• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Wahyu Kurniawan, M. Pd. Key words: STAD, CTL, Ekspositori, Mathematics Learning Achievement

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Wahyu Kurniawan, M. Pd. Key words: STAD, CTL, Ekspositori, Mathematics Learning Achievement"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 94

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (Stad), Contextual Teaching And Learning(Ctl), Dan

Ekspositori Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Ngrambe

Oleh :

Wahyu Kurniawan, M. Pd ABSTRACT

As reported on Kemendikbud Research shows that the scores achieved by Indonesia is still below the international average score. Models of creative learning and innovative learning so that the learning process can take place effectively is one way to achieve Functions and Objectives of National Education. Mathematics achievement of students affected by learning model. The data analysis was carried out using a one-way variance analysis with different cells. the following conclusions could be drawn. (1) The mathematics learning achievement of students treated with STAD type of cooperative learning model was as good as that of those treated with CTL learning model. (2) The mathematics learning achievement of students treated with CTL learning model was better than that of those treated with ekspositori learning model. (3) The mathematics learning achievement of students treated with STAD type of cooperative learning model was better than that of those treated with ekspositori learning model.

Key words: STAD, CTL, Ekspositori, Mathematics Learning Achievement

PENDAHULUAN

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling penting. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau mundur lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa pendidikan mulai berproses sejak Allah SWT menciptakan manusia pertama Adam a.s di surga dan Allah SWT telah mengajarkan kepada beliau semua nama yang oleh para malaikat

belum dikenal sama sekali (Q.S. Al-Baqarah: 31-33).

Kalau mengamati pendidikan di Indonesia, kita akan mendapatkan beberapa fenomena dan indikasi yang sangat tidak kondusif untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dalam bidang pendidikan. Hal tersebut karena sampai saat ini, pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama

(2)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 95

pengetahuan, dan ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi belajar. Untuk itu, diperlukan strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi mendorong siswa mengkonstruksikan di pikiran mereka.

Sejauh ini, dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal sehingga mengakibat kan rendahnya hasil belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal.

Kondisi nyata pelaksanaan latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, maupun sarana dan prasarana

yang ada, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Pada hasil TIMSS khususnya pada mata pelajaran matematika, posisi indonesia masih dibawah standart internasional. Seperti yang dilansir pada Litbang Kemendikbud memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih di bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi TIMSS 2011, Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata internasional 500.

Prestasi belajar matematika menjadi salah satu yang dikhawatirkan diberbagai negara. Salah faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika adalah ketakutan siswa pada mata pelajaran matematika.

(3)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 96

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Peker and Mirasyedioğlu (2008) “Students’ low success level in mathematics has been a worry for a long time in many countries. There are a lot of factors affecting success in mathematics. One of these factors is students’ mathematical anxiety, in other words, their mathematical fear”. Mata pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa masih dianggap sulit, membosankan, tidak praktis dan abtraks. Hal ini senada dengan Ignacio et al. (2006) “mathematics is perceived by most pupils and difficult, boring, not very practical, abstract, etc”.

Berhasil atau tidaknya pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru untuk mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar. Banyak teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan

belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupaya kan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman-temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Dewasa ini, pembelajaran matematika lebih ditekankan untuk menghafal. Padahal pemberian pembelajaran tidak hanya terfokus pada pemberian pembekalan kemampuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa berkaitan dengan masalah-masalah nyata yang ada di lingkungannya. Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupannya. Dengan pemahaman ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran juga bersifat alamiah, siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

(4)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 97

Menurut Elaine B. Johson (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011:117) dalam bukunya Contextual Teaching and Learning mengungkapkan bahwa kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor konteks, karena ada interface antara otak dan lingkungan.

Menurut pendapat Johnson (dalam Rusman, 2012:189) mendefinisikan pengertian CTL sebagai berikut:

“Contextual teaching and learning enables students to connect the content of academic subject with the immediate context of their daily lives to discover meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing students with fresh experience that stimulate the brain to make new connection and consecuently, to discover new meaning”.

(CTL memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makana yang baru)

Sementara itu, menurut Howey

R, Keneth (dalam Rusman, 2012:189-190) mendefinisikan CTL sebagai berikut:

“Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others”.

