LANDASAN TEORI
2.1. Jaringan Lokal Akses Fiber
Teknologi Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) merupakan suatu teknologi penggunaan kabel serat optik sebagai media transmisi dalam pengiriman data dari sentral ke pelanggan (jaringan akses). Fiber optik dipilih menjadi media transmisi karena kemampuannya yang dapat mengantarkan data berkapasitas besar dengan kecepatan tinggi untuk jarak jauh sehingga mampu memenuhi permintaan bandwidth yang sangat besar. [9]
Penggunaan fiber optik sebagai media transmisi menyebabkan adanya proses peralihan sinyal elektrik menjadi sinyal optik. Hal itu dilakukan agar sinyal dapat ditransmisikan melalui fiber optik. Berdasarkan tempat peralihan sinyal optik menjadi sinyal elektrik di pelanggan maka jarlokaf dibedakan beberapa arsitektur yaitu:
a. Fiber to the Zone ( FTTZ )
Titik konversi optik (TKO) terletak di Rumah Kabel (RK) dan dari RK dihubungkan ke pelanggan dengan kawat tembaga melalui Distribution
Point (DP).
b. Fiber to curb ( FTTC )
TKO terletak di DP dan dari DP ke pelanggan menggunakan kabel tembaga dalam orde ratusan meter.
c. Fiber to the Building ( FTTB )
TKO terletak di sebuah bangunan perkantoran yang besar dengan nomor telepon yang banyak dan bertindak sebagai RK. Sistem ini mirip dengan istilah CTL (catuan langsung). Dari FTTB ke pelanggan menggunakan kabel tembaga. Dalam konfigurasi ini tidak ada lagi DP.
d. Fiber to the Home ( FTTH )
TKO terletak dirumah – rumah pelanggan dan langsung dihubungkan ke pesawat pelanggan dengan kabel dalam rumah. Ordenya sampai puluhan meter ( kalau dimensi rumah pelanggan juga puluhan meter ).
Pengiriman data dari sentral ke pelanggan menggunakan konfigurasi point
to multipoint. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat Optical Distribution Network
(ODN) yang dapat mendistribusikan data dari sentral ke pelanggan tujuan atau sebaliknya. Berdasarkan jenis ODN yang digunakan, maka Jarlokaf dibagi menjadi Active Optical Network (AON), yaitu ODN yang menggunakan perangkat optik aktif, dan Passive Optical Network (PON), yaitu ODN yang menggunakan perangkat optik pasif
2.2. Passive Optical Network (PON)
Passive Optical Network (PON) merupakan arsitektur jaringan akses
pengganti teknologi tembaga untuk narrow-band dan broadband. Berdasarkan definisinya Passive Optical Network (PON) adalah jaringan point-to-multipoint berbasis serat optik yang memiliki elemen pembagi optik (optical splitter) yang
bersifat pasif artinya tidak melakukan manipulasi sinyal seperti penguatan sinyal optik. [3]
Karena termasuk jaringan broadband, PON memilki beberapa keunggulan antara lain jaringan ini mempunyai koneksi kecepatan tinggi yang memungkinkan akses internet secara cepat dan terkoneksi. Dengan menggunakan system
multiplexer PON bisa menyediakan layanan telepon, data, dan video dalam satu
saluran. Selain itu, PON tidak memerlukan catuan listrik secara langsung dari sentral sehingga akan lebih menghemat daya. Keunggulan lain yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah PON dapat diintegrasi dengan jaringan tembaga (copper). Dengan demikian kinerja PON dapat ditingkatkan dan biaya operasi dapat ditekan
PON pertama kali dibuat oleh FSAN (Full Service Access Network) yang kemudian distandardisasi oleh ITU-T (A/BPON, GPON) atau IEEE (EPON).
Dengan teknologi serat optik beberapa layanan hanya menggunakan satu saluran kabel, seperti misalnya telepon, data, dan video. Salah satu teknologi
Wavelength Division Multiplexer (WDM) memungkinkan terjadinya beberapa
layanan yang menggunakan satu jalur kabel.
Sinyal optik downstream dan upstream merupakan dua buah sinyal yang berbeda panjang gelombangnya dan dilewatkan pada jalur yang sama. Sinyal tersebut digabungkan dan dipisahkan pada ujung jaringan, baik disisi service
provider maupun disisi pelanggan.
