• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pemberdayaan Kube Jamur Tiram “Gotong Royong”

Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Erlyna Wida R1) dan Choirul Anam2)

1. Staf Pengajar di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS 2. Staf Pengajar di Prodi ITP Fakultas Pertanian UNS

ABSTRAK

Permasalahan yang dihadapi KUBE adalah kurang efisiennya alat sterilisasi pembuatan baglog, management KUBE relative rendah dan pengembangan bisnis para anggota KUBE relative terbatas. Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan produksi dan omset penjualan sehingga pendapatan/ keuntungan para anggota KUBE meningkat. Sedangkan tujuan khususnya yaitu : 1) peningkatan tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram dengan menggunakan bahan bakar limbah pertanian dan 2) perkuatan kelembagaan dan akses permodalan.

Secara garis besar implementasi kegiatan ini yaitu menggunakan metode observasi, diskusi, introduksi tehnologi, pelatihan dan pendampingan secara terpadu. Tehnologi yang diintroduksikan adalah alat sterilisasi jamur tiram sedangkan pelatihan yang diselenggarakan adalah pelatihan manajemen usaha, pembukuan praktis, pembibitan jamur tiram dan perkuatan kelembagaan. Pendampingan yang dilakukan mulai dari penggunaan alat sterilisasi sampai akses permodalan ke lembaga perbankan.

Implementasi kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan. Hasil kegiatan sebagai berikut: a) penambahan 3 unit alat sterilisasi baglog jamur tiram yang digunakan oleh kelompok jamur tersebut, b) anggota kelompok jamur tiram memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola budidaya jamur tiram, c) anggota kelompok jamur tiram memiliki pembukuan laporan keuangan usaha budidaya jamur tiram, d) tersalurkannya kredit dari lembaga perbankan bagi anggota KUBE sebanyak 7 orang, e) kelembagaan kelompok jamur tiram mampu mengembangkan kelembagaan kelompok yang tangguh dan pendapatan anggota KUBE meningkat sebesar 10%.

Kata kunci : baglog, sterilisasi, akses permodalan, pendampingan

ABSTRACT

Problems faced by KUBE that are : a) Not yet efficient of usage of sterilization appliance in making of mushroom baglog, b) Management of KUBE which lower relative, c) Development of business each member of KUBE which still limited. Main target of this activity are increase product and sale volume so that earnings/ advantage of all member KUBE. While target specially that is : a) the make-up of sterilization technology of oyster mushroom baglog by using fuel of agriculture waste, b) strength group and capital access.

Broadly speaking, the implementation of this activity is to use the method of observation, discussion, introduction of technology, training and mentoring in an integrated manner. Technology that was introduced sterilizer oyster mushrooms while training are organized business management training, practical book-keeping, breeding oyster mushrooms and

(2)

2 institutional strengthening. Mentoring is done from the use of sterilization equipment to access capital to the banking institutions.

Implementation of activities in accordance with the plan of action. The results of the following activities: a) added 3 unit sterilization appliance unit have been designed and then introduce to KUBE, b) members of the oyster mushroom have the knowledge and skills in managing the oyster mushroom cultivation, c) members of the oyster mushroom has a financial filing oyster mushroom cultivation, d) signals to pass credit from banking institutions for as many as 7 people KUBE members, e) institutional group capable of oyster mushrooms develop a strong institutional and income group KUBE members increased by 10%.

Key words: baglog, sterilization, access to capital, mentoring

PENDAHULUAN

Program Sibermas mulai tahun 2008 yang dilakukan oleh LPPM UNS-LPPM UMS, DIKTI dan PEMDA Kabupaten Ngawi memfokuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat di tiga desa yaitu Desa Sambirejo, Manisharjo dan Sidomulyo. Salah satu kegiatan Sibermas pada tahun I (tahun 2008) adalah pemberdayaan petani jamur tiram di Desa Sidomulyo (Choirul, 2008). Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan budidaya jamur tiram bagi petani jamur tiram pada khususnya dan masyarakat yang berminat pada umumnya, introduksi alat sterilisasi dengan kapasitas yang lebih besar mencapai 200 baglog per tabung (drum) dan pembentukan kelembagaan kelompok jamur tiram. Kelompok jamur tiram yang terbentuk diberi nama “Gotong Royong” dimana mempunyai 15 anggota.

Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka (Ravik Karsidi, 2002). Kondisi sosial budaya yang berkembang di masyarakat akan mempengaruhi kecepatan adopsi usahatani yang sedang berkembang di masyarakat. Jika ada usahatani baru yang sedang berkembang, maka para petani wait and see dalam menyikapi usahatani tersebut (Erlyna dan Suminah, 2011). Dalam pemberdayaan tersebut, selain perkuatan kelembagaan kelompok juga dilakukan perkuatan permodalan. Dari hasil monitoring dan evaluasi, pada tahun 2009 terjadi penambahan jumlah petani jamur tiram sebanyak 3 orang di desa tersebut sehingga jumlah anggota kelompok menjadi 18 orang dan 2 orang di luar Desa Sidomulyo sebagai dampak dari hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Perguliran permodalan dan peralatan sterilisasi dapat berjalan lancar tanpa menemui kendala.

(3)

3 Cara membuat media tanam dengan mencampur semua bahan kemudian ditambah air hingga kandungan airnya 60% dan dimasukan kedalam polibag. Setelah dilakukan pemadatan pada media, selanjutnya disterilkan pada suhu 121o C ( Anonim, 2012). Alat sterilisasi yang diberikan kepada kelompok juga digunakan oleh para anggotanya untuk membuat baglog dengan cara bergulir. Peminjaman alat dikenakan biaya sewa sebesar Rp 20.000 untuk setiap kali memproduksi baglog. Alat sterilisasi bisa dipinjamkan kepada pihak lain di luar anggota selama alat tersebut tidak digunakan anggota untuk memproduksi baglog. Biaya sewa yang dikenakan kepada pihak lain tersebut juga lebih tinggi dibandingkan biaya sewa yang dikenakan kepada para anggota kelompok. Selama monitoring, alat steril tersebut selalu dalam peminjaman sehingga dapat dikatakan alat tersebut benar-benar dibutuhkan oleh anggota kelompok.

Tahun 2010, kelompok ini memperoleh program IbM Batch II dimana fokus kegiatan pada peningkatan tehnologi sterilisasi dan manajemen usaha (Nur Her, 2010). Jumlah anggota KUBE Gotong Royong meningkat menjadi sebesar 22 orang. Hasil kegiatan IbM tahun 2010 adalah introduksi alat sterilisasi dengan kapasitas peralatan sebesar 1.200 – 1.600 unit baglog per proses sterilisasi tergantung besarnya ukuran baglog. Alat yang diintroduksikan yang berkapasitas besar, sehingga menjadikan lebih efisien jika baglog yang disterilisasi dalam jumlah besar pula. Kemampuan anggota KUBE dalam setiap proses sterilisasi sebesar 400 – 600 unit baglog sehingga setiap proses sterilisasi dibutuhkan 2 – 3 orang anggota KUBE yang melakukan proses sterilisasi dalam waktu yang bersamaan. Peralatan ini ditempatkan pada satu anggota karena peralatan ini relatif sukar dan berat dipindahkan sehingga jika melakukan proses sterilisasi baglog dari anggota dikumpulkan menjadi satu. Sebagian besar anggota merasa keberatan jika baglog dicampur dalam setiap proses sterilisasi karena baglog bisa tercampur dengan baglog dari anggota KUBE yang lain. Selain itu, mereka juga keberatan dalam membawa baglog ke tempat peralatan sterilisasi karena dirasa kurang efisien dalam segi waktu dan tenaga.

Selain sebagai petani jamur tiram, para petani yang ada di desa ini juga menerima pemesanan baglog dari petani jamur tiram lainnya. Harga per baglog yang siap untuk dibudidayakan berkisar antara Rp 1.750 – Rp 2.000. Keuntungan yang diterima sebesar Rp 200 – Rp 300 per baglog. Bibit jamur tiram F2 didatangkan dari daerah Karangpandan Kabupaten Karanganyar. Dari bibit F2 kemudian diperbanyak menjadi F3 yang siap ditanam pada baglog yang telah disterilisasi.

(4)

4 Sebagian anggota KUBE sudah melakukan proses pembukuan keuangan dalam budidaya jamur tiram maupun pembuatan baglog. Pembukuan ini sangat berguna untuk melihat kondisi usaha budidaya jamur tiram maupun usaha pembuatan baglog, sehingga sebagian anggota belum secara pasti mengetahui berapa keuntungan yang diterima dari usaha yang sedang digelutinya tersebut.

