5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pemilihan Kawasan Agrowisata Unggulan Kabupaten Pasuruan
Agrowisata merupakan bagian dari obyek kepariwisataan yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek utama. Agrowisata dapat diartikan suatu kegiatan yang secara sadar ingin menempatkan sektor primer (pertanian) di kawasan sektor tersier (pariwisata), agar perkembangan sektor primer itu dapat lebih dipercepat, dan petani mendapatkan peningkatan pendapatan dari kegiatan pariwisata yang memanfaatkan sektor pertanian tersebut. Model seperti ini akan lebih mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor primer, sehingga sektor pertanian tidak semakin terpinggirkan dengan perkembangan kegiatan di sektor pariwisata. Kegiatan agrowisata dapat disebutkan sebagai kegiatan yang memihak pada rakyat miskin (Goodwin, 2000).
Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat pariwisata yang diselenggarakan. Aset utama untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh karena itu faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi oleh wisatawan.
Agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya (Sumarwoto, 1990).
Berdasarkan pertimbangan diatas, Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu dari kabupaten yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Di Kabupaten Pasuruan terdapat 24 kecamatan yang dapat
dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Pemilihan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan metode Bayes dengan membandingkan beberapa alternatif kecamatan pada sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut meliputi:
1. Potensi pasar dan pertumbuhannya, 2. Potensi sumber daya alam dan lingkungan 3. Potensi sumber daya manusia
4. Potensi pengembangan agroindustri yang mendukung agrowisata 5. Dukungan kelembagaaan
6. Tingkat kompetisi dengan wisata lain 7. Ketersediaan infrastruktur
8. Selera konsumen dan kecenderungannya.
Masing-masing kriteria diberi bobot untuk mengetahui kriteria yang paling menentukan dalam pemilihan kawasan yang akan dijadikan kawasan agrowisata. Pembobotan tersebut dilakukan oleh pakar yang sudah dipilih. Bobot masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Parameter pemilihan kawasan agrowisata unggulan
No Parameter Bobot
1 Potensi pasar dan pertumbuhannya, 0.19
2 Potensi sumberdaya alam dan lingkungan, 0.20
3 Potensi sumber daya manusia, 0.07
4 Potensi pengembangan agroindustri mendukung utama agrowisata, 0.18
5 Dukungan kelembagaan, 0.05
6 Tingkat kompetisi dengan wisata lain, 0.06
7 Ketersediaan infrastruktur, 0.15
8 Selera konsumen dan kecenderungannya. 0.10
Dalam pemilihan menggunakan metode Bayes, kawasan yang mampu mengumpulkan nilai tinggi pada kriteria dengan bobot yang besar memiliki kemungkinan semakin besar untuk terpilih. Hasil dari penilaian pakar pada masing-masing kawasan dengan kriteria tersebut diperoleh nilai seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 15.
Tabel 15. Pemilihan prioritas pengembangan berdasarkan metode bayes
No Kecamatan Nilai Bayes Prioritas
1 Purwodadi 4.18 4 2 Tutur 4.94 1 3 Puspo 4.18 5 4 Tosari 4.37 3 5 Lumbang 3.8 10 6 Pasrepan 3.8 11 7 Kejayan 3.8 12 8 Wonorejo 3.8 13 9 Purwosari 3.99 7 10 Prigen 3.8 14 11 Sukorejo 3.8 15 12 Pandaan 4.37 2 13 Gempol 4.18 6 14 Beji 3.61 16 15 Bangil 3.99 8 16 Rembang 3.61 17 17 Kraton 3.61 18 18 Pohjentrek 3.61 19 19 Gondangwetan 3.61 20 20 Rejoso 3.61 21 21 Winongan 3.61 22 22 Grati 3.99 9 23 Lekok 3.61 23 24 Nguling 3.61 24
Berdasarkan hasil di Tabel 15, terdapat tiga kecamatan prioritas yang layak dikembangkan untuk menjadi kawasan agrowisata, yaitu Kecamatan Tutur, Kecamatan Pandaan, dan Kecamatan Tosari. Akan tetapi, kawasan yang memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkan adalah Kecamatan Tutur. Beberapa hal yang mendukung Kecamatan Tutur sebagai pusat pengembangan agrowisata berdasarkan kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Potensi pasar dan pertumbuhannya
World Tourism Organization (WTO) meramalkan bahwa kedatangan turis internasional akan meningkat dari tahun ke tahun, dan pada 2010 terdapat 1 juta wisatawan dan 1,6 juta. Secara general, pertumbuhan kunjungan wisatawan rutin setiap tahunnya meningkat 6% dan 2% secara keseluruhan (WTO 2002; European Commission, 2003).
Berdasarkan potensi pasar dan pertumbuhannya, Kecamatan Tutur sangat strategis dalam membidik wisatawan yang akan berkunjung ke Gunung Bromo. Wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo lewat jalur Nongkojajar merupakan pasar potensial karena para wisatawan biasanya berhenti dan mempersiapkan bekal terakhir mereka di Kecamatan Tutur sebelum naik ke Gunung Bromo. Selain itu, pertumbuhan wisatawan banyak disebabkan karena meningkatnya jumlah lokasi tujuan agrowisata di kecamatan Tutur dan sekitarnya, misalnya Bhakti Alam, Bukit Flora dan Kresna, dengan semakin banyaknya lokasi tujuan agrowisata maka pertumbuhan pasar bergerak ke arah yang positif.
2. Potensi sumberdaya alam dan lingkungan
Potensi sumber daya alam dan lingkungan khususnya di bidang agrowisata di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 16. Data tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Tutur terdapat empat agrowisata yang menjadi potensi, Kecamatan Grati juga memiliki wisata potensi agrowisata terbanyak setelah Tutur. Kecamatan Tutur memiliki banyak potensi sumberdaya alam untuk agrowisata karena didukung oleh kondisi geografis kecamatan terabut. Dari segi geografis, Kecamatan Tutur berada di lereng Gunung Bromo dengan potensi dasar perkebunan. Potensi perkebunan ini kemudian berkembang menjadi agrowisata yang dikelola oleh swasta dengan tambahan investasi.
Potensi agrowisata didukung dengan tersedianya komoditas hasil pertanian dan perkebunan yang diusahakan petani maupun perusahaan yang lebih besar. Komoditas ini merupakan bagian penting pembangunan agrowisata karena merupakan komoditas yang dapat dijual langsung ataupun sebagai bahan baku untuk produk hilir. Tabel 17 menunjukkan potensi komoditas pertanian.
Tabel 16. Potensi SDA Kabupaten Pasuruan
No Nama Objek Lokasi Jenis Objek Wisata
1 Kebun Mangga Sedap Malam
Kec. Bangil Perkebunan 2 Agro Aneka Mangga Kec. Grati Perkebunan 3 Agro KGA Kec. Grati Kebun Mangga 4 Agro Wisata
PG.Kedawung
Kec. Grati Panorama Alam Perkebunan Tebu, Nostalgia Wisatawan Belanda
5 Taman Anggrek Sien Kec. Prigen Taman Anggrek 6 Agro Bunga Krisan Kec. Purwodadi Perkebunan 7 Agro Wisata Petik
Apel
Kec. Tutur Petik Apel, Panorama Alam
8 Agri Friga Kec. Tutur Perkebunan, Penginapan, Restaurant
9 Agro Durian Montong
Kec. Tutur Perkebunan
10 Agro Paprika Kec. Tutur Perkebunan Sumber: BPS (Kabupaten Pasuruan dalam angka), 2008.
Pada Bab Gambaran Umum Wilayah Tutur pada Bab IV telah ditunjukkan bahwa di Kecamatan Tutur banyak terdapat potensi hasil pertanian, mulai dari kopi, apel, kentang, kubis, wortel, cengkeh, dsb. Hasil-hasil pertanian tersebut memberikan nilai tambah bagi Kecamatan Tutur sehingga berpotensi untuk dikembangkan agrowisata.
Pengolahan produk pertanian sebagai suvenir untuk wisatawan banyak diusahakan di Kecamatan Tutur dengan apel sebagai basis bahan baku. Dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya seperti mangga, nangka dan pisang yang produksinya lebih besar, apel lebih diminati sebagai buah-buahan yang memiliki karakteristik yang khas. Oleh karena itu, komoditas apel sangat berperan dalam menarik wisatawan baik dalam bentuk segar maupun olahan.
3. Potensi sumber daya manusia
Sumberdaya manusia yang tersedia di Kabupaten Pasuruan cukup besar dengan total penduduk mencapai 1,5 juta jiwa. Sebagian besar pekerjaan yang ditekuni adalah sebagai petani (sekitar 30%). Di Kecamatan Tutur sendiri, jumlah
penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani mencapai 9.552 jiwa. Hal tersebut semakin mendukung Kecamatan Tutur sebagai kawasan yang sesuai untuk dikembangkan agrowisata.
Kecamatan Tutur sebagai prioritas tertinggi pengembangan agrowisata didukung potensi sumberdaya manusia yang besar. Tenaga kerja sektor pertanian di Kecamatan Tutur didominasi oleh petani apel maupun buruh taninya.
4. Potensi pengembangan agroindustri mendukung utama agrowisata Potensi pengembangan agroindustri di Kecamatan Tutur didasari potensi komoditas apel. Industri pengolahan berbahan dasar apel banyak tumbuh di Kecamatan Tutur seperti produk Apel Mia. Olahan berbasis apel memiliki variansi yang banyak seperti sari apel, jenang apel, keripik apel. Selain bahan dasar apel, agroindustri di Kecamatan Tutur juga banyak mengolah produk lainnya sebagai paket suvenir untuk wisata.