Sinyal downstream adalah berupa paket-paket yang dikirimkan dengan cara broadcast lewat sebuah serat, kemudian optical splitter akan mengirimkan paket-paket tersebut ke semua end-point.
Jadi setiap ujung (terminal) akan menerima paket data yang sama untuk dibagikan hanya data tertentu yang akan diproses. Untuk menjaga keamanan data maka setiap paket atau frame dapat dienkripsi terlebih dahulu. Karena kemampuan untuk mentransfer dengan bandwith yang tinggi dan jarak yang jauh (sekitar 20 sampai 30 km), PON biasa digunakan untuk jaringan metro atau untuk
mobile backhaul, yaitu koneksi antara core network satu dengan core network
lainnya.
2.3. Gigabit Passive Optical Network (GPON)
GPON merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T via G.984 dan hingga kini bersaing dengan GEPON (Gigabit Ethernet PON), yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi Ethernet. Pada GPON, sebuah
dihubungkan dengan beberapa ONU yang merupakan interface pelanggan dari jaringan fiber optik, menggunakan pasif optical distribution network (ODN), seperti splitter, filter, atau perangkat pasif optik lainnya. [4]
GPON mempunyai dominansi pasar yang lebih tinggi dan roll out lebih cepat dibanding penetrasi GEPON. Standar G.984 mendukung bit rate yang lebih tinggi, perbaikan keamanan, dan pilihan protokol layer 2 (ATM, GEM, atau Ethernet). Baik GPON ataupun GEPON, menggunakan serat optik sebagai media transmisi. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan trafik Triple Play (Suara/VoIP, Multi Media/Digital Pay TV dan Data/Internet) hanya melalui media 1 core kabel optik disisi subscriber atau pelanggan. Yang menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya semacam SDH adalah teknik distribusi trafik dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga ke arah subscribe akan didistribusikan menggunakan splitter pasif (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64). [3]
GPON menggunakan TDMA sebagai teknik multiple access upstream dengan data rate sebesar 1.2 Gbps dan menggunakan broadcast kearah
downstream dengan data rate sebesar 2.5 Gbps. GPON disyaratkan harus dapat
melayani layanan jenis apapun, baik itu ethernet maupun TDM (PSTN, ISDN, E1, dll). Jarak antar OLT dengan ONU yang dapat dijangkau adalah 10 km untuk kecepatan 2.4 Gbps, sedangkan untuk kecepatan 1.2 Gbps dapat mencapai 20 km. Untuk split ratio, ODN pada GPON dapat mencapai 1:64.
Model paketisasi data menggunakan GEM (GPON Encapsulation
Methode) atau ATM cell untuk membawa layanan TDM dan packet based. GPON
Soft Switch BRAS IP TV Server
Router
Metro E
OLT GPON
ONT
Gambar 2.2 Skema Jaringan Pada OLT GPON
Keterangan: Soft Switch
Berperan sebagai bank data pelanggan, voice source. BRAS
Berperan sebagai internet source. IP TV Server
Berperan sebagai TV channel source. Router
Metro E
Berperan sebagai uplink dari OLT dan penghubung ke router. OLT GPON
Berperan sebagai uplink dari ONT dan penghubung ke Metro E. ONT
Berperan sebagai terminal yang mendistribusikan layanan ke pelanggan.
2.3.1 Switching Soft Switch
Soft Switch lahir dari pengembangan teknologi jaringan data yang kini
telah mendominasi. Pengembangan ini merupakan migrasi dari jaringan PSTN (Public Switch Telephone Network) menuju NGN (Next Generation Network) yang berbasis data. Layanan telekomunikasi pada NGN (Next Generation
Network) meliputi voice, data, dan multimedia. Pada kenyataannya, bagi industri
jasa telekomunikasi bahwa volume trafik data melebihi volume trafik voice, namun layanan voice masih merupakan penyumbang pendapatan terbesar dalam bisnis telekomunikasi. Dengan demikian pengembangan layanan voice pada jaringan data menjadi aspek penting dalam perkembangan telekomunikasi. [12]
Soft Switch merupakan kumpulan dari beberapa perangkat protokol dan
aplikasi yang memampukan perangkat-perangkat yang lain untuk mengakses telekomunikasi atau layanan internet berbasis jaringan IP.
