• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR BERITA. Apa persyaratan mendasar dari kemasan pangan? Apa saja fungsi kemasan pangan?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR BERITA. Apa persyaratan mendasar dari kemasan pangan? Apa saja fungsi kemasan pangan?"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 0854-2996

VOLUME XIV, No. 1, 2008

LEMBAR BERIT

A

Apa persyaratan mendasar dari

kemasan pangan ?

Kemasan pangan harus mampu melindungi dan mempertahankan mutu pangan serta tidak boleh dipengaruhi maupun mempengaruhi biaya baik selama pengangkutan maupun dalam masa penyimpanan.

Apa saja fungsi kemasan pangan ?

Secara umum kemasan pangan mempunyai fungsi sebagai berikut yaitu :

Melindungi produk terhadap pengaruh fisik, seperti pengaruh mekanik, dan cahaya

Melindungi produk terhadap pengaruh kimiawi (permiasi gas, kelembaban udara/uap air)

Melindungi produk terhadap pengaruh biologik (bakteri, kapang)

Mempertahankan keawetan dan mutu produk Memudahkan penanganan (penyimpanan,

transportasi, penumpukan, pindah tempat) Sebagai media informasi produk dan media

promosi

Memberikan informasi konsumen misalnya: penggunaan dan penyimpanan

Memberikan bentuk dan daya tarik produk.

Apa saja peraturan tentang kemasan

pangan ?

a. UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan disebutkan perlunya pengaturan kemasan pangan terutama bahan yang dinyatakan terlarang dan/atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

b. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagang-kan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan diatur tentang bahan kemasan yang dilarang dan bahan yang diijinkan.

d. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan, yang memuat bahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk digunakan sebagai bahan kemasan pangan.

Apa saja kriteria yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih

kemasan pangan ?

1. Stabilitas dari pangan misalnya penguraian secara kimia, biokimia, reaksi mikrobiologi yang dapat terjadi Kondisi lingkungan dari pangan selama proses distribusi dan penyimpanan seperti temperatur sekitar/ambien dan kelembaban yang merupakan 2 faktor lingkungan yang sangat penting, karena faktor ini akan menentukan sifat penghalang yang diperlukan untuk kemasan

2. Cara atau metode pengawetan pangan yang dipilih, sebagai contoh proses panas sesudah dikemas, kemasan pangan harus mampu mengatasi temperatur panas serta tahan terhadap temperatur freezer pada saat proses penyimpanan pangan.

3. Karakteristik, komposisi, bahaya dari bahan kemasan pangan serta keamanan pangan yang dikemas sebagai konsekuensi dari migrasi komponen dari bahan pengemas ke dalam

(2)

adalah mudah robek dan terbakar, tidak dapat mengemas cairan dan tidak dapat dipanaskan. Beberapa kertas non kemasan (kertas, koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus pangan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Timbal dapat terakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan syaraf; kerusakan ginjal; gangguan reproduksi, termasuk keguguran, berat lahir rendah dan kelahiran prematur; gangguan pendengaran dan dapat menurunkan kecerdasan anak. Banyak makanan jajanan seperti gorengan dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal ke makanan tersebut.

™ Kemasan Pangan Kaleng

Apa keunggulan dan kelemahan kemasan pangan kaleng ?

Kemasan pangan kaleng merupakan jenis kemasan pangan yang sering digunakan terutama untuk pangan olahan/siap saji.

Keunggulan kemasan pangan kaleng, antara lain: mempunyai kekuatan mekanik besar, penghalang (barrier) tinggi terhadap kontaminan karena kedap udara (hermetis), toksisitas rendah, tahan kondisi ekstrim dan permukaan ideal untuk pelabelan. Namun jenis kemasan ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain: produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa segarnya, mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi dan timbul rasa logam/taint kaleng atau rasa seperti besi akibat coating kaleng tidak sempurna.

Kemasan pangan kertas

merupakan jenis kemasan yang paling sering digunakan untuk membungkus pangan. Kemasan pangan kertas jenis ini mempunyai keunggulan antara lain: ringan, relatif murah dan hemat tempat sedangkan kelemahannya

Apa saja jenis-jenis kemasan

pangan ?

™ Kemasan Pangan Kertas

Apa keunggulan dan kelemahan kemasan pangan kertas?

