BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ketenagakerjaan
2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja
Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai
pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut Payaman (2001), kesempatan kerja adalah penduduk
yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan
kerja adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan masih lowong. Dari
lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja yang datang.
Adanya kebutuhan tersebut berarti ada kesempatan kerja bagi orang yang menganggur untuk
bekerja (Tambunan, 1998). Dengan kata lain, kesempatan kerja disini tidak menunjukkan pada
potensi tetapi pada fakta jumlah orang yang bekerja. Dan jumlah orang yang bekerja tersebut
termasuk kategori tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan oleh
perusahaan/lembaga pada suatu tingkat upah tertentu.
Dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Sedangkan dalam buku Lalu Husni “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” Payaman J.
Simanjuntak mengatakan bahwa tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah
dan mengurus rumah tangga. Penulis yang lain mengatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk
dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika
mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003).
Semua defenisi dari tenaga kerja tersebut menyimpulkan bahwa tenaga kerja adalah
penduduk dengan usia kerja yang telah ditetapkan yang dapat memproduksi barang atau jasa dan
sesuai dengan permintaan dari mereka. Adanya permintaan tenaga kerja karena terdapat
kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai
imbalannya (Suroto, 1992). Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum
tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk memperkerjakan pada setiap kemungkinan
tingkat upah dalam jangka waktu tertentu. Tenaga kerja terdiri dari : 1) Angkatan Kerja (Labor
Force) dan 2) Bukan Angkatan Kerja.
Angkatan kerja (Labor Force) adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi
siap untuk mencari kerja. Dan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu
rumah tangga dan para penyandang cacat lanjut usia (Prijono, 1996).
2.1.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tenaga kerja terampil tinggi (high skilled labour). Yang termasuk ke dalam kelompok
tenaga kerja ini adalah pada digit 0/1 dan 2 yakni tenaga profesional, teknisi dan yang
2. Tenaga kerja tidak terampil (casual white collar worker) namun masuk ke dalam “kerah
putih” adalah yang bekerja pada jenis digit 3,4 dan 5 yakni tenaga tata usaha yang sejenis,
tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa
3. Tenaga kerja kasar (blue collar worker) yang masuk ke dalam digit 6/7/8/9 dan lainnya,
yakni mereka yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, peternakan, perburuan dan
perikanan, tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar serta lainnya
(Elfindri dan Nasri, 2004).
Di Sumatera Utara jenis pekerjaannya lebih banyak tenaga kerja tidak terampil (casual white
collar worker) yaitu sebagai buruh dan karyawan sebanyak 28,43% dari jumlah angkatan kerja di
Sumatera Utara Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang (dephut.go.id).
2.1.2 Teori Tenaga kerja
Lewis, (dalam Sadono Sukirno, 2006) menyatakan bahwa Kenaikan produktivitas
merupakan keadaan yang menyebabkan proses pembangunan terus-menerus berlangsung.
Dengan adanya kenaikan produktivitas maka produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis
dapat dipertahankan agar besarnya tetap lebih dari tingkat upah di sektor tersebut. Keadaan ini
memungkinkan para pengusaha tetap dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan produktif
Dapat disimpulkan bahwa inti dari teori Lewis memberikan gambaran tentang peranan
pembentukan modal terhadap perkembangan kesempatan kerja dan kenaikan produktifitas dan
akibat dari perubahan-perubahan tersebut kepada perekonomian. Teori Lewis mengemukakan
bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja
satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di
sektor lain.
Teori Fei-Ranis berpendapat bahwa berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian
besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap dalam kondisi kelebihan buruh.
Pertama, dimana pengangguran semu dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang
sama. Kedua, tahap dimana pekerjaan pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih dari
upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor indutri. Ketiga, tahap ditandai
awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih daripada
perolehan upah institusional.
2.2Upah
2.2.1 Pengertian Upah
Dalam peraturan pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah disebutkan
bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan,
baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya.
Dalam pasal 1 angka 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
menyebutkan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Dengan kata lain bahwa upah adalah imbalan yang didapat pekerja/buruh atas pekerjaan
yang dilakukan dengan adanya suatu perjanjian kerja yang telah disepakati. Walaupun adanya
perjanjian kerja yang disepakati, namun pemerintah membuat kebijakan untuk melindungi para
pekerja/buruh atas upah yang mereka terima. Agar para pengusaha juga tidak dapat memberikan
upah yang terlalu rendah kepada pekerja/buruh. Sebagaimana undang-undang No. 13 Tahun
2003 menyebutkan setiap/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan
kebijakan standar upah terendah melalui peraturan perundang-undangan yang disebut upah
minimum atau dalam era otonomi daerah saat ini disebut “Upah Minimum Provinsi”. Upah
minimum provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah
tertentu.
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-01/Men/1999 mengatakan bahwa upah
Tujuan ditetapkannya upah minimum adalah untuk memberikan penghasilan yang layak bagi
pekerja tanpa harus mengenyampingkan produktifitas perusahaan.
2.2.2 Teori-teori Upah Tenaga Kerja
Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dibedakan atas dua ekstrim.
Pertama, didasarkan pada ajaran Karl Marx yang berpendapat :
1. Teori nilai, bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu
barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk
memproduksi barang tersebut.
2. Peranan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan
harga. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu menciptakan barang-barang modal untuk
mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian munculnya pengangguran yang besar.
Dengan adanya pengangguran yang besar ini pengusaha dapat menekan upah.
Didalam pembahasan mengenai tenaga kerja, diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara
penawaran dengan permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga
kerja yang tertentu pula. Bila ada campur tangan pemerintah ataupun desakan tenaga kerja dalam
menentukan upah minimum, keseimbangan ini tidak menunjukkan tingkat upah yang berlaku di
pasar kerja. Dalam teori tenaga kerja yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan
upah minimal yang efektif akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa diperhatikan
dalam gambar dibawah ini.
Upah
Um ---a--b---c
Ue ---
S
TKm D
0 Tke Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 2.1 Pengaruh Upah Minimal Resmi Dalam Pasar Persaingan Sempurna
Kurva permintaan tenaga kerja adalah DD dan kurva penawarannya adalah SS. Titik pertemuan
kedua kurva ini menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banyaknya tenaga kerja yang
dipekerjakan Tke. Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um, yang berada di atas upah nyata
di pasar Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari Tke ke titik TKm.
Pengurangan pekerja sebesar TKe – TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja
akibat penetapan upah minimum. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya orang yang ingin
masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan. Namun, harapan mereka sia-sia, karena dari
gambar tersebut tampak, bila upah dinaikkan maka pengusaha justru berusaha mengurangi
pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang baru, Um, tidak
bisa dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaannya, garis ab,
dan yang lain mungkin bekerja dimana saja meskipun dengan tingkat upah yang lebih rendah
dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc (Prijono, 1989).
Teori lain menjelaskan teori upah-efisiensi mengajukan penyebab kekakuan upah dan
1. Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif.
2. Teori kedua menyatakan, upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para
pekerja keluar dari pekerjaannya karena berbagai alasan untuk menerima posisi yang
lebih baik di perusahaan lain, mengubah karier atau pindah ke wilayah lain. Teori ini
lebih relevan bagi negara-negara maju.
3. Teori ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan
bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya
4. Teori keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja.
Upah di provinsi Sumatera Utara lebih mengarah kepada teori upah-efisiensi poin ketiga dan
keempat. Hal ini dibuktikan karena banyaknya tuntutan dari masyarakat dalam meningkatkan
upah minimum provinsi.
Dalam buku Elfindri dan Nasri, Manning (2000) menyampaikan pendekatan Keynessian dan
Neo Klassic yaitu penggunaan asumsi bekerjanya dampak perubahan upah terhadap penggunaan
ketenagakerjaan pada perekonomian makro. Keynessian dengan non-flexible wage hypothesis
menyatakan bahwa penurunan nilai real upah menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja.
Sedangkan Neo Klassic dalam flexible wage hypotesis menyatakan dampak penurunan upah
menyebabkan berpindahnya tenaga kerja dari sektor upahan ke sektor non upahan. Akan tetapi
hipotesa Neo classic lebih relevan untuk tenaga kerja di Sumatera Utara khususnya pada masa
sekarang.
. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hubungan upah dengan kesempatan kerja
memiliki dua sisi yaitu upah dapat menurunkan kesempatan kerja dan kenaikan upah juga dapat
dan menunjukkan peningkatan kesempatan kerja sebanyak 5 persen, itu berarti upah minimum
provinsi menambah jumlah orang yang bekerja sebanyak 5 persen.
2.3Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Schumpeter dalam (Iskandar, 2008) pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan
output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan
penduduk dan tingkat tabungan.
Pendapat lain mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan
dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa (Muana Nanga,
2005). Dalam Sadono Sukirno (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu
ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun
tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Prof. Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak
barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya.
Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi lebih mengacu pada
perubahan kuantitatif dan diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) /
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pendapatan atau output perkapita.
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut Adam Smith, pembangunan merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan
penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan
perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan
mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan, karena
spesialisasi akan mendorong tingkat perkembangan teknologi (Suryana, 2000).
2. Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pembangunan ekonomi suatu daerah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja,
bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (Job creation) baru (Arsyad, 2010).
Strategi pembangunan daerah berdasarkan teori ini memberikan penekanan kepada
pentingnya dunia usaha yang mempunyai pasar secara luas. Laju pertumbuhan ekonomi pada
suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Yt =
PDRBt−PDRBt−1
PDRBt−1 X 100
Secara teori semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu sektor, maka semakin tinggi
pertumbuhan kesempatan kerja sektor tersebut. Dengan kata lain hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan kesempatan kerja sangat erat, semakin baik peningkatan pertumbuhan ekonomi,
maka semakin meningkat kesempatan kerja yang tersedia.
Salah satu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menurut Todaro (1998) adalah pertumbuhan
penduduk dan tenaga kerja. Todaro mengatakan pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja
merupakan faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang
lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertambahan penduduk yang
lebih besar akan menambah luasnya pasar domestik.
Pertumbuhan ekonomi akan mendorong kenaikan produktivitas. Kenaikan produktivitas
total adalah kenaikan hasil atau output per unit dari seluruh sumber daya sehingga menyebabkan
peningkatan produktifitas tenaga kerja. Kenaikan produktifitas tenaga kerja ada yang bersifat
positif dan diantaranya ada yang bersifat negatif. Karena meningkatnya produktivitas
menyebabkan penggunaan lebih banyak modal dalam proses produksi atau sehubungan adanya
impor mesin-mesin dan peralatan serba canggih yang cenderung mengurangi pemakaian tenaga
kerja, hal ini dapat merugikan kepentingan negara-negara yang pencari kerjanya sangat banyak.
Adanya penggunaan barang modal tidak hanya membuang-buang sumber daya keuangan
domestik serta devisa, tetapi juga akan menghalangi upaya-upaya dalam rangka menciptakan
pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru (Todaro, 1998).
Pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat
dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuan ekonomi menunjukkan sejauh mana
aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan kesempatan kerja dalam setiap
periodenya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan
peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut
berkembang dengan baik.
Menurut penelitian Arifatul (2013), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan pendapat lain mengatakan, investasi adalah
jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu
(Muana Nanga, 2005).
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Dampak langsung dari investasi adalah investor mendapat keuntungan yang memadai untuk
melakukan penambahan modal, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan
pekerja, dan melakukan ekspansi usaha.
Oleh sebab itu, investasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan saat ini dengan mengolah
dana atau sumber daya yang tersedia sehingga akan memperoleh keuntungan dari usaha yang
telah dilakukan.
2.4.1 Jenis-Jenis Investasi
Jenis-jenis investasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (Sukirno, 2010) :
1. Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan danirigasi. Investasi jenis ini biasanya
lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut
2. Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai hubungan dengan tingkat
pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu
tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau
pertambahan permintaan terhadap barang sudah pasti akan mendorong untuk melakukan
investasi.
3. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang atas modal
yang berlaku di masyarakat.
2.4.2 Investasi Dan Kesempatan kerja
Menurut neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat
tabungan. Dimana tingkat bunga akan menentukan tingginya tingkat investasi. Jika tingkat bunga
rendah, maka tingkat investasi akan tinggi, dan sebaliknya. Apabila permintaan investasi
berkurang maka tingkat bunga turun dan barang-barang kapital turun dan keinginan untuk
menabung akan turun. Dalam tingkat perkembangan ini, akumulasi modal berakhir dan
perekonomian menjadi tidak berkembang.
Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping akan
mendorong kenaikan ouput secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan
permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan
kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima
masyarakat (Makmun dan Yasin, 2003).
Menurut Rostow dalam ( Todaro, 2000) menyatakan bahwa setiap upaya untuk tinggal
landas mengharuskan adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk
Dengan meningkatnya investasi dengan berarti akan menciptakan lapangan pekerjaan yang
baru, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan kerja yang baru
berarti memperluas kesempatan kerja yang tersedia dan menyerap tenaga kerja yang lebih
banyak lagi. Masyarakat yang bekerja juga pasti akan meningkat.
2.5Penelitian Terdahulu
Dalam mendukung penelitian yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, maka ada
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu bertujuan untuk
membandingkan dan memperkuat atas hasil analisis yang dilakukan. Hasil dari penelitian
terdahulu dapat dilihat berikut ini:
1. Mukhamad Rizal Azaini (2014), Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (studi kasus
pada tahun 1998-2012), menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi dan investasi
berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja, namun upah minimum berpengaruh
negatif terhadap kesempatan kerja.
2. Ikka Dewi Rahmawati (2013), Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap
Kesempatan Kerja di Jawa Timur, menunjukkan hasil investasi berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah
berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur.
3. Arifatul Chusna (2013), Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah Tahun
1980-2011, menunjukkan hasil variabel investasi dan upah berpengaruh positif dan
sedangkan laju pertumbuhan sektor industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja.
2.6Ringkasan Penelitian Terdahulu
No NAMA dan Sedang di Jawa
Tengah (35 kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur.
3 Arifatul Chusna (2013)
2.7Kerangka Konseptual
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.9 Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah :
1. Diduga upah minimum provinsi berdampak positif terhadap kesempatan kerja di
Sumatera Utara.
2. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di
Sumatera Utara. Upah Minimum Provinsi
Sumatera Utara
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara
Investasi
Kesempatan kerja Provinsi