Logika Predikat (Kalkulus Predikat)
Kuliah (Pengantar) Metode Formal Semester Ganjil 2015-2016
M. Arzaki Fakultas Informatika
Telkom University FIF Tel-U
Acknowledgements
Slide ini disusun berdasarkan materi yang terdapat pada sumber-sumber berikut: Buku:
1 Logic in Computer Science: Modelling and Reasoning about Systems, Edisi 2,
2004,olehM. Huth dan M. Ryan (acuan utama).
2 Mathematical Logic for Computer Science, Edisi 2, 2000,olehM. Ben-Ari. 3 The Essence of Logic, 1997,olehJ. Kelly.
Slide kuliah:
1 Slide kuliah Metode Formal dan Topik dalam Logika Komputasional di
Fasilkom UI oleh B. H. Widjaja.
2 Slide kuliah Metode Formal diUniversity of Bozen-Bolzano oleh Enrico
Franconi.
3 Slide kuliah Metode Formal dariVeri…ed Software Systems. 4 Slide kuliahComputational Logic di TU Dresden.
Beberapa gambar dapat diambil dari sumber-sumber di atas. Slide ini ditujukan untuk keperluan akademis di lingkungan FIF Telkom University. Jika Anda memiliki saran/ pendapat/ pertanyaan terkait materi dalamslide ini, silakan kirim email ke<pleasedontspam>@telkomuniversity.ac.id.
Bahasan
1 Sintaks Logika Predikat
2 Semantik Logika Predikat
3 Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
4 Ketakterputusan (Undecidability) dari Logika Predikat
Bahasan
1 Sintaks Logika Predikat
2 Semantik Logika Predikat
3 Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
4 Ketakterputusan (Undecidability) dari Logika Predikat
Term pada Logika Predikat
Formula logika predikat dibangun daritermyang dide…nisikan sebagai berikut.
Term
1 Setiap variabel adalah term. Variabel biasanya ditulis dengan huruf
u; v; w; x; y; z, u1; u2; : : :,v1; v2; : : :,w1; w2; : : :,x1; x2; : : :,y1; y2; : : :,
z1; z2; : : :.
2 Setiap konstanta pada domain (atau semesta pembicaraan) adalah term.
Konstanta biasanya ditulis dengan hurufa; b; c,a1; a2; : : :,b1; b2; : : :,
c1; c2; : : :, atau secara kongkrit. Contohnya konstanta dapat ditulis dengan bilangan0;1;2 (jika domain adalah himpunan bilangan), dengan nama manusia sepertiAlex, Bob, atauCharlie(jika domain adalah himpunan manusia), atau yang lainnya.
3 Jikat
1; t2; : : : ; tn adalah termdanf adalah fungsi dengan aritin 1,maka
f(t1; t2; : : : ; tn)juga merupakan term. Dalam hal inif dapat dipadang
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)
1 + (2 f(x)),(2)2 f(x), (3)f(x),(4)1,(5)2, dan (6)x.
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),
(2)2 f(x), (3)f(x),(4)1,(5)2, dan (6)x.
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),(2)2 f(x),
(3)f(x),(4)1,(5)2, dan (6)x.
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),(2)2 f(x), (3)f(x),
(4)1,(5)2, dan (6)x.
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),(2)2 f(x), (3)f(x),(4)1,
(5)2, dan (6)x.
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),(2)2 f(x), (3)f(x),(4)1,(5)2, dan (6)
Subterm
Subterm
1 Sebuah termtadalah subterm darit itu sendiri.
2 Jikasdantadalah dua term yang dipakai untuk membangun term uyang
lebih kompleks, makasdantdikatakan subterm sejati (atau subterm murni) dari termu.
3 Subterm bersifat transitif: jikassubterm dari tdantsubterm dariu, makas
subterm dariu.
Contoh
Misalkan1dan2adalah konstanta, xadalah variabel,f adalah fungsi uner, serta
+dan adalah fungsi biner. Misalkant adalah term1 + (2 f(x)),maka subterm darit adalah (1)1 + (2 f(x)),(2)2 f(x), (3)f(x),(4)1,(5)2, dan (6)x.
Pohon Urai (Parse Tree) untuk Term
Pohon urai (parse tree) dapat digunakan untuk menggambarkan struktur suatu term dalam logika predikat.
Sebagai contoh, jika2 adalah konstanta,xdany adalah variabel,sadalah fungsi uner, serta ,+, adalah fungsi biner, maka pohon urai untuk term
Pohon Urai (Parse Tree) untuk Term
Pohon urai (parse tree) dapat digunakan untuk menggambarkan struktur suatu term dalam logika predikat.
Sebagai contoh, jika2 adalah konstanta,xdany adalah variabel,sadalah fungsi uner, serta ,+, adalah fungsi biner, maka pohon urai untuk term
Formula Logika Predikat
Formula Logika Predikat
Formula (atau kalimat) logika predikat dibentuk dari:
1 konstanta proposisi: T(benar) atau F(salah) 2 ekspresiP(t
1; t2; : : : ; tn)dengan t1; t2; : : : ; tn adalah termdanP adalah
predikatnaridengann 1
3 operator logika proposisi: :;^;_; ;!;$
dengan aturan sebagai berikut:
1 setiap ekspresiP(t
1; t2; : : : ; tn)yang terde…nisi dengan baik adalah formula
logika predikat,
2 apabila dan adalah dua formula logika predikat, maka: , ^ , _ ,
, ! , $ ,masing-masing juga merupakan formula logika predikat,
3 apabila adalah formula logika predikat danxadalah variabel,maka8x
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)
8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)Q(y; z),dan (7)R(x; z).