Fungsi Soft Switch diantaranya:
Teknologi Soft Switch mampu menghubungkan antara internet, jaringan wireless, jaringan kabel dan jaringan telepon tradisional.
Core network dapat dicapai menggunakan Soft Switch.
Soft Switch memampukan jaringan telepon untuk berkomunikasi
dengan jaringan data / internet dan sebaliknya.
Arsitektur dan Bagian Fungsional (Functional Plane) Soft Switch ISC Reference
Architecture sebagai berikut:
1. Transport Plane
Transport plane bertanggung jawab untuk pengirirman pesan antar
jaringan VoIP. Pesan ini dapat berupa call signalling, call dan media set up atau media. Mekanisme pengiriman pesan-pesan ini berdasarkan semua teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan untuk membawa jenis trafik ini. Transport plane juga menyediakan akses untuk pensinyalan dan media ke jaringan luar, atau terminal ke jaringan VoIP. Pada umumnya perangkat dan fungsi transport plane dikendalikan oleh fungsi didalam call control dan signalling plane. Transport
plane dibagi menjadi tiga daerah yaitu IP Transport Domain, Interworking Domain, dan Non-IP Access Domain.
IP Transport Domain
IP Transport Domain menyediakan transport backbone dan routing /
switching untuk mengangkut paket antar jaringan VoIP. Yang termasuk pada IP transport domain yakni router dan switch. Perangkat-perangkat (router dan switch) menyediakan mekanisme QoS dan aturan untuk pengangkutan.
Interworking Domain
Perangkat Interworking Domain bertanggung jawab untuk perubahan bentuk pensinyalan atau media penerima dari jaringan eksternal ke dalam suatu format yang dapat dikirim ke berbagai entity di dalam jaringan VoIP dan sebaliknya. Interworking Domain terdiri dari perangkat seperti Signalling
Gateway (gerbang signal yang mengangkut konversi antar lapisan pengangkut
yang berbeda), Media Gateway (media konversi antara jaringan transport yang berbeda atau media yang berbeda, dan Interworking Gateway) signal interworking pada layer transport yang sama tetapi dengan protokol berbeda.
Non-IP Access Domain
Non-IP Access Domain diterapkan terutama untuk terminal non-IP dan
jaringan radio tanpa kawat yang mengakses ke jaringan VoIP. Non-IP Access
Domain terdiri dari Access Gateway atau gerbang untuk terminal non-IP atau
telepon, terminal ISDN Integrated Access Devices ( IADS) untuk jaringan DSL, Kabel modem / Multimedia Terminal Adaptor ( MTAs) untuk jaringan HFC, dan
Media Gateway untuk jaringan GSM/3G mobile radio access network (RAN).
2. Call Control & Signaling Plane
Call Control & Signaling Plane mengontrol elemen utama pada jaringan
VoIP, khususnya pada Transport Plane. Perangkat dan fungsi dalam plane ini menyelesaikan kendali panggilan berdasarkan pesan / message yang diterima dari
Transport Plane, dan menangani pembangunan dan pemutusan koneksi media
Call Control & Signaling Plane terdiri dari perangkat seperti Media Gateway Controller (Call Agent or Call Controller), Gatekeepers and LDAP servers.
3. Service & Application Plane
Service & Application Plane menyediakan kendali, logika dan
pengeksekusi satu atau lebih jasa atau layanan atau aplikasi di dalam suatu jaringan VoIP. Perangkat-perangkat di dalam control Plane ini mengendalikan jalannya suatu panggilan berdasarkan layanan atau jasa pengeksekusi logika. Melalui komunikasi dengan perangkat di dalam Call Control & Signaling Plane. Jasa atau layanan & aplikasinya terdiri dari perangkat seperti Aplikasi Server dan
Feature Server. Jasa atau layanan & aplikasinya juga mengontrol khususnya
komponen-komponen pembawa seperti Media Server, yang melaksanakan fungsi seperti conferencing, IVR, tone processing, dan seterusnya.
