maksud
pengarang. Semakin cerdas pembaca itu menafsirkan, semakin cerdas pula
karya lirik dalam lagu itu memberikan maknanya. Wilayah kajian ” teks ”
yang dimaksud Barthes memang sangat luas, mulai bahasa verbal seperti
karya sastra hingga fashion atau cara berpakaian. Barthes melihat seluruh
produk budaya merupakan teks yang bisa dibaca secara otonom dari pada
penulisnya.
2.1.6.1 Kode Pembacaan
Segala sesuatu yang bermakna tergantung pada kode. Menurut
Roland Barthes didalam teks biasanya beroperasi lima kode pokok yang ada
Setiap atau masing - masing leksia dapat dimasukkan ke dalam salah satu
dari lima kode ini. Kode - kode ini menciptakan sejenis jaringan. Adapun
kode pokok tersebut yang dengannya seluruh aspek tekstual yang signifikasi
dapat dipahami, meliputi aspek
sintagmatik dan semantik sekaligus, yaitu menyangkut bagaimana bagian -
bagiannya berkaitan satu sama lain dan berhubungan dengan dunia luar
teks.
Lima kode yang ditinjau oleh Barthes adalah kode hermeneutika (
kode teka – teki ), kode Proaretik, Kode budaya, kode semantik, dan kode
simbolik ( Kurniawan, 2001 : 69 ).
1. Kode hermeneutik atau kode teka - teki berkisar pada satuan - satuan
yang dengan berbagai cara berfungsi untuk mengartikulasi suatu
persoalan, penyelesaiannya,atau bahkan menyusun semacam teka - teki (
enigma ) dan sekedar memberi isyarat bagi penyelesaiannya ( Barthes,
1990 : 17 ). Pada dasarnya kode ini adalah sebuah koder ’’pencitraan”,
yang dengannya sebuah narasi dapat mempertajam permasalahan,
menciptakan ketegangan dan misteri, sebelum memberikan pemecahan
atau jawaban.
2. Kode proaretik / kode tindakan lakukan dianggapnya sebagai
pelengkapan utama teks yang dibaca orang ;artinya, antara lain, semua
teks yang bersifat naratif.
3. Kode Gnomik atau kode cultural ( budaya ) banyak jumlahnya. Kode ini
dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional
didefisinikan oleh budaya apa yang telah diketahui. Rumusan suatu
budaya adalah hal - hal kecil yang telah dikondifikasikan ( Sobur, 2004 :
66 ).
4. Kode Semik atau konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam
proses pembacaan, pembaca menyusun satu tema. Ia melihat bahwa
konotasi kata atau fase tertentu dalam teks dikelompokkan dengan
konotasi kata atau fase yang mirip. Jika melihat kumpulan satuan
konotasi melekat, kita menemukan suatu tema didalam cerita. Perlu
dicatat bahwa Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi
sebagai yang paling kuat dan paling ” akhir ”.
5. Kode Simbolik ( tema ) merupakan suatu aspek pengkodean fiksi yang
paling khas bersifat struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes,
pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal
dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi
menjadi fenom dalam proses produksi wicara, maupun taraf oposisi
psikoseksual yang melalui proses.
2.2 Kerangka Berfikir
Manusia adalah Homo Semioticus, dimana masing - masing individu
mempunyai latar belakang pemikiran yang berbeda - beda dalam memaknai
saja sebagai tanda karena hal itu dapat dilakukan oleh semua manusia ( Van
Zoest, 1993 dalam Sobur 2004 : vii ).
Oleh karena latar belakang pengalaman ( field of experince ) dan
pengetahuan ( frame of reference ) yang berbeda pada setiap individu tersebut.
Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan di
sampaikan dalam bentuk lagu, maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari
dua hal diatas.
Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada
dalam obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
peneliti melakukan interpretasi tanda yang berbentuk tulisan “ perdamaian “
dalam hubungannya dalam representasi dengan menggunakan metode
semiologi dari Roland Barthes, sehingga akhirnya memperoleh hasil dari
interpretasi data mengenai representasi tersebut.
Data - data berupa lirik lagu “ perdamaian “, kata - kata dan
rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode signifikasi dua tahap ( two order of signification ) dari
Roland Barthes, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi
data mengenai representasi tersebut.
