TEOREMA INTERPOLASI UNTUK LOGIKA PREDIKAT NON-KOMUTATIF FL DAN FLw
Bayu Surarso
Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275
Abstract. In 1961 Maehara introduced a proof-theoretical method to prove the interpolation theorem for standard logics. By developing Maehara’s method, we can prove interpolation theorem for some non-standard logics, including the commutative predicate logics Fle dan Fle,w. In the present paper we show that by modifying Maehara’s method we can also prove the interpolation theorem for non-commutative predicate logics FL and FLw.
Keywords: Interpolation Theorem, Maehara’s Method, FL.
1. PENDAHULUAN
Pembahasan masalah interpolasi melalui pendekatan sintaktik dipelopori salah satunya oleh Maehara pada [5], pada tulisan tersebut, dengan memanfaatkan teorema eliminasi cut teorema interpolasi dibuktikan berlaku pada logika intuisionistik. Metode yang digunakannya pada pembuktian teorema interpolasi tersebut kemudian dikenal sabagai metode Maehara.
Dengan melakukan beberapa modi-fikasi terhadap metoda Maehara, penulis telah membuktikan teorema interpolasi untuk beberapa logika implikasional dan proposisional, antara lain teorema interpolasi untuk logika relevan positip R+, teorema interpolasi untuk beberapa perluasan dari logika implikasi BB’I dan untuk logika proposisi LDBCC dan LDBCK (Lihat [1], [2], dan [3]).
Pada [4] penulis dan Marti Lestari mengembangkan metode Maehara untuk membuktikan teorema interpolasi pada logika predikat komutatif Fle, Flec dan Fle,w. Dipihak lain metode Maehara tidak dapat untuk membuktikan teorema interpolasi pada logika predikat non-komutatif seperti Fl dan Flw, hal ini disebabkan karena tidak adanya aturan
exchange pada logika tersebut. Pada tulisan ini ditunjukkan bahwa kegagalan metoda Maehara tersebut dapat diatasi
dengan memodifikasi konsep partisi padanya.
2. TEOREMA INTERPOLASI
Untuk selanjutnya, notasi, simbol dan konsep yang digunakan pada tulisan ini merujuk pada [4]. Logika predikat FL dan Flw didefinisikan berturut-turut sebagai logika yang diperoleh dari logika predikat komutatif Fle dan Fle,w dengan menghilangkan aturan exchange.
Teorema interpolasi menyatakan suatu sifat sebagai berikut: Misalkan
formula A ⊃B terbukti, maka ada suatu
formula C, disebut interpolant, sedemikian sehingga:
1.A ⊃C dan C ⊃ B keduanya terbukti. 2.V
( )
C ⊂[
V( )
A ∩V( )
B]
.Untuk membuktikan bahwa teorema tersebut berlaku untuk logika predikat komutatif Fle, Flec dan Fle,w., pada [4] metode Maehara dikembangkan sebagai berikut: Pertama didefinisikan partisi dari suatu barisan formula Γ sebagai berikut: Definisi 1. Misalkan Γ1 adalah barisan dari beberapa formula yang terdapat
dalam Γ dan misalkan Γ2 adalah barisan
dari semua formula yang terdapat dalam
Γ kecuali yang terdapat dalam Γ1. Maka
[ ] [ ]
Kemudian, teorema interpolasi dibuktikan dengan membuktikan sifat yang lebih umum sebagai berikut:
Teorema 2. Misalkan Γ→D suatu sequent yang terbukti, dan misalkan
[ ] [ ]
(
Γ1, Γ2)
sembarang partisi dari Γ. Makaada formula C , disebut interpolant dari
D → Γ sedemikian sehingga: 1. Γ1 →C dan C,Γ2 →D keduanya terbukti 2. V
( )
C ⊂ V( )
Γ1 ∩[
V(
Γ2)
∪V( )
D]
dimana ekspresiV
( )
Γ
menyatakan himpunan variabel proposisional yang terdapat dalam Γ .Pernyataan ini dibuktikan dengan
menggunakan induksi pada banyaknya kemunculan aturan inferensi k yang muncul dalam bukti P tanpa cut dari
D
→
Γ . Sebagai contoh, pada kasus k›0 dan aturan inferensi terakhir adalah (⊃ →). Pada kasus ini bagian bawah dari bukti P
dari sequent Γ→D berbentuk:
(
⊃→)
→ Σ Γ ⊃ ∆ → Σ ∆ → Γ D B A D B A , , , , , ,kasus ini dibagi menjadi 2 subkasus, yaitu a. Partisi dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk
] , , [ ], , , , [∆1 A⊃ B Γ1 Σ1 ∆2 Γ2 Σ2 ), dengan 2 1, ∆ ∆ = ∆ , Γ=Γ1, Γ2, dan Σ=Σ1, Σ2. Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kiri atas, Γ1,Γ2 →A, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 1
sehingga
1a. Γ2→C1 dan C1,Γ1 →A keduanya terbukti.