4. Management Plane
Management Plane menangani fungsi seperti berlangganan dan ketetapan
jasa atau layanan, dukungan operasional, penagihan dan tugas manajemen jaringan lainnya. Management plane dapat saling berhubungan dengan beberapa atau dengan semua ketiga plane lainnya melalui standar industri ( seperti: SNMP) atau protocol proprietary dan APIs.
Jaringan Soft Switch dibangun oleh 5 komponen penting diantaranya: 1. MGC (Media Gateway Controller)
MGC (Media Gateway Controller) merupakan salah satu unit fungsi utama pada Soft Switch. Gateway controller menangani call processing menggunakan Media Gateway dan Signaling Gateway. Dalam menangani Call
Processing, Signaling Gateway berperan untuk membangun dan membubarkan
koneksi. Gateway Controller sering disebut Call Agent (karena memiliki fungsi pesan pengontrol panggilan), dan juga disebut Media Gateway Controller (karena memiliki fungsi pengontrol media gateway). Terkadang Call Agent disebut juga sebagai Soft Switch (karena dikombinasikan dengan Media Gateway dan
Signalling Gateway sehingga mempresentasikan konfigurasi minimum Soft Switch). Komponen ini menghubungkan antar komponen dalam jaringan Soft Switch dan juga menghubungkan ke jaringan luar yang berbeda protokol, seperti
ke jaringan PSTN, SS7 dan jaringan IP.
2. MG (Media Gateway)
MG (Media Gateway) disebut juga AG (Access Gateway) dan TG (Trunk
Gateway). Access Gateway (AG) sebagai penghubung ke arah jaringan akses yang
berhubungan dengan pengguna. Pada umumnya Access Gateway yang dikenal adalah perangkat yang berbasis paket (IP) ataupun non-paket yang selanjutnya diubah menjadi paket untuk dapat dikontrol oleh Soft Switch. Trunk Gateway (TG) dipergunakan untuk menghubungkan jaringan berbasis Soft Switch kepada jaringan non-paket dan berfungsi sebagai trunking. Di dalam perangkat ini terdapat perubahan dari trafik yang non-paket ke paket ataupun sebaliknya.
3. SG (Signalling Gateway)
SG (Signalling Gateway) melayani sebagai gateway atau gerbang antara jaringan signal SS7 dengan node - node lain pada jaringan IP yang di manage atau dikontrol oleh Soft Switch. Sebuah Signalling Gateway secara fisik terhubung ke jaringan SS7 dan harus mampu melayani berbagai protokol yang telah distandarkan. Signaling Gateway menyebabkan Soft Switch seperti node - node yang ada pada jaringan SS7. Signaling Gateway menangani pengiriman signal SS7, sementara Media Gateway menangani pengiriman voice.
4. MS (Media Server)
Biasanya terpisah dari Feature Server karena aplikasi Media Server melibatkan media processing. Artinya Media Server harus mampu mendukung DSP (Digital Signal Processing).
5. FS (Feature Server)
FS (Feature Server) menyediakan semua fitur dan layanan seperti tagihan, multi party conference, dll. Feature Server menggunakan semua sumber layanan atau jasa yang berkaitan dengan komponen-komponen lain pada Soft Switch. Dengan adanya Feature Server yang bekerja berbasis jaringan IP maka tidak ada lagi hambatan bagi Soft Switch untuk membagi dan mengelompokkan komponen aplikasi.
2.4. Komponen dan Perangkat pada Headend 2.4.1. Headend
Headend merupakan pusat dari sistem distribusi yang berfungsi sebagai
tempat penggabungan, pengolahan, dan menerima sinyal dari satelit maupun dari terrestrial. Sinyal dari bermacam-macam sumber (seperti sinyal satelit, sinyal off-air) diterima dan diubah menjadi bentuk pengantaran sinyal yang semestinya dengan diproses secara elektronik, agar diperoleh kualitas gambar dan suara yang baik, dilakukan “scrambling” (pengacakan) untuk mencegah akses dari pihak-pihak yang tidak diinginkan serta dilakukan proses penyisipan iklan. Pada saat sinyal-sinyal telah siap untuk diantarkan, sinyal-sinyal tersebut digabungkan dalam sebuah kabel coaxial tunggal dan siap untuk dikirim melalui jaringan. Dalam proses penggabungannya saluran analog dan digital sampai input OTX perlu diperhatikan, agar tidak terjadinya frekuensi yang saling bertabrakan (Intermodulation).
Headend ini terdiri atas beberapa bagian, antara lain antena parabola, antena teresterial, receiver, demodulator, transmodulator, VDA/ADA, patch panel, ads inserter, running text, logo inserter, modulator, passive combiner, splitter, amplifier, dan OTX.
2.4.2. Konfigurasi Umum Headend Analog dan Digital :
Satellite Receiver
Splitter A/V
“ Outdoor “ “ Indoor “
Line
Amplifier Supply Power LNBC JALUR RF DOWNSTREAM VDA ADA C O M B I N E R IF 950 – 1750 MHz O T X
= Digunakan jika diperlukan
Single Side Band RF 50 – 862 MHz Splitter Scramble Converter To HUB 1 2 3 4 5 6 7 8 Baseband Informasi VDA
ADA = Video Distribution Amplifier= Audio Distribution Amplifier IF = Intermediate Frequency RF = Radio Frequency Satellite Receiver Modulator Modulator Transmodulator Transmodulator
Gambar 2.3 Konfigurasi Umum Headend Analog dan Digital
Titik pengukuran pada bagian RF (Test Point) di Headend antara lain :
1. Pengukuran sinyal IF pada output LNBC (Line Amplifier, Power Supply LNBC).
2. Pengukuran sinyal IF pada output IF Splitter.
3. Pengecekan / pengukuran kualitas sinyal Video dan Audio pada output
Receiver.
4. Pengecekan / pengukuran kualitas sinyal Video dan Audio pada output Patch
6. Pengukuran sinyal RF output Combiner. 7. Pengukuran sinyal RF pada output Splitter. 8. Pengukuran sinyal RF pada test point input OTX.
2.4.3. Jenis-jenis dan Fungsi Perangkat Pada Headend 1. Perangkat Antena
Berbagai sumber informasi diterima dan dirubah di headend sedangkan yang akan dijelaskan pada Tugas Akhir ini hanya dua penerimaan antena saja, yaitu :
1) Antena Parabola
Fungsinya adalah menerima dan merubah sinyal elektromagnetik dari satellite menjadi sinyal Intermediate Frequency (IF) dengan menggunakan perangkat LNBC.
Perangkat LNBC (Low Noise Block Converter) berfungsi untuk menangkap dan mengkonversi sinyal downlink dari satellite dengan orde GigaHertz menjadi orde MegaHertz. Dilengkapi dengan suatu
amplifier wideband (500 MHz) rendah noise yang mempunyai noise figure sekitar 1 – 2 dB. Secara total mempunyai penguatan (Gain)
sinyal RF sekitar 60 – 65 dB. Beroperasi pada temperatur maksimum 70° C. Mendapat catuan daya sebesar 14/18 Vdc secara remote dari
power supply indoor, dimana sistem penyaluran catuan daya secara power feeding (disisipkan ke kabel coaxial), dapat juga mendapat
2) Antena Terrestrial/Yagi
Sinyal dari bermacam-macam sumber (seperti sinyal satelit, sinyal off-air) diterima dan diubah menjadi bentuk pengantaran sinyal yang semestinya dengan diproses secara elektronik, agar diperoleh kualitas gambar dan suara yang baik.
2. Receiver
Fungsinya adalah mengubah sinyal IF ( 950 MHz – 1750 MHz ) dari antena parabola menjadi sinyal baseband untuk setiap channel.
3. Demodulator / Decoder
Untuk sumber sinyal yang merupakan sinyal off-air, sebelum sinyal RF
broadcast yang diterima oleh antena tersebut dimasukkan ke modulator maka
sinyal tersebut dipisah terlebih dahulu berdasarkan channelnya. Pemisahan ini dilakukan oleh demodulator atau decoder.
4. Transmodulator
Fungsinya adalah menerima dan mengubah sinyal QPSK ( 950 MHz – 1750 MHz ) dari antena parabola menjadi sinyal QAM ( 50 – 862 MHz ), kemudian nilai frekuensi yang telah ditentukan digabungkan melalui combiner untuk di distribusikan ke jaringan CATV.