Modal awal yang digunakan dalam budidaya jamur tiram ini adalah modal pribadi, maupun pinjaman dari saudara dekat. Prospek usaha cukup menjanjikan namun peluang ini belum dapat dimanfaatkan secara baik oleh para anggota. Selama ini, para anggota KUBE belum memanfaatkan jasa perbankan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menurut mereka dikarenakan persyaratan yang rumit, potongan administrasi yang banyak, waktu pencairan relative lama dan bunga relative tinggi sehingga mereka enggan memanfaatkan jasa perbankan.

Pemasaran jamur tiram maupun baglog tidak menemui kendala karena para pedagang pengumpul dan pemesan baglog yang datang ke desa ini. Setiap petani sudah memiliki pedagang pengumpul dan pemesan baglog sendiri, sehingga pasar dari jamur tiram ini jelas.

Permasalahan yang dihadapi oleh KUBE yaitu :

a. Belum efisiennya penggunaan alat sterilisasi dalam pembuatan baglog jamur b. Pengelolaan kelembagaan KUBE yang relatif rendah

c. Pengembangan usaha pada masing-masing anggota KUBE yang masih terbatas

Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan produksi dan omset penjualan sehingga pendapatan/ keuntungan para anggota KUBE meningkat. Sedangkan tujuan khususnya yaitu :

a. Peningkatan tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram dengan menggunakan bahan bakar limbah pertanian

b. Perkuatan kelembagaan dan akses permodalan

MATERI DAN METODE

Secara garis besar implementasi kegiatan ini yaitu menggunakan metode observasi, diskusi, introduksi tehnologi, pelatihan dan pendampingan secara terpadu. Setiap ipteks yang diterapkan, metode yang ditawarkan sebagai berikut :

a. Peningkatan Tehnologi Sterilisasi

Tehnologi sterilisasi yang telah diintroduksikan kepada kelompok jamur ini, ditingkatkan efisiensi penggunaannya. Kapasitas produksi disesuaikan dengan kebiasaan para anggota

(5)

5 KUBE dalam melakukan proses sterilisasi sehingga dapat diminimalisasi kapasitas yang menganggur yang dapat menimbulkan ketidakefisienan.

b. Perkuatan kelembagaan KUBE dan akses permodalan pada lembaga perbankan Perkuatan akses permodalan dengan melakukan :

1) Pelatihan manajemen usaha bagi anggota kelompok 2) Pelatihan pembukuan praktis bagi anggota kelompok 3) Pelatihan pembibitan jamur tiram

4) Perkuatan kelembagaan kelompok dari sisi manajemen dan permodalan c. Pendampingan

Pendampingan dilakukan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan mulai dari penggunaan alat sterilisasi yang telah diintroduksikan dan tindak lanjut pelatihan mulai dari pembukuan pembukuan usaha sampai akses terhadap permodalan dari lembaga perbankan.

d. Monitoring dan evaluasi kegiatan

Monitoring dilakukan pada setiap kali kegiatan dimulai dari introduksi alat sterilisasi sampai akses ke lembaga permodalan perbankan. Evaluasi kegiatan dilakukan pada akhir setiap kegiatan beserta tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program IbM tahun 2011 disosialisasikan kepada KUBE “Gotong Royong” di Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Dalam sosialisasi tersebut, Tim Pelaksana memaparkan program-program yang akan dilaksanakan berdasarkan ajuan dalam proposal. Hasil sosialisasi terjadi beberapa program yang direvisi dalam kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu : a. rancang bangun alat sterilisasi baglog jamur tiram disesuaikan dengan kebutuhan para

anggota kelompok. Kapasitas alat sterilisasi yang semula sebesar 400 unit baglog per sterilisasi dinaikkan menjadi 600 unit baglog per sterilisasi.

b. pembentukan pra koperasi

Pelaksanaan kegiatan dalam program IbM ini adalah : a. Rancang bangun alat sterilisasi baglog jamur tiram

Tim pelaksana merancang bangun kembali kapasitas peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan para anggota KUBE dalam setiap kali proses sterilisasi. Dalam merancang

(6)

6 bangun peralatan tersebut, tim pelaksana sebelumnya melakukan studi banding ke sentra pembuatan baglog yang menggunakan alat sterilisasi seperti yang dimaksudkan. Dari hasil studi banding, tim kemudian memodifikasi lebih baik alat sterilisasi yang sudah ada sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan.

