Universitas G adj oh Mada lbgtakarta, Indonesia
ANALISIS
SIEAT
AKUSTIK
PAGAR PBMBATAS SEBAGAI
PERBDAM
BISING KENDARAAN BERMOTOR:
SALAH
SATU
ALTERNATIF PENGENDALI BISING DI
KOTA DENPASAR
(Analysis on
the
Acoustic Characteristic
of
Fence
to
Reduce
Noise
from
IlfiotorizedVehicles:
One
of
the
Alternatives to
Control
Noise
in
Denpasar City)
Putri
Kusuma.,
Sudibyakto**,
Dewi Galuh..
.
Universitas Udayana
--Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstrak
Salah satu sumber kebisingan
di
daerah urban adalah kendaraan bermotor. Upaya untuk menghadapi kebisinganini
adalah mengendalikannya dengan cara memasang penghalang (barrier) dalam bentuk pagar,seperti misalnya pada arsitektur tradisional
Bali.
Penelitianini
bertujuan untuk melakukan studi tentang efektivitas berbagai macam pagar dan tentang efek pagar ini dan jumlah kendaraan bermotor terhadap tingkat kebisingan yang ditimbulkan.Penelitian
ini
dilaksanakan berdasar pada standar (ISO)R
1996, atau Equivalence of Noise Level of nnumber of sample. Penelitian ini mengadopsi sampling purposif untuk memilih jenis penghalang, dan berfbkus
pada objek berikut: ( I ) jenis pagar, (2) jarak dari sumber kebisingan, dan (3) jumlah jenis kendaraan. Efektivitas penghalang diekspresikan dalam jumlah reduksi kebisingan dari suatu kebisingan, baik menggunakan atau tidak menggunakan penghalang, serta koefisien keheningan (coelficient of muting) dari setiap penghalang. Tes untuk menganalisis data meliputi korelasi untuk mengetahui efektifitas penghalang, dan tes regresi untuk mengetahui hubungan antara jenis kendaraan dan tingkat kebisingan.
Penelitian
ini
menemukan bahwa pagar masif merupakan pengurang kebisingan yang paling ef'ektif diantara jenis-jenis pagar yang ada, dengan koehsien 0,12, tetapi jenis ini memiliki kekurangan elemen estetika dan memberikan kesan individualistik ditambah lagi bahwa struktur tersebut menghalangi pandangan apa yang terjadi diluar. Pagar yang berselang-seling dan ditutupi dengan vegetasi lebih baik ditinjau dari sisi estetika maupun fungsi fisik untuk mengurangi kebisingan, dengan koefisien 0,09. Relasi antara tingkat kebisingandan jumlah kendaraan dapat diidentifikasi dengan menggunakan persamaan linier dengan memberikan jumlah kendaraan yang equivalen dengan jumlah sepeda motor.
Kata kunci: akustik. penghalang, keefektifan
Abstrqct
One of the sources of noise in urban areas is trtotorized vehicles. An altempt to deal with noise is to
contol
it in ils track by setting up barriers in afonn of fence, especially
tlnt
in Balinese traditional architecture. The research aints to study the ffictiveness ofdffirent
kinds of fence and to study the effects of these fettces and the nuntber of vehicles on the noise level produced.The research was conducted based on the (ISO) R 1996 standard, namely the Equivalence of Noise Level of n nuntber of santple. It adopted a purposive sarnpling select the npe of barrie4 and focused on the following
research objects:
(l)
type of fence, (2) di.stance of nrcasrtremenl front a noise source, and (3) type nuntber of vehicles. The effectiveness of a barricr is e.ttpressed in the annltnt of noise reduction front a noise, either with or without barrier, and the coe.fficient of ntuting.from each barrier The tests to analyze lhe data are thePutri Kusuma, Sudibyakto, Dewi Galuh
correlation test to know the effectiveness of banier and the regression test to know the kind of relationship between the tvpe of vehicle and the noise level
The researchfound that a ma.ssive fence is the most effective noi,se reducer among different tj*pes of fence, with coeficient of 0.12. Howeve4 it offers less aesthetic element as it gives a impre.ssion of individuali.rm in addition to its structure that obstructs the eyes to see what is happening outside. A fence with gaps covered with vegetation is better bothfrom the easthetic point of view andfrom physical function that is to reduce noise, with a coeficient of 0.09. The relation between the noi.re level and the number of vehicle can be identified bv using a linear equation approach by putting the equivalence of the number of vehicle with that of motorcycle.
