• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan. klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan. klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Cabai, Pestisida dan Pupuk 2.1.1. Cabai

Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang tergolong pada tanaman semusim. Adapun klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut

Kingdom = Plantae

Divisi = Spermatophyta Subdivisi = Angiospermae Kelas = Dicotyledoneae Upakelas = Sympetalae

Ordo = Tubiflorae (Solanales) Famili = Solanaceae

Genus = Capsicum

Spesies = Capsicum annum L

Tanaman cabai merupakan tanaman holtikultura yang tumbuh tegak dengan batang berkayu, banyak cabang, serta ukuran mencapai 120 cm dan lebar tajuk hingga 90 cm. Umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietasnya. Daun cabai berbentuk bulat telur, lonjong, ataupun oval dengan ujung yang meruncip, tergantung varietasnya. Dan tanaman cabai merupakan tanaman asli dari Amerika tengah, tepatnya berasal dari Bolivia.

(2)

2.1.2. Pestisida

Pestisida secara umum berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh). Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk).

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan ternak. 6. Memberantas hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan alat-alat angkutan.

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia.

Pestisida berdasarkan hama sasaran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Insektisida

Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi hewan serangga, seperti ulat, semut, belalang, lalat, kecoa, nyamuk, wereng dan sebagainya. Contohnya adalah basmion, basudin, diazinon, tiodan, timbel arsenat, dan propoksur.

(3)

2. Nematisida

Nematisida adalah jenis pestisida untuk membasmi hama cacing. Hama ini sering merusak bagian umbi tanaman atau akar. Contohnya adalah oksamil dan natrium metam.

3. Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang pengerat, contohnya adalah tikus. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

4. Herbisida

Herbisida adalah pestisida untuk membasmi tumbuhan liar atau gulma pengganggu tanaman. Contohnya adalah amonium sulfonat, pentaklorefenol, gramoxone dan totacol.

5. Fungisida

Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas fungi atau jamur. Contohnya adalah natrium dikromat, timbel (I) oksida, tembaga oksiklorida dan carbendazim.

Selama 20 tahun (1973-1993) penggunaan pestisida di Indonesia terus meningkat dan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran per satuan luas lebih tinggi daripada tanaman pangan (Sastrosiswojo, 1990). Meskipun sistem perlindungan tanaman telah menganut konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), namun dalam prakteknya banyak petani menggunakan pestisida terutama insektisida secara tidak benar. Bahkan banyak petani yang masih menggunakan insektisida yang telah dilarang (Suyatno, et al.,1994; Kartaatmadja et al., 1997).

(4)

Dalam pengendalian OPT secara kimiawi, sebaiknya dipilih pestisida yang memiliki sifat selektif, selektivitas pestisida adalah pengaruh maksimum suatu jenis pestisida terhadap organisme sasaran, dengan pengaruh minimum terhadap manusia, hewan, serangga berguna dan kualitas lingkungan hidup. Selektivitas pestisida dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) selektivitas fisiologi dan (2) selektivitas ekologi, yaitu selektivitas penggunaan pestisida yang berdasarkan pada pengetahuan ekologi OPT. Contoh selektivitas ekologi: aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) hama, penggunaan pestisida sistemik, perlakuan benih dan sebagainya. Dengan demikian, pestisida yang berspektrum lebar dapat digunakan secara selektif (selektivitas ekologi). Namun demikian, dalam kaitan dengan Konsepsi PHT, yang diinginkan adalah penggabungan keduanya, yaitu penggunaan pestisida selektif (fisiologi) dan secara ekologi juga selektif.

Berdasarkan konsepsi PHT, pestisida hanya digunakan kalau memang benar-benar diperlukan (sesuai dengan hasil pengamatan egroekosistem). Selain itu, penggunaannya harus berhati-hati dan sekecil mungkin gangguannya terhadap lingkungan. Secara umum, penggunaan pestisida harus mengikuti lima kaidah, yaitu:

1. Tepat Sasaran

Tepat sasaran artinya OPT sasaran harus diketahui jenis (species) nya secara cepat. Dengan demikian dapat ditentukan jenis pestisida yang tepat yang perlu digunakan. Contoh: Apabila OPT yang menyerang adalah serangga, maka dipilih insektisida. Apabila yang menyerang adalah tungau, maka dipilih akarisida.

(5)

2. Tepat Jenis

Setelah diketahui OPT sasaran yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh: Untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), digunakan insektisida Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

3. Tepat Waktu

Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan/pengamatan rutin, yaitu jika populasi hama atau kerusakan yang ditimbulkannya telah mencapai Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian). Hal ini disebabkan karena keberadaan hama atau penyakit pada pertanaman belum tentu secara ekonomis akan menimbulkan kerugian. Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada tanaman cabai aktif pada sore/malam hari.

4. Tepat Dosis/Konsentrasi

Dosis pestisida adalah banyaknya pestisida atau larutan semprot yang digunakan dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida adalah takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut). Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.

(6)

5. Tepat cara penggunaan

Keberhasilan pengendalian OPT ditentukan pula oleh cara penggunaan atau penyemprotan pestisida. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

a. Peralatan Semprot

Yang dimaksud dengan peralatan semprot adalah : sprayer, alat semprot, dan alat pelindung keamanan penyemprotan. Sprayer yang baik adalah ukuran butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal memiliki tekanan sebesar 3 atmosfir, dan tidak bocor.

b. Keadaan Cuaca

Yang dimaksud dengan keadaan cuaca adalah intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.

c. Cara Penyemprotan

Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak sprayer dengan bidang semprot atau tanaman sekitar 30 cm.

Pada umumnya OPT yang menyerang tanaman cabai adalah dari golongan serangga, tungau dan cendawan. Dengan demikian, pestisida yang digunakan adalah insektisida, akarisida dan fungisida. Insektisida dan akarisida selektif yang digunakan hendaknya memiliki sifat selektivitas fisiologi. Sampai saat ini belum banyak diketahui fungisida yang memiliki sifat selektivitas fisiologi. Oleh karena itu penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang bersifat selektivitas ekologi.

(7)

2.1.3. Pupuk

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally friendliness) yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman, terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.

Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering digunakan petani sayuran antara lain seperti :

1. ZA ( Zwavelzure ammoniak)

a. ZA mengandung + 21 % zat lemas b. Mudah hancur dalam air

c. Agak mudah hanyut

d. Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

e. Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan. f. Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

(8)

2. Ureum atau Urea

a. Mengandung zat lemas 45%-46% b. Mudah hancur dalam air

c. Agak mudah hanyut

d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman e. Mudah menarik air dari dalam udara

f. Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah g. Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.

3. Sendawa Chili ( Chilisalpeter)

a. Mengandung zat lemas + 15% b. Mudah hancur dalam air c. Mudah hanyut akibat air hujan d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

e. Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah menjadi padat.

f. Baik untuk tanaman sayuran. 4. DS ( Dubbel Super- Posphat)

a. Mengandung 34%- 38% asam phosphor. b. Agak mudah hanyut dalam air

c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan d. Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran

(9)

5. Phosphat Cirebon

a. Mengandung asam phosphor 25%-28% b. Tidak mudah hancur dalam air

c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di dalam tanah (AAK, 1992).

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.

Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku (POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia, sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

(10)

Kuantitas dan kualitas hasil cabe antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan dan keseimbangan hara didalam tanah. Takaran pupuk anorganik dan pupuk organik anjuran untuk tanaman cabai per hektar adalah 200 kg urea; 500 kg ZA; 300 kg SP-36; 300 kg KCl; 20 kg Borate dan pupuk kandang 15 ton serta dolomit 1,5 ton. Untuk lebih jelasnya anjuran penggunaan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Takaran Pupuk Anjuran untuk Tanaman Cabai per Hektar

Jenis Pupuk Waktu Pemberian

0 HST 30 HST 60 HST Urea (kg) 50 50 100 ZA (kg) 100 200 200 SP-36 (kg) 300 - - KCL (kg) 50 100 150 Borate (kg) - 20 - Dolomit (ton) 1,5 - -

Pupuk Kandang (ton) 15 - -

Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2007

Pemberian pupuk anorganik dilakukan secara bertahap yaitu pada saat tanam, umur 30 hari setelah tanam dan 60 hari setelah tanam. Cara pemberian pupuk anorganik diberikan dalam lubang/ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari tanaman sedalam 15 cm kemudian lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah. Aplikasi dolomit bersamaan dengan pemberian pupuk kandang yaitu seminggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara nerata di atas bedengan atau dimasukkan ke dalam lubang tanam.

