ix
WITH LAW NUMBER 40 OF 2007 ABOUT THE LIMITED LIABILITIES COMPANY AND LAW NUMBER 19 OF 2003 ABOUT THE STATED OWNED
ENTERPRISES Chyntia Christie
(1187004)
Limited Stated Owned Enterprises as one pillar of the country’s economy should have a clear position. Stated Owned Enterprises positions itself oftentimes is not clear because it’s capital originating are from the state but unfortunately it always be accused as an independent legal entity. This has led to some variety of errors on many sides. The legal entity status which resulting vagueness of the responsibilities of the parties and organs of the company's founder from responsibility for the management of property assets of Limited Stated Owned Eterprises. Author used a method called the study of normative law to do this research because this research was done by reviewing secondary data. This normative research including study of legal literature, which is done by tracing the principles of law processed based on some existing rules and tested based on the principles of common law.
The position of the Stated Owned Enterprises as an independent legal entity in which it’s assets are apart from it’s founder. It is accordance with Article 3 of law number 40 of 2007 about limited liabilities company that the state as the shareholders of the company are liable over shares of the company they owned. Stated Owned Enterprises asset management is the responsibility from the organ of the limited liabilities company.The organ of the limited liability company in managing asset the state which is not being detached from the principle of good corporate governance, articles of association of Stated Owned Enterprises and also applicable regulations.
viii
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA
Chyntia Christie (1187004)
Persero BUMN sebagai salah satu penopang ekonomi Negara seharusnya memiliki kedudukan yang jelas. Persero BUMN seringkali tidak jelas kedudukannya karena modal yang berasal dari Negara namun dituntut sebagai badan hukum mandiri. Hal ini mengakibatkan berbagai kekeliruan pada banyak pihak. Ketidak jelasan status badan hukum mengakibatkan ketidak jelasan akan tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ perseroan akan tanggung jawab atas pengelolaan aset kekayaan Persero BUMN.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses terhadap aturan yang ada dan diuji berdasarkan prinsip-prinsip hukum umum.
Kedudukan Persero BUMN yaitu sebagai entitas mandiri badan hukum yang harta kekayaannya terpisah dari pendirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yaitu Negara sebagai pemegang saham perseroan bertanggung jawab sebesar saham yang dimilikinya atas Perseroan. Pengelolaan aset kekayaan BUMN merupakan tanggung jawab dari organ Perseroan. Organ Perseroan dalam mengelola aset kekayaan Negara tidak terlepas dari prinsip good corporate governance, Anggaran Dasar BUMN, dan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
x
Halaman
LEMBAR JUDUL ………..………... i
PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii
LEMBAR PENGESAHAN ………...……….. iii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ……….. iv
KATA PENGANTAR …..……….. v
PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ………. vii
ABSTRAK ………. viii
DAFTAR ISI ……….………..……….. x
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………...……... 1
B. Identifikasi Masalah ………. 8
C. Tujuan Penelitian ………. 9
D. Kegunaan Penelitian ……… 9
E. Kerangka Pemikiran ………...……. 10
F. Metode Penelitian ……… 19
G. Sistematika Penulisan ………... 22
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA ……… 25 A. Tinjauan Umum Mengenai Badan Hukum ……….. 25
B. Badan Usaha ……… 27
xi
G. Jenis-Jenis Badan Usaha Milik Negara ………...…… 50 H. BUMN Sebagai Kesatuan Yuridis ………... 61 BAB III TINJAUAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB
PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA
MILIK NEGARA ………...
65
A. Tinjauan Mengenai Kedudukan Pemerintah Sebagai Stakeholder Utama atas Bumn yang Merupakan Entitas Mandiri Badan Hukum
65
B. Tinjauan Mengenai Pengelolaan Aset BUMN ……… 68 C. Tinjauan Mengenai Tanggung Jawab Pengurus BUMN dalam
Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN ……… 73
BAB IV ANALISA TERHADAP KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI
ENTITAS MANDIRI BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB
PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007
TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA
xii
Aset Kekayaan BUMN ………...…………...
BAB V PENUTUP ………. 107
A. Kesimpulan ……..……… 107
B. Saran ……… 111
DAFTAR PUSTAKA ………. 113
1 A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya. Hal ini nampak dari cita-cita yang terkandung didalam UUD
1945 dan juga pembukaan Undang-Undang pada alinea ke-4 (empat). Untuk
mencapai kesejahteraan dan kemakmuran itu sendiri, maka negara tidak hanya
berdiam diri atau sebatas mengawasi rakyatnya atau hal itu biasanya disebut sebagai
negara sebagai penjaga malam (nachtwachterstaat). Dalam rangka memenuhi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, negara dibenarkan untuk melakukan
intervensi apapun demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran rakyatnya, hal ini
biasanya dikenal dengan welfare state atau negara kesejahteraan. 1
Dalam usaha untuk memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, maka
pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk membangun usaha dalam sektor
publik dan sektor privat. Pada sektor publik, terdapat juga ranah publik dan privat.
Contoh sektor publik dengan ranah privat antara lain Kantor Perpajakan, Kantor
Pelelangan, Pengadilan, dan sebagainya. Pada sektor publik dengan ranah publik,
terdapat BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu dari pelaku kegiatan
ekonomi yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, baik sendiri
ataupun bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta baik dalam skala
besar maupun skala kecil, domestik, juga swasta asing, dan koperasi.Sebagai salah
satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN memiliki peran yang besar dalam
turut serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh
UUD 1945.
Badan Usaha Milik Negara atau kita kenal dengan BUMN adalah suatu badan
hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Sesuai dengan yang tercantum
dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara.” Dari pasal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara sebagai
penguasa atau pemilik dari BUMN tersebut perlu menyertakan modal demi
berjalannya BUMN itu sendiri.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, yang untuk selanjutnya disingkat dengan UU BUMN,
pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau yang biasanya disebut BUMN
adalah: “Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
dipisahkan.”. Perbedaan antara BUMN dengan badan hukum lainnya berdasarkan
definisi tersebut di atas adalah:
1. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara;
2. melalui penyertaan secara langsung;
3. berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.2
Kekayaan yang terpisah inilah merupakan jaminan dari seluruh perikatan yang
dilakukan oleh badan hukum mandiri tersebut. Dalam perspektif ini, BUMN sebagai
badan hukum, adalah legal entity yang berbeda dengan pemiliknya (Negara),
pengurusannya tunduk pada prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dijalankan oleh
organ badan hukum itu sendiri, dan memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari
kekayaan Negara sebagai pemiliknya. Dengan karakteristik inilah memungkinkan
BUMN dikelola secara fleksibel sebagai usaha yang mandiri.3 Selain itu, BUMN
yang berbentuk Persero pada dasarnya merupakan perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dengan pencantuman kata
“Perseroan Terbatas” pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara yang mencantumkan: “Terhadap Persero berlaku segala
2 Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum,Bandung:
Refika Aditama, 2006, hlm. 61.
3 Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good
ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.”
Mengenai kekayaan yang dipisahkan, menimbulkan pertanyaan yang sangat
menarik terkait dualisme pemahaman tentang kekayaan negara yang dipisahkan.
Contohnya adalah pendapat dari Agus Martowardojo, beliau merupakan mantan
Menteri Keuangan dan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia
periode 2013-2018. Agus Martowardojo berpendapat bahwa mengenai aset BUMN
yang merupakan bagian dari aset negara.4 Dengan pernyataan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa dari pihak Kementrian Keuangan sendiri beranggapan bahwa
BUMN memiliki hubungan langsung dengan kekayaan Negara.
Terdapat juga kontroversi yang timbul dari uji materi yang diajukan Forum
Hukum BUMN dan rekan-rekan terhadap Undang-Undang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan. Uji materi dilakukan terhadap pasal
yang mengatur tentang kekayaan negara yang dipisahkan dalam Undang-Undang
Keuangan Negara dan pasal yang mengatur tentang kewenangan Badan Pemeriksa
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan terhadap kekayaan negara yang
dipisahkan tersebut.
4 Ramdhania El Hida, “Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara”, 2012,
Pemohon uji materi berpendapat bahwa semua frasa mengenai kekayaan negara
yang dipisahkan pada BUMN di Undang-Undang Keuangan Negara bertentangan
dengan Konstitusi sehingga tidak memiliki keuatan hukum. Oleh karena itu,
kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan untuk mengaudit BUMN juga tidak
berkekuatan hukum dan bertentangan dengan norma kepastian hukum yang dijamin
oleh Konstitusi. Pemohononan uji materi mendasarkan argumennya pada dua hal
yaitu tafsir sempit atas sistem Keuangan Negara dan doktrin korporasi klasik.5
Sementara itu, sebaliknya terdapat hal yang berkebalikan dengan
pernyataan-pernyataan di atas, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011,
pada pertimbangan hakim nomor 23 terdapat pernyataan sebagai berikut;
Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Peraturan Perundangundangan sebagaimana tersebut di atas, dan berkenaan dengan permohonan para Pemohon terkait ”Piutang Negara” terhadap Bank BUMN (Bank Badan Usaha Milik Negara), maka dapat diartikan bahwa Bank BUMN merupakan Badan Hukum Privat berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Persero), dan sebagai Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas maka Bank BUMN mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara. Oleh karena itu, Piutang Bank BUMN berupa kredit bermasalah yang diberikannya kepada debiturnya adalah terikat dalam suatu
5 Alamsyah Saragih, “Ironi Uji Materi UU Keuangan Negara”, 2013, (http://blog.pattiro.org/?p=218),
perjanjian kredit, sehingga bila kredit bermasalah itu tertagih adalah menjadi hak milik Bank BUMN tersebut dan tidak perlu disetorkan kepada Pemerintah Pusat.
Pada pernyataan di atas, disebutkan bahwa BUMN merupakan badan hukum
privat dan sebagai badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas memiliki harta
kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara.
Pernyataan tersebut diatas sejalan dengan pendapat Mahkamah Agung dalam
permohonan fatwa hukum Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006 bahwa pembinaan dan
pengelolaan BUMN tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan berdasarkan pada
prinsip-prinsip perusahaan yang sehat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN.
Peranan BUMN pada masa kini tentu diharapkan dapat ditingkatkan sebagai
salah satu penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN juga
dipandang memiliki potensi yang besar untuk bisa mendukung pemerintah dalam
membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2011 kontribusi
BUMN terhadap postur penerimaan negara mencapai Rp 143,7 triliun yang terdiri
dari penerimaan pajak Rp 115,6 triliun dan non pajak atau deviden sebesar Rp.28,1
triliun. Penerimaan BUMN ini setara dengan 12,3 % dari total penerimaan dalam
negeri yang tercatat di APBN-P tahun 2011. Laba bersih tahun 2011 dari 141
perusahaan mencapai Rp 124 triliun.6
BUMN sebagai sebuah korporasi status kemandirian hukumnya harus
benar-benar jelas, juga dipahami secara jelas dan utuh baik oleh stakeholeder,
pemerintahan, maupun lembaga hukum. Jika BUMN sebagai badan hukum mandiri,
maka BUMN memiliki kekayaan serta tanggung jawabnya sendiri. BUMN juga perlu
melakukan pengelolaan aset kekayaannya sebagai entitas mandiri badan hukum.
Sebaliknya, jika BUMN masih memiliki aset yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan, dan kekayaan negara tersebut masih menjadi bagian dari keuangan negara
maka apabila terdapat transaksi yang menyebabkan kerugian, hal tersebut dapat
masuk ke dalam delik seperti orang melakukan kerugian dalam lembaga
pemerintahan, contohnya korupsi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan beberapa penulisan yang
sejenis, antara lain:
1. Tesis yang berjudul “Peranan BUMN dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, ditulis oleh
Yeti Sumiyati dari Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.
2. “Kepastian Hukum Tentang Status Keuangan Negara di Lingkungan
BUMN Persero dan lmplikasinya Terhadap Masalah Kerugian Negara
dalam Penyelesaian Tindak Pidana Korupsi”, ditulis oleh Agustinus F
Paskalino Dadi dari Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca
3. “ Tinjauan Hukum Terhadap Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Negara”,
ditulis oleh Dr. Oky Deviany, SH, MH. dari Program Studi Ilmu Hukum di
Universitas Hasanuddin.
Sesuai dengan penjelasan yang telah saya kemukakan di atas, dalam menulis tesis
ini, saya bermaksud untuk membahas mengenai permasalahan yang berbeda dari
tesis-tesis yang telah ada tersebut di atas dengan judul skripsi:
“TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI ENTITAS MANDIRI
BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENGELOLAAN ASET
KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40
TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA”
B. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan permasalahan guna
mempermudah pembahasan agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan dari materi
pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan hukum?
2. Bagaimanakah tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan
hukum.
2. Untuk mengetahui hal pertanggungjawaban pengelolaan aset kekayaan
BUMN.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dalam penelitian ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan
kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoretis
Dalam hal teoretis, penelitian ini secara khusus diharapkan dapat berguna
bagi perkembangan hukum perusahaan di Universitas Kristen Maranatha dan
secara umum diharapkan dapat berguna bagi Indonesia. Peneliti juga berharap
kelak penelitian ini dapat berguna baik bagi para mahasiswa maupun
akademisi untuk menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan, baik
sebagai contoh maupun sebagai pemacu untuk penelitian lain yang
berikutnya.
2. Kegunaan Praktis
Peneliti berharap, penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi, dan juga
penegak hukum yang bergerak di bidang hukum perusahaan dan dapat juga
mengenai pengelolaan aset kekayaan BUMN yang mungkin terdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Kerangka Pemikiran
"Laissez faire et laissez passer, le monde va de lui même", adalah suatu
istilah yang menggambarkan bahwa suatu negara yang ideal dimana
seseorang tidak mendapatkan makan dengan mengandalkan belas kasih dari
tukang daging, petani atau tukang roti. Untuk memenuhi kepentingan
pribadinya, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk melakukan suatu
pekerjaan dan dengan upah atau hasil dari pekerjaan tersebut, seseorang
dapat mencukupi kepentingan pribadinya.7
Pemikiran dari Adam Smith tersebut dinilai gagal untuk mensejahterakan
masyarakat. Hal itu terbukti dalam peristiwa Great Depression, peristiwa
ekonomi terburuk yang pernah ada di dalam sejarah dimana peristiwa ini
ditandai dengan “Wall Street Stock Market Crash” pada tahun 1929 di
Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat bagaimana indeks saham meluncur
jatuh dari tahun sebelumnya, contohnya saja pada indeks Dow Jones
Industirial Average yang mana pada tahun 1928, indeksnya bernilai 191
meningkat drastis menjadi 381.17 poin pada September 1929. Menanggapi
peristiwa Great Depression yang terjadi, tokoh ekonomi dari Inggris, yakni
John Maynard Keynes, mengkritik bahwa mekanisme pasar Invisible Hand
yang diusung oleh Adam Smith terbukti gagal untuk mensejahterakan pasar.
Berbeda dengan konsep Laissez-faire, Keynes mengungkapkan pentingnya
peranan pemerintah yang fungsinya adalah untuk mengatur dan mengawasi
jalannya pasar agar berjalan sesuai dengan program kesejahteraan dan dapat
bersifat lebih bijaksana.8 Karena pihak swasta tidak bisa diandalkan untuk
membuat permintaan agregat selama resesi, pemerintah memiliki kewajiban
untuk membuat permintaan.9
Melihat dari kedua sudut pandang tersebut, untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat, maka tidak sebaiknya pemerintah hanya berperan sebagai penjaga
malam dalam perkenomian suatu negara. Campur tangan pemerintah
diperlukan untuk mengatur dan mengawasi jalannya pasar agar berjalan sesuai
dengan tujuan, yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai kesejahteraan itu juga yaitu dengan melakukan
pembangunan. Pembangunan bangsa Indonesia yang sedang berlangsung juga
bertujuan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan
8 Atina Izza, “Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme”, 2012, (http://atina-i--
fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html), diunduh pada 20 Oktober 2014
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta menciptakan
perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.10
Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa hakikat pembangunan
dalam arti seluas-luasnya yaitu meliputi segala segi dari kehidupan
masyarakat dan tidak terbatas pada satu segi kehidupan. Masyarakat yang
sedang membangun dicirikan oleh perubahan sehingga peranan hukum dalam
pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan
cara yang teratur. Perubahan yang teratur demikian dapat dibantu oleh
perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau bahkan kombinasi dari
kedua-duanya, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum menjadi suatu alat
yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.11
Dalam proses pembangunan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan
prioritas yang tinggi kepada perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh
negara Indonesia. Pemerintah telah menetapkan sejumlah target ambisius
yang direncanakan tercapai pada tahun 2025. Target-target ini mencakup:
1. masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadilan sosial
2. populasi yang kompetitif dan inovatif
3. demokrasi yang adil
4. perkembangan sosial dan kesetaraan antara semua orang dan daerah
10 Satjipto Rahardjo di dalam Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran
Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980, hlm 1.
5. menjadi kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di skala
global12
Keterlibatan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat dan mencapai
target-target yang telah disusun dalam rencana pembangunan diatas salah
satunya adalah dengan mendirikan BUMN sebagai badan usaha sehingga
dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan baik bagi masyarakat maupun
pemerintah sendiri. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3)
UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi
penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam kenyataannya, sampai saat ini masih banyak baik dari kalangan
orang-orang di bidang hukum, maupun masyarakat awam yang kurang begitu
mengenal secara mendalam mengenai BUMN, dan masih beranggapan bahwa
BUMN bukan sebagai perusahaan melainkan sebagai lembaga
pemerintah/negara, dengan alasan BUMN merupakan milik negara karena
terdapat kata-kata Milik Negara.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau
yang biasanya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.
Mengacu pada pengertian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003
tentang BUMN, maka dapat diketahui bahwa modal BUMN berasal dari harta
kekayaan negara yang dipisahkan dan dipergunakan untuk mengelola dan
mengembangkan BUMN.Selain itu, berdasarkan pengertian BUMN yang
diberikan oleh Pasal 1 angka 1 UU BUMN, maka modal suatu BUMN
sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung.
Dapat disimpulkan bahwa sumber permodalan BUMN berdasarkan ketentuan
tersebut adalah:
1. Penyertaan negara semata apabila BUMN merupakan badan usaha yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara atau
2. Penyertaan negara dan swasta apabila BUMN merupakan badan usaha
yang sebagian modalnya dimiliki oleh Negara.13
Modal yang disertakan negara dalam BUMN merupakan kekayaan negara
yang dipisahkan.14 Pengertian harta kekayaan negara yang dipisahkan adalah
kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
13 Faizal, “BUMN Sebagai Badan Usaha”, 2009,
(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), diunduh pada 6 September 2014
(APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero atau Perum.15
BUMN merupakan badan hukum dan sebagaimana suatu badan hukum, salah
satu ciri badan hukum yaitu harus mempunyai harta kekayaan tersendiri atau
terpisah, karena itu BUMN harus memiliki harta kekayaan yang terpisah dari
harta kekayaan negara.16
BUMN sebagai badan hukum dengan jenis Persero berlaku segala
ketentuan dan prinsip-prinsip perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 11 UU BUMN).
UU Perseroan Terbatas yang berlaku sekarang adalah UU No. 40 Tahun 2007.
Persero memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM.17
BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pasal 33 UUD 1945.
Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan
anggota-anggota masyarakat, dan kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan. Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara
adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UUD Pasal 33 khususnya
15Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 61.
16 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 4 ayat (2). 17 Paper diskusi oleh Gatot Supramono, Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Banjarmasin
ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang
produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Campur tangan negara dalam penyelenggaraan Sistem Ekonomi
Kerakyatan dijamin oleh UUD 1945. Kedudukan BUMN sebagai salah satu
bentuk campur tangan negara dengan sendirinya memiliki landasan
konstitusional yang sangat kuat di Indonesia. Tetapi hal inilah yang biasanya
memicu munculnya perdebatan mengenai kedudukan dan peran BUMN. Para
pihak yang ingin mempertahankan keberadaan BUMN cenderung
mengartikan secara serampangan bahwa yang dimaksud dengan “dikuasai
oleh negara” dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945 itu sama dengan
dimiliki atau diselenggarakan secara langsung oleh pemerintah. Karena
ungkapan “dikuasai oleh negara” diartikan sebagai dimiliki atau
diselenggarakan oleh pemerintah, maka BUMN serta merta ditafsirkan
sebagai perwujudan dari amanat Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 tersebut.
Bung Hatta mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan dikuasai oleh
negara dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 itu lebih ditekankan pada segi
pengendalian. Artinya, dengan dikuasainya cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut
oleh negara, berarti negara memiliki hak untuk mengendalikan kegiatannya.
“Penyelenggaraannya secara langsung dapat diserahkan kepada badan-badan
pelaksana BUMN atau perusahaan swasta, yang bertanggungjawab kepada
pemerintah, yang kerjanya dikendalikan oleh negara,”.18
Menteri Negara BUMN saat itu, Mustafa Abubakar, dalam keterangan
tertulis di sidang uji materi UU nomor 30/2009 menafsirkan “dikuasai oleh
negara” berarti negara sebagai regulator, fasilitator, dan operator yang secara
dinamis menuju negara hanya sebagai regulator dan fasilitator.
Pendapat semacam itu juga diadopsi oleh Mahkamah Konstitusi. Menurut
Mahkamah Konstitusi, makna dikuasai oleh negara adalah rakyat secara
kolektif mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan
tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan
(beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.19
18 Drs. Revrisond Baswir, MBA, “Menggugat Rampokisasi BUMN, 2009,
(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), diunduh pada 13 September 2014
19 Rudi Hartono, “Makna “Dikuasai Oleh Negara” Dalam Pasal 33 UUD 1945”, 2011,
(http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna‐%e2%80%9cdikuasai‐oleh‐
BUMN dalam mendorong pertumbuhan perekonomian memiliki peran
yang penting. Peran itu antara lain:
1. Dalam mengelola dan menggunakan cabang-cabang produksi yang pokok
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal demi tercapainya
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
2. Dapat melayani masyarakat secara maksimal.
3. Menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari
pendapatan non pajak.
4. Menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi
pengangguran.
5. Dapat membantu mempercepat pertumbuhan nasional.
Peran BUMN ini sangat besar dalam menjaga stabilitas ekonomi
khususnya pertumbuhan ekonomi dan dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintah termasuk lingkungan politik negara.Peran BUMN dalam
pembangunan nasional, diharapkan dapat ditingkatkan sebagai salah satu
penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN, baik di
sektor infrastruktur maupun sektor riil, dipandang memiliki potensi yang
yang direncanakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia).20
BUMN memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dan
hal tersebut juga berdampak langsung pada kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, maka perlunya kejelasan mengenai kedudukan BUMN. Sangat penting
untuk memahami mengenai tanggung jawab dari para pihak dan organ-organ
atas pengelolaan aset kekayaan BUMN.
F. Metode Penelitian
Peter Mahmud Marzuki merumuskan bahwa penelitian hukum sebagai
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.21
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitan
hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka.22
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian
yang dilakukan termasuk dalam penelitian hukum normatif, yang
dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif
20 Armida Salsiah Alisjahbana, “Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI”, 2014,
(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam.MP3EI),
diunduh pada 15 September 2014
ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitan yang
dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses
terhadap aturan yang ada dan diuji dengan prinsip-prinsip hukum umum.
Penelitian normatif atau penelitian hukum kepustakaan juga adalah
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder berkala.23
Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum dokttinal.
Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai
apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)atau
hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang diaanggap pantas.24
2. Sifat Penelitian
Penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Pengelolaan Aset Kekayaan
BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum Dikaitkan dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara” merupakan suatu penelitian dengan menggunakan penelitian yang
bersifat Deskriptif.25
23 Soerjono Soekanto dan Sri mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm. 13.
24 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 118.
3. Pendekatan Penelitian
Untuk penelitan dalam tugas akhir ini, maka peneliti akan
menggunakan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang dan
pendekatan konseptual.
Pada pendekatan undang-undang peneliti akan menelaah
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Pada
pendekatan konseptual peneliti akan menelaah mengenai teori-teori dan
doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hukum perusahaan dan badan
usaha milik Negara.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan hukum
sebagai berikut, antara lain:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,
catatan-catatan resmi, dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer
dalam penelitian ini adalah:
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu termasuk buku-buku hukum, skripsi,
tesis, disertasi bahan hukum, dan jurnal hukum.26 Dalam penelitian ini,
bahan hukum sekunder terdiri dari penelusuran buku-buku, jurnal,
skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan hukum perusahaan
yang membahas mengenai Badan Usaha Milik Negara.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier didapat dari kamus hukum dan ensiklopedia.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari:
Bab 1. PENDAHULUAN
Merupakan bagian awal dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan
dijelaskan latar belakang diadakannya penelitian, rumusan masalah yang
menjadi fokus penelitian yang akan dikaji juga dijelaskan pada bab
pendahuluan, dan juga hal-hal yang menjadi tujuan dari penelitian serta
manfaat dari penelitian secara teoritis maupun praktis. Dalam bab ini terdiri
atas sekurang-kurangnya beberapa sub-bab yaitu antara lain:
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangkan Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
Bab II. TINJAUAN PUSTAKA (Tinjauan yuridis mengenai
peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan mengenai Badan Usaha Milik Negara)
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini dan juga penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki
hubungan dengan penelitian ini.
Bab III. OBJEK PENELITIAN (Tinjauan pengelolaan aset kekayaan BUMN
sebagai entitas mandiri badan hukum dikaitkan dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.)
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang
menggambarkan fakta-fakta yang terdapat di lapangan dibandingkan dengan
data atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan skripsi.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Analisa terhadap
dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.) Dalam bab ini akan diuraikan jawaban atas
permasalahan dengan menggunakan data hasil penelitian secara teori yang
telah diuraikan dalam bab II skripsi.
BAB V. PENUTUP
Merupakan akhir dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan
dicantumkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban singkat
atas permasalahan dari skripsi, sedangkan saran akan menjadi alternative
solusi yang diusulkan oleh penulis skripsi atas permasalahan yang dihadapi
107
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor
privat merupakan entitas mandiri yang berhak melakukan pengelolaan
aset kekayaannya sendiri sebagai entitas mandiri badan hukum. Modal
BUMN yang disetorkan Negara berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Pemisahan kekayaan Negara berasal dari Anggaran dan
Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal
Negara pada BUMN. BUMN yang berbentuk Persero modalnya
terbagi atas saham dan paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)
sahamnya merupakan milik Negara. Sesuai Pasal 11 UU BUMN,
pembinaan dan pengelolaan BUMN yang berbentuk Persero
didasarkan pada prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas yang telah diganti dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007. Setelah Perseroan BUMN didirikan, maka
modal yang disetorkan kepada BUMN berubah bentuk menjadi saham
BUMN. Karena itu, tanggung jawab Negara sebagai pemegang saham
hanyalah terbatas pada modal yang disetorkan kepada Persero BUMN.
Tanggung jawab terbatas ini juga mengakibatkan pemisahan kekayaan
saham Persero BUMN hanya sebatas saham yang dimiliki oleh
Negara. Sesuai dengan penjabaran dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, tercantum bahwa
pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Pemisahan kekayaan secara mandiri dan utuh antara BUMN Persero
dengan negara merupakan hal yang dianggap sulit untuk dilaksanakan.
Maka untuk mengatasi hal tersebut, dapat dimungkinkan dengan aset
yang merupakan harta tetap masih merupakan aset kekayaan negara,
namun aset yang berupa uang maka sepenuhnya telah berubah menjadi
modal BUMN Persero dan berubah bentuk menjadi saham.
2. Organ Perseroan terdiri dari Direksi, Komisaris, dan Rapat Umum
Pemegang Saham. Dalam pengelolaan aset, organ Perseroan memiliki
tanggung jawab dan kewajiban namun tanggung jawab dan kewajiban
tersebut dibatasi oleh anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan. Direksi merupakan organ BUMN yang memiliki tanggung
jawab atas pengurusan BUMN untuk mencapai kepentingan dan tujuan
BUMN, serta mewakili BUMN, baik didalam maupun diluar
pengadilan. Seluruh kegiatan operasional dari suatu perseroan terletak
di tangan direksi. Direksi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
tidak hanya bertanggung jawab kepada pihak pemerintah melainkan
BUMN, direksi tetap bertanggung jawab kepada pemegang saham
lainnya. Direksi dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan
anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib
melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance. Direksi
dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan itikad baik, tidak
melanggar fiduciary duty, intravires, tidak melanggar Anggaran Dasar
Perseroan, serta peraturan perundang-undangan, contohnya direksi
harus mendapat persetujuan RUPS untuk pengalihan asset Perseroan
apabila senilai lebih dari 50% (lima puluh persen). Apabila direksi
tidak melanggar hal-hal tersebut, maka direksi akan mendapat
perlindungan dari kerugian yang dialami. Hal ini sesuai dengan doktrin
business judgment rule. Organ Perseroan lainnya adalah Dewan
Komisaris. Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan
pengawasan, mengatur, dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan persero. Komisaris bertugas
mengatur dan mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan
Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi. Dalam mengatur
dan memberikan nasihat, komisaris harus sesuai dengan kepentingan
dan tujuan perseroan, bukan berdasarkan kepetingan pihak atau
golongan tertentu. Komisaris juga dapat melaporkan kepada pemegang
saham apabila terjadi penurunan kinerja Persero. Hal ini bertujuan agar
kinerja Persero yang menurun dapat segera ditindaklanjuti. Dalam
Perseroan yang bertindak sebagai kehendak dari para pemegang
saham. Dalam RUPS Persero BUMN, Negara diwakili oleh Mentri.
Pengelolaan aset Perseroan oleh pengurus tidak terlepas dari RUPS,
seperti tercantum dalam Pasal 102 ayat (1) UU PT. Direksi sebagai
organ dari Perseroan wajib meminta persetujuan RUPS untuk
mengalihkan kekayaan Perseroan atau menjadikan jaminan utang
kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh
persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam1 (satu) transaksi atau
lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. RUPS juga
sebagai salah satu dari organ Perseroan dapat diminta pertanggung
jawaban seandainya terdapat kondisi yang merugikan Perseroan
apabila hal itu dapat dikategorikan sebagai ultra vires. Pasal 4 UUPT
menyebutkan bahwa RUPS dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya harus tunduk kepada Undang-Undang dan Anggaran
Dasar Perseroan. Hal ini dapat diartikan bahwa RUPS sebagai organ
tertinggi seperti yang tercantum pada Undang-Undang Perseroan
Terbatas yang terdahulu, tidak berarti bahwa RUPS dapat memiliki
kekuasaan tanpa batas. Setiap organ perseroan memiliki kesetaraan
kedudukan dengan organ lainnya. Karena itu jika terdapat tindakan
dari organ Perseroan yang menyebabkan kerugian, apabila tindakan
tersebut termasuk ke dalam intravires maka kerugian tersebut dapat
ditanggung oleh Perseroan. Kerugian tersebut akan berdampak kepada
mengakibatkan kerugian tersebut termasuk ke dalam perbuatan
ultravires, maka organ yang mengakibatkan kerugian tersebut dapat
dibebankan tanggung jawab sampai kepada harta pribadi.
B.Saran
1. Persero BUMN seringkali beranggapan bahwa Persero tersebut
merupakan ‘anak emas’ dari Negara. Tidak jarang juga pihak
pemerintah yang menjadikan Persero BUMN sebagai ‘anak emas’.
Hal inilah yang mengakibatkan dalam menjalankan usahanya
Persero BUMN seringkali bertindak sewenang-wenang, tidak
berhati-hati, dan tidak maksimal. Seharusnya Persero BUMN
menyadari kesetaraan antara Persero BUMN dengan Persero
lainnya. Hal ini diharapkan dapat memicu Persero BUMN untuk
dapat bersaing dengan Persero lainnya sehingga Persero BUMN
dapat menjadi Persero yang unggul dan memberikan dampak
positif baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
2. Pihak pendiri dan organ-organ Perseroan seharusnya
melaksanakan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar, peraturan
perundang-undangan, dan sesuai dengan good corporater
governance, fiduciary duty, dan duty of skill and care. Hal ini
bertujuan agar pihak pendiri dan organ Perseroan tidak
bertanggung jawab secara pribadi apabila terdapat kerugian di
118
Nama : Chyntia Christie
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 29 September 1993
Alamat : Sumber Hegar Raya Nomor 36a, Komplek Sumber Sari, Bandung
Nomor Telepon : 022‐6125809
Nomor Handphone : 089647632889
Email : chyntia_christie@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
1. SDK BPK Penabur THI, Lulus Tahun 2005 2. SMPK BPK Penabur Holis, Lulus Tahun 2008 3. SMAK 2 BPK Penabur, Lulus Tahun 2011
4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011‐2015
Pengalaman:
1. Anggota BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2011) 2. Panitia Contract Drafting (2011)
3. Sekretaris BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2012) 4. Panitia Debat Intern (2012)
5. Anggota Senat Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013)
6. Ketua Panitia Bakti Sosial Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013)
Bandung, 30 Maret 2015
(Chyntia Christie)
113
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia: Cetakan Keempat Revisi,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006
Chariri Anis dan Ghozali Imam, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2007
Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004
Elsikartikasari dan Adrendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo, 2008.
Eddi Sopandi, Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, Bandung:
Refika Aditama, 2003
Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Komanditer, Jakarta: Kencana, 2006
Hambra, Sejarah Terminologi BUMN, Majalah BUMN TRACK, Desember 2007
Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan
Barang dan/atau Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan : Studi Pada PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero), Medan : Media Mandiri, 2012
H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2, Jakarta:
Djambatan, 1999
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Refika
Aditama, Bandung, 2006
Kardiman, Endang, Achmad. K, Ekonomi Dunia Keseharian Kita, Jakarta: Yudhistira, 2006
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009
Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor: Ghalia
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003
M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004
M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta: IBLAM, 2005
Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta:Kencana, 2008
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008
R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2005
Rita M, Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha, Jakarta: Penebar Swadaya, 2009
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1992
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, 2013
Rudhi Prasteya, Matschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2002
Satjipto Rahardjo di dalam Abdul Ganda. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya bakti, 1996
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, Jakarta UI-Press, 1986
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo, 2006
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003
Sugiharto, Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari Ini dan Masa Depan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007
Sukwaity, Sudirman Jamal, dan Slamet Sukamto, Ekonomi, Jakarta: Yudisthira Ghalia
Indonesia
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Jakarta: Raja
Jurnal
Johny Ibrahim, Doktrin Ultra Vires dan Konsekuensi Penerapannya Terhadap Badan Hukum Privat, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 11, Mei 2011
Ullmann, A. (1985). “Data in search of a theory”, A critical examination of the relationships among social performance, social disclosure,and economic performance, Academy of
Management Review, hlm. 552. sebagaimana terdapat dalam Agus Purwanto, Pengaruh Tipe Industri, Ukuran, Profitabilitas Terhadap CSR, Jurnal Akutansi dan Auditing,
Volume 8, November 2011
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Rujukan Elektronik
Atina Izza, Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme, diunduh pada 20 Oktober 2014,
(http://atina-i--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html, 2012
Zaka, Koridor Hukum Penjualan Aset BUMN yang Tidak Produktif, diunduh pada 19
Desember 2014, (http://www.ahmadzakaria.net/blog/2011/12/13/koridor-hukum-penjualan-aset-bumn-yang-tidak-produktif/comment-page-1/), 2011
Rudi Hartono, Makna Dikuasai Oleh Negara Dalam Pasal 33 UUD 1945, diunduh pada 15
September 2014, (http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna-
%e2%80%9cdikuasai-oleh-negara%e2%80%9d-dalam-pasal-33-uud-1945.html#ixzz3C5Js5eRo), 2011
W Riawan Tjandra, Pemisahan Kekayaan Negara di BUMN, diunduh pada 19 Desember 2014,
(http://www.bpk.go.id/news/pemisahan-kekayaan-negara-di-bumn), 2014
Armida Salsiah Alisjahbana, Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI, diunduh pada 15
September 2014,
(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam. MP3EI), 2014
Revrisond Baswir, Menggugat Rampokisasi BUMN, diunduh pada 13 September 2014,
(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), 2009
Ramdhania El Hida, Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara, diunduh pada 13
September 2014, (http://finance.detik.com/read/2012/01/25/142534/1824565/4/agus-marto-minta-direksi-bumn-jaga-aset-negara?991101mainnews), 2012
Perusahaan Umum, diunduh pada 8 Januari 2015,
(https://www.google.com/search?q=contoh+perum&ie=utf-8&oe=utf-8), 2014
Faizal, BUMN Sebagai Badan Usaha, diunduh pada 6 September 2014,
(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), 2009
Dituntut, Karena Abaikan Prinsip Kehati-hatian, diunduh pada 25 Maret 2015,
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51dcdd060ee7b/dituntut--karena-abaikan-prinsip-kehati-hatian), Juli 2013
Putusan MK: Apakah Kekayaan BUMN Merupakan Kekayaan Negara?, diunduh pada 19
Desember 2014, (http://www.hukumprodeo.com/putusan-mk-apakah-kekayaan-bumn-merupakan-kekayaan-negara/), 2014
Rencana Pembangunan Pemerintah Indonesia, diunduh pada 15 Oktober 2014,
(http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-pemerintah/item305)
Nanang, Terkait Bongkar Muat di Tanjung Priok, KPPU Hukum Pelindo dan PT Multi
Terminal Indonesia, diunduh pada 25 Maret 2015,
Tri Widodo W Utomo, Memahami Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State), diunduh
pada 15 Oktober 2014, (http://triwidodowutomo.blogspot.com/2013/07/memahami-konsep-negara-kesejahteraan.html), 2013
Firmanzah, BUMN dan Daya Saing Nasional, diunduh pada 6 September 2014,
(http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), 2012
Wikipedia, Badan Usaha, diunduh pada 4 Desember 2014 ,
(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha)
Wikipedia, Laissez-faire, diunduh pada 20 Oktober 2014,
(http://id.wikipedia.org/wiki/Laissez-faire), 2014