Key words: accouslic, barrier, and effectiveness
PENGANTAR
Bising
secara
umum didefinisikan
sebagai suara-suarayang tidak
dikehendaki,
sedangkan menurut Kep.MNLH|lll1996,
kebisingan adalahbunyi yang
tidak
diinginkan
dari
usaha atau ke-giatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapatmenimbulkan gangguan
kesehatandan
kenya-manan lingkungan. Salah satu sumber kebisingan yang
paling
pentingdi
daerah perkotaan khusus-nyadi
daerah pemukiman adalahlalu
lintas jalan, terutamayang
berasaldari
kendaraan bermotor (Priede dalam Subagio, 2000). Pengukuran tingkat kebisingan padaarus
lalu
lintas dipakai
tingkatkebisingan konstan ekivalen karena
kebisinganyang
dihasilkan cenderung bervariasi
terhadap waktu, yang dinyafakan dengan:L--: l0log
eqel
ft
n, l0L/'01dB
...
(t)
Dengan: n,: ;u#h
pengamatan dengan tingkat kebisingan L,N:
Jumlah pengamatan totalDidalam
ruangan
terbuka,
penerima
bunyi akan menerima gelombangbunyi
yang dihasilkanoleh
sumberbunyi melalui
4
carayang
berbeda, yaitu :(l)
secara langsung dari sumber bunyi tanpa adanya penghalang(direct),
(2)
dari
bunyi
yang terpantulkan terlebih dahulu oleh suatu permukaan pemantulyang
adadi
sekitar sumber (reflected),(3)
bunyi
yang
ditransmisikan
melalui
media padaVpenghalang yang adadi
sekitar sumberbu-nyi
(transmitted) dan, (4) cara yang terakhir adalah bunyi yang terbelokan oleh suatu permukaan yang berada pada daerahbaying
(shadow zone) yang disebut dengan diffracted. Atas dasar hal tersebut maka diperlukan suatu media yangdapat meredamkebisingan kendaraan
bermotor
di
lingkunganperkotaan khususnya
di
kota
Denpasar, dengan membuat penghalangbunyi (banier)
yangditem-patkan
di
antara sumberbunyi
dan penerimabu-nyi. Dinding
penghalang yang diwujudkan dengan pagar pembatas (penyengker), merupakan pagaryang
mencerminkanArsitektur
Tradisional
Bali yang pada intinya dibagitiga
komponen (Celebet, 1982)yaitu:
(l)
Atap/Kepala,(2)
Tembok/Badan,dan
(3)
PondasiiKaki. Disamping selain
wujudtembok
pagaryang
berarsitekturBali,
tata
letakdan
ukuranpun harus
berdasarkanukuran-ukur-an Bali
(Asta
Kosala-Kosali
dan Asta
Bumi).Demikian
pulauntuk
bahan bangunannya berasal dari alam lingkungannya sekitar dapat berupa batu bata, batu padas atau batukali
sertapemasangan-nya
tanpa
dilapisi pelapis untuk
menampilkanwarna alam warna aslinya.
Gelombang
Bunyi yang
ditransmisikan
oleh penghalang tergantungdari
harga spesifik akustik impedansi(Z)
dari kedua media (udara dan peng-halang), koefisien transmisi energibunyi
(cr,) dan koefisien refleksi energi bunyi (a,) yang diekspresi-kan dalam bentuk persamaan(2
dan3)
(Sainz etal.,
1986):42.Z
s^- -ur",
...(2)
*t
(2,
+
zr)t
(2,
- Zr)'
..... (3)
-r
(2,
+
Zr)'
Hal
ini
sesuai dengan
perilaku bising
bila
mengenai suatu permukaan
yang
keras akandi-pantulkan kembali. Penghalang yang ditempelkan tersebut hendaknya tidak terputus, padat dan tidak berlubang, karena
untuk
mereduksi bisingtergan-tung dari
sudut
bayanganbising
(cr) dan tinggi
efektif
penghalang. Dengan melakukan perhitung-an berdasarkan hargadari
masing-masing media, pada temperatur27'C
harga densitas udara(p,)
adalahl,l8
kg/m3 dan kecepatan gelombang bunyidi
udara(c,)
sebesar 343m/detik. Untuk
pengha-lang yang berupa batu bata,nilai
densitasnya(p,)
sebesar 1.800
kglmz
serta kecepatan gelombangbunyi
dalam media
(cr)
tersebut
sebesar 3.700m/detik.
