• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Kedudukan BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum dan Tanggung Jawab Dalam Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Kedudukan BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum dan Tanggung Jawab Dalam Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan U"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ix   

WITH LAW NUMBER 40 OF 2007 ABOUT THE LIMITED LIABILITIES COMPANY AND LAW NUMBER 19 OF 2003 ABOUT THE STATED OWNED

ENTERPRISES Chyntia Christie

(1187004)

Limited Stated Owned Enterprises as one pillar of the country’s economy should have a clear position. Stated Owned Enterprises positions itself oftentimes is not clear because it’s capital originating are from the state but unfortunately it always be accused as an independent legal entity. This has led to some variety of errors on many sides. The legal entity status which resulting vagueness of the responsibilities of the parties and organs of the company's founder from responsibility for the management of property assets of Limited Stated Owned Eterprises. Author used a method called the study of normative law to do this research because this research was done by reviewing secondary data. This normative research including study of legal literature, which is done by tracing the principles of law processed based on some existing rules and tested based on the principles of common law.

The position of the Stated Owned Enterprises as an independent legal entity in which it’s assets are apart from it’s founder. It is accordance with Article 3 of law number 40 of 2007 about limited liabilities company that the state as the shareholders of the company are liable over shares of the company they owned. Stated Owned Enterprises asset management is the responsibility from the organ of the limited liabilities company.The organ of the limited liability company in managing asset the state which is not being detached from the principle of good corporate governance, articles of association of Stated Owned Enterprises and also applicable regulations.

(2)

viii

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

Chyntia Christie (1187004)

Persero BUMN sebagai salah satu penopang ekonomi Negara seharusnya memiliki kedudukan yang jelas. Persero BUMN seringkali tidak jelas kedudukannya karena modal yang berasal dari Negara namun dituntut sebagai badan hukum mandiri. Hal ini mengakibatkan berbagai kekeliruan pada banyak pihak. Ketidak jelasan status badan hukum mengakibatkan ketidak jelasan akan tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ perseroan akan tanggung jawab atas pengelolaan aset kekayaan Persero BUMN.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses terhadap aturan yang ada dan diuji berdasarkan prinsip-prinsip hukum umum.

Kedudukan Persero BUMN yaitu sebagai entitas mandiri badan hukum yang harta kekayaannya terpisah dari pendirinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yaitu Negara sebagai pemegang saham perseroan bertanggung jawab sebesar saham yang dimilikinya atas Perseroan. Pengelolaan aset kekayaan BUMN merupakan tanggung jawab dari organ Perseroan. Organ Perseroan dalam mengelola aset kekayaan Negara tidak terlepas dari prinsip good corporate governance, Anggaran Dasar BUMN, dan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Halaman

LEMBAR JUDUL ………..………... i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...……….. iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ……….. iv

KATA PENGANTAR …..……….. v

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ………. vii

ABSTRAK ………. viii

DAFTAR ISI ……….………..……….. x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………...……... 1

B. Identifikasi Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Kegunaan Penelitian ……… 9

E. Kerangka Pemikiran ………...……. 10

F. Metode Penelitian ……… 19

G. Sistematika Penulisan ………... 22

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA MILIK NEGARA ……… 25 A. Tinjauan Umum Mengenai Badan Hukum ……….. 25

B. Badan Usaha ……… 27

(4)

xi   

G. Jenis-Jenis Badan Usaha Milik Negara ………...…… 50 H. BUMN Sebagai Kesatuan Yuridis ………... 61 BAB III TINJAUAN MENGENAI TANGGUNG JAWAB

PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA

MILIK NEGARA ………...

65

A. Tinjauan Mengenai Kedudukan Pemerintah Sebagai Stakeholder Utama atas Bumn yang Merupakan Entitas Mandiri Badan Hukum

65

B. Tinjauan Mengenai Pengelolaan Aset BUMN ……… 68 C. Tinjauan Mengenai Tanggung Jawab Pengurus BUMN dalam

Pengelolaan Aset Kekayaan BUMN ……… 73

BAB IV ANALISA TERHADAP KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI

ENTITAS MANDIRI BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB

PENGELOLAAN ASET KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA

(5)

xii   

Aset Kekayaan BUMN ………...…………...

BAB V PENUTUP ………. 107

A. Kesimpulan ……..……… 107

B. Saran ……… 111

DAFTAR PUSTAKA ………. 113

(6)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan dan

kemakmuran rakyatnya. Hal ini nampak dari cita-cita yang terkandung didalam UUD

1945 dan juga pembukaan Undang-Undang pada alinea ke-4 (empat). Untuk

mencapai kesejahteraan dan kemakmuran itu sendiri, maka negara tidak hanya

berdiam diri atau sebatas mengawasi rakyatnya atau hal itu biasanya disebut sebagai

negara sebagai penjaga malam (nachtwachterstaat). Dalam rangka memenuhi

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, negara dibenarkan untuk melakukan

intervensi apapun demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran rakyatnya, hal ini

biasanya dikenal dengan welfare state atau negara kesejahteraan. 1

Dalam usaha untuk memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, maka

pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk membangun usaha dalam sektor

publik dan sektor privat. Pada sektor publik, terdapat juga ranah publik dan privat.

