• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMP N 1 PIYUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMP N 1 PIYUNGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 1 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU

KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMP N 1 PIYUNGAN

Erli Ermawati1 dan Indriyati E.P2 Fakultas Psikologi

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta

ABSTRACT

The aim of this research is want to know about the relationship between self concept with consumtive behaviour. This research include variable, consumtive behavior and self concept. The subject are the student of Piyungan Junior High School, class 1 and 2, 12-15 years old. The research carried out testing. Scala consumtive behavior and self concept is used as the instrument. The analysis method is product moment.

The Result Showed correlation coefisien (r) = -0,401, p = 0,000. It’s the mean that there are the negative relation between self concept with consumtive behaviour. The hypothesis is accept. The category for self concept is rate (52,1%) there are 86 students and the category for consumtive behaviour is rate too (50,4%) there are 83 students.

Key words: consumtive behaviour, self concept.

PENDAHULUAN

Perkembangan jaman yang semakin modern membawa dampak pada munculnya perilaku kunsumtif pada remaja. Gaya hidup konsumtif yang disaksikan remaja dapat membentuk remaja menjadi semakin konsumtif, sebagai

1 Penulis pertama adalah alumnus program studi S1 Psikologi Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa (email: erly.erma@yahoo.co.id).

2 Penulis kedua dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa (email: ind_psi_ust@yahoo.co.id).

(2)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 2 contoh kebiasaan remaja merayakan hari-hari penting seperti Ulang tahun, pesta pernikahan di restoran.

Selain perilaku konsumtif dampak lain yang muncul adalah perilaku-perilaku instan, yaitu perilaku yang tidak bertanggungjawab dan hanya memikirkan diri sendiri. Perilaku instan ini dapat mudah terjadi karena pada umumnya sifat orang modern itu ingin selalu serba cepat dan mudah, begitu juga sifat remaja zaman sekarang yang mudah mengambil jalan pintas agar tercapai apa yang diinginkan.

Menurut Tambunan (2001) perilaku konsumtif didefinisikan sebagai keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Servian (1998) yang mengatakan bahwa sikap konsumtif yang timbul di kalangan remaja berusia 15-18 tahun dapat diartikan hidup dengan keinginan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperlukan. Perilaku konsumtif biasanya banyak dilakukan oleh remaja putri dari pada remaja putra. Seperti pendapat Kotgen & Specht (Lina & Rosyid, 1997) yang mengemukakan bahwa remaja putri membelanjakan uangnya 2 kali lebih banyak dari pada remaja putra.

Siswa umumnya membeli secara konsumtif barang-barang seperti tas, sepatu, dan juga handphone. Bukan lagi kebutuhan yang diutamakan siswa untuk dibeli, siswa cenderung membeli barang-barang tersebut berdasarkan keinginannya. Saat peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang siswa SMP Piyungan pada tanggal 16 Mei 2009, siswa menjelaskan bahwa para siswa sering meniru gaya remaja-remaja yang ada di televisi. Jadi, meskipun para siswa tidak membutuhkan tas baru, namun saat ada model tas baru yang sering digunakan para artis, siswa cenderung untuk berusaha membelinya.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumtif pada remaja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Terkait dengan hal tersebut Swastha & Handoko (1997) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi perilaku konsumtif pada remaja adalah konsep diri. Konsep diri menurut Rakhmat (2003) adalah pandangan atau hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Konsep diri yang positif berarti kemampuan memahami tentang kelebihan serta kekurangan yang

(3)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 3 dimilikinya. Individu yang memiliki konsep diri positif tidak merasa rendah diri dengan kekurangannya, dan berusaha meminimalisir kekurangan yang dimilikinya. Konsep diri positif akan membuat individu merasa senang karena individu tersebut akan secara suka cita menerima kondisi diri. Sebaliknya konsep diri negatif adalah individu merasa rendah diri dengan kekurangan yang ada pada dirinya dan tidak memiliki pendirian teguh sehingga cenderung mudah terbujuk rayu untuk melakukan konformitas sesuai dengan kelompok referensinya.

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah tersebut maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja.

A. Perilaku Konsumtif Pada Remaja

Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli sesuatu yang tidak terlalu diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Perilaku konsumtif ini didorong oleh keinginan atau kesenangan untuk mencari kepuasan, kesenangan fisik atau hanya mencoba sesuatu yang baru, bukan di dasari oleh faktor kebutuhan.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa pada masa remaja individu cenderung untuk mengikuti kelompoknya. Remaja ingin meniru apa yang sedang “trend” di kalangan kelompoknya. Remaja berusaha untuk melakukan imitasi dengan kelompoknya agar dapat diterima dengan baik dalam kelompok tersebut. Hal itu menyebabkan dalam membeli sesuatu, remaja sering melakukan pembelian sesuai dengan keinginannya bukan kebutuhannya.

Konsumen remaja memunyai ciri-ciri tersendiri yang menyebabkannya lebih mudah dalam menggapai tawaran pasar. (Johnstone dalam Hastuti, 1993) ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: mudah terbujuk oleh rayuan iklan, mudah terbujuk oleh iklan dengan model iklan yang diperankan oleh artis, dan bentuk iklan yang dibuat semenarik mungkin, kurang bersifat hemat dan kurang realistis, romantis, dan impulsif.

(4)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 4 Adanya ciri diatas menunjukkan bahwa remaja memang berpotensi untuk menjadi konsumtif. Hal ini sangat relevan dengan perilaku konsumtif itu sendiri yang sangat menonjolkan kesenangan, keinginan sesaat, dan kepuasan fisik atau hanya ingin mencoba sesuatu yang baru bukan didasari oleh faktor kebutuhan.

Menurut Sumartono (dalam Ghifari, 2003) terdapat tiga macam aspek perilaku konsumtif yaitu:

(1) Impulsive Buying (Pembelian secara impulsif). Menunjukkan bahwa seseorang yang berperilaku konsumtif semata-mata hanya didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat, dilakukan tanpa melalui pertimbangan, tanpa direncanakan, keputusan dilakukan di tempat pembelian.

(2) Pembelian Tidak Rasional; pembelian yang didasari sifat emosional, yaitu Suatu dorongan untuk mengikuti orang lain atau berbeda dengan orang lain tanpa pertimbangan dalam mengambil keputusan dan adanya perasaan bangga.

(3) Wasteful Buying (pemborosan), yaitu pembelian yang mengutamakan

keinginan dari pada kebutuhan dan menyebabkan remaja mengeluarkan uang untuk bermacam-macam keperluan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.

Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif diidentifikasi oleh Klother (dalam Swasta, 1997) menjadi dua faktor yaitu:

(1) Faktor Eksternal meliputi Kebudayaan, Kelas sosial, kelompok social, factor keluarga, dan besarnya uang saku.

(2) Faktor Internal meliputi motivasi, persepsi, Konsep diri, keadaan ekonomi dan gaya hidup. Konsep diri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumif.

B. Konsep Diri

Rakhmat (2003) mengatakan bahwa konsep diri adalah cara individu tersebut memandang atau melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Konsep diri merupakan hal penting yang akan menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Konsep diri yang positif berarti bahwa semakin banyak individu

(5)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 5 tersebut dalam memahami kelebihan serta kekurangannya. Konsep diri positif akan membuat individu merasa senang karena individu tersebut akan secara suka cita menerima kondisi diri. Konsep diri mencakup harga diri, dan gambaran diri seseorang. Mengingat konsep diri merupakan arah dari seseorang ketika harus bertingkah laku, maka perlu dijelaskan peran penting dari konsep diri. Menurut Fiske and Taylor (dalam Nirmala, 2000)

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa konsep diri erdiri dari aspek yang meliputi:

1) Pemahaman

Aspek pertama dari konsep diri adalah pemahaman individu terhadap kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya. Pemahaman tersebut juga berkaitan dengan apa yang diketahui mengenai diri, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dan sebagainya. Individu saling memberikan julukan tertentu pada dirinya.

2) Pengharapan

Pandangan tentang diri tidak terlepas dari kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan.

3) Penilaian

Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar individu menyukai diri sendiri. Semakin besar ketidak-sesuaian antara gambaran tentang diri yang ideal dan yang aktual maka akan semakin rendah harga diri individu. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakannya dan sebagainya. Dapat dikatakan dalam hal ini bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup signifikan.

(6)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 6 Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa transisi dari kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan perubahan dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik maupun psikis (Monks dkk, 2002).

Pada masa ini pilihan aktivitas, teman dan pakaian menjadi penting agar remaja dapat diterima oleh temannya (Solomon, 2002). Dan menurut Monks dkk (2002) menyatakan bahwa permulaan masa remaja ditandai dengan kuatnya kohesi kelompok sehingga perilaku remaja benar-benar ditentukan oleh norma kelompoknya. Remaja menjadi konform terhadap nilai, kebiasaan, kegemaran, dan budaya kelompok teman sebayanya. Sehingga Apabila remaja memiliki konsep diri negatif yang ditunjukkan dengan penilaian negatif terhadap diri dengan menganggap dirinya kurang dapat diterima oleh individu lain, maka remaja tersebut cenderung membeli dengan tidak rasional hanya karena ingin dirinya dianggap sama dengan individu lain. Pada remaja yang memiliki konsep diri dengan memiliki pengharapan diri yang tinggi, menganggap dirinya dapat meraih masa depan yang baik. Hal itu membuat remaja tidak melakukan pembelian secara impulsif.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis dari penelitian ini adalah, ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Semakin tinggi konsep diri maka, semakin rendah perilaku konsumtif pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah konsep diri, maka semakin tinggi perilaku konsumtif pada remaja.

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel perilaku Konsumtif dan variabel konsep diri.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Perilaku Konsumtif , merupakan tindakan membeli barang yang tidak terlalu diperlukan secara berlebihan dan semata-mata untuk mencari

(7)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 7 kepuasan, kesenangan fisik serta sekedar mencoba sesuatu yang baru yang diukur dari aspek-aspek impulsif, pembelian tidak rasional dan pemborosan.

2. Konsep Diri, merupakan harapan seseorang dengan dirinya atau cara individu memandang dirinya sendiri dan cenderung untuk bersikap konsisten dengan pandanganya sendiri, yang diukur dengan aspek-aspek pemahaman tentang dirinya, adanya pengharapan untuk mencapai kesuksesan, penilaian terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP N 1 Piyungan, kelas 1 dan 2 dan berusia 12-15 tahun.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode testing. Alat ukur yang digunakan adalah skala perilaku konsumtif dan konsep diri yang terbagi menjadi item favourable dan unfavourable.

E. Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Sehingga validitas yang digunakn dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau profesional judgement (Azwar) 1999. Seleksi item dilakukan berdasarkan corrected item total correlation sebesar ≤ 0,03. Skala konsep diri memiliki jumlah total item 50 dan skala perilaku konsumtif berjumlah 50 item.

Item Skala Konsep Diri setelah uji coba yang gugur berjumlah 2 item. item

favorabel yang sahih berjumlah 24 item, sedangkan item unfavorabel yang

(8)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 8 Konsumtif adalah 50 item, dan item yang gugur sejumlah 2 item yaitu item nomor 8 dan 9 sehingga aitem yang sahih 48 item. Hasil uji keandalan Skala Konsep Diri menunjukkan Alpha 0,964 yang berarti andal. Hasil uji keandalan Perilaku Konsumtif menunjukkan Alpha 0,959 yang berarti andal. Berdasarkan hasil uji keandalan yang telah didapat, maka diketahui bahwa hasil uji keandalan Skala Konsep Diri dan Perilaku Konsumtif adalah andal.

Metode Analis Data

Metode analis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja. Pengolahan data dengan program SPSS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja di SMP Negeri 1 Piyungan Yogyakarta. Semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah tingkat perilaku konsumtif dan sebaliknya .Hal tersebut dapat dilihat dari nilai r yang didapat yaitu -0,401, dengan p = 0,000.

Siswa yang memiliki konsep diri tinggi, sebelum membeli sesuatu akan mempertimbangkannya terlebih dahulu kegunaan dari barang yang diperlukannya. Apa yang dibelinya cenderung sesuatu yang memang dibutuhkan dan tidak sembarang. Hal ini dapat meminimalisir terwujudnya perilaku konsumtif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Farhan (2005), yang menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh secara negatif dengan perilaku konsumtif. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Bantul dengan subjek penelitiannya adalah siswa SMA tersebut. Jumlah subjek penelitian sebanyak 80 orang. Besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh konsep diri terhadap perilaku konsumtif dalam penelitian tersebut sebesar 15,9%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat diketahui juga kondisi konsep diri yang berada dalam kategorisasi konsep diri

(9)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 9 yang sedang (52,1%) yaitu sebanyak 86 orang dan kategorisasi perilaku konsumtif juga berada pada kategori sedang (50,4%) yaitu sebanyak 83 orang. Tingkat konsep diri yang sedang dapat disebabkan oleh adanya didikan yang baik dari para orangtua siswa karena mayoritas siswa tinggal bersama orangtua dirumah. Tingkat perilaku konsumtif yang sedang dapat disebabkan karena secara finansial, siswa SMP masih mendapatkan finansial dari orangtua sehingga untuk mewujudkan perilaku konsumtif masih kesulitan.

Sumbangan efektif konsep diri terhadap perilaku konsumtif sebesar 16,1 % dan sumbangan variabel lain terhadap perilaku konsumtif 83,9 %. Hal ini menunjukan masih ada faktor lain yang memengaruhi perilaku konsumtif dan kontribusinya belum diteliti dalam penelitian ini. Kotler (dalam Swastha, 1997) menjelaskan bahwa faktor-faktor lain tersebut antara lain yaitu faktor eksternal (kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, keluarga, besarnya uang saku) dan faktor internal (motivasi, pengamatan dan belajar, kepribadian dan konsep diri, keadaan ekonomi, dan gaya hidup ).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat mewakili realita yang ada karena subjek nampak bersikap terbuka dan tidak canggung atau tidak malu-malu dalam mengungkapkan dirinya apa adanya. Hal itu disebabkan sebelum meminta subjek untuk mengisi skala, peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada subjek penelitian. Keterbatasan peneliti menyebabkan peneliti tidak meneliti semua faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumtif, yang diteliti hanya salah satu faktor saja yaitu konsep diri. Peneliti selanjutnya selayaknya mampu meminimalisir kekurangan yang ada.

Simpulan

Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif. Semakin positif konsep diri, maka akan semakin rendah perilaku konsumtif dan sebaliknya. Hipotesis ini dapat diterima, artinya terdapat hubungan negatif dan sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif. Hal tersebut berarti bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

(10)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 10 Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian ilmiah ini, maka penulis mencoba merekomendasikan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Bagi SMP Negeri 1 Piyungan, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan konsep diri para siswanya, mengingat bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa menurunkan perilaku konsumtif dapat dilakukan dengan cara meningkatkan konsep diri. Hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan aspek dari konsep diri seperti pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan diri, pengharapan, serta penilaian. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sepertiga dari jumlah siswa memiliki konsep diri yang tinggi, dan sepertiganya memiliki konsep diri yang rendah sehingga diharapkan kegiatan ekstra kulikuler yang ada di sekolah dapat lebih diefektikfan lagi untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa.

2. Bagi Peneliti selanjutnya yang akan meneliti perilaku konsumtif disarankan untuk mempertimbangkan dan mengkaji faktor lain yang memengaruhi perilaku konsumtif.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, A.C. 1998. Profil dan Perilaku Remaja Konsumen Fast Food di Beberapa Restoran Fast Food di Surabaya. Anima Vol XIII No. 50. 129-147.

Ancok, D. 2005. Psikologi Terapan: Menghapus Dinamika Kehidupan Umat

Manusia. Yogyakarta: Darusalam.

Ancok, D. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: buku ajaran ilmu gizi. Jakarta: EGC. Azwar, S. 1997. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Daradjat, Z. 1998. Psikologi Remaja di Indonesia. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

(11)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 11 Departemen Kesehatan, 1996. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta:

Depkes RI.

