LAPORAN PRAKTIKUM LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR KARTOGRAFI DASAR ACARA III ACARA III
PENGENALAN PROYEKSI PETA PENGENALAN PROYEKSI PETA
Disusun oleh: Disusun oleh:
Nama
Nama : Bias Osean Ali: Bias Osean Ali NIM
NIM : 16/393517/GE/08265: 16/393517/GE/08265 Hari,
Hari, Tanggal Tanggal : : Kamis, Kamis, 15 15 September September 20162016 Waktu
Waktu : : 07.0007.00
–
–
09.00 09.00 AsistenAsisten : : 1. 1. Bayu Bayu RamadhanRamadhan
2. Ignantius Salyvian Wisnu 2. Ignantius Salyvian Wisnu
LABORATORIUM KARTOGRAFI LABORATORIUM KARTOGRAFI
PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH
DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016 2016
ACARA III
PENGENALAN PROYEKSI PETA A. TUJUAN
1. Membuat jaring-jaring paralel dan meridian pada proyeksi azimuthal, kerucut, dan silinder.
2. Melakukan transformasi kenampakan bumi dari bidang bulat (globe) ke dalam bidang datar.
3. Menghitung besarnya distorsi dari proyeksi yang telah dilakukan.
B. BAHAN DAN ALAT
1. Globe 2. Kalkulator 3. Busur derajat 4. Jangka 5. Kertas Milimeter 6. Alat tulis 7. Penggaris C. LANGKAH KERJA
Membuat kelompok yang terdiri dari 5 orang
Membuat satu macam jaring-jaring proyeksi (Azimuthal Gnomonis) dari 5 proyeksi yang tersedia: Azimuthal Gnomonis, Azimuthal Stereografis, Azimuthal Orthografis, Kerucut
Normal Orthografis, Silinder Normal Orthografis
Menghitung jari-jari lingkaran yang harus dibuat
Memulai pembuatan jaring-jaring Azimuthal Gnomonis
Menukarkan jaring-jaring proyeksi antar kelompok
D. HASIL PRAKTIKUM
1. Jaring-jaring proyeksi untuk metode proyeksi : (terlampir) a. Azimuthal Gnomonis
b. Azimuthal Stereografis c. Azimuthal Orthografis
d. Kerucut Normal Orthografis
e. Silinder Normal Orthografis
2. Perhitungan Distorsi salah satu metode proyeksi (terlampir)
E. PEMBAHASAN
Proyeksi peta adalah transformasi geometris dari permukaan bumi yang lengkung (Spherical atau ellipsoidal) menuju permukaan yang datar (Kimerling et al., 2012). Transformasi dari ellipsoid tiga dimensional menjadi dua dimensional, tidak dapat dilakukan tanpa terjadinya distorsi. Distorsi dapat mempengaruhi bentuk, ukuran, dan arah. Setiap fomula yang tersedia akan menghasilkan berbagai distorsi. Hal inilah yang akan menentukan apakah tiap proyeksi peta akan sesuai atau tidak sesuai untuk digunakan bagi maksud tertentu.
Proyeksi azimuthal lebih banyak digunakan untuk menggambarkan letak suatu daerah karena proyeksi azimuthal dapat dibuat berpusat pada setiap tempat dipermukaan. Proyeksi ini sesuai untuk daerah kutub. Proyeksi azimuthal ini memiliki satu titik yang memiliki distorsi nol. Pada kondisi normal, meridian-meridian dapat berupa garis-garis lurus dan paralel-paralel dapat berupa lingkaran-lingkaran konsentris yang melingkari kutub. Kesalahan paling kecil terdapat di daerah sekitar kutub (pusat proyeksi), sehingga semakin keluar akan semakin besar kesalahannya hingga wilayah ekuator terutama pada proyeksi azimuthal gnomonis. Proyeksi azimuthal gnomonis merupakan proyeksi yang paling bagus untuk memetakan daerah
Menambahkan informasi spasial ke dalam jaring-jaring proyeksi yang telah dibuat serta menuliskan hasil identifikasi perbedaan antar proyeksi
pada tabel
Menghitung distorsi jarak yang dapat diketahui dengan menghitung jarak antara dua titik di globe dan jarak dua
kutub. Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran (digambarkan seperti sinar matahari yang bersumber di pusat lingkaran). Hasil proyeksinya memiliki kekurangan yaitu tidak tampaknya garis equator pada proyeksi ini karena terjadi pembesaran tak terhingga. Pada daerah lintang 450 akan mengalami pembesaran 3 kali.