Gambar 2.4 Hirarki Transmodulator
5. VDA/ADA
Video Distributor Amplifier adalah penguat untuk sinyal video sebelum
sinyal di modulasi oleh perangkat modulator sedangkan Audio Distributor
Amplifier adalah penguat untuk sinyal audio sebelum sinyal di modulasi oleh
perangkat modulator dengan lebar bandwidth 5,5 MHz dari picture carrier ke
sound carrier.
6. Patch Panel
Berfungsi sebagai switch atau saklar atau by pass jika terjadi gangguan pada saat komunikasi antar perangkat satu dengan yang lain sehingga sinyal informasi yang dikirim hingga ke modulator sampai.
7. Ads Inserter
Perangkat yang berfungsi untuk memasukan iklan pada spot salah satu program TV yang telah ditentukan melalui cue tone DTMF atau GPI atau dengan
trigger di setting secara manual pada saat jam – jam yang diinginkan, agar iklan
tersebut running.
8. Running Text & Logo Inserter
Perangkat yang berfungsi untuk menampilkan berupa text informasi secara
running atau title box untuk satu layar penuh sedangkan logo inserter adalah logo brand name dari perusahaan tersebut untuk program TV.
9. Scrambler
Berfungsi mengacak sinyal RF untuk single/multi channel agar tidak dapat diterima oleh pesawat TV pelanggan yang tidak berlangganan untuk kanal tersebut.
10. Modulator
Berfungsi mengubah sinyal informasi Video dan Audio menjadi sinyal pembawa RF dengan range antara 5 MHz hingga 1000 MHz.
11. Passive Combiner
Berfungsi untuk menggabungkan sinyal-sinyal RF dari setiap output
modulator sehingga menjadi satu beam membentuk rangkaian serial sinyal
spektrum RF (FDMA) yang masing-masing menempati alokasi bandwidth frekuensi sesuai setting parameter nomor kanal masing-masing modulator.
12. Splitter
Splitter berfungsi untuk memperbanyak arah distibusi jaringan GPON
untuk headend. Terdapat berbagai jenis splitter seperti spliter 1:2, 1:3, 1:4, baik yang bersifat seimbang (balanced) maupun tidak seimbang (unbalanced). Splitter ini akan menimbulkan redaman terhadap sinyal RF yang melaluinya dimana besarnya redaman juga merupakan fungsi frekuensi.
2.5. Komponen dan Perangkat pada GPON 2.5.1 Network Management System (NMS)
NMS merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkonfigurasi perangkat GPON. Letak NMS ini bersamaan di dekat OLT namun berbeda ruangan.
Konfigurasi yang dapat dilakukan oleh NMS adalah OLT dan ONT. Selain itu NMS dapat mengatur layanan GPON seperti POTS, VoIP, dan IPTV. NMS ini menggunakan platform Windows dan bersifat GUI (Graffic Unit Interface) maupun command line. NMS memiliki jalur langsung ke OLT, sehingga NMS dapat memonitoring ONT dari jarak jauh.
2.5.2 Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia layanan
(service provider) data, video, dan jaringan telepon. Bagian ini akan membuat link
ke sistem operasi penyedia layanan melaluiNetworkManagementSystem(NMS).
Optical Line Termination (OLT) dipasang di Central Office, persyaratan umum
Backplane OLT menyediakan sistem backup (redudansi) dan koneksi
independent 10 Gigabit Ethernet full duplex untuk masing-masing
servis slot.
Kemampuan switching OLT mempunyai arsitektur non-blocking 150 Gbps full duplex per shelf.
OLT memiliki universal untuk PON card
Tabel 2.1 Pembagian Slot Board OLT
Board Type Silk Screen Slot
Control board SCUH/SCUL Slot 9, 10 Service board GPFD Slot 1-8 dan 11-18
TOPA OPGD ETHA
Power Input board PRTE Slot 21, 22 Uplink Interface board GICF Slot 19, 20
GICG X1CA, X2CA
2.5.3 Optical Distribution Cabinet (ODC)
ODC (Optical Distribution Cabinet) adalah jaringan optik antara perangkat OLT sampai perangkat ONT. ODC bisa diasumsikan seperti RK (Rumah Kabel) pada kabel tembaga. Pada ODC terdapat splitter yang digunakan untuk memecah 1 saluran optik yang berasal dari sentral menjadi beberapa kabel serat optik. Adapun rasio splitternya
• 1:4 • 1:8 • 1:16 • 1:32
Perlu diperhatikan, semakin banyak pemisahan kabel serat optik akan memperbesar redaman. ODC menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif.
ODC menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONT. Perangkat interior pada ODC terdiri dari :
1) Konektor
Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersama-sama tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain). Konektor yang digunakan pada Optical Access Network (OAN) dapat dipasang di luar dan di lokasi pelanggan.
2) Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya optik
dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter pada PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energi eksternal dan optimasi tidak dilakukan terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga cara kerjanya membagi daya optik sama rata.
Passive splitter atau splitter merupakan optical fiber coupler sederhana
yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal-sinyal kombinasi dalam satu jalur. Selain itu splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Alat ini sedikitnya terdiri dari 2 port dan bisa lebih hingga mencapai 32 port.
Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standard direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun rasio meningkat menjadi 64 pelanggan berdasarkan ITU-T G.984 GPON Standard. Hal ini berpengaruh terhadap redaman sistem, seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 Redaman Passive Splitter
Rasio Redaman 1:2 2,8 – 4,0 dB 1:4 5,8 – 7,5 dB 1:8 8,8 – 11,0 dB 1:16 10,7 – 14,4 dB 1:32 14,6 – 18,0 dB
2.5.4 Optical Distribution Pack (ODP)
ODP bisa diasumsikan seperti KP (Kotak Pembagi) pada kabel tembaga dimana mempunyai lokasi yang lebih dekat ke lokasi yang akan dipasang FTTx.
tempat pemasangan. Instalasi atau terminasi yang bagus dari ODP adalah persyaratan utama untuk menjamin kemampuan transmisi pada kabel serat optik. Syarat utama ODP adalah :
a. ODP dapat diubah tanpa mengganggu kabel yang sudah terpasang dengan cara melebihkan kabel serat optik beberapa meter.
b. Setiap ODP harus punya ruangan untuk memuat splitter. c. ODP harus memiliki akses dari sisi depan.
d. Setiap ODP harus memiliki penutup depan untuk melindungi orang dari cahaya laser yang langsung keluar dari ujung serat.
e. ODP harus mempunyai ruang untuk memuat dan memandu kabel serat optik.
Gambar 2.10 Optical Distribution Pack [1]
2.5.5 Patchcord
Patchcord adalah seutas serat optik berisi 1 (satu) core mempunyai
Gambar 2.11 Patch Cord
2.5.6 Pigtail
Pigtail adalah seutas serat optik berisi 1 (satu) core mempunyai pelindung
serat sendiri dan dilengkapi hanya 1 (satu) buah konektor pada salah satu ujungnya.
Gambar 2.12 Pigtail
2.5.7 Connector
Konektor terdapat pada ujung dari serat optik yang terhubung langsung pada perangkat. Konektor pada serat optik terbuat dari material sederhana seperti plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis. Jenis konektor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Jenis – jenis konektor fiber optik, antara lain :
a) Konektor FC : digunakan untuk jenis kabel single mode dengan akurasi yang tinggi untuk menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver.
b) Konektor SC : digunakan dalam jenis kabel single mode dan bisa dilepas pasang. Konektor SC, bentuknya persegi dan lebih mudah dihubungkan ke area yang ditentukan
Gambar 2.14 Konektor SC
c) Konektor ST : bentuknya seperti bayonet berkunci dan hampir mirip dengan konektor BNC. Umum digunakan pada jenis kabel single mode maupun multi mode. Konektor ini paling umum dan yang sering digunakan bersama kabel fiber optik. Berbentuk batang, mirip dengan konektor BNC.
d) Konektor Biconic : jenis konektor yang pertama kali muncul dalam komunikasi fiber optik dan jenis ini sekarang sudah sangat jarang digunakan.
e) Konektor D4 : jenis konektor ini hampir mirip dengan konektor FC, hanya berbeda ukurannya. Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagian ferrule-nya. f) Konektor SMA : jenis konektor ini lebih dahulu muncul dari konektor ST
g) Konektor yang baru saat ini lebih popular adalah konektor MT-RJ. Konektor MT-RJ menggunakan model plastik seperti yang digunakan konektor RJ-45, yang memudahkan untuk dipasang. Dua kabel fiber terhubung ke dalam satu konektor, sama dengan konsep konektor SC.
Gambar 2.15 Konektor MT-RJ
h) Beberapa jenis konektor lain yang biasanya digunakan dalam jaringan adalah Konektor FDDI, Konektor LC, Konektor MT Array.
2.6. Komponen dan Perangkat pada CPE ( Customer Premise Equipment ) 2.6.1 Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untukservicepelanggan.
Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan. Perangkat ONU yang digunakan salah satunya adalah tipe HG8245A yang merupakan pabrikan merek Huawei.
Gambar 2.16 Optical Network Termination/Unit
2.6.2 Perangkat Set Top Box (STB)
Set Top Box adalah alat yang dipasang di rumah pelanggan untuk memilih
program, merekam dan menggunakan fasilitas-fasilitas lain yang disediakan oleh provider. STB antara lain melakukan proses unscrambling sinyal dari channel-channel yang sudah di-subscribe oleh pelanggan.
2.6.3 Perangkat Telepon
Perangkat Telepon bisa pesawat telepon biasa atau perangkat telepon VOIP. Perangkat ini diletakkan disisi customer sebagai media untuk memberikan layanan telephone. Biasanya komunikasi ini dilakukan melalui jaringan Cable
Modem dengan men-terjemahkan analog RF dari jaringan GPON ke bentuk digital
yang terkoneksi dengan CM dan kemudian diinterfacekan dengan RJ-11 konektor ke pesawat telephone biasa. Memiliki karakteristik yang tergantung dari source (sumber).
2.6.4 Perangkat ATB (Access Terminal Box)
ATB digunakan untuk menghubungkan kabel optik ke perangkat pasif ONT yang berada di dalam ruangan. ATB juga menyediakan port optik untuk akses serat optik dalam hal penyambungan, perlindungan serat optik dan juga sebagai tempat penyimpanan kelebihan serat optik.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan GPON
Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki oleh teknologi GPON adalah:
a. Mendukung aplikasi triple play (suara,data, dan video) pada layanan FTTx yang dilakukan melalui satu core fiber optik.
b. Dapat membagi bandwidth sampai 32 ONT.
c. GPON mengurangi penggunaan banyak kabel dan peralatan pada kantor pusat bila dibandingkan dengan arsitektur point to point. Hanya satu port optik di central office (menggantikan multiple port).
d. Alokasi bandwidth dapat diatur.
e. Biaya maintenance yang murah karena menggunakan komponen pasif. f. Transparan terhadap laju bit dan format data.
GPON dapat secara fleksibel mentransferkan informasi dengan laju bit dan format yang berbeda karena setiap laju bit dan format data ditransmisikan melalui panjang gelombang yang berbeda. Laju bit 1.244 Gbit/s untuk
upstream dan 2.44 Gbit/s untuk downstream.
g. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih effisien. Hal ini dikarenakan arsitektur jaringan GPON lebih sederhana dari pada
Sedangkan kekurangan yang dimiliki GPON, antara lain: a. Model layering yang kompleks
b. Lebih mahal dibandingkan GEPON
c. Transceiver pada laju 2.4 Gbps saat ini mahal
d. Bandwidth upstream terbatas pada hingga 622 Mbps saat ini
2.8. Spesifikasi Layanan GPON
Tabel 2.3 Spesifikasi GPON [6]
Items Deskripsi Target
Performansi layanan dan QoS Full Services(19/100 Base-T, Voice,
Leased lines)
Bit Rates 1.25 Gb/s symmetric dan 155 Mb/s
& 622 Mb/s upstream Jarak pencapaian fisik maksimum Max 20 km dan Max 10 km
Logical Reach Max 60 km (for ranging protocol)
Branches
Max 64 pada layer fisik
Max 128 pada layer TC
Alokasi panjang gelombang
Downstream : 1480 – 1500 nm Upstream : 1260 – 1360 nm
Kelas ODN Kelas A, B, dan C (sama seperti persyaratan B-PON)