Dari data - data dari lirik lagu “ perdamaian “, kata - kata dan
rangkaian kata dalam lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode signifikasi dua tahap ( two order of signification ) dari
Roland Barthes. Dimana pada tataran pertama tanda denotative ( denotative
kedua tanda denotative ( denotative sign ) juga merupakan penanda konotatif (
konotative signified ) yang akan membentuk tanda konotative ( konotative
signifer ) sehingga muncul petanda konotatif ( konotative sign ). Dalam tahap
kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang menandai masyatakat
yang berkaitan dengan budaya dan sekitarnya. Kemudian teks akan
dimaknai dengan menggunakan lima macam kode Barthes, yaitu kode
Hermeneutik kode semik, kode simbolik, kode proatik, dan kode cultural untuk
pemaknaan melalui dri pembacaan dari kode - kode tersebut akan diungkap
dalam substansi dari pesan dibalik lirik lagu “ perdamaian “.
Gambar 2.3 Bagan kerangka pikir peneliti tentang representasi lagu ” perdamaian ” oleh Band GIGI
Lirik Lagu
“ Perdamaian “
band GIGI
Analisis Semiologi Roland Barthes : 5 kode Yaitu Hermeunetik, Semik, Simbolik, Proaretik, dan Cultural
28
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dengan data yang
digunakan adalah data kualitatif ( data yang tidak terdiri atas angka – angka ),
melainkan berupa pesan - pesan verbal ( tulisan ) yang terdapat dalam lirik
lagu ” perdamaian ” oleh Band GIGI. Data - data kualitatif tersebut
berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi - referensi
secara ilmiah.
Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kualitatif, metode ini
digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakiki peneliti dan juga yang
diteliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak penajaman bersama terhadap pola - pola yang dihadapi ( Meleong,
2002 : 5 ).
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong ( 2002 : 4 ) menggunakan
metode kualitatif sebagai berikut :
”Metode kualitatif merupakan presedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistik ( utuh ). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai kebutuhan ”
Metode yang digunakan didalam penelitian ini bersifat kualitatif
interpretative, penelitian ini akan mendekontruksi tanda - tanda dengan
metode semiotik dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (
two order signification ). Dimana pada tataran pertama tanda denotatif (
denotative sign ) terdiri atas penanda dan petanda ( signifer signifed) dan
pada tataran kedua, tanda denotatif ( denotative sign ) juga merupakan
penanda konotatif ( konotative sign ). Dalam tahap kedua dari tanda konotatif
akan muncul mitos yang menandai masyarakat yang berkaitan dengan
budaya sekitar.
Melalui pandangan dari Roland Barthes tersebut, kemudian dijelaskan
lewat penafsiran dengan menggunakan teori perpektif rasa cinta damai yang
pada akhirnya akan dapat ditarik suatu makna yang ada dalam lirik lagu
tersebut. Sesuai dengan definisinya sendiri, yaitu paham yang menunjukkan
bahwa kesetiaan dari setiap individu atau negara ditunjukkan kepada
kepribadian bangsanya.
Dengan menggunakan paragdigma kontruktivisme, analisis semiotika
bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini memberi peluang besar bagi dibuatnya
sebuah interpretasi - interpretasi alternatif ( Sobur, 2001 : 147 ).
3.1.1 Analisis Semiotik
Metode semiotika adalah sebuah metode yang memfokuskan pada ”
menafsirkan dan memahami kode ( decoding ) dibalik tanda dan teks
tersebut ( Pilliang, 2003 : 270 ).
Pengunaan semiotika sebaga metode pembaca didalam berbagai cabang
keilmuan dimungkinkan, oleh karena adanya kecenderungan dewasa ini
untuk memandang berbagai diskursus sosial, politik, ekonomi, budaya dan seni
sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh
praktek sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, maka ia dapat pula
dipandang sebagai tanda ( Pilliang, 2003 :257).
Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda dan tanda - tanda kita
akan mencoba mencari keteraturan ditengah dunia, setidaknya agar kita
mempunyai pegangan. ” Apa yang dikerjakannya oleh semiotika adalah
memperkerjakan kita bagaimana menguraikan aturan - aturan tersebut dan
juga membawa sebuah kesadaran ” ( Sobur, 2003 : 16 ).
3.1.2 Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda -
tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata - kata yang membentuk kalimat
yang ada pada lirik lagu ” perdamaian ”.
3.1.3 Korpus Penelitian
Korpus adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada
perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan, bersifat
dikumpulkan berwujud teks. Pada penelian ini yang menjadi korpus adalah
lirik lagu yang berjudul ” perdamaian ” yang menunjukkan atau mewakili
konsep Cinta damai.
Alasan peneliti memilih lagu ” perdamaian ” sebagai korpus adalah
dikarenakan dalam lagu tersebut dalam liriknya terdapat ungkapan rasa cinta
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini berasal dari data
primer dan sekunder yang diperoleh dari :
1. Data Primer : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mendengarkan lagu ” perdamaian”, kemudian membaca serta
memahami kata - perkata dari lirik lagu tersebut, yang kemudian
dipilih kembali oleh peneliti terhadap lirik - lirik yang menggambarkan
rasa cinta damai yang besar terhadap bangsanya.
2. Data Sekunder : data yang berasal dari bahan - bahan referensi,
seperti buku, artikel dan data dari internet yang berhubungan dengan
obyek kajian yang diteliti.
3.3 Metode Analisis Data
Peneliti menginterpretasikan teks dalam lirik lagu ” perdamaian ”, serta
menyimpulkan bagaimana makna Cinta Damai yang direpresentasikan dalam
lirik lagu tersebut. Sedangkan Cinta Damai terhadap bangsanya adalah
kesetiaan masyarakat terhadap wilayahnya, yaitu terhadap bangsa dan
negara. Rasa cinta damai inilah yang kemudian mendorong seseorang untuk
memiliki perasaan rela berkorban sebagai wujud cinta tanah air.
Dari definisi cinta damai ini yang kemudian akan dianalisis dalam
penelitian ini dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu
metode signifikasi dua tahap ( two order of signification ) yang akan dianalisis
hermeneutik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode kultural untuk
pemaknaan sebuah tanda sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan
tanda konotatifnya.
Melalui pandangan dari Roland Barthes tersebut kemudian dijelaskan
lewat penafsiran dengan menggunakan teori perpektif rasa cinta damai yang
pada akhirnya akan dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya tentang rasa
cinta damai masyarakat indonesia itu sendiri.
3.4 Teknik Analis Data
Peneliti menginterpreasikan teks dalam lirik lagu ” Perdamaian”, serta
menyimpulkan berbagai representasi mengenai bagaimana penggambaran
akan damai dalam lirik lagu tersebut. Dari lirik lagu yang terdiri judul
lagu, sing, reff inilah yang kemudian dianalisis dalam penelitian ini dan
menggunakan pandangan Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap
( two order of siqnification ). Penulis akan memberikan batasan - batasan
dan tanda - tanda berupa tulisan, terdiri dari kata - kata tersebut akan
dipenggal - penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia ( satuan bacaan
) yang dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph, atau
beberapa paragraph, untuk dikategorikan kedalam lima macam kode
pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeneutik, kode semik, kode
simbolik, kode proaretik, dan kode kultural untuk pemaknaan sebuah tanda,
34
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Gigi adalah salah satu nama band yang ada di Indonesia. Band ini
beranggotakan 4 personil yang terdiri dari Armand Maulana pada vocal,
Dewa Budjana pada guitar, Thomas Ramadhan pada guitar, dan Gusti
Hendy pada drum. Band yang pertama kali dibentuk pada tanggal 22 april
1994 ini tidak mengalami perubahan sama sekali seperti pada umumnya
band lain yang sering mengalami perubahan silih berganti, dengan nama
BDH sebelum nama gigi digunakan karena BDH adalah singkatan dari “Beri Daku Harapan”.
Motor awal terbentuknya band ini adalah Dewa Budjana ( guitar )
dan pada saat itu vokalisnya tetap Armand Maulana, sedangkan drum
dipegang oleh orang yang sama yaitu Gusti Hendy, dan Thomas pada (
Bass ). Pada saat GIGI hendak manggung, banyak sekali yang suka akan
lagu - lagu GIGI. Didalam album ini Dewa Budjana yang lebih dominan
dalam menciptakan lagu, namun personil yang lain tidak mau hanya
menerima beres saja akhirnya mereka juga ikut menyumbangkan karya
mereka.