(11)

2.2.Landasan Teori 2.2.1. Sikap Petani

Menurut Ahmadi (1999), sikap dapat dibedakan sebagai berikut: sikap positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Dan sikap negatif, sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang. Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek), (2) Merespon (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelsaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (3) Mengharagai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau meendiskusikan dengan orang lain terhadap sesatu masalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga, (4) Bertanggung jawab (responsible) terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

(12)

2.2.2. Luas Lahan

Petani yang mengusahakan luas lahan yang lebih tinggi akan lebih mudah merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak dari pada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pngertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991).

2.2.3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa dan karsa) dan jasmani (panca indra dan keterampilan). Pendidikan meupakan hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Cara pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun secara nonformal untuk meberi pengertian dan mengubah perilaku. Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya.

(13)

Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-pesan yang disampaikan (Budioro B, 2002).

2.2.4. Lama Berusaha Tani

Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya berusaha tani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusaha tani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat dilakukan hal yang baik untuk waktu berikutnya (Anonimous, 2013).

Lama waktu berusaha tani seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk berusaha tani. Pengalaman berusaha tani biasanya dihubungkan dengan lamanya seseorang berusaha tani dalam bidang tertentu, hal ini disebabkan karena semakin lama orang tersebut bekerja, berarti pengalaman berusaha tani tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi peningkatan produksi (Suwita, 2011).

2.3.Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang sikap petani terhadap pemakaian pestisida dan pupuk telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan daerah dan kondisi yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian tersebut dapat dipakai sebagai rujukan yang relevan bagi penelitian ini. Untuk pemaparan selengkapnya dapat dilihat

(14)

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Peneliti/

Judul Identifikasi Masalah Metode Analisis Hasil Penelitian Rotua (2005)/ Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida dan Aktivitas Cholinesteras e Pada Darah di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida terhadap aktivitas

cholinesterase dalam darah petani di desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Metode yang digunakan: Metode skor likert dan deskiptif 1. Pengetahuan responden tentang pestisida dan penggunaannya

sebagaian besar pada kategori sedang (76,6 %)

2. Sikap responden pestisida dan penggunaannya

sebagian besar pada kategori sedang (70,0 %)

3. Tindakan responden dalam penggunaan pestisida sebagian besar pada kategori sedang (71,7).

4. Tingkat keracunan pestisida berdasarkan aktifitas cholinesterase dalam darah responden sebagian besar (45,0 %) pada kategori keracunan ringan dengan persentase aktifitas cholinesterase 50-74%. Tengku (2014)/ Hubungan, Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Pada Lingkungan di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru 1. Bagaimana tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, persepsi dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida pada Lingkungan di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru? 2. Bagaimana hubungan Metode yang digunakan : Analisis korelasi, Korelasi Range Spearman 1. Petani di Kelurahan Maharatu mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah, mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi serta mempunyai persepsi dan pengetahuan yang

baik dalam

penggunaan pestisida pada lingkungannya. 2. Tingkat Sosisal

ekonomi berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan, persepsi dan perilaku petani. Persepsi dan perilaku

(15)

tingkat sosial ekonomi pengetahuan, persepsi dan perilaku petani dalam penggunaan pestisida pada Lingkungan di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbaru? penanganan risiko pestisida pada lingkungan cukup baik, namun beberapa hal masih potensial sebagai masalah dan sumber pencemaran oleh penggunaan pestisida. Zuraida (2011)/ Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani di Desa Srimahi Tambun Utara Bekasi 1. Bagaimana gambaran tingkat keracunan pestisida pada petani di daerah penelitian? 2. Bagaimana gambaran faktor internal pada petani meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, sikap, masa kerja, lama kontak dan tata cara petani di daerah penelitian? 3. Bagaimana gambaran faktor eksternal (peralatan dan perlengkapan kerja pestisida) petani di daerah penelitian? 4. Adakah hubungan antara faktor internal dan Metode yang digunakan : Analisis Bivariat dan Univariat 1. Tingkat keracunan pestisida pada petani di

Desa Srimahi

Kelurahan Tambun Utara Kecamatan Tambun Kota Madya Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 sebesar 6,1%

2. Berdasarkan faktor internal petani responden terbanyak petani dengan usia >=

55 tahun,

berpendidikan rendah, lebih banyak petani jenis kelamin laki-laki, dengan lama bekerja ≥ 5 tahun, dengan pengetahuan kurang, namun mempunyai lama kontak yang kurang, sikap yang baik dan tata cara yang baik.