Dengan demikianbila
harga-harga terse-but disubstitusikan kepersamaan (2) dan(3)
maka akandiperoleh koefisien
transmisinya adalah u,=
0 dano,
=
I
danini
berarti bahwa hampir tidak ada energi dari gelombang bunyi yang datang dan menumbuk penghalang akan ditransmisikan oleh media penghalang tersebut atau dengan kata,lainhampir
semua energi yang datang akan dipantul-kan kembali ke dalam media udara pada sisi arah datangnya gelombang bunyi tersebut.CARA PENELITIAN
Organisasi Internasional
untuk
standarisasi(lSO)
R
1996 telah menetapkan (danmenganjur-kan
penggunaannya) prosedur-prosedur standar untuk mengukur bising kendaraan bermotor secaraindividu
dalam kondisi-kondisi tertentu.
Dalampenelitian
ini
obyek
penelitiannya,meliputi:
(l)
jenis
pagaq(2) jarak
pengukurandan
(3)
jenis
dan
jumlah
kendaraan. Untukjenis
pagar divaria-sikan berdasarkan konstruksinya adanya tidaknyatanaman sebagai
penutup
terhadap
konstruksipagar, pohon-pohon pagar
yang masif
maupunyang
berlubangdan
sebagai pembanding adalah tingkat kebisingan tanpa adanya penghalang. Jarak pengukuranyang dilakukan
adalah3
variasi (0,5m,
5m dan 8m) yang berada antara pagar dengan bangunaninduk
dengan
pertimbanganareal
di belakang pagar pembatas merupakan bagian dari tempat pemukiman sehingga diharapkandi
arealini
tingkat
kebisingannya rendah dengan adanyapagar
penghalang.Jenis
kendaraan dikategori-kan menjadi sepeda motor, kendaraan ringan dan kendaraan berat.Untuk
lokasi penelitian dilakukan
pada ruas-ruasjalan
di
pusatKota
Denpasaryang
terletakpada
peruntukan kawasan
yang
berbeda-beda,lokasi
I
merupakan kawasan pendidikan, tempat peribadahan dan permukiman campuran, lokasi[l
adalah kawasan perdagangan dan lokasi
III
meru-pakan kawasan perkantoran pemerintah. Kondisi jalan yang memanjang dari Barat ke Timur sehing-gafaktor
arah angin dapat diabaikan didalam pe-ngukuran tingkat kebisingan.HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Flasil reduksi masing-masing penghalang pada
jarak
pengukuran yang berbeda-beda dan sebagaikontrolnya adalah
hasil
pengukuran
tingkat kebisingan yang tanpa adanya penghalang, seperti Gambarl.
di
bawah ini.Dengan
uji
korelasi
terlihat
hubungan
yangkuat
antarajarak
pengukuranterhadap
reduksibising
yang dihasilkan.
Hal
ini
dapat
dijelaskan bahwabunyiyang
sampai ke penerima merupakanbunyi yang
terbelokkan
oleh
suatu
permukaanyang
berada pada daerah bayang (shadow zone)yang disebut
dengandiffracted.
Bunyi
yang
ter-diffracted
ini
merupakan fungsidari
sudut bayang dantinggi efektif
penghalang.Hal
ini
sesuai de-nganteori
tentang sudut bayangbising
dantinggi
efektif
penghalangyang
berpengaruh terhadapreduksi
bising, karena semakinjauh jarak
pengu-kuran maka akan semakin meningkattinggi
efektif
penghalang
sehinggareduksi bising
juga
akanmeningkat.