Alat tersebut juga dilengkapi dengan thermometer untuk mengukur suhu dalam ruang sterilisasi. Jika thermometer menunjukkan suhu yang tinggi, supaya alat tidak meledak maka uap panas dapat dikeluarkan dari alat tersebut dengan membuka corong yang telah dipasang.

b. Introduksi alat sterilisasi baglog jamur tiram

Sebanyak 3 unit alat sterilisasi yang sudah selesai dirancang bangun kemudian diintroduksikan kepada KUBE. Dalam proses sterilisasi baglog jamur tiram, setiap proses sterilisasi memerlukan waktu antara 6 – 7 jam untuk 600 unit baglog. Dalam introduksi tersebut juga disepakati bahwa alat tersebut akan ditempatkan di rumah Bapak Basuki karena aksesnya relatif mudah dan kedekatan dengan anggota KUBE lainnya.

c. Pelatihan pembibitan jamur

Pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh para anggota KUBE dalam pengembangan usaha secara pribadi maupun pengembangan usaha kelompok. Sering bibit jamur tiram tidak ada di tingkat produsen bibit karena kehabisan stok. Kebutuhan bibit jamur tiram secara kontinu baik di tingkat KUBE maupun di luar KUBE di Kabupaten Ngawi menunjukkan peningkatan. Hal ini merupakan peluang bisnis sendiri jika KUBE dapat menangkap peluang bisnis ini. Pelatihan pembibitan jamur tiram ini dilaksanakan di Agro Makmur Karangpandan Kabupaten Karanganyar dimana Agro Makmur sebagai lembaga pelatihan yang pioneer dalam hal pembibitan jamur tiram.

d. Pelatihan manajemen usaha

Pelatihan manajemen usaha lebih ditekankan bagaimana para anggota KUBE dalam mengelola usahanya mulai dari pengadaan bahan baku, prosesing sterilisasi, budidaya jamur tiram, sampai pemasaran jamur tiram dan baglog. Beberapa anggota KUBE telah melakukan diversifikasi usaha sebagai pembuat baglog karena usaha ini lebih cepat mendatangkan keuntungan daripada budidaya jamur tiram.

(7)

7 Pelatihan pembukuan usaha berupa pembukuan praktis mutlak diperlukan untuk mengetahui perkembangan usaha baik di tingkat kelompok maupun di tingkat anggota kelompok. Pelatihan ini mencontohkan proses pembukuan yang dikumpulkan dari nota-nota pembelian maupun penjualan kemudian dicatat dalam sebuah buku. Dengan pencatatan dari nota-nota tersebut dapat diketahui keuntungan/ pendapatan dan perkembangan usaha budidaya jamur tiram maupun usaha penjualan baglog.

f. Akses permodalan ke lembaga perbankan

Tambahan permodalan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha baik usaha budidaya jamur tiram maupun usaha pembuatan baglog. Dalam kegiatan akses permodalan ke lembaga perbankan, BRI Unit Ngrambe sebagai salah satu lembaga perbankan menawarkan skim kredit yang dapat disalurkan kepada para produsen jamur tiram maupun baglog. Skim kredit yang ditawarkan antara lain skim KUR (kredit usaha rakyat bagi yang belum pernah menerima kredit perbankan dan kupedes bagi yang sudah pernah menerima kredit dari perbankan). Dipilihnya BRI Unit Ngrambe dalam akses permodalan ke lembaga perbankan ini karena satu-satunya lembaga perbankan di wilayah tersebut yang menawarkan kredit dengan bunga rendah, akses transportasi yang relatif mudah dan kemudahan dalam proses pengajuan kredit.

g. Pembentukan pra koperasi

Tujuan pembentukan koperasi adalah menyejahterakan para anggotanya. Syarat pembentukan koperasi berbadan hukum salah satunya adalah memiliki modal disetor di bank minimal sebanyak Rp 15 juta. Karena kesulitan dalam pengumpulan modal disetor, maka para anggota KUBE sepakat untuk mendirikan pra koperasi terlebih dahulu dimana jika modal disetor sudah mencukupi baru didaftarkan badan hukumnya. Koperasi yang dibentuk sebagai salah satu sumber permodalan bagi anggotanya. Melalui kesepakatan dalam rapat KUBE, para anggota KUBE diwajibkan menjadi anggota koperasi.

