PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA LANSIA BEDREST DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI
Rina Rahmadani Sidabutar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Surel; [email protected]
Abstrac; Elderly in Indonesia has increased every year. The health problems that often occur in the elderly is a problem in muskuloskeletal system, one of them is a weakness in the muscles. The intervention that can be taken to reduce muscle weakness in the elderly is Range Of Motion (ROM) exercise.This study aims to determine the effect Range Of Motion (ROM) on muscle strength in elderly with bedrest condition. The specifications of the aims are identifying the characteristic features of respondents, identifying muscle strength before and after the Range Of Motion (ROM) in elderly Bedrest, determining the effect Range Of Motion (ROM ) on muscle strength in Ansia Bedrest in UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.This research is a quantitative research, using Pra Experiment design by One Group Pre Test and Post Test. The sampling technique used is purposive sampling with 12 respondents. Providing interventions for eight days conducted over 2 times a day, those are morning and afternoon. Data analysis used in this research were univariate and bivariate analysis.The results of this study indicate there is an influence Range Of Motion (ROM) exercise on muscle strength with p value (0.000). This study is expected to be a consideration for PSTW to be able to make Range Of Motion (ROM) as a program exercises to increase muscle strength in elderly with bedrest condition and hoped for further research to select respondents with male and female respondents.
6
Abstrak; Lansia di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yaitu masalah pada system muskulpskeletal, salah satunya adalah kelemahan pada otot-otot. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurandi kelemahan otot pada lansia adalah dengan latihan Range Of Motion (ROM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia dengan kondisi bedrest, dengan spesifikasi mengidentifikasi gambaran karakteristik responden, mengidentifikasi kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan Range Of Motion (ROM) pada lansia Bedrest, mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada ansia Bedrest di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan desain Pra Eksperiment dengan One Group Pre Test dan Post Test. Teknik sampling yang digunakan adalah pusposive sampling dengan 12 responden.Pemberian intervensi selama 8 hari yang dilakukan selama 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariate. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot dengan p value kekuatan otot (0,000). Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi PSTW untuk bisa menjadikan Range Of Motion (ROM) sebagai program latihan untuk meningkatkan kekuatan otot pada lansia dengan kondisi bedrest dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk pemilihan responden dilakukan responden laki-laki dan perempuan.
21
PENDAHULUANWHO (World Healh Organitation) mencatat, bahwa terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 di seluruh dunia. hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan, bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450 ribu jiwa per tahun(Sampelan, dkk 2015). Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28.8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. (BPS, 2013).
Jumlah lansia yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai sebanyak 240 orang, dan jumlah lansia yang mengalami bedrest sebanyak 43 orang. Penurunan fungsi dan kemampuan tubuh pada lansia akan menurun.begitu pula dengan kekuatan otot akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
Perubahan morfologis yang terjadi pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan fungsional otot yaitu terjadinya penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, daya tahan otot dan tulang, elastisitas dan fleksibilitas otot sehingga menyebabkan keterbatasan gerak pada tubuh Perubahan yang terjadi pada kekuatan otot karena berkurangnya serabut otot pada proses menua yang menyebabkan menurunnya kekuatan otot. Biasanya berjalan menjadi kurang stabil karena lemahnya otot paha bagian depan dan berkurangnya koordinasi antarotot (Nitz. 2004).
Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan penurunan kekuatan otot, dampak dari penurunan kekuatan adalah meningkatkan resiko jatuh karena gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi dapat menyebabkan terjadi resiko jatuh pada lansia (Lumbantobing, 2004). Penurunan kekuatan otot pada kaki lebih jelas terasa dibandingkan kekuatan otot
lengan. Sedangkan, penurunan daya tahan otot pada lansia karena adanya pengurangan masa otot penggerak. Pada lansia yang kurang aktif, penurunan terjadi dua kali lebih cepat. Penurunan fungsi yang nyata pada lansia adalah penurunan masa otot atau atrofi. Penurunan masa otot ini merupakan
Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana
gambaran
karakteristik
responden pada lansia
bedrest
di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia?
Bagaimana gambaran kekuatan otot
sebelum dan sesudah dilakukan
range of
motion
(ROM) pada lansia
bedrest
?
Bagaimanakah pengaruh
Range Of
Motion
(ROM) terhadap kekuatan otot
pada lansia bedrest?
Tujuan Penelitian Tujuan UmumTujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia
bedrest
.KAJIAN TEORITIS Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan otot merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal penting untuk setiap orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Setelah umur 30 tahun, manusia akan kehilangan kira-kira 3-5% jaringan oto total per dekade. Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya umur. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan, yaitu: penurunan kemampuan mempertankan
keseimbangan tubuh, hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur (Utomo, 2010). Kekuatan otot adalah kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal maupun beban internal (Irfan, 2010 dalam Yuliastati, 2011).