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)Q(y; z),dan (7)R(x; z).
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)
P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)Q(y; z),dan (7)R(x; z).
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4)
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)Q(y; z),dan (7)
Subformula
Subformula
1 Sebuah formula adalah subformula dari itu sendiri.
2 Jika dan adalah dua formula logika predikat yang dipakai untuk
membangun formula yang lebih kompleks, maka dan dikatakan subformula sejati (atau subformula murni) dari .
3 Subformula bersifat transitif: jika subformula dari dan subformula dari
, maka subformula dari .
Contoh
Misalkan adalah formula8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),maka subformula dari adalah (1)8x9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(2)
9y (P(x)^Q(y; z)!R(x; z)),(3)P(x)^Q(y; z)!R(x; z),(4) P(x)^Q(y; z),(5)P(x), (6)Q(y; z),dan (7)R(x; z).
Formula yang Terbentuk dengan Baik (Well-Formed
Formula, WFF)
De…nisi (Formula yang terbentuk dengan baik (well-formed formula,
WFF))
Suatu formula dikatakan sebagai formula yang terbentuk dengan baik
(well-formed formula) bila dapat dikonstruksi dengan berhingga langkah (…nite step) melalui aturan konstruksi formula logika predikat yang telah dijelaskan sebelumnya.
Catatan
Untuk selanjutnya, istilah formula akan selalu berartiwell-formed formula, kecuali bila disebutkan selain itu.
Formula yang Terbentuk dengan Baik (Well-Formed
Formula, WFF)
De…nisi (Formula yang terbentuk dengan baik (well-formed formula,
WFF))
Suatu formula dikatakan sebagai formula yang terbentuk dengan baik
(well-formed formula) bila dapat dikonstruksi dengan berhingga langkah (…nite step) melalui aturan konstruksi formula logika predikat yang telah dijelaskan sebelumnya.
Catatan
Untuk selanjutnya, istilah formula akan selalu berartiwell-formed formula, kecuali bila disebutkan selain itu.
BNF untuk Term dan Formula Logika Predikat
BNF (Backus Naur Form) untuk Term Logika Predikat
Misalkanxadalah simbol yang mewakili variabel,c adalah simbol yang mewakili konstanta, danf adalah fungsi dengan aritin 1. Sembarang termt pada logika predikat dibangkitkan oleh Backus Naur Form (BNF) berikut:
t::=xjc jf(t; : : : ; t).
BNF (Backus Naur Form) untuk Formula Logika Predikat
Misalkant1; t2; : : : ; tn menyatakan term, xsimbol yang mewakili variabel, danP adalah predikat dengan aritin 1. Sembarang formula pada logika predikat dibangkitkan oleh BNF berikut:
::=P(t1; t2; : : : ; tn) j : j ^ j _ j j ! j $ j 8x j 9x Kita akan menulis>sebagai ringkasan dari _ : atau : _ . Kemudian kita juga akan menulis?sebagai ringkasan dari ^ : atau : ^ .
Catatan
Penulisan>dan?biasanya hanya digunakan ketika kita meninjau formula logika predikat secara sintaks saja. Jika kita meninjau formula logika predikat secara sematik, maka kita akan menggunakan notasiTdanF,BdanS, atau0 dan1.
Cakupan (Scope) dari Kuantor
Cakupan (Scope)
MisalkanP(x; y; z)adalah sebuah predikat terner. Dalam ekspresi logika predikat
9z8y9x P(x; y; z)kita memiliki 9z8y9x P(x; y; z) | {z } cakupan9x | {z } cakupan8y | {z } cakupan9z
9xmencakupP(x; y; z),pada subformula9x P(x; y; z)variabely danz
adalah variabel bebas, variabelxadalah variabel terikat.
8y mencakup9x P(x; y; z),pada subformula8y9x P(x; y; z)variabelz
adalah variabel bebas, variabelxdany adalah variabel terikat.
9z mencakup8y9x P(x; y; z),pada subformula9z8y9x P(x; y; z)variabel
Cakupan (Scope) dari Kuantor
Cakupan (Scope)
MisalkanP(x; y; z)adalah sebuah predikat terner. Dalam ekspresi logika predikat
9z8y9x P(x; y; z)kita memiliki 9z8y9x P(x; y; z) | {z } cakupan9x | {z } cakupan8y | {z } cakupan9z
9xmencakupP(x; y; z), pada subformula9x P(x; y; z)variabely danz
adalah variabel bebas, variabelxadalah variabel terikat.
8y mencakup9x P(x; y; z),pada subformula8y9x P(x; y; z)variabelz
adalah variabel bebas, variabelxdany adalah variabel terikat.