2a. V
( )
C1 ⊂V( )
Γ2 ∩[
V( )
Γ1 ∪V( )
A]
. Kemudian perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas,D
B Σ Σ →
∆
∆1, 2, , 1, 2 , berdasarkan induksi hipotesis ada formula C2 sedemikian sehingga
1b. ∆1,B,Σ1 →C2 dan C2,∆2,Σ2 →D
keduanya terbukti.
2b.V
( )
C2 ⊂V(
∆1,B,Σ1)
∩[
V(
∆2,Σ2)
∪V( )
D]
Dari 1a. dan 1b., sequent C1,Γ1→ A dan
2 1 1,B,Σ →C
∆ terbukti. Dengan
menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua
sequent tersebut dilanjutkan dengan
beberapa aplikasi aturan exchange dan sebuah (→⊃) dapat diperoleh bukti dari
sequent ∆1,A⊃B,Γ1,Σ→C1 ⊃C2 .
Sedangkan dari terbuktinya Γ2→C1 dan
D
C2,∆2,Σ2 → dengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua sequent tersebut dilanjutkan dengan beberapa aplikasi aturan exchange dapat diperoleh bukti dari
D C
C1 ⊃ 2,∆2,Γ2,Σ2 → .
Dari 2a. dan 2b., dengan sifat komutatif dari operasi ∪ dapat diperoleh sifat
(
C C)
V(
A B)
[
V(
)
V( )
D]
V 1⊃ 2 ⊂ ∆1, ⊃ ,Γ1,Σ1 ∩ ∆2,Γ2,Σ2 ∪
Sehingga pada subkasus ini C = C ⊃1 C2
merupakan interpolant dari Γ→D.
b. Partisi dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk ([∆1,Γ1,Σ1],[∆2,A⊃B,Γ2,Σ2]), dimana 2 1, ∆ ∆ = ∆ , Γ=Γ1, Γ2, dan Σ=Σ1, Σ2. Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P
yang merupakan bukti dari sequent kiri atas, Γ1,Γ2 →A, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 1
sehingga
1a. Γ1→C1 dan C1,Γ2 →A keduanya terbukti.
2a. V
( )
C1 ⊂V( )
Γ1 ∩[
V( )
Γ2 ∪V( )
A]
. Kemudian perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas,D
B Σ Σ →
∆
∆1, 2, , 1, 2 , berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 2
sehingga
1b. ∆1,Σ1 →C2 dan C2,∆2,B,Σ2 →D
keduanya terbukti.
2b.V
(
C2)
⊂V(
∆1,Σ1)
∩[
V(
∆2,B,Σ2)
∪V( )
D]
Dari 1a. dan 1b., sequent Γ1→C1 dan 2
1 1,Σ →C
∆ terbukti, maka dengan
menggunakan aplikasi (∗→) pada kedua
sequent tersebut dilanjutkan dengan beberapa aplikasi aturan exchange dapat diperoleh bukti dari sequent
2 1 1
1,Γ,Σ→C ∗C
terbuktinya sequent C1Γ2→A dan
D B
C2,∆2, ,Σ2 → dengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua sequent tersebut dilanjutkan dengan beberapa aplikasi aturan exchange dan sebuah aplikasi (∗→) dapat diperoleh bukti dari sequent
D B
A C
C1∗ 2,∆2, ⊃ ,Γ2,Σ2 → .
Dari 2a. dan 2b., diperoleh sifat
(
C C)
V(
A B)
[
V(
)
V( )
D]
V 1∗ 2 ⊂ ∆1, ⊃ ,Γ1,Σ1 ∩ ∆2,Γ2,Σ2 ∪ Sehingga pada subkasus ini C = C ∗1 C2
merupakan interpolant dari Γ→D. Dengan terbuktinya Teorema 1 maka teorema interpolasi hanyalah sebagai akibat langsung saja, yaitu dengan memilih
Γ sebagai barisan formula dengan satu anggota saja, Γ1 = Γ dan Γ2 sebagai barisan kosong.
3. BUKTI TEOREMA INTERPOLASI PADA FL dan FLw
Pada logika predikat non-komutatif FL dan FLw pengembangan metoda Maehara seperti pada [4] tidak bisa diterapkan, tidak adanya aturan exchange akan menimbulkan kesulitan dalam membuktikan berlakunya teorema interpolasi, terutama pada kasus k›0 dan aturan inferensi terakhir adalah (⊃→). Untuk mengatasi kesulitan tersebut, pertama konsep partisi perlu diubah sebagai berikut:
Definisi 3. Misalkan Γ=A1,A2,...,An.
Misalkan pula Γ1= A1,A2,...,Al , Γ2=
Al+1,Al+2,...,Am dan Γ3= Am+1,Am+2,...,An
dengan 0≤l≤m≤n, maka
(
[ ] [
Γ2 , Γ1,Γ3]
)
adalah suatu partisi* dari Γ.
Contoh:
(
[
A,C] [
, A,B,D,C]
)
dan[
] [
]
(
B,A,C,D, A,C)
adalah partisi* dariC D C A B A, , , , , = Σ , sedangkan
[
] [
]
(
C,A, A,B,D,C)
dan(
[
B,D] [
, A,A,C,C]
)
bukanlah suatu partisi dari Σ.
Selanjutnya teorema interpolasi pada logika predikat FL dan Flw dibuktikan dengan membuktikan sifat berikut:
Teorema 4. Misalkan Γ→D suatu sequent yang terbukti, dan misalkan
[ ] [
]
(
Γ2 , Γ1,Γ3)
sembarang partisi* dari Γ. Maka ada formula C , disebut interpolant dari Γ→D sedemikian sehingga:1. Γ1 →C dan Γ1C,Γ3 →D keduanya terbukti
2. V
( )
C ⊂V( )
Γ1 ∩[
V(
Γ1,Γ3)
∪V( )
D]
.Perhatikan bahwa sifat tersebut adalah suatu modifikasi dari Teorema 2. Seperti pada [4], sifat ini dibuktikan dengan menggunakan induksi pada banyaknya kemunculan aturan inferensi k yang muncul dalam bukti P tanpa cut dari
D
→
Γ . Pada tulisan ini, ditunjukkan bagaimana kesulitan pada kasus k›0 dan aturan inferensi terakhir adalah (⊃→) dapat diatasi dan selanjutnya ditunjukkan pula bagaimana penyelesaian kasus k›0 dan Γ→D adalah sequent bawah dari aturan-aturan quantifiers.
• Kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(⊃→).
Pada kasus ini bagian bawah dari bukti P dari sequent Γ→D berbentuk:
(
⊃→)
→ Σ Γ ⊃ ∆ → Σ ∆ → Γ D B A D B A , , , , , ,kasus ini dibagi menjadi 6 subkasus, yaitu a. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk
([∆2,A⊃ B,Γ1],[∆1,Γ2,Σ]) dengan 2 1, Γ Γ = Γ dan ∆=∆1, ∆2
Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kiri atas, Γ→A, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 1
sehingga
1a. Γ2→C1 dan Γ1,C1 →A keduanya terbukti.
2a. V
( )
C1 ⊂V( )
Γ2 ∩[
V( )
Γ1 ∪V( )
A]
. Kemudian perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas,D B Σ→
∆, , , berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 2
sehingga
1b. ∆2,B →C2 dan ∆1,C2,Σ → D
2b.
V
( )
C
2⊂
V
(
∆
2,
B
)
∩
[
V
(
∆
1,
Σ
)
∪
V
( )
D
]
Dari 1a. dan 1b., sequent Γ1,C →1 A dan 2
2,B→C
∆ terbukti, maka dengan
menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua
sequent tersebut dilanjutkan dengan satu aplikasi (→⊃) dapat diperoleh bukti dari
2 1 1 2,A⊃B,Γ →C ⊃C ∆ sebagai berikut ) ( , , ) ( , , , , , 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 →⊃ ⊃ → Γ ⊃ ∆ ⊃→ → Γ ⊃ ∆ → ∆ → Γ C C B A C C B A C B A C
sedangkan dari terbuktinya Γ2→C1 dan
D
C Σ→
∆1, 2, dengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua sequent tersebut dapat diperoleh bukti dari sequent
D C C ⊃ Γ Σ→ ∆1, 1 2, 2, sebagai berikut ) ( , , , , , 2 2 1 1 2 1 1 2 ⊃→ → Σ Γ ⊃ ∆ → Σ ∆ → Γ D C C D C C
Dari 2a. dan 2b., dapat diperoleh sifat
(
C C)
V(
A B)
[
V(
)
V( )
D]
V 1⊃ 2 ⊂ ∆2, ⊃ ,Γ1 ∩ ∆1,Γ2,Σ∪
Sehingga pada subkasus ini C = C ⊃1 C2
merupakan interpolant dari Γ→D. b. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk
([∆2,A⊃ B,Γ,Σ1],[∆1,Σ2]) dengan 2 1, ∆ ∆ = ∆ dan
Σ
=
Σ
1, Σ
2Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas, ∆,B,Σ→D, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian sehingga
1. ∆2,B,Σ1→C dan ∆1,C,Σ2 →D
keduanya terbukti.
2.
V
( )
C
⊂
V
(
∆
2,
B
,
Σ
1)
∩
[
V
(
∆
1,
Σ
2)
∪
V
( )
D
]
Dengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada
A
→
Γ dan ∆2,B,Σ1 →C dapat diperoleh bukti dari sequent
C B A⊃ Γ Σ → ∆2, , , 1 sebagai berikut ) ( , , , , , 1 2 1 2 ⊃→ → Σ Γ ⊃ ∆ → Σ ∆ → Τ C B A C B A
Dari 2, dapat diperoleh sifat
( )
C V(
A B)
[
V(
)
V( )
D]
V ⊂ ∆2, ⊃ ,Γ,Σ1 ∩ ∆1,Σ2 ∪
Sehingga pada subkasus ini C merupakan
interpolant dari Γ→D.
c. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk ([Γ2,Σ1],[∆,A⊃B,Γ1,Σ2]) dengan 2 1, Γ Γ = Γ dan
Σ
=
Σ
1, Σ
2Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kiri atas, Γ→D, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C1 sedemikian
sehingga
1a. Γ2→C1 dan Γ1,C →1 A keduanya terbukti.
2a. V
( )
C1 ⊂V( )
Γ2 ∩[
V( )
Γ1 ∪V( )
A]
. Kemudian perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas,D B Σ→
∆, , , berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian 2
sehingga
1b. Σ1 →C2 dan ∆,B,C2,Σ2 →D
keduanya terbukti.
2b.
V
( )
C
2⊂
V
( )
Σ
1∩
[
V
(
∆
,
B
,
Σ
2)
∪
V
( )
D
]
Dari 1a. dan 1b., Γ2 →C1 dan Σ1→C2
terbukti, maka dengan menggunakan aplikasi (→∗) pada kedua sequent tersebut dapat diperoleh bukti dari Γ1,Σ1→C ∗1 C2 sebagai berikut ) ( , 1 1 2 2 2 1 1 2 →∗ ∗ → Σ Γ → Σ → Γ C C C C
sedangkan dari terbuktinya sequent
A
C →
Γ
1,
1 dan ∆,B,C2,Σ2 →Ddengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada kedua sequent tersebut dilanjutkan dengan aplikasi ( →∗ ), dapat diperoleh bukti dari ∆1,A⊃B,Γ1,C1 ⊃C2,Σ2 →D
) ( ) ( , , , , , , , , , , , , , 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 ⊃→ → ∗ → Σ ∗ Γ ⊃ ∆ → Σ Γ ⊃ ∆ → Σ ∆ → Γ D C C B A D C C B A D C B A C
Dari 2a. dan 2b., dapat diperoleh sifat
(
C C)
V(
)
[
V(
A B)
V( )
D]
V 1∗ 2 ⊂ Γ2,Σ1 ∩ ∆, ⊃ ,Γ1,Σ2 ∪
Sehingga pada subkasus ini C = C ∗1 C2
merupakan interpolant dari Γ→D. d. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk
(
[
∆
2],
[
∆
1,
∆
3,
A
⊃
B
,
Γ
,
Σ
]
) dengan 3 2 1,∆ ,∆ ∆ = ∆Pada subkasus ini perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent kanan atas, ∆,B,Σ→D, berdasarkan induksi hipotesis ada formula C sedemikian sehingga
1. ∆2 →C dan
∆
1,
C
,
∆
3,
B
,
Σ
→
D
keduanya terbukti.
2. V
( )
C ⊂V( )
∆2 ∩[
V(
∆1,∆3,B,Σ)
∪V( )
D]
Dengan menggunakan aplikasi (⊃→) pada
sequent Γ→A dan ∆1,C,∆3,B,Σ→D
dapat diperoleh bukti dari sequent C B A C ∆ ⊃ Γ Σ→ ∆1, , 3, , , sebagai berikut ) ( , , , , , , , , , 3 1 3 1 ⊃→ → Σ Γ ⊃ ∆ ∆ → Σ ∆ ∆ → Τ D B A C D B C A
Dari 2, dapat diperoleh sifat
( )
C V( )
[
V(
A B)
V( )
D]
V ⊂ ∆2 ∩ ∆1,∆3, ⊃ ,Γ,Σ ∪
Sehingga pada subkasus ini C merupakan
interpolant dari Γ→D.
e. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk (
[
Γ
2],
[
∆
,
A
⊃
B
,
Γ
1,
Γ
3,
Σ
]
) dengan 3 2 1,
Γ
,
Γ
Γ
=
Γ
Interpolant dari Γ→Dpada subkasus ini dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara pada subkasus d.
f. Partisi* dari ∆,A⊃B,Γ,Σ berbentuk (
[
Σ
2],
[
∆
,
A
⊃
B
,
Γ
,
Σ
1,
Σ
3]
) dengan 3 2 1,Σ ,Σ Σ = ΣInterpolant dari Γ→Dpada subkasus ini dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara pada subkasus d.
• Kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
→∃)
. Pada kasus ini bukti P darisequent Γ→D berbentuk:
( )
( )
(
→∃)
∃ → Γ → Γ z zA t APerhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent atas dari aturan inferensi
(
→∃)
tersebut, yaitu Γ→A( )
t . Dengan induksi hipotesis ada formula Csedemikian sehingga:
1. Γ2 →C dan Γ1,C,Γ3→ A
( )
t keduanya terbukti.2. V
( )
C ⊂V( )
Γ2 ∩[
V(
Γ1,Γ3)
∪V(
A( )
t)
]
Dari 1. sequent Γ1,C,Γ3 →∃zA
( )
z dapat dibuktikan seperti berikut( )
( )
(
→∃)
∃ → Γ Γ → Γ Γ z zA C t A C 3 1 3 1 , , , , . Sedangkan V A t(
( )
)
⊂V(
∃zA z( )
)
, maka dari 2. dapat diperoleh sifat( )
C V( )
[
V(
)
V(
zA( )
z)
]
V ⊂ Γ2 ∩ Γ1,Γ3 ∪ ∃
Jadi pada kasus ini C merupakan
interpolant dari Γ→D.
• Kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
∃→)
. Pada kasus ini bukti P darisequent Γ→D berbentuk:
( )
( )
∆→(
∃→)
∃ Γ → ∆ Γ D z zA D x A , , , ,Kasus ini dibagi menjadi 3 kasus,
a. Partisi dari Γ,∃zA
( )
z,∆ berbentuk( )
[
] [
]
(
Γ2,∃zA z,∆1 , Γ1,∆2)
Perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent atas aturan inferensi
(
∃→)
tersebut, yaitu Γ,A( )
x,∆→D. Menurut induksi hipotesis ada formula C sedemikian sehingga:1. Γ2,A
( )
x,∆1→C dan Γ1,C,∆2 →D2. V
( )
C ⊂V(
Γ2,A( )
x,∆1)
∩[
V(
Γ1,∆2)
∪V( )
D]
Dari 1., Γ1,∃zA
( )
z ,∆1 →Cterbukti seperti berikut( )
( )
∆ →(
∃→)
∃ Γ → ∆ Γ C z zA C x A 1 2 1 2 , , , , , kemudian karena V(
A( )
x)
⊂V(
∃zA( )
z)
, maka dari 2. dapat diperoleh sifat berikut:( )
C V(
zAz)
[
V(
)
V( )
D]
V ⊂ Γ2,∃ ,∆1 ∩ Γ1,∆2 ∪ .
Sehingga pada subkasus ini C merupakan
interpolant dari Γ→D.
b. Partisi dari Γ,∃zA
( )
z,∆ berbentuk[ ]
[
( )
]
(
Γ2 , Γ1,Γ3,∃zAz ,∆2)
Perhatikan bagian dari P yang merupakan bukti dari sequent atas aturan inferensi
(
∃→)
tersebut, yaitu Γ,A( )
x,∆→D, menurut induksi hipotesis ada formula C sedemikian sehingga:1. Γ2 →C dan Γ1,C,Γ3,A
( )
x,∆→Dkeduanya terbukti.
2. V
( )
C ⊂V( )
Γ2 ∩[
V(
Γ1,Γ3A( )
x,∆)
∪V( )
D]
Dari 1., Γ1,C,Γ3,∃zA
( )
z,∆→D dapat dibuktikan seperti berikut( )
∆→(
∃→)
∃ Γ Γ → ∆ Γ Γ D z zA C D x A C , , , , ), ( , , , 3 1 3 1 , kemudian karena V(
A( )
x)
⊂V(
∃zA( )
z)
, maka dapat diperoleh sifat berikut:( )
C V( )
[
V(
zA( )
z)
V( )
D]
V ⊂ Γ2 ∩ Γ1,Γ3,∃ ,∆ ∪ .
Sehingga pada subkasus ini C merupakan
interpolant dari Γ→D.
c. Partisi dari Γ,∃zA
( )
z,∆ berbentuk[
]
[
( )
]
(
∆2,, Γ,∃zA z,∆1,∆3)
Pada subkasus ini interpolant dari Γ→D
dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara pada subkasus b. yaitu partisi dari Γ,∃zA
( )
z,∆ berbentuk[ ]
[
( )
]
(
Γ2 , Γ1,Γ3,∃zAz ,∆2)
• Kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
→∀)
.Interpolant dari Γ→D pada subkasus ini dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara pada kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
→∃)
.• Kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
∀→)
.Interpolant dari Γ→D pada subkasus ini dapat diperoleh dengan cara yang sama dengan cara pada kasus k›0 dan inferensi terakhir adalah
(
∃→)
.Dengan terbuktinya Teorema 4 maka teorema interpolasi pada Fl dan Flw hanyalah sebagai akibat langsung saja, yaitu dengan memilih Γ sebagai barisan
formula dengan satu anggota saja, Γ2 = Γ dan Γ1, Γ3 sebagai barisan kosong.
Akibat 5. Teorema interpolasi berlaku pada logika predikat komutatif Fl dan Flw.
4. PENUTUP
Dari pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa teorema interpolasi berlaku pada logika predikat non-komutatif FL dan FLw, salah satu metode pembuktiannya adalah dengan memodifikasi konsep partisi pada metoda Maehara.
Pada tulisan ini logika-logika yang dibahas tidak memuat konstanta ⊥. Analisisa sintaktik dari logika yang memuat konstanta tersebut dalam banyak hal membutuhkan aturan weakening. Untuk selanjutnya perlu diteliti apakah metode Maehara bisa dimodifikasi untuk membuktikan bahwa teorema interpolasi berlaku juga untuk logika predikat yang memuat konstanta ⊥ tetapi tak memuat aturan weakening.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] Bayu Surarso, Teorema interpolasi
untuk logika relevan positip R+, Jurnal sains & matematika (1999), Volume 7, Nomor 1, hal.1-6.
[2] Bayu Surarso, Interpolation theorem
Matematika dan Komputer (2000), Volume 3, Nomor 2, hal. 56-64.
[3] Bayu Surarso, Interpolation theorem
for Noncommutative standard Extensions of logic BB’I, Jurnal Matematika dan Komputer (2004), Volume 7, Nomor 2, hal. 36-41.
[4] Bayu Surarso dan Marti Lestari,
Teorema interpolasi untuk logika-logika predikat komutatif, manuskrip, segera diterbitkan pada Jurnal sains & matematika (2008), Volume 16, Nomor 4.
[5] Maehara S., Craig no interpolation
theorem (dalam bahasa Jepang), Suugaku (1960/1961), Volume 12, hal. 235-237.