Engel, J, F., dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi VII jilid ke 1. Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara Jakarta.

Ernawati, 2003. “Junk Food”. Dalam www.suaramerdeka.com. Diakses Tanggal 7 April 2009.

Farhan. 2005. ”Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Siswa SMA Negeri 1 Bantul. Intisari skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Foster, D.W. 1991. Prinsip-prinsi Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hadi, S. 2000. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi Offset.

Hastuti, V.E. 1993. Perbedaan Efektivitas Pemberian Nama Merk Berdasarkan Arti Bahasa Terhadap Minat Membeli pada Remaja Siswa-siswi SMA BOPKRI I. Intisari skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Hayati, M. 2007. Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Fast Food pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Wangsa Manggala.

Hidayati N.K., 2001. Hubungan antara Harga Diri dan Kolektivitas dengan Kecendrungan Perilaku Konsumtif pada Remaja Siswa SMP N.1. Skripsi (Tidak diterbitkan) Yogyakarta : Fak. Psikologi Universitas Gajah Mada. Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan). Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta :

Penerbit Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka.

Lina & Rosyid, H.F., 1997. Psikologi Konsumtif Berdasar Locus of Control pada remaja Putri. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Pelatihan Psikologi. No.4 Tahun II, hal. 15-13.

(12)

Jurnal Spirits Vol. 2 No.1, November 2011 ISSN: 2087-7641 12 Loudan, D.L. And Bitta, A.J.D. 1994. Consumer Behavior: Consept and

Application (2nd ed). New York : Mc Grow Hill Inter Bok Company.

May, R. (2007). “Tayangan Import dan Generasi Fast Food”. Dalam

http://fkmbpi.wordpress.com/2007/10/30/tayangan-import-dan-generasi-fastfood/. Diakses Tanggal 7 April 2009.

Mappiare, A. 1994. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan

(Pengantar dalam Berbagai Bagiannya). Yogyakarta: Gajah mada University

Press.

Purnomo, M.U. 1991. Menemukan Pasanagan Melalui Pengenalan Konsumen.

Anima, VoI.22, 3-34. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Purnamasari, A. 2003. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Pusda Karya. Servian, 1998. Konsumerisme: Perlu atau Malu. Jakarta: Sinar Harapan.

Solomon, M.R. 2002. Consumer Behavior. International Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Swastha, B. & Handoko, T.H. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku

Konsumen. Yogyakarta: Liberty.

Swastha, B. & Handoko, H. 1997. Analisa Perilaku Konsumen. Edisi I, cetakan II. Yogyakarta : Penerbit PT. BPFE.

Tambunan R., 2001. “Perilaku Konsumtif Remaja”. Dalam

http://www.e.psikologi.com. Diakses Tanggal 7 April 2009.

Yusuf, S. 2000. Psikologi perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Pusda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Arus hubungan yang positif menandakan bahwa penggunaan media sosial memiliki pengaruh pada capaian pembelajaran mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,

telah Allah ajarakan kepada Nabi Adam pada saat di surge yang nantinya menjadi. pengetahuan bagi Adam ketika dia hidup di

nilai tertentu yang berbeda dari plaintext dan berguna untuk menghasilkan ciphertext yang berbeda-beda jika nilai yang menjadi kunci tersebut juga berbeda-beda untuk algoritma

Sebagai Ibukota Provinsi Kota Jayapura dengan panjang jalan 458,24 Km yang terdiri dari.. bermacam jenis jalan yaitu primer berfungsi sebagai jalan regional sekunder

single mother terlihat dari bagaimana mereka menyelaraskan antara jumlah pendapatan dengan kebutuhan dan pengeluaran setiap harinya, misalnya saja bagi single

Each Contracting Party shall allow the use of means of transport registered in other Contracting Parties to provide transit transport services on its territory in accordance

Gempa bumi tahun 2000 diestimasikan hampir keseluruhan daerah Gading Cempaka dan Ratu Agung berpotensi mengalami goncangan akibat gelombang dan getaran akibat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa membuat sistem informasi manajemen aktivitas siswa playgroup (bagi orang tua) telah