9z mencakup8y9x P(x; y; z),pada subformula9z8y9x P(x; y; z)variabel
Cakupan (Scope) dari Kuantor
Cakupan (Scope)
MisalkanP(x; y; z)adalah sebuah predikat terner. Dalam ekspresi logika predikat
9z8y9x P(x; y; z)kita memiliki 9z8y9x P(x; y; z) | {z } cakupan9x | {z } cakupan8y | {z } cakupan9z
9xmencakupP(x; y; z), pada subformula9x P(x; y; z)variabely danz
adalah variabel bebas, variabelxadalah variabel terikat.
8y mencakup9x P(x; y; z),pada subformula8y9x P(x; y; z)variabelz
adalah variabel bebas, variabelxdany adalah variabel terikat.
9z mencakup8y9x P(x; y; z),pada subformula9z8y9x P(x; y; z)variabel
Cakupan (Scope) dari Kuantor
Cakupan (Scope)
MisalkanP(x; y; z)adalah sebuah predikat terner. Dalam ekspresi logika predikat
9z8y9x P(x; y; z)kita memiliki 9z8y9x P(x; y; z) | {z } cakupan9x | {z } cakupan8y | {z } cakupan9z
9xmencakupP(x; y; z), pada subformula9x P(x; y; z)variabely danz
adalah variabel bebas, variabelxadalah variabel terikat.
8y mencakup9x P(x; y; z),pada subformula8y9x P(x; y; z)variabelz
adalah variabel bebas, variabelxdany adalah variabel terikat.
9z mencakup8y9x P(x; y; z),pada subformula9z8y9x P(x; y; z)variabel
Presedens Operator Logika Predikat
Presedensoperator logika memberikan suatu aturan operator mana yang harus lebih dulu dioperasikan (dikenakan pada suatuoperand).
Dari kuliah Logika Matematika, tabel urutan pengerjaan (presendens) operator logika adalah Operator Urutan 8 1 9 2 : 3 ^ 4 _ 5 6 ! 7 $ 8
Kita dapat menggunakan tanda kurung “(” dan “)” untuk memperjelas operasi yang harus didahulukan.
Pohon Urai (Parse Tree) untuk Formula
Pohon urai (parse tree) dapat digunakan untuk menggambarkan struktur suatu formula logika predikat.
Pohon Urai (Parse Tree) untuk Formula
Pohon urai (parse tree) dapat digunakan untuk menggambarkan struktur suatu formula logika predikat.
Bahasan
1 Sintaks Logika Predikat
2 Semantik Logika Predikat
3 Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
4 Ketakterputusan (Undecidability) dari Logika Predikat
Variabel Terikat dan Formula Tertutup
Variabel Terikat
MisalkanP adalah suatu predikat uner, variabel xpadaP(x)disebut variabel terikat (bound variable)apabila
1 xtelahdigantikan oleh sebuah elemen tertentudari domainD, atau 2 xdiikat oleh sebuah kuantor(8xatau9x)
Variabel yang tidak terikat disebutvariabel bebas (free variable). Terminologi variabel terikat dan variabel bebas tidak hanya terdapat pada predikat uner saja, tetapi juga pada predikat lain dengan aritin >1.
Formula Tertutup
Suatu formula logika predikat dikatakan sebagaiformula tertutupbilaseluruh variabelyang terdapat pada formula tersebut adalahvariabel terikat. Sebagai contoh, bilaP adalah predikat biner,xdany adalah variabel, sertaadanb
adalah elemen pada domain yang ditinjau, maka formula8x9y P(x; y),
8x P(x; b), danP(a; b)adalah formula tertutup,sedangkan8x P(x; y),P(x; b), danP(a; y)bukan formula tertutup.
Substitusi Variabel
Substitusi Variabel
Misalkan adalah suatu formula logika predikat yang ditinjau pada semesta pembicaraanD dandadalah suatu elemen padaD. Notasi [x d]berarti formula baruyang diperoleh denganmenggantisemuakemunculan variabel x dengandpada formula .
Aturan Semantik Logika Predikat
Aturan Semantik Logika Predikat
Misalkan adalah sebuah formula,D adalah domain pembicaraan yang ditinjau, danI adalah interpretasi yang terde…nisi untuk setiap formula atom yang muncul di . Interpretasi untuk pada domainD dide…nisikan sebagai berikut
Jika =P(d1; d2; : : : ; dn)untukdi (1 i n) pada domain yang ditinjau, makaID( ) =ID(P(d1; d2; : : : ; dn)) = Tbilad1; d2; : : : ; dn berrelasi dan memberikan nilai kebenaran sesuai dengan de…nisi predikatP.
Jika = T, makaID( ) =ID(T) = T. Kemudian jika = F, maka
ID( ) =ID(F) = F.
Jika =8x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(8x ) = T apabilaID( [x d]) = Tuntuksetiapdpada domain pembicaraanD. Jika =9x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(9x ) = T
Aturan Semantik Logika Predikat
Aturan Semantik Logika Predikat
Misalkan adalah sebuah formula,D adalah domain pembicaraan yang ditinjau, danI adalah interpretasi yang terde…nisi untuk setiap formula atom yang muncul di . Interpretasi untuk pada domainD dide…nisikan sebagai berikut
Jika =P(d1; d2; : : : ; dn)untukdi (1 i n) pada domain yang ditinjau, makaID( ) =ID(P(d1; d2; : : : ; dn)) = Tbilad1; d2; : : : ; dn berrelasi dan memberikan nilai kebenaran sesuai dengan de…nisi predikatP.
Jika = T, makaID( ) =ID(T) = T. Kemudian jika = F, maka
ID( ) =ID(F) = F.
Jika =8x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(8x ) = T apabilaID( [x d]) = Tuntuksetiapdpada domain pembicaraanD. Jika =9x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(9x ) = T
Aturan Semantik Logika Predikat
Aturan Semantik Logika Predikat
Misalkan adalah sebuah formula,D adalah domain pembicaraan yang ditinjau, danI adalah interpretasi yang terde…nisi untuk setiap formula atom yang muncul di . Interpretasi untuk pada domainD dide…nisikan sebagai berikut
Jika =P(d1; d2; : : : ; dn)untukdi (1 i n) pada domain yang ditinjau, makaID( ) =ID(P(d1; d2; : : : ; dn)) = Tbilad1; d2; : : : ; dn berrelasi dan memberikan nilai kebenaran sesuai dengan de…nisi predikatP.
Jika = T, makaID( ) =ID(T) = T. Kemudian jika = F, maka
ID( ) =ID(F) = F.
Jika =8x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(8x ) = T apabilaID( [x d]) = Tuntuksetiapdpada domain pembicaraanD. Jika =9x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(9x ) = T
Aturan Semantik Logika Predikat
Aturan Semantik Logika Predikat
Misalkan adalah sebuah formula,D adalah domain pembicaraan yang ditinjau, danI adalah interpretasi yang terde…nisi untuk setiap formula atom yang muncul di . Interpretasi untuk pada domainD dide…nisikan sebagai berikut
Jika =P(d1; d2; : : : ; dn)untukdi (1 i n) pada domain yang ditinjau, makaID( ) =ID(P(d1; d2; : : : ; dn)) = Tbilad1; d2; : : : ; dn berrelasi dan memberikan nilai kebenaran sesuai dengan de…nisi predikatP.
Jika = T, makaID( ) =ID(T) = T. Kemudian jika = F, maka
ID( ) =ID(F) = F.
Jika =8x untuk suatu formula , makaID( ) =ID(8x ) = T apabilaID( [x d]) = Tuntuksetiapdpada domain pembicaraanD.
Jika =9x untuk suatu formula , maka ID( ) =ID(9x ) = T
Aturan Semantik Logika Predikat
Aturan Semantik Logika Predikat
Misalkan adalah sebuah formula,D adalah domain pembicaraan yang ditinjau, danI adalah interpretasi yang terde…nisi untuk setiap formula atom yang muncul di . Interpretasi untuk pada domainD dide…nisikan sebagai berikut
Jika =P(d1; d2; : : : ; dn)untukdi (1 i n) pada domain yang ditinjau, makaID( ) =ID(P(d1; d2; : : : ; dn)) = Tbilad1; d2; : : : ; dn berrelasi dan memberikan nilai kebenaran sesuai dengan de…nisi predikatP.
Jika = T, makaID( ) =ID(T) = T. Kemudian jika = F, maka
ID( ) =ID(F) = F.
Jika =8x untuk suatu formula , makaID( ) =ID(8x ) = T apabilaID( [x d]) = Tuntuksetiapdpada domain pembicaraanD. Jika =9x untuk suatu formula , makaID( ) =ID(9x ) = T
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Jika =: , untuk suatu formula , maka
I( ) =I(: ) =:I( ) = T, jikaI( ) = F F, jikaI( ) = T .
Jika = ^ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ^ ) =I( )^ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) = T
F, lainnya .
Jika = _ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( _ ) =I( )_ I( ) = F, jikaI( ) =I( ) = F T, lainnya
Jika = , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( ) =I( ) I( ) = T, jikaI( )6=I( ) F, jikaI( ) =I( ) .
Jika = ! , untuk suatu formula dan , makaI( ) =I( ! ) =
I( )! I( ) = F, jikaI( ) = Tnamun I( ) = F
T, lainnya .
Jika = $ , untuk suatu formula dan , maka
I( ) =I( $ ) =I( )$ I( ) = T, jikaI( ) =I( ) F, jikaI( )6=I( ) .
Sifat-sifat Formula Berdasarkan Semantiknya
De…nisi
Misalkan adalah sebuah formula logika predikat:
1 formula dikatakan absah (valid) atau tautologi apabila selalu bernilai
benar untuk setiap interpretasiI pada sembarang domainD
2 formula dikatakan terpenuhi (satis…able) apabila dapat bernilai benar
untuk suatu interpretasiI pada suatu domainD
3 formula dikatakan kontradiksi (contradictory) apabila selalu bernilai
salah untuk setiap interpretasiI pada setiap domainD
4 formula dikatakan tersalahkan (falsi…able) apabila dapat bernilai salah
untuk suatu interpretasiI pada suatu domainD
5 formula dikatakan kontingensi (contingency) apabila bukan formula yang
Masalah Keabsahan dan Keterpenuhan
Masalah Keabsahan (Validity Problem)
Diberikan suatu formula logika predikat . Apakah bersifat absah (valid)?
Masalah Keterpenuhan (Satis…ability Problem)
Diberikan suatu formula logika predikat . Apakah bersifat terpenuhi (satis…able)?
Beberapa Teorema Penting
Teorema
Misalkan adalah sebuah formula logika predikat, maka berlaku:
1 formula absah (valid) jika dan hanya jika: kontradiksi,
2 formula terpenuhi (satis…able) jika dan hanya jika: tersalahkan
(falsi…able),
3 formula terpenuhi (satis…able) jika dan hanya jika: tidak absah (tidak
valid),
Konsekuensi Logis dan Kesetaraan Logika
De…nisi
Misalkan dan adalah dua formula logika predikat:
Formula dan dikatakansetaraatauekuivalen (logically equivalent)jika formula
$
merupakantautologi. Hal ini dituliskan dengan atau , .
Formula dikatakan sebagaikonsekuensi logis (logical consequence)dari jika formula
!
merupakantautologi. Hal ini dituliskan dengan ) .
Tidak seperti pada logika proposisi,untuk menunjukkan konsekuensi logis maupun kesetaraan logika antar dua formula pada logika predikat kita tidak dapat
Beberapa Ekuivalensi Terkait Kuantor
Misalkan dan adalah dua formula logika predikat danxadalah sebuah variabel.
Hukum De Morgan untuk Kuantor
:8x 9x: :9x 8x:
Bila variabelxbukan variabel bebas pada , maka berlaku:
8x ^ 8x ( ^ )
8x _ 8x ( _ )
9x ^ 9x ( ^ )
9x _ 9x ( _ )
Karena kuantor8merupakan generalisasi dari ^dan kuantor9merupakan generalasiasi dari_, maka berlaku:
8x ^ 8x 8x ( ^ )
Beberapa Ekuivalensi Terkait Kuantor
Misalkan dan adalah dua formula logika predikat danxadalah sebuah variabel.
Hukum De Morgan untuk Kuantor
:8x 9x: :9x 8x:
Bila variabelxbukan variabel bebas pada , maka berlaku:
8x ^ 8x ( ^ )
8x _ 8x ( _ )
9x ^ 9x ( ^ )
9x _ 9x ( _ )
Karena kuantor8merupakan generalisasi dari ^dan kuantor9merupakan generalasiasi dari_, maka berlaku:
8x ^ 8x 8x ( ^ )
Beberapa Ekuivalensi Terkait Kuantor
Misalkan dan adalah dua formula logika predikat danxadalah sebuah variabel.
Hukum De Morgan untuk Kuantor
:8x 9x: :9x 8x:
Bila variabelxbukan variabel bebas pada , maka berlaku:
8x ^ 8x ( ^ )
8x _ 8x ( _ )
9x ^ 9x ( ^ )
9x _ 9x ( _ )
Karena kuantor8merupakan generalisasi dari ^dan kuantor9merupakan generalasiasi dari_, maka berlaku:
8x ^ 8x 8x ( ^ )
Beberapa Ekuivalensi Terkait Kuantor
Misalkan dan adalah dua formula logika predikat danxadalah sebuah variabel.
Hukum De Morgan untuk Kuantor
:8x 9x: :9x 8x:
Bila variabelxbukan variabel bebas pada , maka berlaku:
8x ^ 8x ( ^ )
8x _ 8x ( _ )
9x ^ 9x ( ^ )
9x _ 9x ( _ )
Karena kuantor8merupakan generalisasi dari ^dan kuantor9merupakan generalasiasi dari_, maka berlaku:
8x ^ 8x 8x ( ^ )
Ekuivalensi yang Melibatkan Dua Kuantor
Misalkanxdanyadalah dua variabel, dan adalah dua formula logika predikat.
1 8x8y 8y8x
2 9x9y 9y9x
3 8x ^ 8y 8x8y ( ^ )
4 9x ^ 9y 9x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
5 8x ^ 9y 8x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
6 9x ^ 8y 9x8y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
Aturan nomor 3–4 dapat ditulis: (Q1x) ^(Q2y) (Q1x) (Q2y) ( ^ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
Ekuivalensi yang Melibatkan Dua Kuantor
Misalkanxdanyadalah dua variabel, dan adalah dua formula logika predikat.
1 8x8y 8y8x
2 9x9y 9y9x
3 8x ^ 8y 8x8y ( ^ )
4 9x ^ 9y 9x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
5 8x ^ 9y 8x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
6 9x ^ 8y 9x8y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
Aturan nomor 3–4 dapat ditulis: (Q1x) ^(Q2y) (Q1x) (Q2y) ( ^ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
Ekuivalensi yang Melibatkan Dua Kuantor
Misalkanxdanyadalah dua variabel, dan adalah dua formula logika predikat.
1 8x8y 8y8x
2 9x9y 9y9x
3 8x ^ 8y 8x8y ( ^ )
4 9x ^ 9y 9x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
5 8x ^ 9y 8x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
6 9x ^ 8y 9x8y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di Aturan nomor 3–4 dapat ditulis:
(Q1x) ^(Q2y) (Q1x) (Q2y) ( ^ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
Ekuivalensi yang Melibatkan Dua Kuantor
Misalkanxdanyadalah dua variabel, dan adalah dua formula logika predikat.
1 8x8y 8y8x
2 9x9y 9y9x
3 8x ^ 8y 8x8y ( ^ )
4 9x ^ 9y 9x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
5 8x ^ 9y 8x9y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
6 9x ^ 8y 9x8y ( ^ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
Aturan nomor 3–4 dapat ditulis: (Q1x) ^(Q2y) (Q1x) (Q2y) ( ^ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
7 9x _ 9y 9x9y ( _ )
8 8x _ 8y 8x8y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
9 8x _ 9y 8x9y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
10 9x _ 8y 9x8y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di Aturan nomor 7–10 dapat ditulis:
(Q1x) _(Q2y) y (Q1x) (Q2y) ( _ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
7 9x _ 9y 9x9y ( _ )
8 8x _ 8y 8x8y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
9 8x _ 9y 8x9y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
10 9x _ 8y 9x8y ( _ ), apabila xbukan variabel bebas di dany
bukan variabel bebas di
Aturan nomor 7–10 dapat ditulis: (Q1x) _(Q2y) y (Q1x) (Q2y) ( _ ), denganQ1 danQ2 adalah kuantor yang dapat berupa8 atau9.
Bahasan
1 Sintaks Logika Predikat
2 Semantik Logika Predikat
3 Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
4 Ketakterputusan (Undecidability) dari Logika Predikat
Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
Sebuah formula logika predikat dikatakan berada dalam bentuk normal prenex (prenex normal form, PNF) apabila berbentuk
(Q1x1) (Qnxn) (1)
denganQi2 f8;9guntuk1 i ndantidak ada kuantor yang muncul di . Biasanya juga direpresentasikan dalam CNF. Ekspresi kumpulan kuantor
(Q1x1) (Qnxn)pada (1) disebut sebagai pre…ks (pre…x) dan formula yang tidak mengandung kuantor dinamakan matriks (matrix). BNF untuk PNF dijelaskan sebagai berikut:
::=P(t1; t2; : : : ; tn) j : j ^ j _ j j ! j $
::= j 8x j 9x
Contoh
MisalkanP danQadalah predikat uner,R adalah predikat biner. Formula
8xP(x)! 8x9y(Q(y)^R(x; y))tidak berada dalam PNF, begitu pula dengan formula8x(P(x)! 9y(Q(y)^R(x; y))). Formula
8x9y(P(x)!Q(y)^R(x; y))adalah contoh formula dalam PNF.
Formula8xP(x)_ 8xQ(x)dan9xP(x)^ 9xQ(x)keduanya tidak berada dalam PNF. PNF dari formula8xP(x)_ 8xQ(x)bukan8x(P(x)_Q(x))dan PNF dari formula9xP(x)^ 9xQ(x)bukan9x(P(x)^Q(x)).
Konversi Formula Ke PNF
Untuk mengkonversi suatu formula ke dalam bentuk PNF, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1 Ubah formula dengan operator selain:,^, dan_ke dalam formula yang
hanya boleh memakai tiga operator tersebut. Sebagai contoh, bila formula yang ditinjau memakai operator , !, dan$kita dapat memanfaatkan ekuivalensi berikut: ( ^ : )_(: _ ), ! : _ , dan
$ (: _ )^( _ : ).
2 Jika menemukan subformula dengan bentuk:( ^ ), maka subformula
tersebut diubah ke dalam bentuk: _ : . Kemudian jika menemukan subformula dengan bentuk:( _ ), maka subformula tersebut diubah ke dalam bentuk: ^ : .
3 Jika menemukan subformula dengan bentuk:: , maka subformula tersebut
diubah ke dalam bentuk .
4 Gunakan hukum De Morgan untuk kuantor, yaitu:8x 9x: dan
Konversi Formula Ke PNF
Untuk mengkonversi suatu formula ke dalam bentuk PNF, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1 Ubah formula dengan operator selain:,^, dan_ke dalam formula yang
hanya boleh memakai tiga operator tersebut. Sebagai contoh, bila formula yang ditinjau memakai operator ,!, dan$kita dapat memanfaatkan ekuivalensi berikut: ( ^ : )_(: _ ), ! : _ , dan
$ (: _ )^( _ : ).
2 Jika menemukan subformula dengan bentuk:( ^ ), maka subformula
tersebut diubah ke dalam bentuk: _ : . Kemudian jika menemukan subformula dengan bentuk:( _ ), maka subformula tersebut diubah ke dalam bentuk: ^ : .
3 Jika menemukan subformula dengan bentuk:: , maka subformula tersebut
diubah ke dalam bentuk .
4 Gunakan hukum De Morgan untuk kuantor, yaitu:8x 9x: dan
Konversi Formula Ke PNF
Untuk mengkonversi suatu formula ke dalam bentuk PNF, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1 Ubah formula dengan operator selain:,^, dan_ke dalam formula yang
hanya boleh memakai tiga operator tersebut. Sebagai contoh, bila formula yang ditinjau memakai operator ,!, dan$kita dapat memanfaatkan ekuivalensi berikut: ( ^ : )_(: _ ), ! : _ , dan
$ (: _ )^( _ : ).
2 Jika menemukan subformula dengan bentuk:( ^ ), maka subformula
tersebut diubah ke dalam bentuk: _ : . Kemudian jika menemukan subformula dengan bentuk:( _ ), maka subformula tersebut diubah ke dalam bentuk: ^ : .
3 Jika menemukan subformula dengan bentuk:: , maka subformula tersebut
diubah ke dalam bentuk .
4 Gunakan hukum De Morgan untuk kuantor, yaitu:8x 9x: dan
Konversi Formula Ke PNF
Untuk mengkonversi suatu formula ke dalam bentuk PNF, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1 Ubah formula dengan operator selain:,^, dan_ke dalam formula yang
hanya boleh memakai tiga operator tersebut. Sebagai contoh, bila formula yang ditinjau memakai operator ,!, dan$kita dapat memanfaatkan ekuivalensi berikut: ( ^ : )_(: _ ), ! : _ , dan
$ (: _ )^( _ : ).
2 Jika menemukan subformula dengan bentuk:( ^ ), maka subformula
tersebut diubah ke dalam bentuk: _ : . Kemudian jika menemukan subformula dengan bentuk:( _ ), maka subformula tersebut diubah ke dalam bentuk: ^ : .
3 Jika menemukan subformula dengan bentuk:: , maka subformula tersebut
diubah ke dalam bentuk .
4 Gunakan hukum De Morgan untuk kuantor, yaitu:8x 9x: dan
Konversi Formula Ke PNF
Untuk mengkonversi suatu formula ke dalam bentuk PNF, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1 Ubah formula dengan operator selain:,^, dan_ke dalam formula yang
hanya boleh memakai tiga operator tersebut. Sebagai contoh, bila formula yang ditinjau memakai operator ,!, dan$kita dapat memanfaatkan ekuivalensi berikut: ( ^ : )_(: _ ), ! : _ , dan
$ (: _ )^( _ : ).
2 Jika menemukan subformula dengan bentuk:( ^ ), maka subformula
tersebut diubah ke dalam bentuk: _ : . Kemudian jika menemukan subformula dengan bentuk:( _ ), maka subformula tersebut diubah ke dalam bentuk: ^ : .
3 Jika menemukan subformula dengan bentuk:: , maka subformula tersebut
diubah ke dalam bentuk .
4 Gunakan hukum De Morgan untuk kuantor, yaitu:8x 9x: dan
5 Ubah nama variabel terikat bila diperlukan.
6 Gunakan ekuivalensi terkait logika predikat terkait operator^dan_untuk
membawa semua kuantor ke bagian depan (pre…ks).
7 Gunakan sifat distributif secara tepat dan sesuai.Kita memiliki
5 Ubah nama variabel terikat bila diperlukan.
6 Gunakan ekuivalensi terkait logika predikat terkait operator^dan_untuk
membawa semua kuantor ke bagian depan (pre…ks).
7 Gunakan sifat distributif secara tepat dan sesuai.Kita memiliki
5 Ubah nama variabel terikat bila diperlukan.
6 Gunakan ekuivalensi terkait logika predikat terkait operator^dan_untuk
membawa semua kuantor ke bagian depan (pre…ks).
7 Gunakan sifat distributif secara tepat dan sesuai.Kita memiliki
Beberapa Contoh Konversi ke PNF
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=8xP(x)_ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 8xP(x)_ 8xQ(x)
8xP(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
8x8y(P(x)_Q(y)) (ekuivalensi kuantor dan_) Jadi PNF dari adalah8x8y(P(x)_Q(y)). Dengan cara serupa, PNF dari
Beberapa Contoh Konversi ke PNF
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=8xP(x)_ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 8xP(x)_ 8xQ(x)
8xP(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
8x8y(P(x)_Q(y)) (ekuivalensi kuantor dan_) Jadi PNF dari adalah8x8y(P(x)_Q(y)). Dengan cara serupa, PNF dari
Beberapa Contoh Konversi ke PNF
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=8xP(x)_ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 8xP(x)_ 8xQ(x)
8xP(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
8x8y(P(x)_Q(y)) (ekuivalensi kuantor dan_) Jadi PNF dari adalah8x8y(P(x)_Q(y)). Dengan cara serupa, PNF dari
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=9xP(x)! 8xQ(x)
ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 9xP(x)! 8xQ(x)
:9xP(x)_ 8xQ(x) (ekuivalensi ! )
8x:P(x)_ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x:P(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=9xP(x)! 8xQ(x)
ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 9xP(x)! 8xQ(x)
:9xP(x)_ 8xQ(x) (ekuivalensi ! )
8x:P(x)_ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x:P(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=9xP(x)! 8xQ(x)
ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 9xP(x)! 8xQ(x)
:9xP(x)_ 8xQ(x) (ekuivalensi ! )
8x:P(x)_ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x:P(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=9xP(x)! 8xQ(x)
ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 9xP(x)! 8xQ(x)
:9xP(x)_ 8xQ(x) (ekuivalensi ! )
8x:P(x)_ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x:P(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
MisalkanP danQadalah predikat uner, konversi dari :=9xP(x)! 8xQ(x)
ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= 9xP(x)! 8xQ(x)
:9xP(x)_ 8xQ(x) (ekuivalensi ! )
8x:P(x)_ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x:P(x)_ 8yQ(y) (ubah nama variabel)
MisalkanP adalah predikat biner danQadalah predikat uner, konversi dari
:9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= :9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)
8x:8yP(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8zQ(z) (ubah nama variabel)
MisalkanP adalah predikat biner danQadalah predikat uner, konversi dari
:9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= :9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)
8x:8yP(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8zQ(z) (ubah nama variabel)
MisalkanP adalah predikat biner danQadalah predikat uner, konversi dari
:9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= :9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)
8x:8yP(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8zQ(z) (ubah nama variabel)
MisalkanP adalah predikat biner danQadalah predikat uner, konversi dari
:9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= :9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)
8x:8yP(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8zQ(z) (ubah nama variabel)
MisalkanP adalah predikat biner danQadalah predikat uner, konversi dari
:9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)ke PNF dapat dilakukan sebagai berikut:
= :9x8yP(x; y)^ 8xQ(x)
8x:8yP(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8xQ(x) (De Morgan untuk kuantor)
8x9y:P(x; y)^ 8zQ(z) (ubah nama variabel)
Bahasan
1 Sintaks Logika Predikat
2 Semantik Logika Predikat
3 Bentuk Normal Prenex (Prenex Normal Form, PNF)
4 Ketakterputusan (Undecidability) dari Logika Predikat
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial):
kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E (kelas eksponensial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial): kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk setiap masukan (input) yang mungkin.
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial):
kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E (kelas eksponensial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial): kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk setiap masukan (input) yang mungkin.
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E(kelas eksponensial):
kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial): kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk setiap masukan (input) yang mungkin.
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E(kelas eksponensial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial):
kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk setiap masukan (input) yang mungkin.
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E(kelas eksponensial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial): kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan):
kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk setiap masukan (input) yang mungkin.
Kelas-kelas Kompleksitas Komputasional
Dalam teori komputasi, kita mengenal beberapa kelas kompleksitas komputasi sebagai berikut:
P (kelas polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu
komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0.
N P (kelas non-deterministik polinomial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO nk untuk suatuk >0. Hingga saat ini belum diketahui apakahP 6=N P.
EXP T IM E(kelas eksponensial): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0.
N EXP T IM E (kelas non-deterministik eksponensial): kelas-kelas
permasalahan yang dapat dipecahkan oleh algoritma non-deterministik yang kompleksitas asimtotik untuk waktu komputasinya adalahO( n)untuk suatu >0. Hingga saat ini belum diketahui apakah
EXP T IM E6=N EXP T IM E.
DECIDABLE (terputuskan): kelas-kelas permasalahan yang dapat dipecahkan dengan suatu algoritma yang sifatnya seragam (uniform) untuk
Dari teori komputasi, kita memiliki hubungan
P N P EXP T IM E N EXP T IM E DECIDABLE
Dari teori komputasi, kita memiliki hubungan
P N P EXP T IM E N EXP T IM E DECIDABLE
Masalah Keterpenuhan pada Logika Proposisi dan Logika
Predikat
Permasalahan
Diberikan sembarang formula logika proposisi yang memuatnproposisi atom berbeda. Apakah kita dapat membuat suatu algoritma (yang seragam untuk setiap masukan) untuk memeriksa apakah bersifat terpenuhi atau tidak?
Masalah keterpenuhan formula pada logika proposisi merupakan masalah yang terpenuhi. Untuk sembarang formula logika proposisi yang memuatnproposisi atom berbeda, kita dapat membuat algoritma yang kompleksitas asimtotik untuk waktu terburuknya adalahO(2n).
Permasalahan
Diberikan sembarang formula logika predikat atas sembarang domainD. Apakah kita dapat membuat suatu algoritma (yang seragam untuk setiap masukan) untuk memeriksa apakah bersifat terpenuhi atau tidak?
Masalah Keterpenuhan pada Logika Proposisi dan Logika
Predikat
Permasalahan
Diberikan sembarang formula logika proposisi yang memuatnproposisi atom berbeda. Apakah kita dapat membuat suatu algoritma (yang seragam untuk setiap masukan) untuk memeriksa apakah bersifat terpenuhi atau tidak? Masalah keterpenuhan formula pada logika proposisi merupakan masalah yang terpenuhi. Untuk sembarang formula logika proposisi yang memuatnproposisi atom berbeda, kita dapat membuat algoritma yang kompleksitas asimtotik untuk waktu terburuknya adalahO(2n).
Permasalahan
Diberikan sembarang formula logika predikat atas sembarang domainD. Apakah kita dapat membuat suatu algoritma (yang seragam untuk setiap masukan) untuk memeriksa apakah bersifat terpenuhi atau tidak?