• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Tinjauan Kompetensi Pedagogik Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru 1) Pengertian Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu. Sagala berpendapat “Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan” (2009: 29). Sedangkan menurut Usman (Wibowo dan Hamrin, 2012: 102), “Kompetensi dimaknai sebagai suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif”.

Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan nilai-nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, berperasaan dan bertindak dalam suatu tugas pokok dan fungsinya (Wibowo dan Hamrin, 2012:105). Sedangkan menurut McAhsan dan Mulyasa dikutip oleh Janawi, (2011: 33), “Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, psikomotorik dengan sebaik-baiknya”.

Menurut Abdul Majid dikutip oleh Wibowo dan Hamrin, “Kompetensi merupakan seperangkat tindakan inteligen penuh tangggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu” (2012: 102).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil satu makna bahwa kompetensi adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam bidang keahlian yang dikuasai.

(2)

2) Pengertian Guru

Guru merupakan sosok yang paling bertanggung jawab mencerdaskan anak bangsa. Syamsul Nizar (Wibowo dan Hamrin, 2012: 100) berpendapat, “Guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik baik kognitif, afektif dan psikomotorik agar mecapai tingkat kedewasaan”.

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individu maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Sagala, 2009: 21). Selanjutnya menurut Djamarah dikutip oleh Wibowo dan Hamrin, “Guru sejati mengajarkan pendidikan tidak sekedar melalui perkataan, tetapi juga dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan” (2012: 100).

Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal (Daryanto, 2013: 1). Sedangkan menurut Wibowo dan Hamrin menyatakan:

Guru adalah seorang tenaga profesional yang memfungsikan dirinya sebagai pengarah dan pembina pengembangan bakat, minat serta kemampuan peserta didik ke arah titik maksimal yang dapat mereka capai agar menjadi manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya untuk kesejahteraan hidup (2012: 99).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang penting dalam proses belajar mengajar yang bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan peserta didiknya.

3) Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi guru dinilai berbagai kalangan sebagai gambaran profesional atau tidaknya tenaga pendidik (guru). Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Usman, 2002: 14).

(3)

Sedangkan Menurut Gronczi (1997) dan Hager (1995) dikutip oleh Daryanto, menjelaskan:

An integrated view sees competence as a complex combination of knowledge, attitudes, skills and values displayed in the context of task performance”. Dengan kata lain secara singkat dapat diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya (2013: 157).

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pmbelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2007: 26).

Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lamanya mengajar (Wibowo dan Hamrin, 2012: 107).

Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat dipadukan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

b. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi pedagogik adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dari beberapa kompetensi yang ada. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006), yang dimaksud dengan kompetensi adalah:

Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi; (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik

(4)

dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Mulyasa berpendapat, “Kompetensi pedagogik adalah kemampan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil berbagai potensi yang dimilikinya (2013: 42). Sedangkan menurut Buchari Alma (2008) dikutip oleh Wibowo dan Hamrin, “Kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaan, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik ini juga sering dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran” (2012: 110).

Selanjutnya menurut Janawi (2011: 65), mengatakan:

Kompetensi pedagogik adalah kemampan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kompetensi tersebut paling tidak berhubungan dengan, yaitu: pertama, menguasai karakteristik peserta didik; kedua, menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran; ketiga, mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran; keempat, menyelenggarakan pembelajaran yag mendidik, memanfaakan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) untk kepentingan pembelajaran; kelima, memfasilisitasi pengembangan potensi peserta didik; keenam, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan satun dengan peserta didik; ketujuh, menyelenggarakan evalasi dan penilaian proses dan hasil belajar; kedelapan, memanfaakan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran; dan kesembilan, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kemampuan ini sangat menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran”.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik guru mencakup sebagai berikut:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

(5)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat dipadukan bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam pengelolaan pembelajaran yang meliputi: pemahaman karakteristik peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan potensi peserta didik, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran.

Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Maryani, Sri Tutur Martaningsih (2015), menyimpulkan bahwa ada berbagai masalah belajar terjadi karena ketidakmampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru harus memahami komponen kurikulum yang termasuk pengetahuan pedagogik dan pengetahuan konten.

d. Indikator kompetensi pedagogik guru

Dari teori-teori kompetensi pedagogik guru di atas, maka dapat ditetapkan indikator kompetensi pedagogik guru sebagai berikut:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

5) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

(6)

6) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 7) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar

Istilah “Kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”. Kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri karena diri itu merupakan konsep dari kemandirian. Menurut Chaplin (2002) dikutip oleh Desmita, “kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan” (2009: 185).

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005: 50). Selanjutnya menurut Mudjiman, “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki” (2012: 9).

Ahmadi berpendapat, “Kemandirian belajar adalah belajar secara mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Siswa harus memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajarnya” (2004: 31). Sedangkan menurut Erikson dikutip oleh Desmita menyatakan:

Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan ke arah individualisme yang mantap dan berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan

(7)

menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain (2009: 185).

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah usaha sadar untuk belajar sendiri tanpa ada paksaan yang didasari niat dan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga memiliki rasa percaya diri dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemui.

b. Konsep Kemandirian Belajar

Konsep dasar kemandirian dalam belajar membawa dampak baik pada proses belajar mengajar. Menurut Umar Tirtarahardja dan La Sulo, “Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai pada perolehan hasil belajar, keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai pada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut” (2005: 50).

Sedangkan menurut Mudjiman (2007: 7) konsep kemandirian dalam belajar yaitu:

1) Keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan.

2) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri

3) Kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah, dan kreatif.

4) Kompetensi adalah pengetahuan, atau keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

5) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.

(8)

6) Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar ditetapkan sendiri olah pembelajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka menurut peneliti konsep dasar kemandirian dalam belajar memiliki dampak pada diri peserta didik yaitu agar peserta didik dapat menentukkan konsep pembelajaran yang baik. c. Kegiatan-kegiatan Belajar Mandiri

Menurut Mudjiman (2007: 20-21) kegiatan-kegiatan yang perlu diakomodasikan dalam pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut: 1) Adanya kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh peserta didik untuk

menuju pencapaian tujuan akhir yang ditetapkan oleh program pelatihan untuk setiap mata pelajaran.

2) Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh peserta didik. 3) Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri.

Kegiatan-kegiatan itu dijalankan oleh peserta didik, dengan ataupun tanpa bimbingan guru.

4) Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh peserta didik sendiri.

5) Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani peserta didik.

6) Adanya past experience review atau review terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.

7) Adanya upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. 8) Adanya kegiatan belajar aktif.

Berdasarkan uraian tentang kegiatan-kegiatan tersebut, maka dapat diambil satu makna bahwa peserta didik yang memiliki kemandirian belajar adalah peserta didik yang mampu menetapkan kompetensi belajarnya sendiri, mampu mencari input belajar sendiri, dan melakukan kegiatan evaluasi diri serta refleksi terhadap proses pembelajaran yang dijalani oleh peserta didik.

Hal itu terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh James Board (2006), menyimpulkan bahwa 75% peserta didik Selby College UK telah

(9)

memiliki sikap kemandirian belajar. Belajar mandiri adalah cara belajar terbaik yang dilakukan oleh peserta didik Selby College UK untuk meraih hasil belajar yang tinggi.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian belajar. Ali dan Asrori (2008: 118-119) berpendapat, faktor-fakor yan mempengaruhi kemandirian belajar sebagai berikut:

1) Gen atau keturunan orang tua.

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, fakor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

2) Pola asuh orang tua.

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua akan meciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak.

3) Sistem pendidikan di sekolah.

Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menenkankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai peserta didik.

4) Sistem kehidupan di masyarakat.

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat

(10)

menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau peserta didik.

Sedangkan menurut Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri pelajar. Faktor ini dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:

a) Faktor Non Sosial, faktor ini sangat banyak jumlahnya yakni meliputi faktor-faktor yang berasal dari luar selain manusia, misalnya: keadaan udara, cuaca, waktu, tempat, dan lain-lainnya.

b) Faktor Sosial, faktor manusia (sesame manusia) baik manusia itu hadir (ada) maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir, misalnya: kehadiran orang lain pada waktu seseorang sedang belajar.

2) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar. Faktor ini digolongkan menjadi dua, yakni:

a) Faktor Fisiologis, faktor ini dibedakan dalam dua macam, yaitu: Keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu. b) Faktor Psikologis, faktor ini diantaranya adalah motif, sikap,

perhatian, bakat, tanggapan, pengamatan, minat dan intelegensi. e. Indikator Kemandirian Belajar

Dari teori-teori di atas, maka dapat ditetapkan indikator dari kemandirian belajar sebagai berikut:

1) Kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh peserta didik untuk menuju pencapaian tujuan akhir.

2) Proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh peserta didik. 3) Input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri.

4) Kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh peserta didik sendiri.

(11)

5) Kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani peserta didik.

6) Past experience review atau review terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.

7) Upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. 8) Kegiatan belajar aktif.

3. Tinjauan tentang Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku. Menurut Slameto dikutip oleh Jihad dan Haris, “Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (2012: 2). Sedangkan Susanto berpendapat, “Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak” (2013: 4).

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan (Suprihatiningrum, 2013: 15). Selanjutnya menurut Jihad dan Haris, “Belajar tejadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan” (2012: 4).

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan iu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik

(12)

ketika ia berada di sekolah maupun di lingkngan rumah atau keluaganya sendiri (Syah, 2009: 63).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang secara sadar untuk melakukan perubahan pada dirinya sendiri.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah perubahan-peruahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Menurut A.J. Romizowski (Jihad dan Haris, 2012: 14), “Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Masukan dari system tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)”.

Menurut Nawawi (Susanto, 2013: 5), “Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat kebehasilan siswa dalam mempelajari materi pelajara di sekolah yang dinyatakan dalam skor ang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”. Selanjutnya Reigeluth dikutip oleh Suprihatininrum (2013: 37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).

Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) berpendapat, “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh peserta didik secara nyata setelah melakukan proses belajar mengajar baik yang menyangkut

(13)

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai rapor peserta didik. Nilai rapor diperoleh dari perhitungan nilai rata-rata ulangan harian, nilai ulangan tengah semester (UTS), dan nilai ulangan akhir semester (UAS).

c. Ciri-ciri hasil belajar

Menurut Slameto (Jihad dan Haris, 2012: 3), Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Terjadi secara sadar;

2) Bersifat kontinu dan fungsional; 3) Bersifat positif dan aktif;

4) Bukan bersifat sementara; 5) Bertujuan dan terarah; dan

6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Sedangkan menurut Muhibbin (2003) dikutip oleh Jihad dan Haris (2012: 6), Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting:

1) Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari;

2) Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan;

3) Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.

d. Penilaian Hasil Belajar Mengelola Peralatan Kantor

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa (Sudjana, 22: 2014). Penilaian mata pelajaran pada penelitian ini adalah mata pelajaran Megelola Peralatan Kantor. Megelola Peralatan Kantor adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang bagaimana cara mengelola dan mengoperasikan peralatan-peralatan kantor. Pada pelajaran ini, tidak hanya teori saja yang dipelajari melainkan juga

(14)

mempraktikkan langsung peralatan kantornya. Pertemuan pada mata pelajaran Megelola Peralatan Kantor seminggu 2x (dua kali) tatap muka, 1x (satu kali) tatap muka 2 x 45 menit.

SMK Batik 1 Surakarta menggunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Penilaian kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berbasis pada kompetensi. Kompetensi adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun pada penelitian ini, untuk memperoleh nilai rapot dari nilai rata-rata ulangan harian ditambah nilai uts ditambah nilai uas dibagi 3. Untuk nilai keterampilan dinilai ketika peserta didik melakukan praktik dan dimasukkan ke nilai ulangan harian. Sedangkan nilai sikap tidak dimasukkan secara tertulis, guru hanya mengamati bagaimana sikap peserta didiknya sudah sesuai atau belum. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Jihad dan Haris (2012), Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yan dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (internal) sebagai berikut:

a) Kecerdasan Anak

Merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasl belajar yang dibawa sejak lahir.

b) Kesiapan atau Kematangan Anak

Merupakan tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

c) Bakat Anak

Menurut Chaplin yang dimaksud dengan bakat adalah kemamuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(15)

d) Kemauan Belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keenggagan siswa untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpenaruh positif terhadap hasl belajar yang diraihnya. Karenakemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai kebehasilan belajar.

e) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang peserta didik yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatian lebih banyak daripada peserta didik lainnya.

2) Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik (eksternal) sebagai berikut: a) Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan peserta didik dalam belajar tergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, da mudah dimengerti oleh para peserta didik tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar. b) Pribadi dan Sikap Guru

Kepribadian dan sikap guru yan kreatif dan penuh inovatif dalam perilakunya,maka peserta didik akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini. Pribadi dan sikap guru merupakan cerminan untuk peserta didiknya.

c) Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang dan menumbuhkan suasana yan aktif di antara peserta didik tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat meningkat secara maksimal.

(16)

d) Kompetensi Guru

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan dengan semestiya.

e) Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakat pun akan ikut mempengaruhi kepribadian peserta didik.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 54-70) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern sebagai berikut:

1) Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi:

a) Faktor jasmani

Yang termasuk faktor jasmani yaitu kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis

Yang termasuk faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern meliputi:

a) Faktor keluarga

Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

(17)

suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya peserta didik dalam masyarakat. Faktor ini meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.

e. Tolok Ukur Hasil Belajar

Dari teori-teori diatas, maka tolak ukur dari hasil belajar pada Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor di SMK Batik 1 adalah nilai ulangan akhir semester (UAS) semester gasal tahun ajaran 2015/2016.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Hasil Belajar

Peserta didik merupakan objek terpenting dalam proses belajar mengajar yang menjadi pusat perhatian. Banyak permasalahan yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik dari dalam maupun luar diri peserta didik. Selain itu, guru juga mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru yang dapat menguasai standar kompetensi yang ada maka akan dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi

(18)

yang utama karena berkaitan dengan penguasaan materi dalam proses belajar mengajar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru.

2. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar

Kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik atas kemauannya sendiri dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya. Keinginan untuk mandiri dalam belajar agar dapat mencapai hasil belajar Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor dengan maksimal. Kemandirian belajar yang dimiliki siswa dapat memperlancar peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar

Kompetensi pedagogik guru dan kemandirian belajar peserta didik merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi dan menentukan hasil belajar peserta didik tersebut. Kompetensi pedagogik guru merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru karena berkaitan dengan penguasaan materi dalam proses belajar mengajar.

Kompetensi pedagogik yang dikuasai oleh guru, memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang.disampaikan guru pada saat pembelajaran dan dapat menunjang tercapainya hasil belajar yang maksimal. Selain itu, dengan kemandirian belajar yang tinggi dari peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk selalu belajar sehingga hasil belajar Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor menjadi tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kompetensi Pedagogik Guru

Hasil Belajar Mengelola Peralatan Kantor Kemandirian Belajar

(19)

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara mengenai sebuah masalah yang masih harus dicari kebenarannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandar (2013: 179) mengemukakan bahwa hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dicari solusi pecahan melalui penelitian, yang dirumuskan atas dasar pengetahuan, pengalaman, dan logika yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang hendak dilakukan.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar mata pelajaran Mengelola Peralatan Kantor peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran SMK Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

2. Ada hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar mata pelajaran Mengelola Peralatan Kantor peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran SMK Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

3. Ada hubungan antara kompetensi pedagogik guru dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar mata pelajaran Mengelola Peralatan Kantor peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran SMK Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kompetensi Pedagogik Guru

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penanganan ikan tongkol segar dengan penambahan hancuran es 1:4 (25% bb) yang menghasilkan suhu ± 18 0

Stres kehamilan adalah salah satu fenomena yang dialami oleh setiap ibu khususnya ibu yang pertama kali mengalami kehamilan (primigravida) yang dipicu oleh

Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) SOIna adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi berjudul Evaluasi

Frasa kerja pasif diri pertama ialah frasa yang terdiri daripada kata kerja yang tidak berawalan men- tetapi didahului oleh kata ganti diri pertama aku, kami, kita, saya

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

dianalisa dengan metode GC maupun SNI, proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dapat dilakukan menggunakan bantuan iradiasi gelombang mikro dengan katalis heterogen Na 2

Pada hasil partisipasi aktif siswa, siswa telah berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dan keaktifan siswa pada proses pembelajan berlangsung dapat dilihat