Pada tahun 1996, GIGI merilis album terbaru yang berjudul ”Damai
Cinta” dan masih banyak lagi. Beberapa lagu dialbum ini seperti
Namanya juga band pasti ingin punya nama yang mudah diingat dan
dihafal, setelah berdiskusi panjang maka dipilihlah nama GIGI yang mudah
diingat Mengapa mereka menggunakan nama GIGI pasti kita bertanya -
tanya ? karena hal itu berasal dari celetukan Budjana yang melihat GIGInya
Armand ketika tertawa terbahak - bahak dan karena nama GIGI lebih
simple dan mudah diingat maka akhirnya nama ”GIGI” lah yang terpilih
sebagai nama band mereka.
Setelah lama berkarir, maka mulailah tawaran - tawaran manggung
berdatangan untuk mengisi suatu acara. Karena banyaknya band yang
malang - melintang di industri musik, untuk sementara waktu band GIGI
vakum dari dunia yang telah membesarkan namanya.
Lagu yang berjudul ”11 januari dan Nakal” sangatlah hits sekali
sampai yang tua maupun yang muda juga hafal akan lagu tersebut. Kedua
lagu tersebut sering sekali diputar pada stasiun TV, saat ini para personil
GIGI kompak untuk saling membantu satu sama lain.
Mempuyai dua lagu yang lagi hits dalam album perdana ternyata
menjadi pemicu bagi mereka untuk terus berkarya dan terus berkarya, dan
pada akhirnya mereka kenal oleh seorang produser musik. Karena lagu
mereka yang sangat hits sekali, maka dari itu ada salah satu produser yang
sangat menyenangi akan lagu mereka dan juga musik yang mereka usung.
Dan pada akhirnya GIGI resmi bergabung dengan SONY BMG Music
Entertaiment Indonesia.
Dibawah naungan Sony BMG pada tahun 1998 GIGI mengeluarkan
album yang diberi judul PEACE, LOVE’N RESPECT yang mengemas 10
lagu yang bervariasi. Begitu seriusnya mereka ingin tampil, sehingga album
mereka dipercepat dari perkiraan dan dijual dipasaran bisa dibayangkan
bagaimana penghasilan yang diterima Band GIGI sangat banyak sekali. Dan
dalam waktu sekejap lagu itu sudah sangat populer, bahkan lagu tersebut
menjadi jingle untuk sebuah iklan. Lewat arahan seorang produser Band
GIGI diminta apakah bisa mengarasemen lagu lama menjadi lagu baru yang
enak untuk di dengar, hal itu juga yang menjadi suatu tantangan yang
terbesar dan sulit bagi Band GIGI.
Dengan pantang menyerah dan semangat yang tinggi akhirnya
mereka dapat melewati masa yang sulit bagi mereka. Pada saat akan masuk
dapur rekaman pada album kedua, sang vokalis yang bernama Armand
Maulana sedang sakit akan tetapi dia ngotot untuk tetap ikutan rekaman
walaupun, sedang sakit baginya musik merupakan bagian dari hidupnya, dan
tanpa musik hidupnya tidak bermakna.
Diantara promo album yang ke dua dan juga show yang diadakan
diberbagai kota, GIGI juga mencoba menempatkan diri untuk menciptakan (
mengarasement ) sebuah lagu dan juga menyanyikan lagu diluar album
mereka. Contohnya Dengan menyebut nama Allah dan juga Ketika Tangan
dan Kaki berkata. Gigi juga menyumbangkan 3 buah lagu yaitu ” Romansa
Menyambut bulan suci Ramadhan, GIGI merilis album religi lagu
yang berbentuk kaset album yang bertajuk Raihlah Kemenangan. Dalam
album ini GIGI berkolaborasi dengan OPICK. Album ini hanya berisi 12
lagu dan album yang paling terkenal yaitu Perdamaian, walaupun terkesan
lagu lama tetapi band ini telah mengarasementnya sehingga menjadi lagu
dan juga semuanya menjadi baru.
Gigi kembali merilis pada album regulernya yang lebih akan power
full dan juga enak didengar. Album ini juga dilaunching diluar negeri yaitu
singapura, dan pada puncaknya diadakan di jakarta sekaligus untuk
memperkenalkan album ini pada masyarakat luas yang belum mengenal lagu
ini.
Pada tahun 2000, selain album baru mereka yang akan dirilis maka
dari itu GIGI membuat acara yang berjudul ”KONSER BALAS BUDI”. (
WWW. BAND GIGI.co.id)
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1. Penyajian Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lirik lagu ”Perdamaian” yang diciptakan oleh Drs.H.Abu Ali Hadar dan dibawakan oleh
Band GIGI. Berikut adalah lirik lagu ”Perdamaian” :
Perdamaian
Bingung bingung ku memikirnya 4x
Perdamaian 8x Tapi kau buat senjata Banyak yang cinta damai Biaya berjuta juta Tapi kau buat senjata Tapi kau buat senjata Tapi perang semakin ramai 2x Biaya berjuta juta
Banyak gedung kau dirikan Bingung bingung ku memikirnya 4x
Kemudian kau hancurkan
Banyak gedung kau dirikan: Kemudian kau hancurkan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap lagu ” perdamaian
”, maka dari hasil pengamatan tersebut kemudian akan disajikan
pemaknaannya, setelah itu akan diketahui pesan yang terkandung didalamnya
tentang Representasi Damai pada lirik lagu ” perdamaian ” yang
direpresentasikan dan juga dianalisis berdasarkan dengan landasan teori dari
Roland Barthes, untuk mengetahui pengungkapan pemaknaan yang nantinya
dalam hasil pemaknaan tersebut akan mengandung sebuah pesan sosial.
Tanda - tanda berupa tulisan, terdiri dari kata - kata tersebut akan
dipenggal - penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia ( satuan bacaan
) yang dapat berupa kata, beberapa kalima, sebuah paragraph atau beberapa
paragraph, untuk dikategorikan ke dalam kode Barthes.
Defini tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsure petanda
( siqnifer ) dan petanda ( siqnifed ). Hubungan antara keduanya akan terjadi
melalui dua tahap siqnifikasi ( two order of siqnification ). Pada tataran
pertama disebut sebagai tanda denotative yaitu berupa realitas atau sebuah
terdapat tanda konotatif yang akan membentuk sebuah ideology terhadap
cerminan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
4.2.2 Pemaknaan Lirik Lagu ”Perdamaian”
Berdasarkan pengamatan terhadap lirik lagu diatas, hasil pengamatan
tersebut kemudian akan diinterpretasikan dan disajikan representasinya.
Setelah itu baru diketahui apa pesan yang terkandung didalamnnya. Lirik
lagu tersebut selanjutnya akan dianalisis berdasarkan landasa teori dari
Roland Barthes, untuk mengetahui pengungkapan representasi damai dibalik
lirik lagu ”Perdamaian”.
Setiap kata mengandung makna denotatif maupun konotatif. Makna
denotatif ialah suatu konsep mental yang telah disepakati bersama oleh
masyarakat. Disini peneli berpedoman pada Kamus Besar Indonesia (
Depdikbud ) untuk menentukan makna yang telah disepakati bersama
tersebut ( makna denotatifnya ).
Makna konotatif ialah makna subjektif yang terbentuk dari interaksi
yang terjadi ketika tanda ketemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca
serta nilai -nilai dari kebudayaan. ( Fiske, 1999 : 72 )
Jadi, peneliti subjektif untuk menentukan makna konotatif sesuai nilai -
nilai dengan kebudayaan yang dianut oleh peneliti.
Dalam lagu ini pencipta lagu mengungkapkan kata ”Perdamaian”
sebagai judul. Dimana bila dipisahkan kata tersebut terdiri dari per + damai
mempunyai arti tenang. Sedangkan kata an merupakan kata penghubung.