3. Berdasarkan

penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja dalam hal ini alat pelindung diri mempunyai hasil yang kurang baik

(16)

petani di daerah penelitian?

tidak ada hubungan faktor eksternal terhadap tingkat keracunan petani.

2.4.Kerangka Pemikiran

Usahatani cabai adalah kegiatan yang banyak dilakukan petani cabai di daerah Kabupaten Karo Khususnya Kecamatan Simpang Empat, Tiga Panah Dan Barusjahe. Dalam pembudidayaan tanaman cabai, petani masih banyak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama, penyakit dan gulma. Pestisida merupakan salah satu faktor produksi usaha tani tanaman cabai. Tujuan petani menggunakan pestisida pada tanaman cabai karena petani menganggap pestisida dapat mempertahankan produksi tanaman cabai mereka meski ada serangan gulma dan serangga, untuk itu perlu menganalisis sikap petani tentang pengetahuan penggunaan pestisida pada tanaman cabai.

Pupuk juga berperan dalam pembudidayaan tanaman cabai. Untuk memberikan hasil panen yang bagus dan tinggi petani menggunakan pupuk yang bagus dan cepat dalam memberikan pupuk. Salah satunya pupuk anorganik. Pupuk digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh di toko-toko pupuk.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani cabai di dalam penggunaan pestisida dan pupuk. Adapun faktor-faktor pada penggunaan pestisida yaitu pendidikan, luas lahan, dan lama berusaha tani.

(17)

Sikap dan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida dan pupuk yang berlebihan masih dianggap tidak terlalu penting. Bagi petani kalau tidak menggunakan pestisida, tanaman sayuran akan terkena penyakit dan hama. Begitu juga dengan pupuk, kalau tidak menggunakan pupuk yang cepat mengahsilakn panen maka sayuran tidak jadi (tidak memuaskan).

Secara sistematika kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Sikap petani

Penggunaan Pestisida

Faktor-faktor yang mempengaruhi: - Luas Lahan Pestisida

- Lama Pendidikan Pestisida - Lama Berusahatani Pestisida

Upaya menanggulangi penggunaan pestisida

Penggunaan Pupuk Usahatani cabai

Faktor-faktor yang mempengaruhi: - Luas Lahan Pupuk

- Lama Pendidikan Pupuk - Lama Berusahatani Pupuk

(18)

2.5.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman cabai (Capsicum annum L) tidak sesuai standar.

2. Aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman cabai (Capsicum annum L) tidak sesuai standar.

3. Sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman cabai (Capsicum annum L) di daerah penelitian adalah positif.

4. Sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum annum L) di daerah penelitian adalah positif.

5. Luas lahan, lama pendidikan, dan lama berusahatani berpengaruh nyata terhadap penggunaan pestisida pada tanaman cabai (Capsicum annum L). 6. Luas lahan, lama pendidikan, dan lama berusahatani berpengaruh nyata

terhadap penggunaan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum annum L).

7. Ada upaya petani untuk menanggulangi penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum annum L) di daerah penelitian.

Gambar

Tabel 2.1. Takaran Pupuk Anjuran untuk Tanaman Cabai per Hektar
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu  Peneliti/

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan berupa neraca, laporan laba/rugi, data perhitungan biaya dari tahun 2005 sampai dengan 2007 pada PT. Berdsarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

Wiji Setiyaningsih, S.Kom., M.Kom. Abstrak Skripsi

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan sebagai Petugas. Pemasyarakatan sesuai dengan ketentuan

Untuk menambah fungsi pada Visual Basic Versi 6.0, dapat dilakukan dengan cara menginstal kontrol ActiveX yang telah tersedia pada Visual Basic atau menginstal kontrol yang

Metode situasional, dimana materi diangkat dari anak yang sedang menunjukan gambar bangun datar, kemudian guru mengadakan percakapan dengan siswa mengenai bangun datar persegi

Tabelle 2.1 ‘Denotation’ und ‘Konnotation’

[r]

Saya adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Gambaran Kepuasan