Contoh sektor publik dengan ranah privat antara lain Kantor Perpajakan, Kantor

      

(7)

Pelelangan, Pengadilan, dan sebagainya. Pada sektor publik dengan ranah publik,

terdapat BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu dari pelaku kegiatan

ekonomi yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, baik sendiri

ataupun bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta baik dalam skala

besar maupun skala kecil, domestik, juga swasta asing, dan koperasi.Sebagai salah

satu pelaku kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN memiliki peran yang besar dalam

turut serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh

UUD 1945.

Badan Usaha Milik Negara atau kita kenal dengan BUMN adalah suatu badan

hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya. Sesuai dengan yang tercantum

dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi: “Cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

negara.” Dari pasal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Negara sebagai

penguasa atau pemilik dari BUMN tersebut perlu menyertakan modal demi

berjalannya BUMN itu sendiri.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara, yang untuk selanjutnya disingkat dengan UU BUMN,

pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau yang biasanya disebut BUMN

adalah: “Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

(8)

dipisahkan.”. Perbedaan antara BUMN dengan badan hukum lainnya berdasarkan

definisi tersebut di atas adalah:

1. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara;

2. melalui penyertaan secara langsung;

3. berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.2

Kekayaan yang terpisah inilah merupakan jaminan dari seluruh perikatan yang

dilakukan oleh badan hukum mandiri tersebut. Dalam perspektif ini, BUMN sebagai

badan hukum, adalah legal entity yang berbeda dengan pemiliknya (Negara),

pengurusannya tunduk pada prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dijalankan oleh

organ badan hukum itu sendiri, dan memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari

kekayaan Negara sebagai pemiliknya. Dengan karakteristik inilah memungkinkan

BUMN dikelola secara fleksibel sebagai usaha yang mandiri.3 Selain itu, BUMN

yang berbentuk Persero pada dasarnya merupakan perusahaan yang berbentuk

perseroan terbatas sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah digantikan dengan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dengan pencantuman kata

“Perseroan Terbatas” pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara yang mencantumkan: “Terhadap Persero berlaku segala

      

2 Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum,Bandung:

Refika Aditama, 2006, hlm. 61. 

3 Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good

(9)

ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.”

Mengenai kekayaan yang dipisahkan, menimbulkan pertanyaan yang sangat

menarik terkait dualisme pemahaman tentang kekayaan negara yang dipisahkan.

Contohnya adalah pendapat dari Agus Martowardojo, beliau merupakan mantan

Menteri Keuangan dan yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia

periode 2013-2018. Agus Martowardojo berpendapat bahwa mengenai aset BUMN

yang merupakan bagian dari aset negara.4 Dengan pernyataan tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa dari pihak Kementrian Keuangan sendiri beranggapan bahwa

BUMN memiliki hubungan langsung dengan kekayaan Negara.

Terdapat juga kontroversi yang timbul dari uji materi yang diajukan Forum

Hukum BUMN dan rekan-rekan terhadap Undang-Undang Keuangan Negara dan

Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan. Uji materi dilakukan terhadap pasal

yang mengatur tentang kekayaan negara yang dipisahkan dalam Undang-Undang

Keuangan Negara dan pasal yang mengatur tentang kewenangan Badan Pemeriksa

Keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan terhadap kekayaan negara yang

dipisahkan tersebut.

      

4 Ramdhania El Hida, “Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara”, 2012,

(10)

Pemohon uji materi berpendapat bahwa semua frasa mengenai kekayaan negara

yang dipisahkan pada BUMN di Undang-Undang Keuangan Negara bertentangan

dengan Konstitusi sehingga tidak memiliki keuatan hukum. Oleh karena itu,

kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan untuk mengaudit BUMN juga tidak

berkekuatan hukum dan bertentangan dengan norma kepastian hukum yang dijamin

oleh Konstitusi. Pemohononan uji materi mendasarkan argumennya pada dua hal

yaitu tafsir sempit atas sistem Keuangan Negara dan doktrin korporasi klasik.5

Sementara itu, sebaliknya terdapat hal yang berkebalikan dengan

pernyataan-pernyataan di atas, yaitu Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011,

pada pertimbangan hakim nomor 23 terdapat pernyataan sebagai berikut;

Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Peraturan Perundangundangan sebagaimana tersebut di atas, dan berkenaan dengan permohonan para Pemohon terkait ”Piutang Negara” terhadap Bank BUMN (Bank Badan Usaha Milik Negara), maka dapat diartikan bahwa Bank BUMN merupakan Badan Hukum Privat berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Persero), dan sebagai Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas maka Bank BUMN mempunyai harta kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara. Oleh karena itu, Piutang Bank BUMN berupa kredit bermasalah yang diberikannya kepada debiturnya adalah terikat dalam suatu

      

5 Alamsyah Saragih, “Ironi Uji Materi UU Keuangan Negara”, 2013, (http://blog.pattiro.org/?p=218),

(11)

perjanjian kredit, sehingga bila kredit bermasalah itu tertagih adalah menjadi hak milik Bank BUMN tersebut dan tidak perlu disetorkan kepada Pemerintah Pusat.

Pada pernyataan di atas, disebutkan bahwa BUMN merupakan badan hukum

privat dan sebagai badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas memiliki harta

kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan negara.

Pernyataan tersebut diatas sejalan dengan pendapat Mahkamah Agung dalam

permohonan fatwa hukum Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006 bahwa pembinaan dan

pengelolaan BUMN tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan berdasarkan pada

prinsip-prinsip perusahaan yang sehat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 tentang BUMN.

Peranan BUMN pada masa kini tentu diharapkan dapat ditingkatkan sebagai

salah satu penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN juga

dipandang memiliki potensi yang besar untuk bisa mendukung pemerintah dalam

membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2011 kontribusi

BUMN terhadap postur penerimaan negara mencapai Rp 143,7 triliun yang terdiri

dari penerimaan pajak Rp 115,6 triliun dan non pajak atau deviden sebesar Rp.28,1

triliun. Penerimaan BUMN ini setara dengan 12,3 % dari total penerimaan dalam

negeri yang tercatat di APBN-P tahun 2011. Laba bersih tahun 2011 dari 141

perusahaan mencapai Rp 124 triliun.6

      

(12)

BUMN sebagai sebuah korporasi status kemandirian hukumnya harus

benar-benar jelas, juga dipahami secara jelas dan utuh baik oleh stakeholeder,

pemerintahan, maupun lembaga hukum. Jika BUMN sebagai badan hukum mandiri,

maka BUMN memiliki kekayaan serta tanggung jawabnya sendiri. BUMN juga perlu

melakukan pengelolaan aset kekayaannya sebagai entitas mandiri badan hukum.

Sebaliknya, jika BUMN masih memiliki aset yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan, dan kekayaan negara tersebut masih menjadi bagian dari keuangan negara

maka apabila terdapat transaksi yang menyebabkan kerugian, hal tersebut dapat

masuk ke dalam delik seperti orang melakukan kerugian dalam lembaga

pemerintahan, contohnya korupsi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan beberapa penulisan yang

sejenis, antara lain:

1. Tesis yang berjudul “Peranan BUMN dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, ditulis oleh

Yeti Sumiyati dari Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung.

2. “Kepastian Hukum Tentang Status Keuangan Negara di Lingkungan

BUMN Persero dan lmplikasinya Terhadap Masalah Kerugian Negara

dalam Penyelesaian Tindak Pidana Korupsi”, ditulis oleh Agustinus F

Paskalino Dadi dari Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca

(13)

3. “ Tinjauan Hukum Terhadap Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Negara”,

ditulis oleh Dr. Oky Deviany, SH, MH. dari Program Studi Ilmu Hukum di

Universitas Hasanuddin.

Sesuai dengan penjelasan yang telah saya kemukakan di atas, dalam menulis tesis

ini, saya bermaksud untuk membahas mengenai permasalahan yang berbeda dari

tesis-tesis yang telah ada tersebut di atas dengan judul skripsi:

“TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN BUMN SEBAGAI ENTITAS MANDIRI

BADAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DALAM PENGELOLAAN ASET

KEKAYAAN BUMN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40

TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA”

B. Identifikasi Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan permasalahan guna

mempermudah pembahasan agar tidak terjadi penyimpangan pembahasan dari materi

pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan hukum?

2. Bagaimanakah tanggung jawab dari pihak-pihak pendiri dan organ

(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kedudukan BUMN sebagai entitas mandiri badan

hukum.

2. Untuk mengetahui hal pertanggungjawaban pengelolaan aset kekayaan

BUMN.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Dalam hal teoretis, penelitian ini secara khusus diharapkan dapat berguna

bagi perkembangan hukum perusahaan di Universitas Kristen Maranatha dan

secara umum diharapkan dapat berguna bagi Indonesia. Peneliti juga berharap

kelak penelitian ini dapat berguna baik bagi para mahasiswa maupun

akademisi untuk menjadi salah satu referensi yang dapat digunakan, baik

sebagai contoh maupun sebagai pemacu untuk penelitian lain yang

berikutnya.

2. Kegunaan Praktis

Peneliti berharap, penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi, dan juga

penegak hukum yang bergerak di bidang hukum perusahaan dan dapat juga

(15)

mengenai pengelolaan aset kekayaan BUMN yang mungkin terdapat dalam

kehidupan sehari-hari.

E. Kerangka Pemikiran

"Laissez faire et laissez passer, le monde va de lui même", adalah suatu

istilah yang menggambarkan bahwa suatu negara yang ideal dimana

seseorang tidak mendapatkan makan dengan mengandalkan belas kasih dari

tukang daging, petani atau tukang roti. Untuk memenuhi kepentingan

pribadinya, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk melakukan suatu

pekerjaan dan dengan upah atau hasil dari pekerjaan tersebut, seseorang

dapat mencukupi kepentingan pribadinya.7

Pemikiran dari Adam Smith tersebut dinilai gagal untuk mensejahterakan

masyarakat. Hal itu terbukti dalam peristiwa Great Depression, peristiwa

ekonomi terburuk yang pernah ada di dalam sejarah dimana peristiwa ini

ditandai dengan “Wall Street Stock Market Crash” pada tahun 1929 di

Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat bagaimana indeks saham meluncur

jatuh dari tahun sebelumnya, contohnya saja pada indeks Dow Jones

Industirial Average yang mana pada tahun 1928, indeksnya bernilai 191

meningkat drastis menjadi 381.17 poin pada September 1929. Menanggapi

peristiwa Great Depression yang terjadi, tokoh ekonomi dari Inggris, yakni

John Maynard Keynes, mengkritik bahwa mekanisme pasar Invisible Hand

      

(16)

yang diusung oleh Adam Smith terbukti gagal untuk mensejahterakan pasar.