(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademik nya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberi fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan mengemukakan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siwa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajar an tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

(5)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 98

Salah satu model pembelajaran yang kreatif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif meningkatkan upaya-upaya di kalangan siswa, hubungan interpersonal yang lebih positif, dan meningkatkan kesehatan mental. Hal tersebut senada dengan penjelasan Johnson and Holubec dalam Attle (2007) bahwa “Cooperative learning yields increased efforts among students, more positive interpersonal relationships, and improved mental health when compared to purely individualistic learning”. Sedangkan menurut Slavin (2009: 11) menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah itu dengan temannya. Model pembelajaran kooperatif juga bisa diterapkan pada sekolah menengah. hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ajaja and Eravwoke (2010):

It appears that cooperative learning, as described in this study, with strong empirical support for it and the fact that it makes sense for students’ achievement and attitude towards studies, is a very viable option among other instructional methods

for teaching science in secondary schools.

Model pembelajaran kooperatif sangat dianjurkan sebagai pedagogi pembelajaran alternatif yang berkaitan dengan tujuan membuat lingkungan belajar yang lebih merangsang bagi siswa. Hal tersebut senada dengan pendapat Tran & Lewis (2012):

cooperative learning highly recommended as an alternative instructional pedagogy in the current wave of education reform in vietnamese schools, especially in relation to the aim of making the learning environment more stimulating for student.

Menurut Zakaria dan Iksan (2007: 35) menyatakan cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat efektif, ini bisa dilihat ketika para siswa sedang berdiskusi untuk membicarakan suatu masalah semua anggota kelompok aktif mengemukakan dan membahas ide-ide. Hal ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hamdani (2011: 30) mendefinisikan pembelajaran koopera tif adalah kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

(6)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 99

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti adalah Sudent-Teams-Achievment Divisions (STAD) (pembagian pencapaian tim siswa). Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok.

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012:213) model STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti.

Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang menyamakan ekspositori dengan ceramah. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

Menurut Roy Killen (dalam Hamruni, 2009:117) menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal ini karena materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah metode chalk and talk.

Menurut Hamruni (2009:117) pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan

(7)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 100

demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik siswa (academic achievement student). Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk pembelajaran ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembel ajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau CTL pada materi bangun datar siswa kelas VII MTs. Negeri Ngrambe. (2) Manakah yang mempunyai prestasi

belajar matematika yang lebih baik, siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran CTL atau ekspositori pada materi bangun datar siswa kelas VII MTs. Negeri Ngrambe. (3) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau ekspositori pada materi bangun datar siswa kelas VII MTs. Negeri Ngrambe.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 1×3. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Ngrambe. Penelitian dilakukan di Kelas VIIA, VIIB, dan VIIC dengan sampel 91 siswa. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, uji normalitas menggunakan Lilliefors dan uji keseimbangan menggunakan uji anava satu jalan sel tak sama.

Dalam penelitian ini terdapat variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah prestasi belajar matematika pada materi bangun datar, sedangkan variabel bebasnya model pembelajaran. Uji coba instrumen

(8)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 101

dilakukan di kelas VIIIA dengan responden 28 siswa. Berdasarkan hasil uji validitas isi, daya beda ( 0,3), tingkat kesulitan ( ) dan ≥ 0,7, dari 35 butir soal yang diujicobakan didapat 25 butir soal yang baik untuk instrumen tes prestasi belajar. Uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Diperoleh prasyarat normalitas dan homogenitas data telah terpenuhi, sehingga dapat dilakukan analisis data menggunakan anava satu jalan sel tak sama.

Metode mengumpulkan data adalah: metode dokumentasi dan metode tes. Instrumen penelitian terdiri atas: tes penilaian prestasi belajar matematika. Analisis data dilakukan dengan Anava satu jalan sel tak sama.

HASIL PENELITIAN dan

PEMBAHASAN

Berdasarkan uji

keseimbangan dengan uji anava satu jalan sel tak sama, diperoleh kemampuan awal masing-masing kelompok populasi adalah sama, selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian. Komputasi analisis

variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam Tabel.

Tabel 1 : Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak

Sama

Sumber JK Dk RK Fobs Fα Keputusan

Model

(A) 9430,06 2 4715,03 15,26 3, 07 Ditolak H0A

Galat 27180,92 88 308,87 - - -

Total 36610,99 90 - - - -

Dari hasil perhitungan analisis varians satu arah diperoleh nilai , dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 88. Maka diperoleh nilai 3,07. Keputusan pengujian yaitu tolak H0 karena = 15,26 > dengan DK = { F | F > 3,07 } sehingga ϵ DK . Dari data yang diperoleh maka H0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas VIIA yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD, siswa kelas VIIB yang diajar menggunakan metode pembelajaran CTL, dan siswa kelas VIIC yang diajar menggunakan metode pembelajaran ekspositori.

Setelah dalam keputusan Uji H0 ditolak, maka untuk menentukan

(9)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 102

model pembelajaran yang lebih efektif meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dilakukan uji komparasi ganda dengan dengan metode Scheffe’.

Tabel Rangkuman Uji Komparasi Ganda

H0 FObs 2F0,05;2;88 Keputusan Uji

μ1 = μ2 2,22 6,14 H0

Diterima μ2 = μ3 17,03 6,14 H0 Ditolak

μ1 = μ3 30,76 6,14 H0 Ditolak

Dari Tabel di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Pada uji hipotesis μ1=μ2, H0 diterima. Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran STAD dan model pembelajaran CTL pada materi bangun ruang. (2) Pada uji hipotesis μ2 = μ3, H0 ditolak. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran CTL dan ekspositori. Berdasarkan rerata untuk model CTL adalah 60,48 dan model ekspositori adalah 42,06, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori pada

materi bangun datar. (3) Pada uji hipotesis μ1 = μ3., H0 ditolak. Dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran STAD dan ekspositori, Berdasarkan Tabel rerata untuk model STAD adalah 67,24 dan model ekspositori adalah 42,06, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori pada materi bangun datar.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan model pembelajaran CTL (2) Model pembelajaran CTL memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori (3) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran ekspositori.

(10)

Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2016 /ISSN 1979 - 9225 103

DAFTAR PUSTAKA

Ajaja, O.P., and Eravwoke, O.U., 2010. Effect of Cooperative Learning Strategy on Junior Secondary School Students Achievement in Integrated Science. Electronic Journal of Science Education, Vol. 14, No. 1 (2010).

Attle, S., and Baker, B., 2007. Cooperative Learning in a Competitive Environment: Classroom Applications. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. 19(1): 77-83. Budiyono. 2013. Statistika Untuk

Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Budiyono. 2015. Pengantar Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Evelin Siregar dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: pustaka setia.

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ignacio, N. G., Blanco Nieto, L. J. & Barona, E. G. 2006. The Affective Domain in Mathematics Learning. International Electronic of Mathematics Education.Vol. 1 No. 1: 16-32

Peker, M., and Mirasyedioğlu, S. 2008. Pre-Service Elementary school Teachers’ Learning Styles and Attitude towards Mathematics. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1), 21-26.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: PT. Raja Grafindo Persaja. Slavin, R. E. 2009. Cooperative

Learning: Teori, Riset, dan Pratik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Sugiono. 2008. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tran, V.D., and Lewis, R., 2012. Effects of Cooperative learning on Students at An Giang university in Vietnam. International Education Studies, Vol 5, No. 1; February 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor yang akan

Tingkat infeksi cendawan Entomophthorales tertinggi mencapai 46,3% yang terjadi pada kutu putih di tanaman pepaya di Bubulak, sedangkan tingkat infeksi terendah terjadi

Tuntasnya, benarlah bahawa ibu bapa haruslah membentuk sahsiah anak-anak mereka untuk menjadi insan yang cemerlang dari segi fizikal mahupun rohani mereka

Kwh meter atau dalam dunia PLN disebut Alat Pembatas dan alat Pengukur (APP) adalah Alat milik PT PLN (Persero) yang berfungsi untuk membatasi daya listrik yang dipakai serta

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua bulan April tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Pokja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Manggarai, telah mengadakan

Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi reforming unit dipisahkan dahulu di unit purification, karbon dioksida yang telah dipisahkan dikirm sebagai

Pengadaan Pakaian Olaraga Beserta Perlengkapannya Kegiatan Penyedian Pakaian Khusus hari-hari tertentu.

[r]