5. Dukungan kelembagaan
Kelembagaan yang dapat mendukung pengembangan Kecamatan Tutur sebagai kawasan agrowisata adalah keberadaan pemerintah dan banyaknya lembaga kredit yang terdapat di Kecamatan Tutur seperti Koperasi dan Lembaga Pembiayaan yang lain.
6. Tingkat kompetisi dengan wisata lain
Kecamatan Tutur terletak di Kecamatan Tosari yang merupakan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kompetisi agrowisata di Kecamatan Tutur dengan objek wisata lain sangat kecil, karena potensi agrowisata Kecamatan Tutur saling mendukung dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
7. Ketersediaan Infrastruktur
Infrastruktur untuk pengembangan agrowisata merupakan hal yang penting diperhatikan. Hal ini karena akan mempengaruhi minat wisatawan sekaligus mempengaruhi kenyamanan dan kepuasannya. Ketersediaan prasarana jalan yang memadai, sarana transportasi dan fasilitas lainnya akan mendukung dan perlu diperhatikan dalam pengembangan agrowisata.
Infrastruktur di Kecamatan Tutur yang dapat mendukung pengembangan agrowisata ini antara lain, system transportasi yang meliputi jaringan jalan dengan jalan utama yang sudah hampir menyeluruh beraspal. Kecamatan Tutur memiliki
jalan nasional sepanjang 94,517 km dan jalan provinsi sepanjang 88,374 km. Sedangkan orbitrasi Kecamatan Tutur meliputi jarak dengan Pemerintahan kecamatan 2 km, dari pusat pemerintahan kabupaten 7 km, dan dari pemerintahan provinsi 132 km.
8. Selera Konsumen dan Kecenderungannya
Pemilihan lokasi wisata harus juga memperhatikan selera konsumen dan kecenderungannya, sehingga dapat memberikan daya tarik optimal. Wisatawan yang mengunjungi agrowisata memiliki beberapa minat yang patut dipertimbangkan terutama keasrian dan kealamian, fasilitas umum dan fasilitas wisata penunjang.
5.2. Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur
Kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Menurut Bappenas (2004), Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.
b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri & layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur.
2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro.
3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan
Kecamatan Tutur mempunyai dua belas desa dan rencana pengembangan agrowisata ditetapkan pada lima desa sebagai kawasan prioritas yaitu Desa Ngembal, Desa Tutur, Desa Wonosari, Desa Tlogosari dan Desa Andonosari dan tujuh desa lainnya sebagai desa pendukung dalam paket wisata.
5.2.1 Identifikasi Permasalahan Penting Pendukung Terbentuknya Kawasan Agrowisata
Pengembangan agrowisata banyak menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan tiga hal pokok yaitu pertanian, wisata dan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi pelaku pengembangan agrowisata disajikan pada Tabel 6 di halaman 49. Selanjutnya bobot masing-masing permasalahan tersebut ditentukan untuk dibuat prioritas dan dicari alternatif penyelesaiannya. Hasil pembobotan terhadap permasalahan dalam pengembangan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 17.
Berdasarkan hasil pembobotan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa pada masing-masing komponen pelaku memiliki prioritas masalah dalam pengembangan agrowisata, untuk itu dalam penyelesaiannya dapat diutamakan manakah dari masalah tersebut yang diperlukan penanganan terlebih dahulu. Bagi pemerintah daerah sebagai pelaku sistem ternyata rendahnya jaminan berusaha di daerah pedesaan membuat mereka cenderung pesimis dalam mengupayakan pengembangan daerah seperti agrowisata. Karena pada kenyataannya memang pola fikir masyarakat daerah terutama di Kecamatan Tutur masih sangat primitif atau sempit dalam menerima penerapan adanya rencana pengembangan agrowisata yang menurut mereka terkesan lama (jangka panjang).
Masyarakat lebih memilih berusaha sendiri dengan menjual hasil pertanian langsung kepada kelompok pedagang dengan alasan hasil bisa terjual dengan cepat, keuntungan cepat kembali dan seterusnya tanpa terpikir untuk menciptakan produk (hasil) komoditas dengan ciri khas daerah. Hal ini menimbulkan usaha
pengembangan jadi macet dan perlu penanganan lebih dini sebelum melaksanakan tindakan selanjutnya, penanganan masalah ini dapat dilakukan melalui cara – cara berikut :
a). Memberikan penyuluhan secara berkelanjutan.
Sebenarnya, untuk program penyuluhan hingga saat ini sudah sering dilakukan, namun kembali seperti sebelumnya, apa yang diperoleh masyarakat dalam penyuluhan tidak diimbangi dengan fasilitas – fasilias pendukung dengan alasan keterbatasan biaya atau modal. Perlu bagi pemerintah untuk lebih memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai bagaimana cara memperoleh modal bagi masyarakat; baik melalui anggaran pemerintah untuk pembangunan pedesaan maupun membentuk sistem pinjaman terstruktur dengan syarat-syarat tertentu dan terarah, sehingga petani menjadi termotivasi.
b). Melakukan riset-riset atau penelitian yang mampu ditindaklanjuti. Untuk kegiatan riset-riset terhadap potensi daerah di kabupaten kecamatan sebenarnya sudah sering dilakukan (tapi hingga saat ini hanya dijadikan wacana saja tanpa implikasi yang terprogram) sehingga pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan riset-riset yang ada untuk dijadikan rujukan dalam membuat program pengembangan daerah yang lebih baik.
c). Membuat percontohan paket pengelolaan agrowisata.
Paket program pengelolaan agrowisata dimaksudkan utuk mengelola potensi wisata dari hulu sampai ke hilir (pengolahan). Paket agrowisata milik pemerintah sudah diawali oleh Dinas Pertanian yang didirikan di Kecamatan Tutur, akan tetapi pengelolaanya masih belum serius. Hal ini disebabkan investasi yang tidak memadai sehingga produk, sarana dan prasarana yang ada masih relatif sederhana dan tidak didukung perencanaan yang maksimal.
Tabel 17. Rekapitulasi hasil pembobotan terhadap permasalahan dalam pengembangan agrowisata
No Komponen Pelaku Sistem
Formulasi Permasalahan Bobot
1. Pemerintah daerah dan Dinas terkait (Dinas pariwisata, Deptan, Dinas KUKM, Dinas Indag dan Dinas yang terkait lainnya)
Rendahnya dukungan pemerintah baik langsung maupun tidak langsung
Lemahnya birokrasi untuk pendirian usaha di bidang agrowisata
Belum terkoordinasi baik lembaga terkait
Rendahnya jaminan berusaha di daerah pedesaan Lemahnya dukungan pemerintah perdesaan atas sarana infrastruktur 0.096 0.125 0.058 0.250 0.156 2. Petani produsen (kelompok pekebun dan koperasi pekebun)
Biaya produksi yang cukup besar
Tingginya suku bunga perbankan dan sulit mengakses permodalan
Kemampuan keterampilan dan manajerial masih rendah 0.146 0.030 0.321 3. Pengelola industri agrowisata
Persaingan ketat dalam mendapatkan paket wisata
Belum ada formulasi yang saling menguntungkan semua pihak
Lemahnya usaha kecil/pengrajin dalam akses peluang wisata 0.251 0.629 0.156 4. Lembaga keuangan dan donor serta departemen terkait lainnya
Risiko pengembalian kredit tinggi
Waktu pengembalian kredit yang relatif lama Tidak berfungsinya fasilitasi pemerintah sebagai mediator dalam permodalan
0.210 0.123 0.330 5. Wisatawan Daya beli rendah
Fasilitas dan Keamanan kurang memadai di tempat wisata
Biaya wisata yang tidak terjangkau
0.232 0.305 0.014 6. Masyarakat sekitar kawasan agrowisata
Rendahnya skill tenaga kerja
Belum kuatnya budaya industri wisata
Dampak kerusakan lingkungan dan sosial budaya yang tidak terkontrol
0.256 0.104 0.111
Pada petani produsen, masalah utama yang dihadapi adalah dalam hal biaya produksi yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Selama ini, untuk pembiayaan dilakukan oleh individu petani pemilik sendiri. Dengan kondisi yang demikian, petani merasa terbebani dan tidak mampu jika harus mengeluarkan biaya lebih untuk pembelian peralatan dan bahan – bahan pertanian seperti pupuk, pestisida dan sebagainya sedangkan selama ini penjualan hasil saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Rencana penanggulangan permasalahan ini dapat dilakukan dengan :
a). Adanya pembentukan lembaga bantuan seperti koperasi usaha tani yang khusus untuk memberikan kemudahan dalam bantuan modal dengan bunga rendah.
b). Untuk penjualan hasil tani yang selama ini dilakukan secara langsung dengan harga rendah bisa diubah dengan memberian sarana penjualan hasil pertanian yang lebih terkoordinasi melalui koperasi-koperasi tertentu sehingga, disamping bisa meningkatkan harga penjualan, namun juga bisa menciptakan brand image produk hasil pertanian Kecamatan Tutur.
c). Merevitalisasi fungsi pasar sayur sebagai pusat perkembangan agroindustri sekaligus objek agrowisata. Pasar sayur di Kecamatan Tutur selama ini hanya sebagai tempat transaksi antara produsen dengan tengkulak. Pasar sayur dengan lingkungan yang tidak representatif membuat konsumen lebih memilih membeli tidak dari petani produsen langsung. Dengan adanya revitalisasi pasar sebagai objek agrowisata diharapkan petani produsen dapat menjual hasil panen langsung ke konsumen tanpa harus melalui perantara.
Bagi pengelola industri dan agrowisata, permasalahan terpenting saat ini adalah belum ada formulasi yang saling menguntungkan semua pihak. Secara umum memang koordinasi antar pihak pelaku industri dan produsen penghasil sumber bahan baku belum terintergasi dengan baik. Semua masih bersifat
individu, dan saling ingin menguntungkan diri sendiri, sehingga untuk permasalahan ini perlu penyelesaian dari pihak pemerintah atau peranan tokoh masyarakat sekitar dalam bentuk pendekatan internal kepada para pelaku industri.
Lembaga keuangan dan donor serta departemen terkait lainnya dirasakan kurang menciptakan fungsi fasilitasi pemerintah sebagai mediator dalam permodalan secara maksimal. Hal ini bisa terjadi karena pada kenyataannya kurang adanya respon yang maksimal. Hal ini disebabkan oleh jalannya sistem permodalan yang kurang baik sehingga perlu adanya evaluasi dan perbaikan sistem yang lebih efektif dan efisien.
Bagi pelaku yang menjadi target agrowisata yaitu wisatawan, masalah utama yang dihadapi adalah fasilitas dan keamanan kurang memadai di tempat wisata. Hal ini wajar terjadi, karena memang secara terstruktur pun kawasan ini belum sepenuhnya terbentuk sebagai kawasan wisata. Hal itulah yang menjadi alasan tentang perlunya untuk menyusun konsep pengembangan agrowisata secara bertahap untuk menuju pengembangan kawasan agrowisata yang kompleks. Perencanaan yang terstruktur dan runtut akan menjadi dasar atau acuan dalam pengembangan berkelanjutan. Terkait dengan hal tersebut, aspek pembiayaan telah dianggap sebagai faktor utama dalam implementasinya.
Masyarakat sekitar kawasan agrowisata yang merupakan pelaku utama kegiatan agrowisata ini memiliki permasalahan-permasalahan yang paling penting untuk ditanggulangi terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pembobotan, ternyata masih kembali pada topik rendahnya keterampilan tenaga kerja, yang meliputi pengetahuan mengenai pengelolaan pertanian mulai dari pembibitan hingga penanganan hasilnya, upaya pencegahan kerusakan tanaman secara maksimal, penerimaan masyarakat dalam penggunaan alat-alat teknologi juga masih sedikit. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain :
a). Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan tentang panca usaha tani. Menghimbau dan memotivasi para petani untuk berupaya menghasilkan panen yang unggul.
b). Pemerintah perlu membuat balai-balai penelitian pertanian. Dalam hal ini, peran Dinas Pertanian kabupaten yang menjadi pendorong terciptanya sarana tersebut. Karena dengan adanya fasilitas yang
mendukung kegiatan bertani seperti balai penelitian atau laboratorium dengan pengadaan teknologi-teknologi dapat menambah pengetahuan para petani untuk mampu meningkakan hasil panen.
c). Perlu juga diadakan studi lapang ke daerah-daerah lain untuk memberikan gambaran cara bertani yang baik. Sehingga bisa menyadarkan pada para produsen tani bahwa daerah mereka memiliki potensi yang baik untuk menuju pada hasil yang baik pula.
d). Masyarakat di sekitar zona pengembangan area agrowisata diupayakan untuk membentuk kawasan wisata berupa unit-unit wisata sesuai dengan komoditas unggulan tiap-tiap desa, sehingga mempermudah dalam membuat paket wisata. Misalnya kawasan wisata petik apel, kawasan wisata petik sayur hingga kawasan khusus hasil pertanian, dan oleh-oleh khas daerah.
5.2.2. Pemetaan Komoditas Berdasarkan Zona Agrowisata
Kunci keberhasilan pembangunan agrowisata adalah memberlakukan setiap daerah agrowisata sebagai satu unit tunggal otonom mandiri tetapi terintegrasi secara sinergik dengan keseluruhan sistem pengembangan wilayahnya.
Pemetaan kawasan agrowisata berdasar komoditas, dapat ditetapkan menjadi dua zona jalur agrowisata. Identifikasi zona menurut Gunn (1994) didasarkan pada kriteria berikut :
1. Sekumpulan obyek wisata, termasuk yang telah ada maupun yang baru, semua didasarkan pada aset sumberdaya yang ada.
2. Paling tidak ada satu pusat pelayanan masyarakat, lebih banyak lebih baik. 3. Hubungan dengan jalan darat, jalan laut, jalan udara diantara dan dengan
semua sistem sirkulasi regional.
4. Suatu kesatuan subregional yang didapatkan dari pengaruh masyarakat, basis sumber daya alam dan manusia, serta suatu kesatuan tema obyek wisata.
Perencanaan kawasan wisata penting untuk semua jenis program pariwisata. Pembagian zona-zona wilayah sebagai perwujudan pembagian kawasan, dapat mencegah duplikasi antara program pariwisata yang berbeda disuatu daerah, mengkombinasikan sumber daya berbagai kelompok yang terlibat untuk perkembangan, dan mempromosikan keragaman atraksi bagi pengunjung.
Pembagian zonasi wisata dapat mempermudah pelaku agrowisata untuk mengeksplorasi potensi wisata yang dimilikinya. Menurut Ryan dan Heyes (2009), pembagian zonasi agrowisata dapat mempermudah untuk:
• Memahami konsep tiap zona dan yang akan diterapkan.
• Memahami dengan baik hubungan antara pembagian zona dan bisnis/usaha yang cocok.
• Mengidentifikasi sumber-sumber tambahan berdasarkan zona yang terbentuk.
Dari dua belas desa tersebut berdasarkan potensi komoditas pertanian andalan dan letak geografisnya, pemetaan wilayah berdasar komoditasnya dapat dilihat pada Gambar 10. Pemetaan kawasan agrowisata berdasar komoditas di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dibagi sebagai berikut :
1. Kawasan Agrowisata Zona I
Kawasan Agrowisata Zona I meliputi wilayah 7 desa yaitu : 1) Desa Ngembal (potensi komoditas Durian)
2) Desa Tutur (potensi komoditas Pisang) 3) Desa Tlogosari (potensi komoditas Paprika)
4) Desa Gendro (potensi komoditas Paprika dan Bunga Krisan) 5) Desa Blarang (potensi komoditas Bunga Krisan dan Apel) 6) Desa Kayukebek (potensi komoditas Apel)
7) Desa Ngadirejo (potensi komoditas Sayur – sayuran) 2. Kawasan Agrowisata Zona II
Kawasan Agrowisatan Zona II ini meliputi wilayah 6 desa yaitu : 1) Desa Ngembal (potensi komoditas durian)
2) Desa Kalipucang (potensi komoditas pisang dan durian) 3) Desa Tutur (potensi komoditas pisang)
NGEMBAL SUMBERPITU KALIPUCANG TUTUR PUNGGING (Luas 266 Ha) WONOSARI (Luas 318,7 Ha) ANDONOSARI (Luas 560,7 Ha) TLOGOSARI GENDRO (Luas 360,6 Ha) BLARANG (Luas 717,6 Ha) KAYUKEBEK (Luas 1240 Ha) NGADIREJO
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA KABUPATEN PASURUAN KEC. PUSPO Ke Pasrepan Ke Kejayan Ke Puspo Ke P urwod adi Ke Malang Ke Tosari Ke Bromo KEC. PURWODADI KEC. PASREPAN KAB. MALANG FOTO MAPPING KECAMATAN TUTUR
KOMODITAS PERTANIAN
komoditi pisang LEGENDA komoditi apel komoditi durian komoditi bunga krisan komoditi sayuran komoditi paprika No. Peta : ... U Sumber : Hasil Survei Lapangan Tahun 2009SKALA
0 0,7 2,8Km 2,1
4) Desa Gendro (potensi komoditas paprika dan bunga krisan) 5) Desa Wonosari (pusat keramaian kota dan penghasil apel) 6) Desa Andonosari (potensi komoditas apel sebagai wisata petik) 7) Desa Ngadirejo (potensi komoditas sayur-sayuran)
Gambar 11. Peta pengembangan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur berdasarkan komoditas pertanian unggulan
Berdasarkan penentuan jalur wisata desa dari hasil potensi, zonasi kawasan dan rencana pengembangan kawasan agrowisata Kecamatan Tutur diintegrasikan yang bertujuan untuk:
1. Menghindari tumbuhnya desa-desa di luar kendali sistem pengembangan wilayah agrowisata. Dalam pengembangan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur ini selain mempunyai fungsi di atas juga diharapkan dapat menghindari adanya kesenjangan pertumbuhan wilayah antara bagian barat Kabupaten Pasuruan yang relatif maju dengan bagian timur yang tampaknya agak tertinggal dibandingkan bagian barat.
2. Untuk mengintegrasikan penduduk lokal dalam skema pengembangan wilayah agrowisata serta sekaligus merupakan upaya meningkatkan fungsi desa dalam suatu kecamatan yang ada menjadi suatu area tani yang tertata.
3. Sistem jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan satu desa dengan desa lainnya harus menunjang sesuai dengan ketentuan hirarki jalan. Karena itu pula sistem transportasi, jaringan jalan, moda transportasi, serta interkoneksi sistem jaringan jalan secara regional harus dirancang secara terpadu dengan sistem desa-desa yang berpotensi dalam kawasan agrowisata dan akan menjadi pertimbangan utama dalam rencana penetapan hirarki fungsi kawasan.
Pengembangan kawasan agrowisata adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agrowisata, melalui :
1) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi dan produktifitas komoditas pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis secara efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan.
2) Penguatan kelembagaan petani.
3) Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia input pertanian, pengolahan hasil, pemasaran dan penyediaan jasa).
NGEMBAL SUMBERPITU KALIPUCANG TUTUR PUNGGING (Luas 266 Ha) WONOSARI (Luas 318,7 Ha) ANDONOSARI (Luas 560,7 Ha) TLOGOSARI GENDRO (Luas 360,6 Ha) BLARANG (Luas 717,6 Ha) KAYUKEBEK (Luas 1240 Ha) NGADIREJO
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA KABUPATEN PASURUAN KEC. PUSPO Ke Pasrepan Ke Kejayan Ke Puspo Ke P urwodadi Ke Malang Ke Tosari Ke Bromo KEC. PURWODADI KEC. PASREPAN KAB. MALANG FOTO MAPPING KECAMATAN TUTUR AGROWISATA ZONA I komoditi pisang LEGENDA komoditi apel komoditi durian komoditi bunga krisan komoditi sayuran komoditi paprika No. Peta : ... U
Sumber : Hasil Survei Lapangan Tahun 2009
SKALA
0 0,7 2,8Km
2,1
Jalur Transportasi
4) Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu. 5) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi. 6) Peningkatan sarana prasarana wilayah penunjang.
5.2.3 Pengembangan Kawasan Agrowisata Zona I
Secara lebih jelas mengenai pembagian zonasi kawasan agrowisata zona I dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Peta pengembangan kawaan agrowisata zona I Kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di Kawasan Agrowisata Zona I Kecamatan Tutur adalah sebagai berikut :
Kegiatan pertanian, dimana pada masa mendatang akan lebih banyak dikembangkan di wilayah desa-desa dalam kawasan ini, meliputi :
− Pertanian tanaman pangan.
− Pertanian hortikultura komoditas unggulan (buah, bunga, sayuran).
Agro-industri, dapat berlokasi di kawasan agrowisata ini, khususnya pada kawasan-kawasan yang memungkinkan adanya aglomerasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang serta
pelayanan sarana dan prasarana kota. Salah satu alasan dikembangkannya agro-industri di dalam kawasan ini adalah pertimbangan rantai pemasaran menuju ke pusat-pusat pemasaran, pusat-pusat perdagangan seperti pada Desa Tutur yang dilalui Jalan Kolektor yang menghubungkan Kecamatan Tutur dengan Kecamatan Purwodadi, Jalan ini merupakan jalur pemasaran potensi/produk yang terdapat di Kecamatan Tutur
Agro-bisnis, dimana kegiatan ini seharusnya juga berlokasi di dalam kawasan dan sentra pemasaran komoditas kawasan dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas dalam kaitan dengan forward linkage dan backward linkage seperti di daerah Wonosari yang merupakan kawasan paling ramai terletak di jantung Kecamatan Tutur. Prasarana dan sarana yang harus dikembangkan secara umum adalah pasar agribis, pusat informasi, balai penelitian dan pengembangan produk unggulan pertanian hortikultura dan tanaman pangan, serta pergudangan sementara.
Agro-wisata sendiri dengan karakter fisik sebagian wilayah Kawasan Agrowisata Zona I dapat dioptimalkan sebagai kawasan agrowisata yang secara menyeluruh seperti perkebunan apel dan komoditas sayuran unggulan. Pusat-pusat kegiatan agro-bisnis dapat juga dikembangkan sebagai bagian dari agro-wisata. Arahan unit produksi pada ketujuh desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Arahan unit-unit komoditas kawasan agrowisata zona I Kecamatan Tutur
No. Kecamatan Arahan Sub-sektor Utama
1. Desa Ngembal
Penghasil buah durian terbesar dengan varietas terbaik, hasil tahun 2009 mencapai 795.000 ton/th (produktivitas 5.000 ton/Ha, luas panen 159 Ha)
2. Desa Tutur
Penghasil buah pisang mencapai 3.674 ton/th (produktivitas 3.674 ton/Ha, luas panen 20.274 Ha).Selain itu desa Tutur merupakan penghasil cengkeh kualitas terbaik.
3. Desa Tlogomas
Kini menjadi penghasil bunga chrysanterum
terbesar, yaitu menghasilkan 36.000.000 ton/Th (produktivitas 60.000 ton/Ha dengan luas lahan 2 Ha) dan penghasil paprika dengan jumlah produksi 120 ton/th (produktivitas 40 ton/Ha, luas panen 3 Ha), pembudidayaan dengan memanfaatkan metode greenhouse.
4. Desa Gendro
Merupakan desa penghasil bunga chrysanterum
pertama (Trend Center Florist). Tahun 2009 ini, menghasilkan 27.000 ton/Th (produktivitas 60.000 ton/Ha dengan luas lahan 1,5 Ha) dan pengembangan Paprika dengan metode Green House.
5. Desa Blarang
Merupakan penghasil buah apel dengan varietas dan kualitas terbaik di kec.Tutur. Dengan jumlah produksi 1.664.000 ton/th (produktivitas 4.000 ton/Ha, luas panen 208 Ha) dan menghasilkan bunga krisan 2.700.000 ton/th (produktivitas 60.000 ton/Ha dengan luas lahan 1,5 Ha)
Tabel 18. (Lanjutan)
No. Kecamatan Arahan Sub-sektor Utama
6. Desa Kayukebek
Penghasil apel yang cukup berpengaruh dalam industri di kec.Tutur. Dengan jumlah produksi 1.603.000 ton/th (produktivitas 350 ton/Ha, luas panen 229 Ha)
7. Desa Ngadirejo
Merupakan induk penghasil berbagai jenis sayuran (kol, kentang, ercis, wortel, lobak, sawi, dan cabai), yang masih dalam lingkup suku Tengger
Sumber : Data primer dan sekunder, diolah, tahun 2009 1. Penetapan Hirarki dan Fungsi Kawasan Agrowisata
a. Penetapan Hirarki Kawasan
Secara umum karakteristik hirarki kawasan agrowisata berdasarkan fungsi kotanya dapat dibagi menjadi 3 kawasan sebagai berikut :
a) Kawasan Agrowisata Utama, berfungsi sebagai :
Kawasan tujuan wisata utama yang merupakan satu paket wisata yang akan dilalui, bila akses tranportasi masih kurang memadai maka bisa dibuat terminal-terminal wisata di tiap-tiap desa, kemudian dibuat angkutan khusus untuk menjelajahi kawasan.
b) Pusat Kawasan Agrowisata, berfungsi sebagai :
Pusat perdagangan wilayah, ditandai adanya pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis bisa ditempatkan di tiap desa yang memiliki komoditas unggulan tertentu atau dibuat terpusat yang dialokasikan di pusat keramaian.
Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang jadi dan setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis.
Pusat pelayanan agro-industri khusus, pendidikan, pelatihan, dan pemuliaan tanaman unggulan.
c) Unit Wilayah Produksi Pertanian, berfungsi sebagai :
Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar harian.
Pusat koleksi komoditas pertanian yang dihasilkan sebagai bahan mentah industri.
Pusat penelitian, pembibitan, dan percontohan komoditas.
Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian.
Koperasi dan informasi pasar barang perdagangan.
Dengan mengacu pada dasar penetapan hirarki kota tersebut maka pengembangan Kawasan Agrowisata Zona I Kecamatan Tutur tidak bisa mengesampingkan keterkaitannya dengan sistem jaringan distribusi dan pemasaran komoditas unggulan kawasan. Konsep penetapan hirarki fungsi dalam Kawasan Agrowisata Zona I direncanakan sebagai berikut :
1) Pusat Kawasan Agrowisata
Dari tujuh desa yang direncanakan termasuk dalam daerah utama Kawasan Agrowisata Zona I Kecamatan Tutur ditetapkan sebagai jalur kawasan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Ketujuh desa ini dilalui jalan kabupaten dan jalan desa yang sangat mendukung aksesibilitas kawasan agrowisata.
Dukungan prasarana dan sarana yang ada cukup memadai dengan adanya pasar, dan jaringan utilitas pendukung seperti air bersih, dan listrik.
Letak geografis dilalui jalan kolektor yang menghubungkan kecamatan Tutur dengan kecamatan Purwodadi yang merupakan jalur utama Malang – Surabaya yang berada di Desa Tutur, sehingga akan memberikan kemudahan dalam pengembangan sistem jaringan agrowisata yang seimbang antara bagian utara kawasan agrowisata yang meliputi Desa Ngembal dan Desa Kalipucung dengan bagian timur kawasan yang meliputi Desa Desa Gendro, Desa Blarang, Desa Kayukebek dan Desa Ngadirejo.
2) Daerah Pendukung Kawasan Agrowisata Zona I
Daerah pendukung Kawasan Agrowisata Zona I merupakan wilayah desa-desa di Kecamatan Tutur yang tidak termasuk bagian utama Kawasan Agrowisata Zona I namun memiliki karakteristik sektor pertanian khususnya yang berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang khas dan bisa dikategorikan produk unggulan seperti tanaman kopi dan cengkeh serta peternakan sapi perah.
Dalam konsep pengembangan agrowisata, kawasan-kawasan tersebut direncanakan sebagai kawasan pendukung yang berfungsi sebagai unit khusus kegiatan produksi produk pertanian unggulan dan unit pemasaran lokal untuk mendukung pengembangan konsep agrowisata di Kecamatan Tutur secara menyeluruh.
Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai daerah pendukung untuk Kawasan Agrowisata Zona I adalah :
Unit produksi penghasil ayam petelor terbesar di Desa Sumberpitu.
Unit produksi penghasil biji kopi arabica dan torabica terbaik di kawasan kecamatan Tutur di Desa Kalipucung.
Unit produksi penghasil cengkeh kualitas terbaik di Kecamatan Tutur.
5.2.4 Pengembangan Kawasan Agrowisata Zona II
Secara lebih jelas mengenai pembagian zonasi kawasan agrowisata zona II dapat dilihat pada Gambar 13.
NGEMBAL SUMBERPITU KALIPUCANG TUTUR PUNGGING (Luas 266 Ha) WONOSARI (Luas 318,7 Ha) ANDONOSARI (Luas 560,7 Ha) TLOGOSARI GENDRO (Luas 360,6 Ha) BLARANG (Luas 717,6 Ha) KAYUKEBEK (Luas 1240 Ha) NGADIREJO
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA KABUPATEN PASURUAN KEC. PUSPO Ke Pasrepan Ke Kejayan Ke Puspo Ke P urwodadi Ke Malang Ke Tosari Ke Bromo KEC. PURWODADI KEC. PASREPAN KAB. MALANG FOTO MAPPING KECAMATAN TUTUR KOMODITAS PERTANIAN komoditi pisang LEGENDA komoditi apel komoditi durian komoditi bunga krisan komoditi sayuran komoditi paprika No. Peta : ... U
Sumber : Hasil Survei Lapangan Tahun 2009
SKALA
0 0,7 2,8Km
2,1
julur transportasi
Gambar 13. Peta pengembangan kawasan agrowisata zona II
1. Penetapan Hirarki Kawasan
Berdasarkan Konsep penetapan hirarki fungsi dalam Kawasan Agrowisata Zona II di Kecamatan Tutur direncanakan sebagai berikut :
1) Pusat Kawasan Agrowisata
Penetapan Desa Wonosari sebagai pusat kawasan agrowisata di Kecamatan Tutur adapun pertimbangan-pertimbangannya adalah :
Desa dilalui jaringan jalan arteri primer (jalan kabutapen) dengan perkerasan jalan sebagian besar sudah beraspal serta termasuk jalan lintas Pasuruan dengan tempat wisata Gunung Bromo.
Dukungan prasarana dan sarana yang ada cukup memadai dengan adanya pasar daerah serta jaringan utilitas pendukung seperti air bersih, listrik, dan telekomunikasi dimana cakupan pelayanan utilitas paling tinggi jika dibandingkan dengan desa lain dalam kawasan agrowisata.
Letak geografis Desa Wonosari yang berada sepanjang jalur arteri dari segi pemasaran sehingga akan memberikan kemudahan dalam pengembangan sistem jaringan agrowisata.
2) Unit-unit Wilayah Produksi Komoditas Pertanian
Berdasarkan perbedaan komoditas antara 7 desa yang ada maka karakteristik komoditas masing-masing desa dalam Kawasan Agrowisata Zona II dapat digambarkan bahwa potensi terbesarnya terletak pada sub-sektor perkebunan serta sub-sektor sayuran. Arahan unit produksi pada ketujuh desa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Arahan unit-unit komoditas kawasan agrowisata zona II Kecamatan Tutur
No. Kecamatan Arahan Sub-sektor Utama
1. Desa Ngembal
Penghasil buah durian terbesar dengan varietas terbaik, hasil tahun 2009 mencapai 795.000 ton/th (produktivitas 5.000 ton/Ha, luas panen 159 Ha)
2. Desa Kalipucang
Penghasil pisang dengan jumlah produksi 11.838 ton/th (produktivitas 11.238 ton/Ha, luas panen 79.637Ha). Dan kini menjadi desa penghasil kopi dan cengkeh terbesar di kec.Tutur.
3. Desa Tutur
Penghasil buah pisang mencapai 3.674 ton/th (produktivitas 3.674 ton/Ha, luas panen 20.274 Ha).Selain itu desa Tutur merupakan penghasil cengkeh kualitas terbaik.
Tabel 19 (Lanjutan)
4. Desa Gendro
Merupakan desa penghasil bunga chrysanterum pertama (Trend Center Florist). Tahun 2009 ini, menghasilkan 27.000 ton/Th (produktivitas 60.000 ton/Ha dengan luas lahan 1,5 Ha) dan pengembangan Paprika dengan metode Green House.
5. Desa Wonosari
Sebagai pusat karamaian yang berada di jantung Kecamatan Tutur. Penghasil apel dengan jumlah produksi 285.000 ton/th (produktivitas 2.500 ton/Ha, luas panen 57 Ha)
6. Desa Andonosari
Selain sebagai penghasil apel terbesar yaitu dengan jumlah produksi 2.275.000 ton/th (produktivitas 3.500 ton/Ha, luas panen 325 Ha), sekaligus menjadi daerah pendistribusi hasil apel ke kota - kota. Terdapat KUD Setia Kawan yang memfasilitasi penyuluhan serta pemasaran berbagai produk.
7. Desa Ngadirejo
Merupakan induk penghasil berbagai jenis sayuran (kol, kentang, ercis, wortel, lobak, sawi, dan cabai), yang masih dalam lingkup suku Tengger
Sumber : Data primer dan sekunder, diolah, tahun 2009
3) Sentra Pemasaran Komoditas Pertanian
Penentuan wilayah desa yang akan dijadikan sentra pemasaran komoditas Kawasan Agrowisata Zona II dilakukan dengan pertimbangan aspek geografis yang strategis, fasilitas pendukung kegiatan pemasaran, dan adanya agro-industri. Kemungkinan tetap dipusatkan di jantung kota yaitu Desa Wonosari atau beberapa komoditas seperti durian dapat tetap dipusatkan di Desa ngembal
karena menurut rencana Bappeda Kabupaten Pasuruan Tahun 2003 di Kecamatan Pasrepan akan dikembangkan menjadi pasar wisata yang nantinya juga akan menampung produk-produk pertanian hortikultura. 4) Daerah Pendukung Kawasan Agrowisata II
Daerah pendukung Kawasan Agrowiasta Zona II merupakan wilayah desa - desa di Kecamatan Tutur yang tidak termasuk bagian utama Kawasan Agrowisata Zona II namun memiliki karakteristik sektor pertanian khususnya yang berbasis peternakan dan pertanian hortikultura.
Dalam konsep pengembangan agrowisata, kawasan-kawasan tersebut direncanakan sebagai kawasan pendukung yang berfungsi sebagai unit khusus kegiatan produksi produk pertanian unggulan dan unit pemasaran lokal untuk mendukung pengembangan konsep agrowisata di Kabupaten Pasuruan secara menyeluruh.
Daerah-daerah yang ditetapkan sebagai daerah pendukung untuk Kawasan Agrowisata Zona II adalah :
Unit produksi penghasil ayam petelor terbesar di Desa Sumberpitu.
Unit produksi penghasil biji kopi arabica dan torabica terbaik di kawasan Kecamatan Tutur di Desa Kalipucung.
Unit produksi penghasil cengkeh kualitas terbaik di Kecamatan Tutur.
Desa Pungging, yaitu desa Penghasil susu sapi segar yang layak untuk di konsumsi setiap oleh masyarakat dan di proses sebagai susu bubuk instan oleh korporat ternama di Indonesia.
2. Penetapan Fungsi Kawasan
Penetapan fungsi Kawasan Agrowisata Zona II Kecamatan Tutur direncanakan dengan memperhatikan potensi, masalah, serta tingkat hirarki wilayah dari masing-masing desa yang direncanakan, dengan fungsi kawasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kegiatan produksi pertanian yang dititikberatkan kepada pertanian hortikultura sebagai komoditas pertanian unggulan kecamatan. Kegiatan agro-bisnis dengan dukungan prasarana dan sarana yang harus dikembangkan secara umum adalah pusat pengumpulan hasil peternakan sapi perah di Desa Pungging, pusat informasi, serta pergudangan sementara.
Kegiatan pengembangan penelitian tanaman perkebunan dan sapi perah dengan dukungan sarana balai penelitian dan pengembangan. Khusus untuk produk susu sapi maka kegiatan agrobisnis dapat dilakukan dengan pengolahan lanjutan yang menghasilkan kerupuk susu, permen susu, serta susu pasteurisasi.
Kegiatan pengembangan sistem bantuan perkreditan (modal). Bisa berupa modal dan saprodi (sarana penunjang produksi, seperti bibit, pupuk, alat-alat pertanian dan obat-obatan).
Pengembangan SDM dimana bisa mendukung pembentukan kawasan agrowisataserta pemberdayaan dan pengembangan wawasan mengenai agribis.
Kegiatan pengembangan penelitian pertanian hortikultura dengan dukungan sarana balai penelitian dan pengembangan hortikultura untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.
5.2.5 Startegi Pengembangan Prasarana dan Sarana
Dalam menunjang pengembangan kawasan dalam konteks agrowisata maka penyediaan infrastruktur akan menjadi sangat penting artinya. Konsep pengembangan prasarana dan sarana yang harus disediakan di wilayah adalah sebagai berikut :
a. Sarana penunjang produksi, untuk meningkatkan efektifitas kinerja kegiatan di sektor agro-produksi dan agro-industri yang akan diarahkan dalam Kawasan Agrowisata Zona I dan II dengan fungsi utama:
Memfasilitasi dan memudahkan penyediaan kebutuhan bahan baku pertanian.
Memberikan kemudahan transfer informasi dan teknologi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
b. Sarana penunjang produksi, untuk memperluas dan meningkatkan efektifitas sistem jaringan pemasaran produk di dalam Kawasan Agrowisata secara khusus.
c. Air bersih, untuk melayani kebutuhan masyarakat (basic need) dan untuk melayani kebutuhan yang terkait dengan agrowisata. Disini air bersih tidak hanya disediakan untuk kebutuhan domestik dan area perkotaan saja, tetapi juga harus dipersiapkan untuk melayani kebutuhan air bagi kegiatan pertanian dan perkebunan melalui jaringan irigasi. Diperlukan estimasi kebutuhan air bersih baik utamanya untuk wilayah perdesaan.
d. Sanitasi, untuk melayani kebutuhan permukiman tani agro-wisata. Penanganan limbah juga perlu dipikirkan sejak dini. Mencakup limbah yang diproduksi oleh kegiatan pertanian, khususnya dari bahan-bahan input produksi yang dipakai (obat-obatan, pupuk, dan sebagainya).
e. Persampahan, untuk melayani kebutuhan permukiman tani serta agro-wisata. Sistem penanganan sampah juga perlu disediakan. Hal ini mencakup penanganan sampah yang diproduksi oleh kegiatan pertanian dan perkebunan.
f. Sistem kelistrikan, untuk menunjang proses produksi, industri, bisnis dan pengembangan agro-wisata.
g. Jaringan jalan dengan fungsi utama :
Memperlancar arus pergerakan barang dan jasa, khususnya pemasaran, dari kawasan agrowisata (unit produksi di masing-masing desa) ke kawasan di Kecamatan Purwodadi, dan selanjutnya menuju ke kawasan kota besar seperti Malang dan Surabaya.
h. Jaringan irigasi dengan fungsi utama :
Menyediakan input air baku bagi proses produksi baik pada sentra produksi primer (irigasi pertanian) maupun sentra industri (air baku industri).
Melindungi sentra produksi dan permukiman tani dari bahaya kerusakan akibat kekeringan dan bencana alam lainnya.
Di wilayah Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur, sistem jaringan irigasi dikembangkan untuk melayani kegiatan agro-produksi hortikultura di Desa Ngadirejo dan kegiatan agro-produksi tanaman pangan di desa lainnya.
Mengacu pada konsep pengembangan sarana dan prasarana kawasan agrowisata Kecamatan Tutur di atas serta memperhatikan hirarki dan fungsi masing-masing kecamatan yang menjadi bagian Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur yang berbasis pada pertanian tanaman pangan dan hortikultura, maka pengembangan sarana dan prasarana untuk direncanakan sebagai berikut :
1. Strategi Pengembangan Prasarana
Rencana pengembangan Kawasan Agrowisata juga tidak lepas dari perlunya pengembangan sistem jaringan utilitas guna mendukung perkembangan wilayah serta mempermudah berbagai akses seperti pelayanan telekomunikasi, distribusi listrik, air bersih, drainase, irigasi serta peningkatan jaringan jalan yang melalui tiap-tiap desa. Rencana sistem jaringan utilitas akan dibahas didasarkan pada potensi dan permasalahan jaringan utilitas sebagai berikut :
a) Jaringan Listrik
Berdasarkan data PT. PLN tahun 1999, secara garis besar untuk cakupan pelayanan jaringan listrik dari ke desa-desa yang termasuk dalam kawasan agrowisata, sudah terlayani 100%. Melihat kondisi tersebut untuk perencanaannya maka di desa yang sudah terlayani penuh perlu pengoptimalan dari jaringan yang ada, selain itu perlu peningkatan daya listrik terpasang seluruh wilayah desa terutama yang diarahkan sebagai lokasi pengembangan agro-wisata.
b) Jaringan Telepon
Kondisi perekonomian masyarakat sebagian besar wilayah kecamatan tidak bisa disamakan dengan standar masyarakat kota apalagi untuk kawasan pedesaan di Kecamatan Tutur. Berdasarkan data dan kondisi temuan di lapangan dapat dianalisis bahwa secara umum pelayanan jaringan telepon di Kecamatan Tutur belum mencakup seluruh wilayah dan hanya menjangkau di sekitar jalan regional dan jalan utama di Kecamatan Tutur. Sehingga perluasan jaringan telekomunikasi direncanakan untuk sambungan telepon agar mencapai prosentase minimal 50% dari seluruh wilayah desa, mengingat kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan kegiatan pertanian (proses produksi dan pemasaran serta pengolahan lebih lanjut) dapat lebih berkembang dengan didukung jaringan telepon.
c) Jaringan Air Bersih
Jaringan air bersih yang selama ini digunakan oleh sebagian besar masyarakat tersebut adalah penggunaan sumur untuk kebutuhan air bersih, sedangkan prosentase penggunaan PDAM kurang dari 50%. Namun demikian kondisi ini tidak mengalami masalah dalam penggunaan air sumur atau air dari sumber, sehingga dalam sistem jaringan air bersih direncanakan sebagai berikut :
Peningkatan jangkauan pelayanan air bersih PDAM.
Pengoptimalan kualitas air sumur dengan kedalaman tanah tertentu, serta penggunaan kaporit atau tawas sebagai filter bagi air tersebut. d) Jaringan Drainase
Jaringan drainase yang ada di sebagian besar wilayah desa-desa tersebut selain merupakan jaringan drainase dengan perkerasan tanah sehingga air dalam saluran dapat langsung meresap ke dalam tanah, juga adanya self cleansing velocity untuk saluran-saluran yang mempunyai kelerengan kurang dari 30%. Dalam perencanaannya
diperlukan peningkatan perkerasan drainase dari tanah menjadi plester untuk drainase di pinggir jalan serta lokasi yang mempunyai kelerengan yang berpotensi untuk terjadinya erosi.
e) Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi untuk pertanian dikembangkan di setiap desa di Kecamatan Tutur pada kawasan agrowisata dengan arahan :
Menyediakan input air baku bagi proses produksi baik pada sentra produksi primer (irigasi pertanian) maupun sentra industri (air baku industri).
Memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan umum permukiman.
Melindungi sentra produksi dan permukiman tani dari bahaya kerusakan akibat kekeringan dan bencana alam lainnya.
Sistem jaringan irigasi dikembangkan untuk melayani daerah-daerah kegiatan agro-produksi terutama tanaman pangan.
f) Jaringan jalan
Tingkat pelayanan jalan pada masing-masing kecamatan akan sangat mendukung kemudahan aksesibilitas antar wilayah dan percepatan pertumbuhan kawasan agrowisata. Jika melihat sejumlah kendala dan kondisi jalan di masing-masing desa, maka arahan pengembangan jaringan jalan dalam mendukung pengembangan Kawasan Agrowisata adalah sebagai berikut :
Perbaikan dan pelebaran jalan yang menghubungkan desa satu dengan desa lain dimana sekarang ini perkerasan aspal masi belum menyeluruh serta dalam kondisi sempit untuk dilalui kendaraan besar (bis). Rencana ini merupakan salah satu prioritas utama mengingat jalan tersebut akan berperan penting dalam jalur hubungan pertanian (wisata, produksi, distribusi, dan informasi antar wilayah).
Peningkatan kinerja jalan baik perkerasan maupun kondisi prasarana jalan khususnya jalan dengan kemiringan lebih dari 10% yaitu :
- Perbaikan perkerasan jalan lingkungan di Kecamatan Tutur yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang menghubungkan daerah-daerah penghasil apel, paprika, dan lahan pertanian hortikultura unggulan lainnya.
- Perbaikan dan pelebaran jalan lingkungan di Kecamatan Tutur, yang menghubungkan desa-desa penghasil hortikultura buah-buahan.
2. Strategi Pengembangan Sarana a) Balai Penelitian
Kondisi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang ada di Kawasan Agrowisata Zona I dan II yang memiliki karakteristik potensi dan masalah yang beragam tentunya harus ditunjang dengan adanya balai penelitian yang fungsinya diarahkan untuk :
Pengembangan varietas bibit dan benih komoditas unggulan.
Pengembangan sistem pengendalian ancaman serangan hama dan penyakit yang tepat.
Uji pengembangan dan penerapan teknik pertanian komoditas pertanian unggulan kecamatan.
Direncanakan pada Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur ini dilakukan langkah-langkah pengembangan balai penelitian pertanian dengan mengoptimalisasi balai penelitian tanaman pangan dan hortikultura yang ada di Desa Tutur, Kecamatan Tutur sebagai pusat penelitian tanaman hortikultura unggulan seperti apel dan paprika.
b) Balai Penyuluhan Pertanian
Saat ini terdapat empat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Pasuruan terdiri dari BPP Pandaan, BPP Wonorejo, BPP Beji, dan BPP Grati. Fungsi BPP tidak lain adalah sebagai tempat pendidikan PPL Pertanian, Pusat Informasi, serta penyusunan program kerja untuk masing-masing wilayah BPP yang dibawahinya. Berdasarkan pentingnya peranan BPP ini maka perlu direncanakan BPP baru yang
diarahkan di sepanjang jalan arteri primer Surabaya – Malang (Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi) sebagai pusat BPP untuk wilayah Kawasan Agrowisata Zona I Kecamatan Tutur.
c) Pasar Komoditas Agribis
Salah satu permasalahan utama pengembangan sektor pertanian berdasarkan temuan di lapangan adalah masih lemahnya jaringan pemasaran produk pertanian yang dihasilkan baik dalam masalah skala pemasaran yang masih terbatas maupun sistem pemasaran produknya sendiri (pengemasan dan penentuan harga) sehingga posisi petani disini sangat rentan terhadap tekanan dari pihak luar yang bisa memainkan harga komoditas pertanian.
Keberadaan pasar khusus dalam menunjang pemasaran produk-produk pertanian di Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur, yang bisa menampung hasil pertanian kawasan dan mewadahi aktivitas agribisnis yang berkembang adalah salah satu arahan pengembangan yang akan dilakukan untuk membangun jaringan pemasaran yang kuat dan rapi dalam kawasan ini.
Pasar Komoditas Agribis direncanakan berada di Desa Wonosari, mengingat lokasinya yang strategis baik dalam lingkup kawasan dimana Desa Wonosari berada di sentral kawasan agrowisata baik zona I maupun zona II. Fungsi pasar ini diarahkan sebagai berikut :
Pusat perdagangan produk pertanian hortikultura dan tanaman pangan untuk kawasan secara khusus dan kabupaten secara umum.
Sentra pengembangan kegiatan agribisnis kawasan agrowisata.
Pasar wisata yang dilengkapi dengan sarana rekreasi didukung dengan arahan letak disepanjang jalur menuju wisata Gunung Bromo.
Lokasi bongkar-muat komoditas pertanian. d) Terminal
Keberadaan terminal sangat penting dalam kaitannya dengan proses bongkar muat dan kepentingan ekspor-impor hasil pertanian dari dalam kawasan agrowisata. Berdasarkan hal tersebut maka dalam pengembangan Kawasan agrowisata orientasi terminal agro diarahkan ke
Surabaya sebagai dan Malang sebagai tujuan distribusi sedangkan rencana pengembangan terminal dalam kawasan adalah dengan :
Optimalisasi terminal lokal yang ada di Kecamatan Tutur untuk melayani bagian timur kawasan.
Pengembangan terminal bongkar-muat yang diintegrasikan dengan pengembangan pasar agribisnis yang akan dikembangkan di Kecamatan Purwodadi (utamanya di jalur kolektor) untuk melayani bongkar-muat komoditas dari seluruh kecamatan yang menjadi bagian kawasan agrowisata.
e) Koperasi
Selama ini sebagian besar keberadaan koperasi di masing-masing kecamatan di Kabupaten Pasuruan terutama di Kecamatan Tutur belum optimal dan hanya berfungsi dalam distribusi produk susu sapi segar. Kendala yang ditemui memang sebagian besar koperasi tidak cukup mampu berperan dalam produk pertanian lainnya seperti hortikultura dan tanaman pangan karena lemahnya jaringan bisnis yang dimiliki koperasi-koperasi yang ada sehingga petani cenderung tidak memiliki hubungan dengan koperasi dalam kegiatannya.
Rencana pengembangan sarana koperasi diarahkan untuk membangun jaringan yang bisa menghubungkan petani dengan pihak luar baik konsumen produk, pemasok peralatan pendukung proses produksi, serta pengembangan SDM Pertanian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Peningkatan kualitas SDM untuk Koperasi-Koperasi Susu Sapi yang ada di Kecamatan Tutur sebagai penghasil utama susu sapi di kawasan agrowisata ini sehingga koperasi bisa berperan lebih aktif dalam menjaga stabilitas harga, memperluas pemasaran, dan memperkuat posisi peternak dalam hubungannya dengan PT Nestle yang merupakan konsumen utama produk susu sapi segar ini.
Pengadaan koperasi agribis – hortikultura di Kecamatan Tutur dan sebagai sentra penghasil hortikultura unggulan seperti apel, paprika, kentang, tomat, dan kubis untuk membantu pemasaran dan penyediaan bahan baku produksi untuk petani.
f) Lembaga Keuangan dan Perbankan
Pengembangan sarana keuangan dan perbankan ditujukan untuk memperkuat pemodalan petani yang seringkali menjadi hambatan dalam ekstensifikasi dan diversifikasi produk sehingga dalam rencana sarana ini diarahkan untuk dikembangkan di tiap kecamatan dalam kawasan agrowisata dengan pusat kegiatan perbankan diarahkan di Kecamatan Tutur tepatnya di Desa Wonosari.
g) Signage (Rambu dan Penandaan Kawasan)
Dalam pengembangan kawasan, signage atau penandaan kawasan merupakan salah satu media yang akan berperan terutama dalam memberikan informasi dan promosi kawasan baik ke luar daerah maupun ke dalam kawasan.
Rencana signage untuk kawasan agrowisata direncanakan dengan pembangunan papan petunjuk kawasan yang bisa memberikan informasi yang jelas mengenai daerah-daerah produksi hasil pertanian unggulan, daerah-daerah agro-industri, serta daerah agro-wisata yang akan dikembangkan. Arahan lokasi rambu atau papan petunjuk ini ditempatkan di lokasi-lokasi strategis yang menjadi entry-point menuju kawasan-kawasan unggulan tersebut diantaranya direncanakan di ruas-ruas persimpangan jalan antar kecamatan dan di ujung ruas-ruas jalan menuju kawasan unggulan yang ada seperti jalan menuju kawasan agrowisata apel, durian, bunga krisan, paprika, pisang, dan sayuran di Kecamatan Tutur.
h) Alat-Alat Pertanian
Alat-alat pertanian disini dimaksudkan sebagai sarana penunjang usaha tani, untuk mempermudah proses perolehan alat-alat yang diperlukan dalam proses usaha tani dan. Secara garis besar untuk perencanaannya berupa pengoptimalan koperasi atau pihak kecamatan dalam penyediaan alat-alat usaha tani serta kerjasama dengan YANMAR di Kecamatan Pandaan sebagai produsen dan penyalur alat-alat pertanian.
5.3 Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan
Pengembangan kawasan wisata perlu didukung oleh satu atau beberapa komoditas unggulan yang memiliki keunikan atau kekhasan dan daya tarik bagi wisatawan. Dalam pengembangan kawasan, dapat saja lebih dari satu komoditas agrowisata yang ditonjolkan dan hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Menurut Mangiri (2003) agrowisata harus dapat menyeimbangkan antara tuntutan atau kebutuhan wisatawan dengan kemampuan untuk menyediakan obyek agrowisata yang unik dan berdaya jual. Dengan demikian diperlukan upaya untuk menentukan prioritas pengembangan komoditas unggulan yang dapat mendukung pengelolaan agrowisata secara profesional.
Penentuan prioritas komoditas unggulan perlu dilakukan dengan memperhatikan sejumlah kriteria penting. Kriteria yang umumnya digunakan antara lain potensi pasar, nilai komersial komoditas, kesesuaian lahan dan agroklimat, potensi produksi dikaji dari luas areal dan produktivitas, dukungan dan kebijakan pemerintah daerah, kemampuan dan keterampilan produksi masyarakat setempat.
1. Zonasi Komoditas Pertanian
Berdasarkan data dari 12 desa di Kecamatan Tutur, persebaran komoditas pertanian yang bisa dikatakan unggulan dalam mendukung pengembangan konsep agrowisata seperti tampak pada Tabel 20 menunjukkan persebaran yang kurang merata sehingga untuk mengaitkannya perlu dilakukan upaya pembuatan jaringan distribusi dan transportasi.
2. Potensi pasar komoditas unggulan
Kriteria ini memiliki makna strategis dalam menentukan prioritas komoditas unggulan agrowisata karena akan menentukan tingkat minat wisatawan berkunjung yang akan berimplikasi terhadap kinerja perusahaan agrowisata.
Kotler (2002) menyatakan, kemampuan perusahan harus mampu mengidentifikasi peluang, memanfaatkan dan sekaligus memelihara peluang pemasaran yang ada. Hal ini karena kondisi pemasaran pada saat sekarang bersifat sangat dinamis sehingga akan dengan mudah menyebabkan perpindahan pelanggan. Dalam konteks agrowisata, komoditas yang dikembangkan harus dapat memenuhi selera dan permintaan wisatawan.
Tabel 20. Zonasi komoditas sektor pertanian Kecamatan Tutur tahun 2009
No. Jenis Potensi Desa Unggulan
1. 2. 3. Hortikultura (Buah-Buahan) : 1.Apel 2.Durian 3.Pisang Hortikultura (Sayur-Sayuran) : 1.Kubis 2.Cabe 3.Kentang 4.Paprika 5.Wortel 6.Bunga Krisan Perkebunan : 1. Kopi 2. Kelapa 3. Cengkeh
1. Ngadirejo, Blarang, Kayukebek, Andonosari, Wonosari, Gendro, Tlogosari, Tutur, Pungging, Kalipucung,
2.Kalipucung, Sumberpitu, Ngembal 3.Tutur dan Kalipucung
1.Ngadirejo Kayukebek, Wonosari, Tutur, Pungging
2.Blarang Gendro 3.Ngadirejo
4.Wonosari, Gendro, Tlogosari,
5.Ngadirejo, Blarang, Kayukebek, Andonosari, Wonosari,
6.Blarang, Wonosari, Gendro, Tlogosari, 1. Seluruh desa di Kecamatan Tutur 2. Ngembal dan Sumberpitu
3. Ngadirejo, Blarang, Kayukebek, Andonosari, Wonosari, Gendro, Tlogosari, Tutur, Pungging, Kalipucung, Ngembal Sumber : BPS Pertanian Kecamatan Tutur Tahun 2009
3. Nilai Komersial komoditas
Selain potensi pasar yang merujuk pada aspek seberapa banyak jumlah konsumen yang menyukai komoditas, maka kriteria nilai komersial ini sangat penting dalam pengembangan komoditas unggulan. Hal ini karena kriteria tersebut akan menunjukkan citra komoditas yang direspon dengan baik oleh wisatawan. Selain itu juga akan memberikan implikasi sangat besar jika pengembangan komoditas tersebut meningkatkan nilai tambah bagi pengembangan kawasan agrowisata dan masyarakat setempat. Beberapa potensi komoditas dan wilayahnya adalah :
1. Desa Wonosari, yaitu sebagai pusat keramaian yang berada tepat di jantung Nongkojajar dan merupakan salah satu kawasan Nongkojajar yang paling penting.
2. Desa Kayu Kebek, yaitu salah satu desa penghasil apel untuk bahan baku industri pertanian Nongkojajar.
3. Desa Andonosari, yaitu salah satu desa yang mendistribusikan hasil pertanian apel di daerah Nongkojajar untuk di salurkan ke kota - kota di seluruh Indonesia.
4. Desa Ngadirejo, yaitu adalah desa yang masih dalam lingkup suku Tengger, sebagai induk penghasil berbagai jenis sayuran, antara lain: kol, kentang, ercis, wortel, lobak, sawi, cabai.
5. Desa Gendro, yaitu desa penghasil Bunga chrysanthemum, yang menjadi Trend center diantara para florist. Terdapat ratusan pohon pinus untuk diambil getahnya sebagai bahan baku pembuat karet.
6. Desa Tlogosari, yaitu desa yang menghasilkan Paprika dan satu - satunya didaerah Nongkojajar.
7. Desa Pungging, yaitu desa Penghasil susu sapi segar yang layak untuk di konsumsi setiap oleh masyarakat dan di proses sebagai susu bubuk instan oleh korporat ternama di Indonesia.
8. Desa Ngembal, yaitu jika anda ingin berburu buah durian, nah disinilah tempatnya. karena kawasan ini sebagai tempat pembudidayaan Pohon durian dengan varietas terbaik.
9. Desa Kalipucang, merupakan penghasil biji kopi arabica dan torabica terbaik di kawasan Nongkojajar.
10. Desa Tutur, yaitu salah satu desa penghasil cengkeh dengan mutu yang tidak kalah dengan cengkeh kualitas import.
11. Desa Sumberpitu, yaitu Desa Ternak yang menghasilkan ayam petelor dan ayam potong.
12. Desa Blarang, yaitu penghasil buah apel dengan varietas yang terbaik seperti, rome beauty, manalagi, anna, dan wanglee dengan kualitas terbaik di wilayah Nongkojajar.
Berdasarkan atas beberapa komoditi buah-buahan dan kesesuaian dengan
agro-climate nya maka komoditas yang berpeluang untuk terus dikembangkan diantaranya adalah apel dan durian, untuk nilai komersial tiap komoditas dapat dilhat pada Lampiran 1.
4. Potensi produksi Komoditas
Potensi produksi perlu dipertimbangkan dalam penentuan komoditas unggulan karena terkait dengan ketersediaan komoditas dalam pengembangan agrowisata. Produksi komoditas buah-buahan secara umum di Pasuruan meliputi: apel sebesar 92.682 ton/tahun, salak sebesar 1.154,95 ton/tahun, durian sebesar 26.443, 55 ton/tahun dan pisang sebesar 45.447,15 ton/tahun (Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan, 2004)
5. Kemampuan dan keterampilan teknologi produksi
Kriteria ini perlu diperhatikan agar dalam pengembangannya, selain didasarkan pada potensi komoditas dan nilai komersialnya, juga kemampuan dasar sumberdaya manusia setempat dalam pengelolaan produksi. Hal ini akan dapat menunjang secara komprehensif pengembangan agrowisata.
6. Dukungan dan kebijakan pemerintah daerah
Pengembangan agrowisata perlu memperoleh dukungan dari pemerintah daerah khususnya dalam pengembangan infrastruktur, promosi dan fasilitas lainnya yang terkait dengan kenyamanan dan keamanan wisatawan. Pemerintah Kabupaten Pasuruan sedang mengembangkan sejumlah kawasan wisata meliputi
Taman Candrawirwatirta, Taman Vina Golf, kawasan Wisata Tretes, ke Taman Dayu, Taman Safari, Kebun Raya Purwodadi, Agrowisata di Kawasan Tutur dan Puncak Bromo.
Secara umum, akomodasi wisata yang ada di Kecamatan Tutur sendiri adalah terdapat 2 buah pondok wisata, 1 buah restoran, 12 buah warung (Pariwisata dalam Angka, 2007). Jenis-jenis wisata lokalnya antara lain Air Terjun Coban Waru, yang dikelola oleh PT. PERHUTANI terkenal sebagai tempat ibadah dengan daya tarik berupa pemandian alam dan udara sejuk khas pegunungan.
Kemudian Agro Bunga Krisan dan Paprika yang terletak di Desa Tlogosari, serta Agrowisata Apel di Desa Andonosari yang dikelola oleh dinas pertanian yang didalamnya disediakan Homestay dengan daya tarik utama berupa perkebunan, kebun apel dan udara sejuk pegunungan. Untuk Agro Petik Apel, diketahui berdasar data jumlah pengunjung pada tahun 2007, terdapat sebanyak 60.150 orang pengunjung (Pariwisata dalam Angka, 2007). Selain itu, di Kecamatan Tutur ini terdapat peternakan sapi perah yang cukup besar terletak di Desa Wonosari, lalu Agro Jamur di Desa Ngadirejo, Agro Durian Montong di Desa Ngembal yang juga memiliki fasilitas homestay, dimana pengelolanya adalah pihak swasta.
7. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa prioritas pengembangan komoditas unggulan adalah apel dengan kategori tinggi, bunga dan tanaman obat terkategori sedang, mangga dan durian terkategori rendah. Austin (1993) menunjukkan pengembangan komoditas unggulan harus memperhatikan sejumlah faktor utama antara lain potensi pasar, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, dan peluang pengembangan produk olahannya. Apel merupakan buah yang relatif cukup disenangi berbagai kalangan sehingga potensi pasarnya sangat baik. Di Indonesia daerah penghasil sangat terbatas, sehingga Kawasan Tutur yang memiliki potensi apel ini sangat prospektif dikembangkan lebih lanjut.
Apel merupakan tanaman buah yang dapat berproduksi sepanjang tahun sehingga dari segi kontinuitas bahan baku relatif lebih baik dibandingkan dengan buah musiman. Hal ini akan mendukung pengembangan produk agroindustri apel yang sangat dibutuhkan dalam menunjang pengembangan agrowisata. Eksistensi dan keunikan produk olahan suatu komoditas akan menjadi salah satu daya tarik dari suatu kawasan agrowisata. Apalagi jika dalam kawasan tersebut juga dikembangkan fasilitas study tour bagi kalangan pelajar dan mahasiswa untuk memperoleh informasi ilmiah yang berkaitan dengan komoditas dan produk olahannya secara langsung dan sekaligus menyaksikan praktek pengolahannya.
Tanaman bunga dan tanaman obat seperti yang terdapat pada data Lampiran 1, terkategori sedang dalam prioritas pengembangannya. Tanaman bunga memiliki potensi pasar yang cukup baik mulai dari masyarakat dengan ekonomi kelas bawah sampai menengah dan tinggi. Demikian juga tanaman obat yang pada saat sekarang makin banyak peminatnya khususnya untuk mendukung program back to nature dalam memelihara kesehatan dan mengobati penyakit.
Pengembangan kawasan agrowisata dapat saja diintegrasikan dengan sejumlah komoditas yang tumbuh di kawasan tersebut melalui suatu pola pengelolaan agrowisata berbasis masyarakat. Hal ini berarti suatu kawasan agrowisata tidak perlu seluruhnya dikelola oleh hanya satu perusahaan saja, tetapi dapat terdiri dari beberapa unit usaha dan bahkan melibatkan unit-unit usaha kecil yang dikelola secara terpadu.
Pengelolaan agrowisata secara terpadu justru akan meningkatkan daya tarik wisatawan sekaligus dapat secara terus menerus melakukan pengembangan obyek dan daya tarik wisata baru. Dalam rangka mendukung keterpaduan dalam suatu kawasan, dibutuhkan dukungan seluruh masyarakat setempat. Pentingnya pengembangan agrowisata berbasis masyarakat sejalan dengan pendapat Nasikun (2003), yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan merupakan jaminan keberlanjutan (ekonomi, sosial, kultural, bahkan politik) dari pengembangan agrowisata berbasis masyarakat.