h. Perkuatan kelembagaan kelompok

Tantangan ke depan yang dihadapi KUBE Gotong Royong semakin berat dikarenakan para pesaing di dalam wilayah Ngrambe maupun di luar wilayah Ngrambe dalam budidaya jamur tiram semakin banyak. Kekompakan anggota dan kemampuan pengurus KUBE dalam mengelola organisasi sangat diperlukan guna keberlangsungan KUBE. Untuk itu diperlukan perkuatan kelembagaan kelompok dengan cara : a) keterbukaan kepengurusan dalam

(8)

8 kelompok kepada para anggotanya, b) meningkatkan manajemen kelembagaan kelompok yang lebih baik lagi, c) keterbukaan dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam kelompok, d) meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kepemimpinan sumberdaya manusia dalam kelompok tersebut. Untuk itu, diperlukan pendampingan dari Tim Pelaksana dalam kegiatan baik yang bersifat rutin maupun accidential.

Dari berbagai pelaksanaan implementasi tersebut di atas, pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan akan tetapi pada masyarakat yang masih terbatas sehingga dapat berkembang hingga mencapai kemandirian (Shanti, etc.all, 2011).

Hasil Monitoring dan Pendampingan Kegiatan yang Telah Dilakukan

Monitoring dan pendampingan kegiatan yang telah dilakukan minimal 2 minggu sekali setelah program berjalan. Monitoring dan pendampingan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kelompok jamur tiram, mengetahui kendala-kendala yang terjadi di lapangan dan mengetahui perkembangan usaha di tingkat anggota kelompok.

Hasil monitoring dan pendampingan kegiatan yang telah dilakukan sebagai berikut : a. Monitoring dan pendampingan pada penggunaan alat sterilisasi

Hasil monitoring diketahui bahwa alat sterilisasi telah digunakan secara maksimal oleh para anggota KUBE. Dengan penggunaan alat tersebut, para anggota KUBE dapat mensterilkan baglog secara lebih efisien daripada sebelumnya. Efisien ini ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya.

b. Monitoring dan pendampingan manajemen usaha

Anggota KUBE relative mampu mengelola usaha baik usaha budidaya jamur tiram maupun pembuatan baglog. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas usaha baik jumlah baglog yang dibudidayakan maupun peningkatan jumlah baglog yang dijual oleh anggota KUBE. Kendala yang dihadapi di lapangan adalah musim panen raya jamur tiram menyebabkan harga jual lebih rendah sebesar Rp 1.000 – 2.000/ kg disbanding harga jual pada umumnya. Untuk menekan harga jual jamur tiram yang terjadi penurunan, para anggota KUBE sepakat untuk melakukan penjadwalan pola/ waktu budidaya jamur tiram. Hasil monitoring lainnya adalah sebagian besar para anggota KUBE telah melakukan pembukuan usaha dengan baik yang dapat memberikan gambaran perkembangan usaha.

(9)

9 c. Monitoring pelatihan pembibitan jamur tiram

Tindak lanjut pelatihan pembibitan jamur tiram sampai sekarang belum ada tindak lanjut yang berarti. Biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan ini relative mahal yang komponen terbesarnya adalah pada investasi peralatan. Peserta pelatihan mengupayakan untuk melakukan peminjaman peralatan yang dibutuhkan ke Dinas Pertanian untuk melakukan uji coba dalam proses pembibitan.

d. Monitoring dan pendampingan kelembagaan kelompok

Setiap bulan sekali, KUBE melakukan koordinasi/ pertemuan rutin membahas mengenai permasalahan yang terjadi sekitar produksi jamur tiram, produksi baglog, harga jual baglog dan harga jual jamur tiram. Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga dilangsungkan kegiatan pra koperasi yang melayani simpan pinjam untuk kebutuhan permodalan bagi para anggotanya.

e. Monitoring akses permodalan ke lembaga perbankan

Beberapa anggota KUBE telah dapat meningkatkan skala usahanya berkat skim kredit yang disalurkan oleh BRI Unit Ngrambe. Beberapa anggota lainnya masih dalam proses verifikasi dan pengajuan persyaratan kredit. Skim kredit yang diberikan dalam skim KUR dan kupedes.