Proyeksi azimuthal stereografis titik sumbernya terletak di kutub yang berlawanan dari titk singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi. Akibatnya jarak antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar . Secara keseluruhan
proyeksi azimuthal stereografis adalah pembesaran kenampakan dari proyeksi azimuthal gnomonis. Proyeksi orthografis biasanya untuk memproyeksikan daerah kutub dan kekuranganya adalah hanya bisa menggambarkan daerah kutub saja dan jika dibandingkan dengan proyeksi gnomonis pembesaran garisnya tidak setepat gnomonis. Selain itu, proyeksi ini jari-jari penggambarannya lebih kecil dari gnomonis.
Proyeksi azimuthal orthografis sumber proyeksinya terletak dititik tak terhingga, sehingga sinar proyeksi merupakan garis-garis sejajar dengan sumbu bumi. Akibatnya sinar proyeksi sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antar lingkaran garis lintang akan makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat. Proyeksi azimuthal orthografis memiliki ukuran model penggambaran yang sama dengan model bumi. Kelemahanya tampak pada kenampakan luas daerahnya, pada daerah equator kenampakan yang terlihat sangat kecil bahkan bisa tidak terlihat, sehingga dalam proses penggambarannya sedikit mengalami kesulitan.
Pada azimuthal Gnomonis dan Stereografis, lingkaran besar (great circle) berupa garis lurus. Sifat proyeksi dari azimuthal Gnomonis, Stereografis, dan Orthografis bersifat Orthomorfis (conformal). Perbedaan azimuthal gnomonis, stereografis dan orthografis adalah azimuthal gnomonis semakin ke arah katulistiwa akan semakin terdistorsi, jika azimuthal stereografis semakin ke arah kutub akan semakin terdistorsi dan cangkupan daerahnya lebih luas dibandingkan dengan azimuthal Gnomonis. Sedangkan, azimuthal Orthografis Jarak antar lingkaran akan makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat. Kelemahan dari proyeksi azimuthal secara umum adalah hanya dapat menggambarkan wilayah pada satu belahan saja yaitu belahan utara atau belahan selatan saja.
Proyeksi silinder memiliki garis tunggal yang disebut garis s tandar, yang tanpa distorsi. Dalam kondisi normal, garis ini menyentuh equator. Equator digambar sesuai
dengan jarak sebenarnya (dalam skala). Baik garis-garis meridian dan garis paralel adalah berupa garis-garis lurus yang saling berpotongan dan saling tegak lurus satu sama lain. Semakin ke arah kutub distorsi akan semakin meningkat, yang menjadi sebuah garis, sehingga kesalahan-kesalahan banyak terjadi di daerah sekitar kutub dan lintang tengah. Keuntungan penggunaan proyeksi ini, yaitu dapat menggambarkan wilayah yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah khatulist iwa atau lintang rendah, cocok untuk menggambarkan daerah equator karena arah kutub terjadi pemekaran garis lintang.
Proyeksi Kerucut (conical) memiliki garis yang distorsinya nol atau paling minimal. Hal ini disebabkan karena bidang kerucut bersinggungan atau berpotongan langsung dengan bumi pada lintang tengah. Daerah kutub akan mempunyai distorsi sedangkan daerah equator akan melebar. Garis meridian dalam kedudukan normal berupa garis lurus yang radial, dan paralel yang melingkar. Terutama untuk negara-negara atau daerah daerah lintang tengahan. Sehingga proyeksi ini paling baik untuk menggambarkan daerah yang berada pada lintang tengah. Proyeksi kerucut didapat dengan memproyeksiskan globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe, kemudian dibuka. Membentangnya proyeksi ini ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi silindris dan kerucut memiliki garis singgung yang tunggal, semakin jauh dari garis akan menghasilkan distorsi yang semakin meningkat. Untuk mengurangi efek ini, beberapa bidang proyeksi memotong ellipsoid, menghasilkan dua garis dengan distorsi nol, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya total distorsi. Kelemahan dari proyeksi ini adalah kurang baik untuk memproyeksikan daerah kutub dan equator, serta tidak bisa memproyeksikan daerah equator dengan akurat dan jelas.
Untuk memperkecil tingkat distorsi, dapat dilakukan dengan mengubah aspek proyeksi, yang berarti mengubah titik atau garis singgung sehingga daerah wilayah yang memiliki distorsi kecil akan mencakup daerah yang akan dipetakan. Ketika akan melakukan proyeksi, kita dapat memilih salah satu proyeksi yang dianggap sesuai untuk menggambarkan suatu daerah. Yang harus diperhatikan dalam memilih proyeksi adalah maksud pemetaan, besar atau luasnya daerah, bentuk daerah, letak
daerah, dan mudahnya dalam penggambaran.
Untuk daerah yang sempit, banyak proyeksi dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena pada penggambaran daerah yang sempit ini tidak akan banyak kesalahannya. Untuk daerah yang membujur dengan arah timur ke barat sebaiknya
digunakan proyeksi yang kesalahannya terutama ke arah selatan. Misalnya, proyeksi silider dan proyeksi kerucut.
Benua yang diproyeksikan pada proyeksi azimuthal gnomonis adalah Benua Amerika, tepatnya Amerika Utara. Proyeksi azimuthal gnomonis merupakan proyeksi yang paling bagus untuk memetakan daerah kutub. Berdasarkan pengukuran pada globe jarak antara Kota Calgaray sampai Regina yaitu 1,6 cm dengan skala globe 1: 41.870.000. Sedangkan jarak pada bidang proyeksi antara Kota Calgaray sampai Regina yaitu 0,3 cm dengan skala pada bidang proyeksi 1:200.000.000. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil distorsi yaitu 69,92 km. Distorsi pada azimuthal gnomonis yaitu semakin ke arah luar distorsinya semakin besar.
F. KESIMPULAN
Pembuatan jaring-jaring paralel dan meridian pada proyeksi azimuthal,
kerucut, dan silinder mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Proyeksi azimutahl memiliki kelebihan sangat baik untuk menggambarkan daerah kutub, sedangkan kelemahannya hanya dapat menggambarkan wilayah pada satu belahan saja yaitu belahan utara atau belahan selatan saja. Proyeksi silinder memiliki keuntungan yaitu dapat menggambarkan wilayah yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah khatulistiwa atau lintang rendah. Kelemahannya, semakin ke arah kutub distorsi akan semakin meningkat, sehingga kesalahan-kesalahan banyak terjadi di daerah sekitar kutub dan lintang tengah. Proyeksi kerucut paling tepat digunakan untuk memetakan daerah lintang 45° atau lintang tengah.
Melakukan transformasi kenampakan bumi dari bidang bulat (globe) ke dalam
bidang datar dapat dilakukan dengan menyesuaikan gambar yang ada di globe jaring-jaring yang dibuat.
Distorsi dapat diketahui dengan mencari selisih antara jarak sebenarnya (jarak
diglobe) dengan jarak pada bidang proyeksi yang dikalikan dengan masing-masing skala. Distorsi dapat mempengaruhi bentuk, ukuran, dan arah. Setiap fomula yang tersedia akan menghasilkan berbagai distorsi. Hal inilah yang akan menentukan apakah tiap proyeksi peta akan sesuai atau tidak sesuai untuk digunakan bagi maksud tertentu.
G. DAFTAR PUSTAKA
Sukwardjono, Mas Sukoco. 1997. Kartografi Dasar . Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Program Pra Pasca Geografi.
Totok Wahyu Wibowo, Dr. Nurul Khakhim, M.Si. 2016. Petunjuk Praktikum
Kartografi Dasar. Yogyakarta: Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Saraswati, Endang. 1979. Kartografi Dasar . Yogyakarta: Program Studi
Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Menno-Jan Kraak, Ferjan Ormeling. 2013. Kartografi Visualisasi Data
Geospasial . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kimerling, J, Buckley, A, Muehrcke , P, Mueherce, J .2012. Map Use: Reading