Berbeda dengan konsep Laissez-faire, Keynes mengungkapkan pentingnya

peranan pemerintah yang fungsinya adalah untuk mengatur dan mengawasi

jalannya pasar agar berjalan sesuai dengan program kesejahteraan dan dapat

bersifat lebih bijaksana.8 Karena pihak swasta tidak bisa diandalkan untuk

membuat permintaan agregat selama resesi, pemerintah memiliki kewajiban

untuk membuat permintaan.9

Melihat dari kedua sudut pandang tersebut, untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat, maka tidak sebaiknya pemerintah hanya berperan sebagai penjaga

malam dalam perkenomian suatu negara. Campur tangan pemerintah

diperlukan untuk mengatur dan mengawasi jalannya pasar agar berjalan sesuai

dengan tujuan, yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya

pemerintah untuk mencapai kesejahteraan itu juga yaitu dengan melakukan

pembangunan. Pembangunan bangsa Indonesia yang sedang berlangsung juga

bertujuan untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan

      

8 Atina Izza, “Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme”, 2012, (http://atina-i--

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html), diunduh pada 20 Oktober 2014

(17)

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta menciptakan

perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.10

Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa hakikat pembangunan

dalam arti seluas-luasnya yaitu meliputi segala segi dari kehidupan

masyarakat dan tidak terbatas pada satu segi kehidupan. Masyarakat yang

sedang membangun dicirikan oleh perubahan sehingga peranan hukum dalam

pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan

cara yang teratur. Perubahan yang teratur demikian dapat dibantu oleh

perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau bahkan kombinasi dari

kedua-duanya, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum menjadi suatu alat

yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.11

Dalam proses pembangunan tersebut, pemerintah Indonesia memberikan

prioritas yang tinggi kepada perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh

negara Indonesia. Pemerintah telah menetapkan sejumlah target ambisius

yang direncanakan tercapai pada tahun 2025. Target-target ini mencakup:

1. masyarakat yang tertib, maju, damai dan berkeadilan sosial

2. populasi yang kompetitif dan inovatif

3. demokrasi yang adil

4. perkembangan sosial dan kesetaraan antara semua orang dan daerah

      

10 Satjipto Rahardjo di dalam Abd. G. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran

Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980, hlm 1.

(18)

5. menjadi kekuatan ekonomi dan diplomatik yang berpengaruh di skala

global12

Keterlibatan pemerintah dalam mensejahterakan rakyat dan mencapai

target-target yang telah disusun dalam rencana pembangunan diatas salah

satunya adalah dengan mendirikan BUMN sebagai badan usaha sehingga

dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan baik bagi masyarakat maupun

pemerintah sendiri. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3)

UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi

penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh

Negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam kenyataannya, sampai saat ini masih banyak baik dari kalangan

orang-orang di bidang hukum, maupun masyarakat awam yang kurang begitu

mengenal secara mendalam mengenai BUMN, dan masih beranggapan bahwa

BUMN bukan sebagai perusahaan melainkan sebagai lembaga

pemerintah/negara, dengan alasan BUMN merupakan milik negara karena

terdapat kata-kata Milik Negara.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara, pengertian dari Badan Usaha Milik Negara atau       

(19)

yang biasanya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian

besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung

yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

Mengacu pada pengertian menurut Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003

tentang BUMN, maka dapat diketahui bahwa modal BUMN berasal dari harta

kekayaan negara yang dipisahkan dan dipergunakan untuk mengelola dan

mengembangkan BUMN.Selain itu, berdasarkan pengertian BUMN yang

diberikan oleh Pasal 1 angka 1 UU BUMN, maka modal suatu BUMN

sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung.

Dapat disimpulkan bahwa sumber permodalan BUMN berdasarkan ketentuan

tersebut adalah:

1. Penyertaan negara semata apabila BUMN merupakan badan usaha yang

seluruh modalnya dimiliki oleh negara atau

2. Penyertaan negara dan swasta apabila BUMN merupakan badan usaha

yang sebagian modalnya dimiliki oleh Negara.13

Modal yang disertakan negara dalam BUMN merupakan kekayaan negara

yang dipisahkan.14 Pengertian harta kekayaan negara yang dipisahkan adalah

kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

      

13 Faizal, “BUMN Sebagai Badan Usaha”, 2009,

(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), diunduh pada 6 September 2014 

(20)

(APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero atau Perum.15

BUMN merupakan badan hukum dan sebagaimana suatu badan hukum, salah

satu ciri badan hukum yaitu harus mempunyai harta kekayaan tersendiri atau

terpisah, karena itu BUMN harus memiliki harta kekayaan yang terpisah dari

harta kekayaan negara.16

BUMN sebagai badan hukum dengan jenis Persero berlaku segala

ketentuan dan prinsip-prinsip perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam

UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 11 UU BUMN).

UU Perseroan Terbatas yang berlaku sekarang adalah UU No. 40 Tahun 2007.

Persero memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan oleh

Menteri Hukum dan HAM.17

BUMN di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pasal 33 UUD 1945.

Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi

dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan

anggota-anggota masyarakat, dan kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan. Sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar

atas azas kekeluargaan. Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara

adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UUD Pasal 33 khususnya

      

15Johannes Ibrahim,Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 61.

16 Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 4 ayat (2). 17 Paper diskusi oleh Gatot Supramono, Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Banjarmasin

(21)

ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang

produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak

dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Campur tangan negara dalam penyelenggaraan Sistem Ekonomi

Kerakyatan dijamin oleh UUD 1945. Kedudukan BUMN sebagai salah satu

bentuk campur tangan negara dengan sendirinya memiliki landasan

konstitusional yang sangat kuat di Indonesia. Tetapi hal inilah yang biasanya

memicu munculnya perdebatan mengenai kedudukan dan peran BUMN. Para

pihak yang ingin mempertahankan keberadaan BUMN cenderung

mengartikan secara serampangan bahwa yang dimaksud dengan “dikuasai

oleh negara” dalam Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945 itu sama dengan

dimiliki atau diselenggarakan secara langsung oleh pemerintah. Karena

ungkapan “dikuasai oleh negara” diartikan sebagai dimiliki atau

diselenggarakan oleh pemerintah, maka BUMN serta merta ditafsirkan

sebagai perwujudan dari amanat Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 tersebut.

Bung Hatta mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan dikuasai oleh

negara dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 itu lebih ditekankan pada segi

(22)

pengendalian. Artinya, dengan dikuasainya cabang-cabang produksi yang

penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut

oleh negara, berarti negara memiliki hak untuk mengendalikan kegiatannya.

“Penyelenggaraannya secara langsung dapat diserahkan kepada badan-badan

pelaksana BUMN atau perusahaan swasta, yang bertanggungjawab kepada

pemerintah, yang kerjanya dikendalikan oleh negara,”.18

Menteri Negara BUMN saat itu, Mustafa Abubakar, dalam keterangan

tertulis di sidang uji materi UU nomor 30/2009 menafsirkan “dikuasai oleh

negara” berarti negara sebagai regulator, fasilitator, dan operator yang secara

dinamis menuju negara hanya sebagai regulator dan fasilitator.

Pendapat semacam itu juga diadopsi oleh Mahkamah Konstitusi. Menurut

Mahkamah Konstitusi, makna dikuasai oleh negara adalah rakyat secara

kolektif mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan

tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan

(beheersdaad) dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.19

      

18  Drs. Revrisond Baswir, MBA, “Menggugat Rampokisasi BUMN, 2009,

(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), diunduh pada 13 September 2014 

19  Rudi  Hartono,  “Makna  “Dikuasai  Oleh  Negara”  Dalam  Pasal  33  UUD  1945”,  2011, 

(http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna‐%e2%80%9cdikuasai‐oleh‐

(23)

BUMN dalam mendorong pertumbuhan perekonomian memiliki peran

yang penting. Peran itu antara lain:

1. Dalam mengelola dan menggunakan cabang-cabang produksi yang pokok

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal demi tercapainya

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

2. Dapat melayani masyarakat secara maksimal.

3. Menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari

pendapatan non pajak.

4. Menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi

pengangguran.

5. Dapat membantu mempercepat pertumbuhan nasional.

Peran BUMN ini sangat besar dalam menjaga stabilitas ekonomi

khususnya pertumbuhan ekonomi dan dapat mempengaruhi kebijakan

pemerintah termasuk lingkungan politik negara.Peran BUMN dalam

pembangunan nasional, diharapkan dapat ditingkatkan sebagai salah satu

penopang pertumbuhan dan penggerak ekonomi nasional. BUMN, baik di

sektor infrastruktur maupun sektor riil, dipandang memiliki potensi yang

(24)

yang direncanakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia).20

BUMN memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dan

hal tersebut juga berdampak langsung pada kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat, maka perlunya kejelasan mengenai kedudukan BUMN. Sangat penting

untuk memahami mengenai tanggung jawab dari para pihak dan organ-organ

atas pengelolaan aset kekayaan BUMN.

F. Metode Penelitian

Peter Mahmud Marzuki merumuskan bahwa penelitian hukum sebagai

suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.21

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitan

hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka.22

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, maka penelitian

yang dilakukan termasuk dalam penelitian hukum normatif, yang

dilakukan dengan cara menelaah data-data sekunder. Penelitian normatif

      

20  Armida Salsiah Alisjahbana, “Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI”, 2014,

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam.MP3EI),

diunduh pada 15 September 2014 

(25)

ini termasuk penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitan yang

dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses

terhadap aturan yang ada dan diuji dengan prinsip-prinsip hukum umum.

Penelitian normatif atau penelitian hukum kepustakaan juga adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder berkala.23

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum dokttinal.

Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai

apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang diaanggap pantas.24

2. Sifat Penelitian

Penelitian tentang “Tinjauan Yuridis Pengelolaan Aset Kekayaan

BUMN Sebagai Entitas Mandiri Badan Hukum Dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara” merupakan suatu penelitian dengan menggunakan penelitian yang

bersifat Deskriptif.25

      

23 Soerjono Soekanto dan Sri mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm. 13.

24 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 118.

(26)

3. Pendekatan Penelitian

Untuk penelitan dalam tugas akhir ini, maka peneliti akan

menggunakan dua jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang dan

pendekatan konseptual.

Pada pendekatan undang-undang peneliti akan menelaah

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Pada

pendekatan konseptual peneliti akan menelaah mengenai teori-teori dan

doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hukum perusahaan dan badan

usaha milik Negara.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan-bahan hukum

sebagai berikut, antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan,

catatan-catatan resmi, dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum primer

dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas

(27)

5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian,

Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu termasuk buku-buku hukum, skripsi,

tesis, disertasi bahan hukum, dan jurnal hukum.26 Dalam penelitian ini,

bahan hukum sekunder terdiri dari penelusuran buku-buku, jurnal,

skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan hukum perusahaan

yang membahas mengenai Badan Usaha Milik Negara.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier didapat dari kamus hukum dan ensiklopedia.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari:

Bab 1. PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan

dijelaskan latar belakang diadakannya penelitian, rumusan masalah yang

menjadi fokus penelitian yang akan dikaji juga dijelaskan pada bab

pendahuluan, dan juga hal-hal yang menjadi tujuan dari penelitian serta

manfaat dari penelitian secara teoritis maupun praktis. Dalam bab ini terdiri

atas sekurang-kurangnya beberapa sub-bab yaitu antara lain:       

(28)

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Kerangkan Pemikiran

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA (Tinjauan yuridis mengenai

peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan mengenai Badan Usaha Milik Negara)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini dan juga penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki

hubungan dengan penelitian ini.

Bab III. OBJEK PENELITIAN (Tinjauan pengelolaan aset kekayaan BUMN

sebagai entitas mandiri badan hukum dikaitkan dengan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.)

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang

menggambarkan fakta-fakta yang terdapat di lapangan dibandingkan dengan

data atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan skripsi.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Analisa terhadap

(29)

dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara.) Dalam bab ini akan diuraikan jawaban atas

permasalahan dengan menggunakan data hasil penelitian secara teori yang

telah diuraikan dalam bab II skripsi.

BAB V. PENUTUP

Merupakan akhir dari bagian pokok skripsi. Dalam bab ini akan

dicantumkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban singkat

atas permasalahan dari skripsi, sedangkan saran akan menjadi alternative

solusi yang diusulkan oleh penulis skripsi atas permasalahan yang dihadapi

(30)

107 

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

privat merupakan entitas mandiri yang berhak melakukan pengelolaan

aset kekayaannya sendiri sebagai entitas mandiri badan hukum. Modal

BUMN yang disetorkan Negara berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Pemisahan kekayaan Negara berasal dari Anggaran dan

Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal

Negara pada BUMN. BUMN yang berbentuk Persero modalnya

terbagi atas saham dan paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)

sahamnya merupakan milik Negara. Sesuai Pasal 11 UU BUMN,

pembinaan dan pengelolaan BUMN yang berbentuk Persero

didasarkan pada prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas yang telah diganti dengan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007. Setelah Perseroan BUMN didirikan, maka

modal yang disetorkan kepada BUMN berubah bentuk menjadi saham

BUMN. Karena itu, tanggung jawab Negara sebagai pemegang saham

hanyalah terbatas pada modal yang disetorkan kepada Persero BUMN.

Tanggung jawab terbatas ini juga mengakibatkan pemisahan kekayaan

(31)

   

saham Persero BUMN hanya sebatas saham yang dimiliki oleh

Negara. Sesuai dengan penjabaran dalam Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, tercantum bahwa

pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi

atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung

jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Pemisahan kekayaan secara mandiri dan utuh antara BUMN Persero

dengan negara merupakan hal yang dianggap sulit untuk dilaksanakan.

Maka untuk mengatasi hal tersebut, dapat dimungkinkan dengan aset

yang merupakan harta tetap masih merupakan aset kekayaan negara,

namun aset yang berupa uang maka sepenuhnya telah berubah menjadi

modal BUMN Persero dan berubah bentuk menjadi saham.

2. Organ Perseroan terdiri dari Direksi, Komisaris, dan Rapat Umum

Pemegang Saham. Dalam pengelolaan aset, organ Perseroan memiliki

tanggung jawab dan kewajiban namun tanggung jawab dan kewajiban

tersebut dibatasi oleh anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan. Direksi merupakan organ BUMN yang memiliki tanggung

jawab atas pengurusan BUMN untuk mencapai kepentingan dan tujuan

BUMN, serta mewakili BUMN, baik didalam maupun diluar

pengadilan. Seluruh kegiatan operasional dari suatu perseroan terletak

di tangan direksi. Direksi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

tidak hanya bertanggung jawab kepada pihak pemerintah melainkan

(32)

   

BUMN, direksi tetap bertanggung jawab kepada pemegang saham

lainnya. Direksi dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan

anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib

melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance. Direksi

dalam melakukan tugasnya harus berdasarkan itikad baik, tidak

melanggar fiduciary duty, intravires, tidak melanggar Anggaran Dasar

Perseroan, serta peraturan perundang-undangan, contohnya direksi

harus mendapat persetujuan RUPS untuk pengalihan asset Perseroan

apabila senilai lebih dari 50% (lima puluh persen). Apabila direksi

tidak melanggar hal-hal tersebut, maka direksi akan mendapat

perlindungan dari kerugian yang dialami. Hal ini sesuai dengan doktrin

business judgment rule. Organ Perseroan lainnya adalah Dewan

Komisaris. Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan

pengawasan, mengatur, dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam

menjalankan kegiatan pengurusan persero. Komisaris bertugas

mengatur dan mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan

Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi. Dalam mengatur

dan memberikan nasihat, komisaris harus sesuai dengan kepentingan

dan tujuan perseroan, bukan berdasarkan kepetingan pihak atau

golongan tertentu. Komisaris juga dapat melaporkan kepada pemegang

saham apabila terjadi penurunan kinerja Persero. Hal ini bertujuan agar

kinerja Persero yang menurun dapat segera ditindaklanjuti. Dalam

(33)

   

Perseroan yang bertindak sebagai kehendak dari para pemegang

saham. Dalam RUPS Persero BUMN, Negara diwakili oleh Mentri.

Pengelolaan aset Perseroan oleh pengurus tidak terlepas dari RUPS,

seperti tercantum dalam Pasal 102 ayat (1) UU PT. Direksi sebagai

organ dari Perseroan wajib meminta persetujuan RUPS untuk

mengalihkan kekayaan Perseroan atau menjadikan jaminan utang

kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh

persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam1 (satu) transaksi atau

lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. RUPS juga

sebagai salah satu dari organ Perseroan dapat diminta pertanggung

jawaban seandainya terdapat kondisi yang merugikan Perseroan

apabila hal itu dapat dikategorikan sebagai ultra vires. Pasal 4 UUPT

menyebutkan bahwa RUPS dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya harus tunduk kepada Undang-Undang dan Anggaran

Dasar Perseroan. Hal ini dapat diartikan bahwa RUPS sebagai organ

tertinggi seperti yang tercantum pada Undang-Undang Perseroan

Terbatas yang terdahulu, tidak berarti bahwa RUPS dapat memiliki

kekuasaan tanpa batas. Setiap organ perseroan memiliki kesetaraan

kedudukan dengan organ lainnya. Karena itu jika terdapat tindakan

dari organ Perseroan yang menyebabkan kerugian, apabila tindakan

tersebut termasuk ke dalam intravires maka kerugian tersebut dapat

ditanggung oleh Perseroan. Kerugian tersebut akan berdampak kepada

(34)

   

mengakibatkan kerugian tersebut termasuk ke dalam perbuatan

ultravires, maka organ yang mengakibatkan kerugian tersebut dapat

dibebankan tanggung jawab sampai kepada harta pribadi.

B.Saran

1. Persero BUMN seringkali beranggapan bahwa Persero tersebut

merupakan ‘anak emas’ dari Negara. Tidak jarang juga pihak

pemerintah yang menjadikan Persero BUMN sebagai ‘anak emas’.

Hal inilah yang mengakibatkan dalam menjalankan usahanya

Persero BUMN seringkali bertindak sewenang-wenang, tidak

berhati-hati, dan tidak maksimal. Seharusnya Persero BUMN

menyadari kesetaraan antara Persero BUMN dengan Persero

lainnya. Hal ini diharapkan dapat memicu Persero BUMN untuk

dapat bersaing dengan Persero lainnya sehingga Persero BUMN

dapat menjadi Persero yang unggul dan memberikan dampak

positif baik bagi pemerintah maupun masyarakat.

2. Pihak pendiri dan organ-organ Perseroan seharusnya

melaksanakan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar, peraturan

perundang-undangan, dan sesuai dengan good corporater

governance, fiduciary duty, dan duty of skill and care. Hal ini

bertujuan agar pihak pendiri dan organ Perseroan tidak

bertanggung jawab secara pribadi apabila terdapat kerugian di

(35)

   

(36)

118 

     

Nama        : Chyntia Christie 

Tempat dan Tanggal Lahir   : Bandung, 29 September 1993 

Alamat        : Sumber Hegar Raya Nomor 36a, Komplek Sumber Sari, Bandung 

Nomor Telepon     : 022‐6125809 

Nomor Handphone    : 089647632889 

Email        : chyntia_christie@yahoo.com 

 

Riwayat Pendidikan: 

1. SDK BPK Penabur THI, Lulus Tahun 2005  2. SMPK BPK Penabur Holis, Lulus Tahun 2008  3. SMAK 2 BPK Penabur, Lulus Tahun 2011 

4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011‐2015 

Pengalaman: 

1. Anggota BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2011)  2. Panitia Contract Drafting (2011) 

3. Sekretaris BPM Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2012)  4. Panitia Debat Intern (2012) 

5. Anggota Senat Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013) 

6. Ketua Panitia Bakti Sosial Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013) 

   

Bandung, 30 Maret 2015 

     

(Chyntia Christie) 

(37)

113 

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia: Cetakan Keempat Revisi,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006

Chariri Anis dan Ghozali Imam, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, 2007

Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004

Elsikartikasari dan Adrendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: Grasindo, 2008.

Eddi Sopandi, Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis, Bandung:

Refika Aditama, 2003

Gunawan Widjaja, Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Komanditer, Jakarta: Kencana, 2006

Hambra, Sejarah Terminologi BUMN, Majalah BUMN TRACK, Desember 2007

Herman Hidayat dan Harry Z. Soeratin, dalam Marisi Butar-Butar, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan

Barang dan/atau Jasa di Lingkungan BUMN Perkebunan : Studi Pada PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero), Medan : Media Mandiri, 2012

H.M.N.Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 2, Jakarta:

Djambatan, 1999

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Refika

Aditama, Bandung, 2006

Kardiman, Endang, Achmad. K, Ekonomi Dunia Keseharian Kita, Jakarta: Yudhistira, 2006

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor: Ghalia

(38)

Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003

M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta: IBLAM, 2005

Mochtar Kusumaatmadja di dalam Otje Salman dan Eddy Damian, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung : Alumni, 2002

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, Cet.2, Jakarta:Kencana, 2008

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008

R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2005

Rita M, Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha, Jakarta: Penebar Swadaya, 2009

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 1992

Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: FH UII Press, 2013

Rudhi Prasteya, Matschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung : Citra Aditya

Bakti, 2002

Satjipto Rahardjo di dalam Abdul Ganda. Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabari, Beberapa Pemikiran Pembangunan Hukum di Indonesia, Bandung : Alumni, 1980

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya bakti, 1996

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitan Hukum, Jakarta UI-Press, 1986

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Raja Grafindo, 2006

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003

Sugiharto, Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari Ini dan Masa Depan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007

Sukwaity, Sudirman Jamal, dan Slamet Sukamto, Ekonomi, Jakarta: Yudisthira Ghalia

Indonesia

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Jakarta: Raja

(39)

Jurnal

Johny Ibrahim, Doktrin Ultra Vires dan Konsekuensi Penerapannya Terhadap Badan Hukum Privat, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 11, Mei 2011

Ullmann, A. (1985). “Data in search of a theory”, A critical examination of the relationships among social performance, social disclosure,and economic performance, Academy of

Management Review, hlm. 552. sebagaimana terdapat dalam Agus Purwanto, Pengaruh Tipe Industri, Ukuran, Profitabilitas Terhadap CSR, Jurnal Akutansi dan Auditing,

Volume 8, November 2011

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(40)

Rujukan Elektronik

Atina Izza, Great Depression, Keynasianisme, dan Fordisme, diunduh pada 20 Oktober 2014,

(http://atina-i--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-48295-EPI-Great%20Depression,%20Keynasianisme,%20dan%20Fordisme.html, 2012

Zaka, Koridor Hukum Penjualan Aset BUMN yang Tidak Produktif, diunduh pada 19

Desember 2014, (http://www.ahmadzakaria.net/blog/2011/12/13/koridor-hukum-penjualan-aset-bumn-yang-tidak-produktif/comment-page-1/), 2011

Rudi Hartono, Makna Dikuasai Oleh Negara Dalam Pasal 33 UUD 1945, diunduh pada 15

September 2014, (http://www.berdikarionline.com/lipsus/20110715/makna-

%e2%80%9cdikuasai-oleh-negara%e2%80%9d-dalam-pasal-33-uud-1945.html#ixzz3C5Js5eRo), 2011

W Riawan Tjandra, Pemisahan Kekayaan Negara di BUMN, diunduh pada 19 Desember 2014,

(http://www.bpk.go.id/news/pemisahan-kekayaan-negara-di-bumn), 2014

Armida Salsiah Alisjahbana, Kontribusi BUMN Cukup Besar dalam MP3EI, diunduh pada 15

September 2014,

(http://www.bumn.go.id/perhutani/berita/2068/.Kontribusi.BUMN.Cukup.Besar.dalam. MP3EI), 2014

Revrisond Baswir, Menggugat Rampokisasi BUMN, diunduh pada 13 September 2014,

(http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/revrisond.htm), 2009

Ramdhania El Hida, Agus Marto Minta Direksi BUMN Jaga Aset Negara, diunduh pada 13

September 2014, (http://finance.detik.com/read/2012/01/25/142534/1824565/4/agus-marto-minta-direksi-bumn-jaga-aset-negara?991101mainnews), 2012

Perusahaan Umum, diunduh pada 8 Januari 2015,

(https://www.google.com/search?q=contoh+perum&ie=utf-8&oe=utf-8), 2014

Faizal, BUMN Sebagai Badan Usaha, diunduh pada 6 September 2014,

(http://hukum-faizinlaw.blogspot.com/2009/05/bumn-sebagai-badan-usaha.html), 2009

Dituntut, Karena Abaikan Prinsip Kehati-hatian, diunduh pada 25 Maret 2015,

(http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51dcdd060ee7b/dituntut--karena-abaikan-prinsip-kehati-hatian), Juli 2013

Putusan MK: Apakah Kekayaan BUMN Merupakan Kekayaan Negara?, diunduh pada 19

Desember 2014, (http://www.hukumprodeo.com/putusan-mk-apakah-kekayaan-bumn-merupakan-kekayaan-negara/), 2014

Rencana Pembangunan Pemerintah Indonesia, diunduh pada 15 Oktober 2014,

(http://www.indonesia-investments.com/id/proyek/rencana-pembangunan-pemerintah/item305)

Nanang, Terkait Bongkar Muat di Tanjung Priok, KPPU Hukum Pelindo dan PT Multi

Terminal Indonesia, diunduh pada 25 Maret 2015,

(41)

Tri Widodo W Utomo, Memahami Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State), diunduh

pada 15 Oktober 2014, (http://triwidodowutomo.blogspot.com/2013/07/memahami-konsep-negara-kesejahteraan.html), 2013

Firmanzah, BUMN dan Daya Saing Nasional, diunduh pada 6 September 2014,

(http://old.setkab.go.id/artikel-6036-bumn-dan-daya-saing-nasional.html), 2012

Wikipedia, Badan Usaha, diunduh pada 4 Desember 2014 ,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha)

Wikipedia, Laissez-faire, diunduh pada 20 Oktober 2014,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Laissez-faire), 2014

Lain-Lain

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d meliputi kawasan

Citra merek yang baik dapat dijadikan kekuatan oleh berbagai perusahaan untuk menarik konsumen, sedangkan harga produk yang murah dan terjangkau dengan daya beli

Kreativitas sendiri adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan didalam individu maupun didalam lingkungan,

Pengukuran nilai RSS dari 4 access point yang digunakan di gedung POLITAMA utuk mendapatkan data yang akan diolah dengan motode fingerprint mengunakan algoritma

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam

Dalam kegiatan ilmiah jawaban atau jawaban sementara yang hendak di pecahkan haruslah mempergunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Locus of Control ( LOC ) dari mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar,

Data dekriptif yang didapat dari penelitian ini akan dikategorisasikan data-datanya melalui proses penyuntingan ( editing ), pengkodean ( coding ) dan tabulasi