Untuk
berbagai
jenis
penghalang,
ternyatareduksi
bising
yang dihasilkan cukup
bervariasi seperti terlihat pada Gambar 2. berikut.Hal ini dapat dijelaskan bahwa padajenis peng-halang yang berbentuk masif,
bunyi
yang menge-nai penghalang tersebut sebagian besar akantere-fleksi
kembali
ke
sumberbunyi,
sebagian bunyi diserapoleh
penghalang dan sebagiankecil
akan ditransmisikanke
penerima.Hal
ini
berdasarkansifat akustik
impedansi(z) dari
penghalang (batu bata) hampirtidak
ada energibunyi
yang ditrans-misikan oleh penghalang yang berbahan baku batu bata. Sedangkanbunyi
yang sampaike
penerimayang
berada
di
belakang penghalang
tersebutmerupakan
bunyi
berbelokan karena
penerimabunyi
masih berada pada daerah bayangan bunyi(shadow
zone), sehingga reduksibising yang
di-hasilkan oleh
penghalangyang
berbentukmasif
adalah yang
tinggi.
Untukjenis
penghalang yang berlubangtetapi di-cover
dengan tanaman/semakcukup
efektif
meredambunyi
karenabunyi
yangdatang
dari
sumber
bunyi akan
dibiaskan
dandiserap
lebih
dahuluoleh
daun, batangdan
ran-ting
serta sebagianlagi
dipantulkan kembali
ke arah sumberbunyi
dan sisanya akan diteruskan ke penerima bunyi.Putri Kusuma, Sudibyakto, Dewi Galuh O'1 60 _ 7.O .{
!.
60 3 so .9!
e.o v € r.o o ?o 1n 00Gambar
1.Hubungan Reduksi Bising terhadap
Jarak Ukur
pada PagarMasif.
g0 a0 .,. ?.o F, e o 6 5 50 c() ,r 4O
E,.o
c 2$ 1.o DOGambar
2.Reduksi Bising Berbagai
Jenis Penghalang padaJarak
0,5m
Hal inilah yang menyebabkan jenis penghalang
ini
cukup
efektif
mereduksibunyi. Untuk
jenis penghalangyang
berlubang
tetapi
disekitarnya terdapat pohon-pohon perindang,reduksi
bising yang dihasilkannyarelatif kecil
karena tergantung dari pohon yang terdapatdi
lokasi tersebut. Pohon dapat meredambunyi
tergantung pada tebal danbentuk tajuknya,
padalokasi penelitian
terdapatpohon dengan
kanopi yang
mendatar
sehinggakurang
efektif
meredam
bunyi
karena
daundan ranting pohon
tersebut
beradajauh
diatas permukaantanah
sehinggasumber
bunyi
yang berada pada ketinggian kurang lebih 0,5 meter dari permukaantanah
tidak
melewati daun
maupunranting pohon tetapi
langsungterukur
oleh
alatukur dan inilah yang
menyebabkan efektivitas peredamanbunyi dari
pohon-pohon
di
lokasipenelitian kurang
baik. Untuk jenis
penghalangyang
berlubang,reduksi
bising
yang
dihasilkan adalahyang
terkecil
karenacukup
besar energibunyi
yangditerima
olehmikrofon
langsung darisumber
bunyi tanpa melalui
penghalang
sertaenergi
bunyi
hasil dari pantulan ujung penghalangterhadap penerima.
Demikian
juga
terhadap koefisien peredaman,yang
menunjukkan
nilai
spesifik
kemampuanperedaman
dari
berbagai
jenis
penghalang terhadaptingkat bising
yangterjadi, untuk
lebih jelas terlihat pada Tabel 1.Untuk
nilai
koefisien peredamandari
masing-masingjenis
penghalangterlihat
perbedaan yang nyata,nilai
rata-rata koefisien peredaman tertinggi(Tabel 1)
adalahjenis
pagarmasif
yaitu
sebesar0,I2,
hal
ini
menunjukkan bahwa
untuk
jenis penghalangmasif
yang berbahan baku batu bata dengantinggian
1,8 meter dan tebalnya
adalah25
cm memiliki
kemampuan sebesarl2vo
untuk mereduksibising
yangterjadi, tetapi
secaraeste-tika
pagarjenis
ini
kurang
baik
karena terkesanindividualisme, terlalu
tertutupuntuk
mengetahui apa yangterjadi
di
luar
pagar tersebut, demikianjuga dari
sudut arsitektur tradisional
Bali
yang menyarankanfungsi sosial
dari
pagar
tersebut tetap terpenuhiyaitu
apapun yangterjadi
di
luar pekarangan rumah sipemilik
rumah dapat menge-tahuinya tanpa harus keluar pagar rumah. Denganjenis pagar yang tertutup/masif
ini
maka fungsi so-sialnya kurang terpenuhi. Sedangkanuntuk
pagar yang berlubangtertutup
vegetasi cukupbaik
dari segi estetika maupunfungsi fisiknya
yaitu
dapatmereduksi
bising
dengan
koefisien
peredaman0,09, demikian juga dari fungsi sosialnya.
Dari
pengukurantingkat bising individu
yangdilakukan
terhadap masing-masingjenis
kenda-raan didapat data
tingkat bising
rata-rata y,ang dihasilkan oleh kendaraan tersebut. Dari data-data tersebutakan
dapatdiketahui
jumlah
kendaraan ekivalen,bila
yang dipakai
acuan adalah sepeda motor maka akan dapat diketahui ekivalensi jenis kendaraan (kendaraan ringan dan kendaraan berat) terhadap sepedamotor.
Dari
datajumlah
kenda-raan yang lewat padatitik
pengamatan maka dapat diketahuijumlah
kendaraan ekivalennya, seperti pada Tabel 3.Dengan
uji
korelasi, terlihat bahwa
varia-bel-variabel
yang
berpengaruh terhadaptingkat
kebisingan
yaitu;
(l)
Sepeda motor dan kendaraanringan,
hal ini
dapat dijelaskan karenaberdasar-kan survei awal
pengukurantingkat
kebisingan yang dilakukan terhadap berbagaijenis
kendaraanterlihat
bahwa tingkat kebisingan yang dihasilkan sepeda motor cukuptinggi,
sehinggasumbangan-nya
terhadapbising
lalu
lintasjuga
akantinggi.
Sedangkan
untuk
kendaraanringan
berpengaruh terhadaptingkat
kebisingan karena sesuai dengan kondisidi
lokasi penelitian, yang lalu lintasnyacu-kup
padat sehingga kendaraan roda empat keatas bergerak dengan caralkeadaan berhenti-berjalan-berhenti (stop andgo)
danhal
inilah
yang dapat menghasilkan tingkat bising yang sangat tinggi.Tabel 2.
Tingkat
Kebisingan
Rata-rata
Berbagai JenisKendaraan
Tabel
l.
Nilai
Koefisien PeredamanBerbagai
Jenis Penghalang Lambang Pagar Masif Pagar Berlubang Pagar TertutupSemak
Pagar dengan Pohon
c 0,12 0,03 0,09 0,03
No. Jenis Kendaraan SPL rata-rata (dB-A) Nilai ekivalen terhadap sepeda motor
1 Sepeda Motor 75,0 1,00
2. Kendaraan Ringan 73,0 0,63
3. Kendaraan Berat 79,8 3,02
Sumber: Data Primer
(02/2003\
Tabel3.
Tingkat
Kebisingan
danVolume Kendaraan
Periode Tingkat bising (dBA) pada jarak 0,5 m Jumlah kendaraan ekivalen terhadap sepeda motor
1 72,4 347 2. 7',1,9 347 3. 71,5 344 4. 69,6 334 5. 70,2 334 6. 70,6 344 7. 67,6 327 8. 65,7 321 9. 67,6 329 10. 66,3 319 11. 39,6 338 12. 68,4 327
Putri Kusuma, Sudibyakto, Dewi Galuh
(2)
Kendaraan
berat
pengaruhnya
tidak
nyataterhadap
tingkat
kebisinganyang terjadi.
Kecil-nya
pengaruh kendaraa,nberat
terhadap tingkatbising yang terjadi karena
sedikitnya
jumlah kendaraan beratyang
melintasjuga
karena kon-disifisik
kendaraanini
cukup baik (dengan adanya peredam suara padaknalpotnya).
Hal ini
dikare-nakan kendaraan beratyang
melintas merupakan kendaraan/buspariwisata
yang dituntut
kondisi fisiknya harus baik.Dari
analisis regresi diatas dapatdibuat
per-samaan berdasarkanjumlah
kendaraan, karena dengan semakintinggijumlah
kendaraandi
suatu ruasjalan
maka akanterjadi
aruslalu
litas
yang padat sehingga tingkat kebisingan yang dihasilkanjuga tinggi.
Persamaan yang diperoleh dari analisa regresi adalah sebagai berikut:Y:39,362+0,093
a
....
(2)Dimana
Y:
Tingkat
bising yang
dihasilkanberbagai jenis kendaraan
(dBA).
Q : Jumlah ekivalen kendaraan terhadap sepeda motor (unit).
Konstanta 39,362
(dBA)
merupakan
back ground noise.Tingginya tingkat
kebisingan yangdihasilkan
kendaraanbermotor
di
wilayah
studi, karena beberapa sebab salah satunya yang berasaldari
kendaraanbermotor
adalah dalamhal
pere-daman kebisingan.
Padapenelitian
ini
teramati bahwa kondisi peredam knalpot kendaraan sangat bervariasi. Banyak kendaraanyang
tidak
dileng-kapi
dengan peredam kendaraan yangbaik,
oleh karenaitu
untuk kecepatan kendaraan yang sama, untuk kendaraan sejenis akan tercatat tingkat kebi-singan yang berbeda. Sehingga pengaruh kecepat-an kendarakecepat-an skecepat-angat sulit diamati.Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis data dan pembahasan, dapatdisimpulkan
bahwa:l.
Tingkat kebisinganlalu
lintas dipengaruhi oleh jarak pengukuran karena variabel tersebut akan mempengaruhitinggi efektif
penghalang dansudut
bayanganbising,
karena semakin jauhjarak
pengukuran maka akan semakinmening-kat
tinggi efektif
penghalang sehingga reduksi bisingjuga
akan meningkat.2.
Dari
berbagaijenis
penghalang, ternyata yang palingefektif
meredam kebisingan adalah pagar masif dengan koefisien peredamannya 0,12.3.
Hubungan antaratingkat
kebisingan danjum-lah
kendaraandapat
didekati
dengan
persa-maan linier
dengan
mengkivalenkanjumlah
kendaraan terhadap sepeda motor.Saran
l.
Penelitian
lanjutanuntuk
mengetahui reduksibising dari
berbagai peredam yang lebih baik, dapat dilakukan dengan memperhatikanvaria-bel-variabel
lain yang
berpengaruh terhadap kebisingan.2.
Perludilakukan
penelitian denganmemperha-tikan
pengaruh kebisingan itu sendiri terhadapperilaku
masyarakat (permintaanganti
rugi),
apabila
hal itu
dilakukan
penetapan bakumutu dan
perundang-undanganlainnya
dapat diimplementasikan secara tepat.DAFTAR
PUSTAKA
Davis Mackenzie L. dan
Comwell
DavidA.,
1991,Introduction
to
Environmental
Engineering.Mc.
Graw-Hill
Book Co., Singapore.Doelle Leslie
L.:
Pasetio
Lea,
1993, Akustik
Lingkungan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gelebet,
I
Nyoman,
dkk.
1982.
Arsitektur
Tradisional
Bali.
Departement
Pendidikandan
Kebudayaan.Proyek lnventarisasi
danDokumentasi
Kebudayaan Daerah.
Tahunl98li
1982. Jakarta.Saenz,
A.L.
&
Stephens,R.W.,
1986, Effects andControl,
Singapore. John Wiley&
Sons.Sangsoko,
D.P.,
Hadiyarto,
A. et
?1,
2000.Kebisingan Lingkungan:
Univ.
Diponegoro.Semarang.