Pengukuran kekuatan otot
Pengukuran kekuatan otot adalah suatu pengukuran untuk mengevaluasi kontraktilitas termasuk didalamnya otot dan tendon dan kemampuannya dalam menghasilkan suatu usaha. Pemeriksaan kekuatan otot diberikan kepada individu yang dicurigai atau aktual yang mengalami gangguan kekuatan otot maupun daya tahannya (Torpey, 2010 dalam Yuliastati, 2011). Pengukuran kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle testing). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan otot mengkontraksikan kelompok otot secara voluner (Pudjiastuti dan Utomo, 2003 dalam Yuliastuti, 2011).
Range Of Motion (ROM) Pengertian
Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiko tingkat kesempurnaan kemampuan untuk menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerakatau batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak (Lukman dan Ningsih, 2009). Suratun, et al (2006) Range of motion adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur (Nurhidayah, et al. 2014). Latihan ROM adalah latihan yang meggerakan persendian seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakan. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah
kedalam kapsula sendi(Astrand, et al. 2003).
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Pra Experiment dengan metode One Group pretest-posttest design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008).
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Alasan pemilihan tempat penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah karena belum pernah diadakan penelitian yang sama dan banyak lansia yang mengalami bedrest di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April dan Juni 2019. Dimulai dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan hasil. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2007 dalam Saepul, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang berjumlah 240 lansia binaan. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eklusi, kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2010). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atau sampel bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Besar sampel pada penelitian eksperimental menurut Gay adalah minimal 15 subyek perkelempok (Umar,1997).
Sampel yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Pada saat screening jumlah lansia yang mengalami bedrest berjumlah 27 lansia namun saat diminta ketersedian menjadi responden 10 lansia menolak sehingga jumlah sampel sebanyak 17
orang. Saat proses pelaksanaan intervensi terdapat 5 orang yang tidak bersedia mengikuti latihan ROM, sehingga jumlah yang responden dalam penelitian ini berjumlah 12 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian
tentang pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Penelitian ini dilakukan pada lansia bedrest dengan tindakan latihan range of motion (ROM). Waktu penelitian ini dilakukan pada hari minggu tanggal 8 Mei 2019 sampai dengan 15 Mei 2019. Penelitian dilakukan selama 8 hari dan dilakukan setiap pagi dan sore selama 8 hari berturut-turut. Pagi dilakukan pada jam 09.00 sampai dengan 10.00 dan sore dilakukan pada jam 16.00-17.00 WIB.
Pada bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian tentang pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Penelitian ini dilakukan pada lansia bedrest dengan tindakan latihan range of motion (ROM). Waktu penelitian ini dilakukan pada hari minggu tanggal 8 Mei 2019 sampai dengan 15 Mei 2019. Penelitian dilakukan selama 8 hari dan dilakukan setiap pagi dan sore selama 8 hari berturut-turut. Pagi dilakukan pada jam 09.00 sampai dengan 10.00 dan sore dilakukan pada jam 16.00-17.00 WIB.
Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah range of motion (ROM) mempengaruhi kekuatan otot pada lansia bedrest di PSTW Margaguna Jakarta Selatan.pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada lansia bedrest. Untuk penghitungan statistic beda rerata skor kekuatan otot pada kelompok intervensi menggunakan uji paired t-test. (Arikunto, 2010). Uji statistik pada kedua penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha
Karakteristik Responden Dari hasil penelitian didapat hasil responden berjumlah 12 lansia. rata-rata usia responden pada kelompok intervensi adalah 2.17 tahun (SD.389 tahun). Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hanafi menyatakan latihan beban akan meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Frank dkk menyatakan bahwa latihan kekuatan pada orang tua lebih dari 60 tahun dapat meningkatkan kekuatan otot dengan meningkatkan massa otot.
Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut yang berusia diatas 60 tahun. Hal ini dikarenakan banyaknya
lansia yang mengalami kelemahan otot semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pudjiastuti & Utomo (2003), usia mempengaruhi sistem tubuh termasuk musculoskeletal. Semakin bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal akan semakin berkurang. Menurut Soedjono (2003), pada usia 60 tahun kehilangan total adalah 10- 20% dari kekuatan otot yang dimiliki pada usia 30 tahun. Kekuatan statis dan dinamis otot berkurang 5% setelah usia 45 tahun. Sedangkan daya tahan otot akan berkurang 1% tiap tubuhnya. Komposisi otot berubah sepanjang waktu manakala miofibril digantikan oleh lemak, kolagen dan jaringan parut. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan menuanya seseorang, diikuti dengan berkurangnya jumlah nutrient dan energy yang tersedia untuk otot sehingga kekuatan otot berkurang (Darmojo, 2004). Lansia mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal salah satu diantaranya adalah penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan masa otot (atrofi otot). Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Kekuatan otot atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia. Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun. Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan system neuromuscular adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot (Mick Stanley, 2007).