Luaran Kegiatan

Luaran yang tercapai dalam program ini adalah :

a. Penambahan 3 unit alat sterilisasi baglog jamur tiram yang digunakan oleh kelompok jamur tersebut dengan kapasitas 400 unit baglog per proses sterilisasi dan waktu yang dibutuhkan sekitar 6 – 7 jam.

b. Anggota kelompok jamur tiram memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola budidaya jamur tiram

c. Anggota kelompok jamur tiram memiliki pembukuan laporan keuangan usaha budidaya jamur tiram

d. Dibentuknya pra koperasi dengan kepengurusan sama seperti dalam kepengurusan KUBE e. Tersalurkannya kredit dari lembaga perbankan bagi anggota KUBE

f. Kelembagaan kelompok jamur tiram mampu mengembangkan kelembagaan kelompok yang tangguh

(10)

10 g. Pendapatan anggota KUBE meningkat sebesar 10%

Evaluasi Kegiatan

Secara umum, kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hanya ada satu kegiatan tindak lanjut pelatihan pembibitan jamur tiram yang belum berjalan karena keterbatasan dalam pengadaan investasi peralatan. Namun hal tersebut sedang diusahakan dalam proses peminjaman ke dinas terkait untuk uji coba hasil pelatihan. Kegiatan yang telah dilaksanakan memberikan peningkatan terhadap pendapatan anggota KUBE.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Introduksi tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram berjalan dengan lancar. Peralatan dapat diimplementasikan dengan baik di tingkat KUBE sehingga dapat meningkatkan efisiensi proses produksi.

b. Perkuatan kelembagaan KUBE dan akses permodalan kepada lembaga perbankan ditingkatkan melalui program pendampingan.

c. Manajemen usaha KUBE lebih baik jika dibandingkan sebelum adanya program IbM ini

d. Perkuatan kelembagaan KUBE semakin kuat Saran

a. Peluang usaha pembibitan jamur tiram terbuka luas, seyogyanya peluang tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Diperlukan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengadaan peralatan yang dibutuhkan sehingga usaha pembibitan jamur di Ngawi dapat didirikan

b. Pendampingan usaha ke depan dititikberatkan pada proses pengolahan mengingat semakin banyanya pesaing pembudidaya jamur tiram.

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 21012. Baglog Jamur Tiram. http://jamur-tiram.com/index.php/Produk/Baglog-Jamur-Tiram.html

Choirul Anam. 2008. Laporan Sibermas 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat (P4GKM LPPM UNS). Surakarta

Erlyna Wida R dan Suminah. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Knservasi Lahan Rawan Bencana Longsor di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Jurnal

Ilmu-Ilmu Pertanian Volume 7 Nomor 1 Juli 2011. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Magelang. Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta.

Nur Her Riyadi P. 2010. Laporan IbM Kelompok Jamur Tiram Desa Sidomulyo Kecamatan

Ngrambe Kabupaten Ngawi. Pusat Layanan Bisnis (BDS LPPM UNS). Surakarta

Ravik Kaarsidi. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Nelayan. Semiloka Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Tengah dalam Rangka Pelaksanaan Otoda. Badan Pemberdayaan Masyarakat Jateng. Semarang 4-6 Juni 2002

Shanti Emawati. Ayu Intan Sari. Endang Tri Rahayu. Agni Hanifa. 2011. Rancangan Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin di daerah Rawan Bencana Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Sebagai Upaya untuk Mewujudkan Agrowisata Peternakan. Jurnal Caraka

Referensi

Dokumen terkait

Adapun peranan guru BK dalam menangani rendahnya prestasi belajar peserta didik smp nengeri 1 patampanua pinrang adalah mengupayakan pengadaan sarana yang

Macanan Jaya Cemerlang memiliki beberapa aktifitas yang dilakukan yaitu internal audit, rapat tinjauan manajemen, tindakan korektif dan pencegahan, pengendalian

Tinjauan literatur yang luas dari banyak studi akuntansi terhubung ke reformasi sektor publik mengungkapkan bahwa tidak ada studi mendalam telah dilakukan berfokus

Pengujian memilih tiga dari lima isolat yang menunjukkan kecepatan tumbuh, kerapatan spora, viabilitas spora, dan persentase penghambatan terbesar.Apabila hasil yang

Dengan memahami demokrasi dan musyawarah yang sesungguhnya, maka akan terciptanya pengaplikasian nilai-nilai demokrasi maupun musyawarah tersebut dengan baik

Selanjutnya, suatu multiplet di cjacrah 0,9 ppm disebabkan oleh 12 proton (4 x Me) diikuti oleh sebuah multipler yang lain di daerah 1,3 ppm yang terintegrasi untuk 16

The objectives of this study were to examine whether (1) the DRTA Strategy can effect on students’ achievement in reading comprehension or not, (2) the achievement