Kemasan pangan gelas merupakan kemasan pangan yang sering digunakan di rumah tangga, karena kemasan pangan gelas mempunyai keunggulan antara lain: inert yaitu tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa, dan tahan lingkungan, gelas dapat tembus pandang/transparan atau gelap dan selama pemakaian bentuknya tetap, tidak berpengaruh terhadap bahan yang dikemas (tidak ada migrasi) dan kemasan pangan gelas merupakan penghalang (barrier) yang baik terhadap uap air, air dan gas–gas lain.

™ Kemasan Pangan Plastik

Apa keunggulan dan kelemahan kemasan pangan plastik ?

Kemasan pangan plastik mempunyai keunggulan antara lain adalah bahan jauh lebih ringan, tidak mudah pecah, mudah dibentuk, kekuatannya dapat ditingkatkan, bahan dasarnya banyak pilihan, mudah diproduksi secara masal, harga relatif murah dan mudah dipasang label serta dibuat dengan aneka warna.

Pada saat ini kemasan pangan yang paling banyak digunakan adalah kemasan pangan plastik. Tetapi kemasan pangan plastik ini juga mempunyai kelemahan antara lain tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer pada pangan dan menimbulkan bahaya pada kesehatan, bahan kemasan pangan plastik juga bermasalah pada lingkungan karena merupakan bahan tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami (non biodegradable), sehingga dapat mencemari lingkungan dan dapat memenuhi tempat pembuangan. Oleh sebab itu perlu digalakkan daur ulang (recycling) plastik untuk mengatasi hal tersebut.

Apa bahaya yang ditimbulkan dari kemasan pangan plastik ?

Bahaya migrasi dari komponen yang ditimbulkan dari kemasan pangan plastik antara lain: berasal dari residu monomer vinil klorida (unit penyusun PVC) yang bersifat karsinogenik; logam berat sebagai stabilisator panas dalam pembuatan PVC bersifat toksik seperti kadmium dan timbal; dioktilftalat sebagai plasticizer bersifat endocrin disruptor dan di (2-etilheksil) ftalat juga sebagai plasticizer bersifat karsinogenik grup 2B menurut International Agency for Research on Cancer (IARC); monomer stiren bersifat karsinogenik grup 2B dan akrilonitril yang merupakan unit penyusun polistiren atau stiren

(3)

akrilonitril bersifat karsinogenik grup 2A serta formaldehid yang merupakan produk degradasi melamin-formaldehid bersifat toksik dan karsinogenik grup 1 (menyebabkan kanker pada manusia).

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi migrasi bahan kimia dari kemasan pangan ke dalam pangan ?

Jumlah bahan kimia yang bermigrasi dari pengemas ke dalam pangan tergantung pada:

ƒ Struktur polimer ƒ Kerapatan plastik

ƒ Konsentrasi bahan tambahan dalam proses pembuatan plastik

ƒ Waktu kontak plastik dengan pangan di dalamnya

ƒ Struktur pangan ƒ Suhu

ƒ Karakteristik fisiko-kimia lainnya

Sumber: Buletin Keamanan Pangan BPOM Vol. 12/tahun VI/2007

TANYA JAWAB TENTANG JENIS

BAHAN KEMASAN PLASTIK

1. T: Bagaimana mengetahui jenis bahan kemasan plastik?

J: Jenis bahan kemasan plastik dapat diketahui melalui tanda pengenal bahan kemasan plastik berupa kode internasional yang dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1933 di Amerika Serikat.

2. T: Ada berapa jenis tanda pengenal bahan kemasan plastik?

J: Ada 7 jenis tanda pengenal bahan kemasan plastik, yaitu:

Jenis 1: PETE atau PET Jenis 2: HDPE

Jenis 3: V Jenis 4: LDPE Jenis 5: PP Jenis 6: PS

Jenis 7: OTHER; untuk jenis 7 other ini ada 4 jenis, yaitu: SAN (Styrene acrolynitrile), ABS (Acrylonitrile butadiene syrene), PC (Polycarbonate), dan Nylon.

3. T: Apa yang harus diperhatikan dari tanda pengenal bahan kemasan plastik tersebut?

J: Secara umum tanda pengenal plastik tersebut :

ƒ Berada atau terletak di bagian dasar ƒ Berbentuk segitiga

ƒ Di dalam segitiga akan terdapat angka

ƒ Serta nama jenis plastik di bawah segitiga

4. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 1 ?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 1 yaitu PETE atau PET (polyethylene terephthalate).

b. Jenis bahan kemasan plastik tersebut digunakan pada botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.

5. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 2 ?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 2 yaitu HDPE (high density polyethylene).

b. Jenis bahan kemasan plastik tersebut sering digunakan pada botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain.

6. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 3?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 3 yaitu V (Polyvinil chloride)

b. Jenis bahan kemasan plastik tersebut digunakan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol-botol.

7. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 4 ?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 4 yaitu LDPE (low density polyethylene)

b. Jenis bahan kemasan plastik tersebut digunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang

(4)

J: 1. Kode 1, 2, 3,6, dan 7 (PC) memiliki bahaya secara kimiawi, bila sering dipakai, apalagi dalam kondisi panas, dapat bereaksi dengan makanan atau minuman sehingga gunakan hanya sekali pakai.

2. Kode 4, 5, dan 7 (SAN atau ABS) baik digunakan sebagai wadah makanan dan minuman

3. Bagi para orang tua yang masih memerlukan botol susu untuk putra-putrinya pilihlah botol susu bayi berbahan kaca, stainless steel atau plastik jenis 4 atau 5, jangan gunakan jenis 7 PC. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon.

4. Hindari menggunakan botol plastik untuk menyimpan air minum (biasa digunakan untuk tempat air putih di dalam kulkas) terutama jenis 1 dan jenis 2 gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan. Jika perlu, gantilah dengan botol stainless steeel

atau gelas/kaca.

5. Cegah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya pada

microwave oven.

6. Cegah menggunakan kemasan plastik untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak.

7. Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan berbahan

stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.

Sumber: Buletin Keamanan Pangan BPOM Vol. 14/tahun VII/2008 8. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 5 ?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 5 yaitu PP (Polypropylene)

b. Jenis bahan kemasan plastik tersebut digunakan tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, dan terpenting botol minum untuk bayi.

9. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 6 ?

J: a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 6 yaitu PS (Polystyrene)

b. Jenis bahan kemasan plastik ini harus dihindari karena berbahaya untuk kesehatan dan sulit didaur ulang.

c. Jenis bahan kemasan plastik ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut, maka bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar.

d. Jenis bahan kemasan plastik tersebut digunakan sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain.

10. T: Apa yang dimaksud dengan Jenis 7 ?

a. Jenis bahan kemasan ini adalah jenis 7

b. Jenis bahan kemasan plastik SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang baik untuk digunakan dalam kemasan makanan atau minuman

c. Jenis bahan kemasan plastik PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita, botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasn makan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.

11. T: Apa yang perlu diperhatikan dari jenis bahan kemasan plastik berkaitan dengan keamanan pangan ?

Rujukan WHO/NCHS secara luas telah digunakan di seluruh dunia sejak 1976 sebagai dasar untuk menilai status pertumbuhan anak maupun untuk menilai status gizi anak. Di Indonesia rujukan WHO/NCHS dijadikan dasar untuk pembuatan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi balita dan juga untuk penilaian status gizi di masyarakat. Dari hasil review WHO tahun 1993 disimpulkan bahwa rujukan WHO/NCHS belum adekuat untuk memberikan gambaran pertumbuhan anak. Maka pada sidang Dewan Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 1994 direkomendasikan untuk mengembangkan kurva pertumbuhan yang baru bagi anak.

Berdasarkan rekomendasi tersebut WHO mengadakan

Multicentre Growth Reference Study (MGRS) yang diselenggarakan tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan membuat kurva baru pertumbuhan dan perkembangan untuk anak di seluruh dunia. MGRS dirancang untuk membuat standar dengan memilih anak sehat yang hidup di lingkungan yang memungkinkan untuk mencapai pertumbuhan sesuai dengan potensi genetiknya.

(5)

Peserta Workshop Nasional standar baru pertumbuhan balita WHO 2005 pada tanggal 27-29 Nopember 2006, yang terdiri dari organisasi profesi, pakar, badan nasional, dan Departemen Kesehatan telah mencapai kesepakatan untuk menerima standar baru pertumbuhan balita WHO 2005 untuk digunakan di Indonesia.

Kesepakatan tersebut diambil dengan beberapa pertimbangan berikut :

1. Standar WHO 2005 merupakan hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara yaitu Brazilia, Ghana, India, Norwegia, Oman, dan AS, untuk membuktikan adakah perbedaan genetik berdasarkan kelompok etnis, dengan total sample sebesar 8440 anak. Kelebihan utama dari penelitian ini adalah digunakannya kriteria “bagaimana seharusnya seorang anak tumbuh” sebagai “norma” dalam menentukan sample penelitian. Bayi/anak yg dipilih adalah mereka yang pola pemberian makanannya mengikuti pedoman yg direkomendasikan oleh WHO (WHO Global Strategy for Infant and Young Child Feeding), termasuk pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, persyaratan penting lainnya adalah, anak-anak tersebut harus hidup di lingkungan yang mendukung potensi pertumbuhan anak secara genetik, termasuk pengasuhan anak yang baik, penanganan penyakit infeksi secara adekuat, serta ibunya tidak merokok selama kehamilan dan setelah persalinan.

Dengan demikian, tidak seperti standar WHO/NCHS yang hanya dapat digunakan untuk perbandingan tetapi tidak dapat digunakan untuk evaluasi maupun menilai hasil pengukuran, standar WHO 2005 akan dapat digunakan untuk menilai apakah seorang anak tumbuh dengan “seharusnya”.

Penelitian ini dilakukan dengan metoda dan pelaksanaan yang sangat ketat termasuk dengan pengukuran yang mempunyai presisi dan akurasi

Hasil dari kegiatan MGRS yang berupa standar pertumbuhan balita WHO 2005 telah diedarkan secara resmi sejak 27 April 2006 ke seluruh dunia mencakup beberapa indeks antropometri yaitu BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U. Sebagai tindak lanjut diadakan sosialisasi di Bangkok Thailand pada tanggal 7-9 Agustus 2006. Dalam sosialisasi ini diharapkan negara-negara di kawasan Asia Pasifik menggunakan standar pertumbuhan balita WHO 2005 tersebut. Setelah pertemuan pakar di Bangkok, proses adopsi penggunaan standar baru pertumbuhan balita 2005 di Indonesia, telah melalui beberapa tahap pertemuan pakar diantaranya :

Pertemuan di Yogyakarta yang digelar pada tanggal 14-15 Juli 2006 yang bertujuan : ƒ Mendiseminasikan hasil pertemuan Bangkok ƒ Mereview metode ilmiah dan anlisis statistik

dengan menggunakan standar WHO

ƒ Mengidentifikasi studi yang pernah dilakukan di Indonesia

ƒ Analisis ulang data Indonesia dengan menggunakan standar baru untuk membandingkan prevalensinya.

Pertemuan ini menyimpulkan beberapa hal berikut :

ƒ Tidak ada faktor konversi untuk estimasi prevalensi dari standar lama ke standar baru ƒ Peserta akan melakukan analisis ulang data

yang ada di masing-masing institusi dengan menggunakan standar baru

ƒ Akan dilakukan pertemuan lanjutan di Makassar Pada tanggal 1-2 September 2006 telah dilakukan pertemuan lanjutan di Makassar yang meng-hasilkan beberapa kesimpulan berikut :

ƒ Pertumbuhan bayi-bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI mengikuti kurva standar baru 2005

ƒ Secara umum, prevalensi gizi kurang di Indonesia lebih rendah

ƒ Namun prevalensi gizi buruk relatif lebih tinggi ƒ Perlu dibuat KMS baru sesuai dengan standar

baru dan dilakukan uji coba lapangan sebelumnya

ƒ Mengadakan workshop nasional untuk mendiseminasikan standar baru kepada stake holder yang lebih luas

Beberapa pertemuan kecil yang dilaksanakan dalam rangka menuju Workshop Nasional sebagai berikut:

1. Diskusi kelompok kecil untuk merancang KMS baru yang telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pada bulan Oktober 2006 dan KMS ini telah di uji coba di lapangan

2. Diskusi kelompok kecil untuk menulis paper hasil analisis ulang data yang telah dilaksanakan sebanyak 3 kali pada bulan September-Nopember 2006

3. Pertemuan teknis pada tanggal 26-27 Nopember 2006 untuk mempersiapkan Workshop Nasional

(6)

yang tinggi. Kurva pertumbuhan dibuat dengan menggunakan metoda statistik yang terbaik saat ini.

Kurva pertumbuhan ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar Negara. Hal ini berarti bahwa, dengan pola pengasuhan dan pemberian makanan yang sama baiknya serta lingkungan yang sama-sama mendukung pertumbuhan optimal, semua bayi/anak-anak tersebut akan tumbuh tidak berbeda, walaupun berasal dari etnik yang berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas, maka standar WHO 2005 dianggap lebih mempresentasikan pertumbuhan bayi/anak-anak.

2. Kajian dengan menggunakan data Indonesia yang tersedia, baik data dari studi longitudinal maupun cross-sectional, yang menunjukkan bahwa data-data tersebut “fit” dengan kurva standar pertumbuhan anak WHO 2005. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia mempunyai potensi untuk mencapai standar pertumbuhan WHO 2005

Di Indonesia, telah dilakukan telaah dengan menggunakan data antropometri dari berbagai penelitian yang ada dengan menggunakan standar WHO 2005 dan membandingkan dengan standar WHO/NCHS, untuk lebih jauh mendukung apakah standar WHO sesuai untuk setting Indonesia. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan. Pertama adalah apakah pola pertumbuhan anak-anak dari penelitian tersebut sesuai dengan standar WHO, dan yang kedua adalah dengan membandingkan antara pola pertumbuhan bayi yang diberi ASI eksklusif dengan yang tidak. Beberapa pertimbangan mendapatkan perhatian dalam proses telaah ini. Pertama adalah, posisi status gizi bayi pada 0 bulan. Kedua adalah bahwa pola pertumbuhan bayi, dimanapun mulainya status gizi pada 0 bulan, akan sejajar dengan kurva WHO 2005. Hasil telaah menunjukkan bahwa pola pertumbuhan bayi secara umum sejajar dengan kurva WHO pada 2 bulan pertama, sedangkan selanjutnya terjadi deviasi secara negatif. Tampaknya pada usia 2 bulan bayi sudah mulai diberi makanan/minuman tambahan, walaupun sedikit dan tidak dilaporkan oleh responden pada saat pelaksanaan penelitian, sehingga terjadi deviasi pertumbuhan. Namun deviasi pada usia 2 bulan tersebut lebih nyata pada yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan yang diberi ASI. Sementara itu, pola tersebut tidak konsisten bila dibandingkan dengan standar WHO/NCHS. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa standar WHO 2005 lebih sesuai untuk Indonesia dibandingkan dengan standar WHO/NCHS. Selain itu, penggunaan standar WHO 2005 juga menunjukkan perbedaan pertumbuhan bayi yang diberi makanan lain selain ASI.

Standar pertumbuhan WHO 2005 ini digunakan sebagai alat untuk pelayanan kesehatan dan gizi anak Indonesia sejak dini. Para pihak mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mensosialisasikan dan melakukan advokasi serta fasilitasi, sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsi masing-masing.

Kesepakatan Bogor 27 s/d 29 Nopember 2006:

1. Organisasi profesi (PERSAGI, Pergizi Pangan, IDAI, Perinasia, PDGMI, PDGKI, IAKMI, IBI, PPNI, IDI, AsDI) 2. Perwakilan pakar dan Universitas:

a. Fakultas Kesehatan Masyrakat (Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Indonusa Esa Unggul)

b. Fakultas Kedokteran (Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin)

c. SEAMEO TROPMED RCCN-UI

d. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor e. Poltekes Jakarta II

f. Akademi Gizi, Surabaya

3. Organisasi Nasional (BKPP-ASI, Sentra Laktasi/SELASI) 4. Depkes RI Layout by Siswono

6

E-mail

info@gizi.net

Web Site:

http://www.gizi.net

Forum Koordinasi

Jaringan

Informasi Pangan dan Gizi

Sekretariat :

Dit. Bina Gizi Masyarakat

Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat

Jl. HR. Rasuna Said, Blok X5 Kav. 4-9,

Jakarta 12950

Telp. (021) : 5203883, 5277382

F (021) 2101 6

Referensi

Dokumen terkait

► Mahasiswa akan dapat memilih suatu proses atau material yg Mahasiswa akan dapat memilih suatu proses atau material yg paling cocok dg kebutuhan suatu disain3. paling cocok

Bahan baku fruit leather dapat berasal dari berbagai jenis buah-buahan tropis ataupun subtropis dengan kandungan serat yang cukup tinggi seperti pisang, pepaya, mangga, nenas,

Dalam pengujian ini, untuk kendali kecepatan motor diambil 3 macam beban yang diberikan kepada sistem dan dilihat respon sistem dengan SP yang sama terhadap pembebanan

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena sudah dipertimbangkan dengan tepat dan benar oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, lagi

Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah perbedaan metode, peneliti diatas meneliti metode yang digunakan untuk pembelajaran al- qur’an,

Masyarakat Sumatera Selatan menganggap perlu adanya media yang memberi informasi untuk membahas sejarah, unsur visual kesenian tari Gending Sriwijaya dan kerajaan

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

Pasar modal telah dikenal sejak lama di Indonesia, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pengaturan hukum atau landasan hukum merupakan perangkat yang harus ada di pasar modal,