Menurut Stanley (2007) ketika muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan
Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian didapat hasil responden berjumlah 12 lansia. rata-rata usia responden pada kelompok intervensi adalah 2.17 tahun (SD.389 tahun). Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hanafi menyatakan latihan beban akan meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Frank dkk menyatakan bahwa latihan kekuatan pada orang tua lebih dari 60 tahun dapat meningkatkan kekuatan otot dengan meningkatkan massa otot.
Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut yang berusia diatas 60 tahun. Hal ini dikarenakan banyaknya lansia yang mengalami kelemahan otot semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pudjiastuti & Utomo (2003), usia mempengaruhi sistem tubuh termasuk musculoskeletal. Semakin bertambah usia maka fungsi muskuloskeletal akan semakin berkurang.
Menurut Soedjono (2003), pada usia 60 tahun kehilangan total adalah 10- 20% dari kekuatan otot yang dimiliki pada usia 30 tahun. Kekuatan statis dan dinamis otot berkurang 5% setelah usia 45 tahun. Sedangkan daya tahan otot akan berkurang 1% tiap tubuhnya. Komposisi otot berubah sepanjang waktu manakala miofibril digantikan oleh lemak, kolagen dan jaringan parut. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan menuanya seseorang, diikuti dengan berkurangnya jumlah nutrient dan energy yang tersedia untuk otot sehingga kekuatan otot berkurang (Darmojo, 2004). Lansia mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal salah satu diantaranya adalah penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan masa otot (atrofi otot). Sel otot yang matidigantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Kekuatan otot atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia. Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun. Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan system neuromuscular adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot (Mick Stanley, 2007).
Menurut Stanley (2007) ketika muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada bab sebelumna, maka berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini :
Karakteristik responden adalah lansia dengan usia antara 65 tahun sampai 90 tahun berjumlah 12 orang dan semua responden berjenis kelamin perempuan. Terjadi peningkatan kekuatan otot antara sebelum dan sesudah dilakukan Range Of Motion (ROM) dari nilai rata-rata 3,75 untuk ekstremitas atas sebelum intervensi menjadi 4.67 sesudah intervensi. Rata-rata kekuatan otot sebelum intervensi pada ekstremitas bawah 3.58 menjadi 4.42 setelah intervensi.
Terdapat pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot dengan nilai Sig 2-tailed 0.002 untuk kekuatan otot pre tangan dan post tangan. Nilai sig 2-tailed 0.000 untuk kekuatan otot pre kaki dan post kaki. Saran Bagi Responden Bagi lansia yang sudah tahu pengaruhnya ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan otot terutama pada lansia bedrest, agar rutin mengikuti latihan ROM yang dilakukan oleh fisioterapi yang ada di panti atau perawat.
Bagi Institusi Keperawatan
Bagi institusi dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan agar informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan gerontik tentang pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, pemilihan responden dilakukan dengan melakukan responden laki-laki dan perempuan, sehingga dapat membedakan besar pengaruh latihan ROM antara laki-laki dan perempuan. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan responden lain selain lansia yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Mizratul. (2015). Efektivitas Latihan Range Of Motion (ROM) Bahu Terhadap Peningkatan ROM Pada Pasien Post Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan. Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2016
pukul 13.00 WIB dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50163/ 7/Cover.pdf
Arikunto, Suharsini. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedur Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klie. Jakarta : Salemba Medika
Astraand, P.O Rodahi, K, Dahl, H.A & Stromme, S. (2003). Texbook Of Work Physiology : Physiologycal Bases Of Exercise. USA
Human Kinetics
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Badan Pusat Statistik. (2013). Profil Penduduk Lanjut Usia. Jakarta : KOMNAS LANSIA
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Depkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia I Indonesia. Jakarta. Diambil pada tanggal 16 November 2015 pukul 13.45 WIB. Dari http://www.depkes.go.id/resources/download/download /pusdatin/infodatin/inf odatin-lansia.pdf
Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Yogyakarta Deepublsh
Dharma, Kusuma Kelana. (2011)
Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media Ferry, Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika Fitriani, Dewi (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Calf Raises Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Gastrocnemius Pada