Akan tetapi kata perdamaian juga sering digunakan sebagai kata ungkapan
aman kepada setiap orang dan tanpa terkecuali, tetapi kata perdamaian
dapat berbeda makna dari makna yang sesungguhnya dan bila diikuti
dengan kata sesudahnya, jadi rangkaian kata perdamaian bermakna
menunjukkan pada sesuatu yang aman. Akan tetapi dalam lagu perdamaian
bila berdiri sendiri ( tidak di ikuti kata yang lain maka kata tersebut tidak
mempunyai makna yang jelas atau hanya sebutan.
4.3 Analisis dan Interpretasi Data
Pemaknaan lirik lagu ”Perdamaian” oleh peneliti akan dilakukan
penjabaran makna tiap kalimat yang terdiri dari rangkaian kata - kata, lalu
tiap bait yang terdiri dari rangkaian kalimat. Tentunya untuk memaknai
pesan yang terkandung dalam lirik lagu ”perdamaian” berdasarkan atas
frame of reference ( pengetahuan ) dan field of experience ( pengalaman )
dari peneliti. Setiapkata tentu mengandung makna, baik makna denotatif
atau makna konotatif. Disini peneliti berpedomn pada kamus lengkap bahasa
indonesia menentukan makna yang telah disepakati tersebut.
Pemaknaan bait kesatu,kalimat kesatu,dua,dan ketiga : Perdamaian 8x kalimat ini terdapat kata perdamaian 8x yang menimbulkan pertanyaan apa dan
kenapa bersifat lama dan kekal ? Hal ini menunjukkan kentalnya unsur
perdamaian, yaitu suatu perdamaian yang yang ada dimana - mana. Suatu
Perdamaian walaupun, cepat sirna tapi membekas di dalam hati. Oleh
karenaitu, seorang pecinta perdamaian, walaupun dia telah merasakan
perdamaian kenapa harus ada perperangan. 1.Penanda:
Perdamaian 8x
2..Petanda :
Konsep tentang suatu perdamaian
3.Tanda Denotatif : Jangan ada perperangan
4.Penanda Konotatif
Suatu perdamaian yang dari hati nurani
5.Petanda konotatif : Rasa damai yang mengebu - gebu
6.Tanda Konotatif:
Kode proaretik, karena dalam kalimat mengandung cerita tentang suatu hal yang terjadi secara kekal dan lama sekali. Kode semik karena penggunaan kata perdamaian merupakan suatu petunjuk yang menunjukkan sesuatu yang kekal dan lama
Dalam bait diatas terdapat kata perdamaian yang artinya sangat damai, kata perdamaian 8x mengandung makna yang berarti suatu
perdamaian yang simpang siur dan masih banyak yang mempertanyakannya.
Makna konotasi dari kalimat perdamaian ialah suatu perasaan yang
ada pada diri kita yang bersifat kekal dan lama.
Jadi pengertian dari kalimat perdamaian adalah sebuah ungkapan
yang berarti kekal dan lama sekali. Biasanya, hal itu tanpa kita sadari
karena dari diri kita sendiri.
Pemaknaan bait pertama, kalimat ketiga dan kedua : Banyak yang cinta damai
Perdamaian 8x
Gambar. 4.2. Peta Tanda Barthes dalam Lirik Banyak yang cinta damai
Kalimat ketiga, ketiga pada bait kedua ini terrmasuk dalam kode hermeneutik, karena kalimat tersebut menimbulkan teka - teki. Apakah banyak yang cinta damai? Betapa gampang makna banyak itu tidak bisa
dihitung/tidak terhingga dalam dunia industri musik. Bukan hanya didunia
industri musik saja tetapi juga dimana - mana. Kode proaretik, karena dalam kalimat ini akan menegaskan makna pada kalimat selanjutnya,
sehingga mampu menciptakan sebuah cerita yang menarik dan utuh,
sehingga maknanya dapat dimengerti dengan jelas.
Kalimat ketiga, pada bait kedua ini termasuk kode semik, karena kalimat tersebut akan menjelaskan maksudnya.
Kalimat ketiga adalah Banyak yang cinta damai dapat diartikan
Suatu negeri yang cinta akan perdamai
4.Penanda Konotatif
Suatu negara yang sangat dicintainya
5.Petanda konotatif : Konsep
tentangperdamaian yang langsung dari hati nurani 6.Tanda Konotatif: