• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita yang berperan sebagai regulator flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan memproduksi asam laktat untuk menjaga keasaman pH vagina (berkisar 3,8-4,5) serta memproduksi hidrogen peroksida yang berperan dalam menekan pertumbuhan bakteri-bakteri lain dalam vagina (Eschenbach et al., 1989, Ness et al., 2002, Eckert, 2006). Hidrogen peroksida (H2O2) produksi Lactobacillus acidophilus menurut hasil penelitian Klebanoff & Coombs (1991) mempunyai effek viricidal bagi HIV tipe 1.

Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi abnormal perubahan ekologi vagina yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora vagina dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri-bakteri anaerob, diantaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Prevotella, Bacteroides, dan Mycoplasma sp.(Eschenbach et al., 1989, Morris et al., 2001). Infeksi bakteri ini disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri dalam vagina perempuan, yang mengarah ke faktor mengacaukan keseimbangan pH (asam-basa keseimbangan) di dalam vagina (Nunns et al., 1997, Donders et al., 2002).

Sindrom yang sekarang dikenal dengan sebutan Bakterial Vaginosis (BV) telah mengalami beberapa perubahan nama. Nonspecific vaginitis merupakan nama yang mula-mula digunakan untuk membedakan sindrom ini dari gejala yang ditimbulkan oleh T. vaginalis dan yeast (Spiegel, 1991). BV pertama kali dikemukakan oleh Gardner dan Dukes pada tahun 1955 sebagai vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Haemophilus vaginalis (Emilia, 1999, Hillier, 2005).

Terminologi Bakteri Vaginosis sendiri digunakan karena gambaran kelainan ini lebih mengarah kepada bakteri dibandingkan protozoa ataupun jamur, juga karena tidak ditemukannya bakteri yang menjadi agen penyebab tunggal (Hillier, 2005), serta tidak terdapatnya gambaran respon inflamasi yang nyata

(2)

pada sebagian besar kasus (Spiegel et al., 1983). BV merupakan kondisi yang umum dijumpai pada wanita usia reproduktif (Puapermpoonsiri et al., 1996, Sobel, 1997).

Prevalensi kejadian BV di seluruh dunia terbilang cukup tinggi. Angka rata-rata kejadian tergantung pada populasi penelitiannya; 17-19% pada klinik keluarga berencana dan klinik kesehatan siswa, 24-37% pada klinik penyakit menular seksual, dan 10-29% pada ibu hamil (Sobel, 1997). Studi cohort yang dilakukan Hillier dkk pada 10.397 wanita hamil yang mengunjungi 7 pusat kesehatan di Amerika didapatkan prevalensi penderita BV sebesar 16 % (Hillier et al., 1995). Berg et al. dalam Schmid (1999) menemukan bahwa 11% wanita dengan BV tidak menunjukkan gejala.

Pada tahun 2001-2004 di Amerika Serikat dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dan didapatkan hasil prevalensi BV sebesar 29,2% yang setara dengan 21 juta wanita (Koumans et al., 2007). Penelitian kohor yang dilakukan oleh Bradshaw et al. (2013) di 29 pusat pelayanan kesehatan di 3 negara bagian di Australia mendapatkan hasil 11,8% wanita dengan BV dan 17,2% wanita dengan kondisi abnormal flora

Meskipun minimnya data yang tersedia, angka kejadian BV di negara berkembang diperkirakan tidak jauh berbeda berbeda dengan negara-negara maju (Schmid, 1999). Penelitian di Iran pada tahun 2002, ditemukan 37,7% kasus BV pada wanita yang tidak hamil yang mengunjungi Klinik Gynecology di Rumah Sakit Bahonar (Ganjoei, 2005). Sedangkan penelitian yang dilakukan di India, yaitu penelitian oleh Madhivanan et al. (2008) di 2 rumah sakit menemukan 19,1% wanita dengan BV, dan 15,4% wanita dengan kondisi abnormal flora. Masih penelitian di India, prevalensi BV di daerah pedesaan sebesar 26% sedangkan di daerah perkotaan sebesar 30% (Tanuja et al., 2008).

Prevalensi BV pada wanita Indonesia secara nasional belum pernah dilaporkan. Penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti et al., (2009, 2010) di Puskesmas Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, FKUI dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mendapatkan prevalensi BV pada wanita sebesar 30,7% berdasarkan Nugent score. Sedangkan penelitian yang dilakukan

(3)

oleh Joesoef et al. (2001) pada tahun 1999 di Klinik Keluarga Berencana di Manado menemukan 32,5% wanita dengan BV.

Penderita BV sering kali mengalami keluhan-keluhan pada daerah vagina, pada umumnya berupa sekret vagina yang tipis, homogen, dan berbau tak sedap (CDC&Prevention, 2010). Keluhan inilah yang biasanya membawa pasien untuk memeriksakan diri ke dokter (Hillier, 2005). Namun pada sebagian besar kasus BV ditemukan tanpa gejala (asimtomatis) (CDC&Prevention, 2010, Melbourne Sexual Health Centre, 2012).

Berbagai penelitian yang sudah dilakukan menemukan fakta bahwa dampak dari BV selama masa kehamilan dapat memberikan komplikasi yang serius khususnya pada kehamilan, diantaranya adalah persalinan preterm dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion (Myziuk et al., 2003). BV juga dapat meningkatkan resiko penyakit inflamasi pelvis dan kejadian infeksi pasca persalinan cesarean (Myziuk et al., 2003, Van Os, 2004). Selain risiko pada wanita hamil, BV juga memberikan dampak juga pada wanita yang tidak hamil. Peningkatan risiko terinfeksi HIV maupun infeksi penyakit kelamin lainnya, sedangkan wanita hamil dengan BV lebih sering mempunyai bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (berat lahir rendah kurang dari 5,5 pon) (CDC&Prevention, 2010).

Berbagai macam tes yang menggambarkan perubahan ekologi vagina telah digunakan untuk mendiagnosa BV. Metode diagnosis yang umumnya digunakan adalah kriteria klinik Amsel dan metode pengecatan Gram (Spiegel et al., 1983, Keane et al., 2006). Selama ini kriteria Amsel merupakan metode yang paling sering digunakan dan dianggap sebagai baku emas dalam mendiagnosis BV. Kriteria Amsel menggunakan kriteria klinik, yaitu seseorang terdiagnosis BV jika memenuhi tiga dari empat kriteria, yaitu: 1) sekret vagina homogen; 2) pH vagina > 4,5; 3) bau amis bila sekresi vagina dicampur kalium hidroksida; dan 4) ditemukannya clue cells pada sediaan preparat basah salin (Myziuk et al., 2003, Keane et al., 2006). Metode ini cukup mudah dikerjakan serta hanya memerlukan alat yang sederhana selain harus tersedianya mikroskop untuk memeriksa preparat basah (Keane et al., 2006).

(4)

Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya subjektivitas dan pengalaman pemeriksa yang sangat menentukan interpretasi penilaian. Misalnya pada penilaian sekret vagina dan tes amin. Disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan dan ketelitian pemeriksa serta waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan, mengidentifikasi, dan menghitung clue cells dalam sediaan preparat basah. Hal ini membuat pemeriksaan ini kurang praktis untuk dilakukan di klinik. Pengukuran pH juga dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya darah, sperma, riwayat vaginal douching(bilas vagina), sekret servik yang lebih alkalis, dll.

Tingginya prevalensi kasus BV asimtomatis membutuhkan adanya metode pemeriksaan lain yang tidak hanya mengacu pada gambaran klinis penderita. Metode pengecatan Gram telah cukup lama dikenal dan diterima sebagai salah satu metode untuk mendeteksi perubahan flora vagina yang ternyata berkorelasi secara konsisten dengan diagnosis BV, diantaranya adalah kriteria Spiegel dan Nugent (Spiegel et al., 1983, Tam et al., 1998). Bersama kriteria Amsel, metode pengecatan Gram dianggap sebagai baku emas pemeriksaan BV. Poin penting dari metode pengecatan Gram adalah penghitungan jumlah kuman pada pemeriksaan sekret vagina. Metode ini menggambarkan perubahan ekologi vagina dan pengaruhnya terhadap perubahan komposisi flora vagina (Ison & Hay, 2002). Metode pengecatan lebih praktis dan objektif dengan melihat dan menghitung kuman secara langsung. Selain itu tidak dipengaruhi oleh menstruasi atau hubungan seks yang dapat mengubah pH dan variasi teknik seperti interpretasi clue cells. Kekurangan dari metode ini cukup memakan waktu dan membutuhkan keahlian pemeriksa (Ison & Hay, 2002).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti et al. (2010) di Kabupaten Karawang dan Jakarta, beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian bakteri vaginosis adalah usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah kelahiran, pasangan yang tidak di khitan dan penggunaan panty liners. Selain itu juga dengan memiliki banyak pasangan atau berganti-ganti pasangan sex serta pasangan sex yang baru, pemakaian kontrasepsi IUD, penggunaan antibiotik baru-baru ini, bilas vagina dan merokok merupakan faktor resiko kejadian bakteri

(5)

vaginosis. Namun, peran aktivitas seksual dalam pengembangan kondisi tidak sepenuhnya dipahami, dan vaginosis bakteri masih bisa berkembang pada wanita yang belum melakukan hubungan seksual (Cunningham et al., 2010)

Pemeriksaan BV belum pernah dilakukan di Kabupaten Blora, baik untuk ibu hamil maupun wanita pada umumnya. Pemeriksaan yang pernah dilakukan adalah papsmear untuk skrinning kanker mulut rahim. Karena itulah, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang faktor resiko kejadian bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut, faktor risiko apa saja yang mempengaruhi kejadian infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor risiko kejadian bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui prevalensi kejadian infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora.

b. Mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan) dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis di Kabupaten Blora.

c. Mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil (penggunaan pantyliners, arah cebok, kebiasaan mengelap vagina setelah cebok, bilas vagina, umur seksualitas pertama, riwayat pernikahan, penggunaan kontrasepsi) dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis di Kabupaten Blora.

(6)

d. Mengetahui hubungan antara riwayat ibu hamil (riwayat IMS, riwayat melahirkan BBLR, paritas) dengan kejadian infeksi bakteri vaginosis di Kabupaten Blora.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti lain yang mempunyai minat yang sama guna pengembangan lebih lanjut dalam penanganan permasalahan kesehatan ibu dan anak.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan penentuan kebijakan lebih lanjut sehubungan dengan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kejadian BBLR sehingga nantinya dapat menurunkan angka AKI dan AKB di Kabupaten Blora.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu hamil dalam upaya pencegahan infeksi bakteri vaginosis yang pada akhirnya dapat menurunkan risiko kelahiran BBLR dan prematuritas.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran artikel melalui internet, jurnal-jurnal kesehatan dan publikasi tesis/disertasi dengan menggunakan kata kunci “bacterial vaginosis”, “vaginal flora”, “vaginitis” dan “risk factor” diperoleh beberapa jurnal. Hasil penelusuran secara lengkap terdapat pada tabel berikut:

(7)

Tabel 1 Penelitian Faktor Risiko Infeksi Bakteri Vaginosis

Peneliti Judul Metode Persamaan Perbedaan

Karsono (1999)

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Vaginosis Bakterial pada WTS dan Pramuria Cros sectional study Desain penelitian, melihat faktor risiko BV Lokasi penelitian, subyek penelitian Ganjoei (2005)

Risk factors for bacterial vaginosis in women attending a hospital in Kerman, Islamic Republic of Iran Cros sectional study Desain penelitian, melihat faktor risiko BV Lokasi penelitian, subyek penelitian Samadoulo ugou et al. (2008) Bacterial Vaginosis Among Pregnant Women in Burkina Faso National survey Subyek penelitian, melihat faktor risiko BV Desain penelitian, lokasi penelitian, Baisley et al. (2009) Bacterial vaginosis in female facility workers in north-western Tanzania: prevalence and risk factors Randomised control trial Melihat faktor risiko BV Desain penelitian, lokasi penelitian, suyek penelitian Ocviyanti et al.( 2010)

Risk factors for bacterial vaginosis among Indonesian women Cros sectional study Desain penelitian, melihat faktor risiko BV Lokasi penelitian, subyek penelitian Klebanoff et al. (2010) Personal Hygienic Behaviors and Bacterial Vaginosis

Cohort study Melihat faktor risiko BV Desain penelitian, lokasi penelitian, suyek penelitian Mascarenha s et al. (2012)

Prevalence and Risk Factors for BacterialVaginosis and OtherVulvovaginitis in a Population of Sexually Active Adolescents fromSalvador, Bahia, Brazil Cros sectional study Desain penelitian, melihat faktor risiko BV Lokasi penelitian, subyek penelitian

Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa belum pernah dilakukan penelitian faktor risiko infeksi bakteri vaginosis pada ibu hamil di Kabupaten Blora.

Gambar

Tabel 1 Penelitian Faktor Risiko Infeksi Bakteri Vaginosis

Referensi

Dokumen terkait

Saat Anda menuliskan Lingo, susunan perintah tersebut akan disimpan pada cast member yang selanjutnya disebut dengan script Sebab itulah penulis coba membuat program ini, dimana

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh rasio gearing, profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI