Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
OTOMIKOSIS
OTOMIKOSIS
Presentator : Dika Amelinda Presentator : Dika Amelinda Moderator : dr. Anna Mintarti Moderator : dr. Anna Mintarti
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala eher Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala eher !akultas Kedokteran "ni#ersitas $ad%ah Mada & 'S"P D'. Sard%ito !akultas Kedokteran "ni#ersitas $ad%ah Mada & 'S"P D'. Sard%ito
(og)akarta (og)akarta
*+,-BAB I
P/DAH""A/
Otomikosis atau Fungal Ototitis Eksterna adalah infeksi jamur yang melibatkan pinna dan kanalis auditorius eksternus, namun dengan adanya perforasi membran timpani, juga dapat melibatkan telinga tengah. Karakteristik otomikosis berupa peradangan, gatal, otalgia, otore, rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran dan tinnitus. Kasus otomikosis yang disertai perforasi membran timpani, infeksi telinga tengah dan keterlibatan infeksi tulang temporal, sering berhubungan dengan kondisi pasien yang
mengalami imunosupresi1,2,3.
Penyebab otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur saprofitik yang banyak terdapat di alam dan merupakan sebagian dari flora komensal pada kanalis auditorius normal. pesies terbanyak adalah Aspergillus dan
Candida. Aspergillus niger memproduksi koloni hitam yg memberikan gambaran “pepper” like sedangkan Candida albicans dan Aspergillus
fumigatus memberi gambaran klasik seperti fluffy white discharge!.
Kejadian otomikosis banyak ditemukan di daerah iklim tropis dan subtropis yang lembab. Pre"alensi otomikosis #$%22,&$ dari total kasus otitis
e'terna, dan 3($ pada pasien dengan gejala keluarnya )airan pada telinga*.
+istribusi jenis jamur pada otomikosis tergantung lokasi geografis. alaupun jarang menimbulkan bahaya, keberadaannya memberi tantangan dan rasa frustasi pada pasien dan ahli -- karena memerlukan follow up dan
BAB II
TI/0A"A/ P"STAKA
A. A/ATOMI DA/ !ISIOO$I
e)ara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. -elinga luar terdiri dari aurikula, kanalis auditorius eksternus hingga lapisan epital membran timpani. 0urikula dan kanalis auditorius eksternus mengandung tulang raan elastis yang berasal dari mesoderm dan sedikit jaringan subkutan, yang ditutupi oleh kulit dengan
kelenjar pelengkapnya&.
0urikula merupakan tulang raan elastis yang simetris se)ara bilateral. ekukan utama aurikula terdiri dari heliks, antiheliks, tragus, antitragus, dan konka. eliks merupakan lingkaran aurikula terluar yang besar. eliks berakhir di inferior pada lobulus, satu%satunya bagian aurikula yang tidak disangga oleh tulang raan. Konka aurikula adalah bagian tengah aurikula yang bergaung, dan kanalis auditorius eksternus berjalan mulai dari daerah ini. Ele"asi di anterior pada pembukaan kanalis auditorius eksternus, yang terletak di depan konka adalah tragus. Ele"asi lain yang berlaanan dengan tragus, dan terletak di atas lobulus adalah antitragus. ingkaran berlekuk yang lebih ke)il, paralel dan terletak anterior dari heliks adalah antiheliks. 0urikula berhubungan dengan
ambar 1. 0natomi 0urikula 4umber5 ray6s 0natomy for tudent,2((&7
eluruh kanalis auditorius eksternus dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis dengan keratinisasi, yang lebih tebal di bagian tulang raan 4(,* sampai 1 mm7 dibandingkan bagian osseus 4(.2 mm7. Pada kanalis auditorius eksternus bagian tulang raan terdiri dari lapisan epidermis dengan papillan ya, dermis dan subkutan me lekat dengan perikondrium. apisan kulit kanalis auditorius eksternus bagian tulang tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani
dan tulang skuama. Kulit ini tidak mengandung kelenjar dan rambut8.
Kanalis auditorius eksternus dapat dibagi menjadi dua bagian. !($ bagian luar merupakan tulang raan dan mengandung lapisan tipis jaringan subkutan antara kulit dan tulang raan. Kulit bagian tulang raan kanalis mengandung banyak sel%sel rambut dan kelenjar%kelenjar sebasea dan apokrin seperti kelenjar serumen. Ketiga struktur ini bersama%sama memberikan fungsi protektif dan disebut sebagai unit apopilosebasea. ekresi dari kelenjar ini,
dikombinasikan dengan lapisan keratin deskuamasi dari stratum korneum, membentuk asam 4p /,(%/,*7, mantel lilin dari )erumen yang berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi dan luka pada kulit. /($ bagian dalam merupakan tulang, dibentuk terutama oleh anulus timpani, dan mengandung jaringan lunak yang sangat sedikit. Oleh sebab itu, kulit bagian tulang kanalis tidak mengandung kelenjar%kelenjar dan sel%sel rambut. Panjang rata%rata kanalis auditorius eksternus orang deasa adalah 2,* )m. Pertemuan bagian kartilago dan bagian tulang kanalis merupakan bagian yang menyempit yang disebut isthmus.&
ambar 2. Potongan koronal kanalis auditorius eksterna. Kulit pada bagian kartilago dan bagian tulang diperbesar. 4umber5 alani, 2((87
Kanalis melekuk sedikit di superior dan posterior dalam bentuk huruf dari lateral ke medial. 0urikula perlu ditarik se)ara halus ke arah atas, keluar dan ke baah untuk meluruskan kanalis pada pemeriksaan. 0da tiga mekanisme perlindungan makroskopis yang melindungi kanalis auditorius eksternus dan permukaan lateral membran timpani 5 tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumennya, dan isthmus kanalis auditorius eksterna. apisan
serumen se)ara bertahap berpindah meleati isthmus ke bagian lateral kanalis
dan mengelupas di luar &.
Kanalis auditorius eksternus merupakan struktur yang normalnya dapat melindungi dan membersihkan diri sendiri. Epitel kanalis auditorius eksterna mempunyai kapasitas untuk bermigrasi ke lateral, yang memungkinkan kanalis tetap tidak terobstruksi oleh debris. Ke)epatan migrasi epitel adalah (,(& mm9hari dan terjadi pada lapisan sel basal. erak saluran telinga yang disediakan oleh gerakan mengunyah biasa bersama%sama dengan proses proliferasi epitel dan migrasi lateral yang mendorong serumen ke luar dengan
)ara self-cleansing 8 .
1askularisasi
-elinga luar mendapatkan suplai darah dari )abang arteri )arotis eksterna, adapun "askularisasi bagian anterior dari a . 0uri)ulo temporalis 4a. temporalis superfi)ialis7, bagian posterior dari a. 0uri)ularis posterior, bagian
medial dari a. 0uri)ularis profunda 4 a. ma'illaris 7&.
Iner#asi
Persarafan telinga luar terdiri dari :er"us auri)ularis mayor )abang ner"us spinalis ;2%;3 yang menginer"asi kulit auri)ula dan 193 lateral kulit diatas permukaan prosesus mastoideus. :er"us o))ipitalis minor 4bag ;27 menginer"asi kulit auri)ula 193 posterior. :er"us auri)ulo temporalis merupakan )abang :. < 4trigeminus7 yang menginer"asi kulit auri)ula 293 anterior, 192 bag anterior K0E dan membrana timpani. :er"us tympani)us, )abang dari : => 4: glosopharyngeus7 yang menginer"asi permukaan luar membran timpani. :er"us 0rnold )abang dari ner"us "agus 4:. >7 yang menginer"asi sebagian ke)il auri)ula, 192 bagian posterior kanalis auditorius
im2onodi
0liran limfe kanalis auditorius eksternus merupakan jalur penting untuk penyebaran infeksi. Kelenjar limfe telinga luar terdiri dari tiga bagian yaitu 5 17
imfonodi parotis superfisialis yang menerima aliran kelenjar limfe dari daerah tragus dan bagian anterior aurikula, 27 imfonodi retroaurikuler yang menerima aliran kelenjar limfe dari posterior dan kranial aurikula, 37 imfonodi )er"ikalis
superfisialis yang menerima aliran kelenjar limfe dari daerah lobulus&,#,1(.
B. OTOMIKOSIS ,. De2inisi
Otomikosis atau Fungal Ototitis Eksterna adalah infeksi jamur yang melibatkan pinna dan kanalis auditorius eksternus, namun dengan adanya perforasi membran timpani, juga dapat melibatkan telinga tengah1
. *. tiologi
. ?eberapa penulis menyatakan baha jenis Aspergillus dan Candida banyak ditemukan pada pasien%pasien dengan otomikosis. @enis yang lain
seperti Mucor, Fusarium, cedosporium, !endersonula, "hodotorula, dan Cryptococcus jarang menyebabkan otomikosis. @amur dari jenis Monilial dan dermatophyta 4#richophyton ssp, Microsporum spp, dan $pidermophyton
floccosum7 diduga juga berhubungan dengan kejadian otomikosis11.
3. Patogenesis dan !aktor Predisposisi
Pada kondisi normal, terdapat berbagai mikroorganisme pada liang telinga yang merupakan organisme komensal. Organisme ini bersifat non pathogen selama terdapat keseimbangan antara sistem pertahanan tubuh dengan berbagai organisme tersebut. Kanalis auditorius yang intak mempunyai kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri dengan migrasi sel epitel yang terkelupas keluar bersama dengan serumen. erumen menjaga kanalis auditorius eksternus dalam kondisi asam. p kanalis auditorius eksternus
mempunyai rentang antara !,2 hingga *,/. Kondisi asam tersebut mempunyai efek anti%mikotik dan bakteriostatik. Kerusakan dari setiap pelindung K0E
dapat menyebabkan kolonisasi dan in"asi oleh organisme patogen!,11.
Kejadian otomikosis berhubungan dengan berbagai faktor predisposisi. Faktor yang mempengaruhi perubahan jamur saprofit komensal menjadi agen pathogen antara lain 5 Faktor lingkungan terdiri dari suhu dan kelembaban. Faktor lokal termasuk infeksi kronik pada telinga, penggunaan tetes telinga, penggunaan steroid, adanya infeksi jamur pada bagian tubuh lainnya seperti
dermatomikosis, gangguan fungsi imunitas, malnutrisi dan perubahan hormonal tubuh yang dapat memi)u timbulnya infeksi seperti pada keadaan menstruasi ataupun pada anita hamil. Otomikosis meningkat pada iklim panas dan lembab karena kondisi ini sangat sesuai untuk proses pertumbuhan jamur. Kondisi panas dan lembab juga berpengaruh pada permukaan epitel liang telinga karena dalam kondisi ini liang telinga lebih banyak menyerap air
sehingga sangat rentan terhadap infeksi1,11,12.
o et all menyebutkan laki%laki lebih banyak menderita otomikosis daripada anita, hal ini diduga karena laki%laki lebih banyak bekerja di luar rumah, ditempat lingkungan yang berdebu, sehingga mengakibatkan mudah
terpapar spora jamur 1!.
-. Diagnosa
Penegakan diagnosa otomikosis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan otoskopik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa pasien dengan otomikosis biasanya akan didapatkan keluhan gangguan pendengaran. elain itu gejala lain yang sering dirasakan adalah keluhan rasa gatal, otore 4keluar )airan dari telinga7, otalgia 4sakit pada telinga7, dan tinnitus. ejala gangguan pendengaran pada kasus otomikosis biasanya disebabkan oleh adanya akumulasi dari debris mikotik dalam liang telinga. <isanatha meneliti baha pada pasien immuno)ompromised 8( $ mengeluhkan gatal, diikuti
otore /! $, otalgia !8 $, rasa penuh pada telinga !! $, penurunan pendengaran 28 $ dan -innitus 2! $. +imana hasil ini ternyata tidak jauh
berbeda pada pasien immuno)ompetent/,13,1/.
Pemeriksaan fisik pada pasien otomikosis akan ditemukan adanya debris berarna putih, kehitaman, atau membran abu%abu yang berbintik%bintik di liang telinga. ?er)ak karena Aspergillus niger )enderung berarna gelap
kehitaman dan Candida albicans berarna putih*,11.
+iagnosa pasti otomikosis ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang yang )ukup sederhana, yaitu dengan memeriksa sampel debris atau sab ber)ak pada ka)a preparat yang difiksasi dengan larutan KO 1*$ % 3($. elanjutnya
dilihat melalui mikroskop dan akan tampak hifa ataupun spora dari jamur. Pemeriksaan penunjang lain adalah kultur debris dari liang telinga dengan
menggunakan media aboraud%s de&trose*,11.
4. Terapi
-erapi efektif pada pasien dengan kolonisasi kronis 0spergillus pada kanalis akustikus eksternus adalah dengan kombinasi antara pembersihan debris dan anti jamur topi)al. Pengobatan sistemik tidak direkomendasikan, ke)uali mungkin pada kasus in"asif otitis 4akut atau kronis7 eksterna maligna dengan komplikasi mastoiditis atau meningitis, atau keduanya. Kebanyakan pasien berhasil dengan pengobatan topikal. Keuntungan anti jamur topikal yaitu aplikasi lokal, konsentrasi yang diinginkan dari obat pada permukaan kulit akan di)apai tak lama setelah aplikasi, dan konsentrasi yang lebih tinggi dari anti jamur tersebut pada lokasi yang terinfeksi . Perhatian khusus harus diberikan kepada pilihan sediaan yang antara lain5 solution, suspensi, krim, salep, atau gel . Pasien otomikosis dengan membran timpani yang intak dapat
menggunakan formulasi anti jamur antara lain, salep, gel, dan krim. Ketika membran timpani perforasi, obat%obat ini tidak boleh digunakan karena partikel
ke)il dari krim, salep, atau gel dapat menyebabkan peradangan, dengan perkembangan jaringan granulasi di telinga tengah. Obat topikal anti jamur
yang soluble 4obat tetes telinga atau strip kasa diresapi dengan solution7 sebagai pengobatan membran timpani perforasi sangat dianjurkan. Aang harus
dipertimbangkan agar tepat memilih obat anti jamur topi)al, antara lain B larut dalam air, risiko rendah ototoksik, efek alergi rendah setelah pemberian berulang, obat anti mikotik spektrum luas dengan efek lokal yang baik
terhadap ragi dan jamur, )o)ok untuk aplikasi pada pasien anak dan tersedia di pasaran11,12.
ediaan anti jamur dapat dibagi menjadi tipe spesifik dan non spesifik. 0ntijamur non spesifik termasuk larutan asam dan dehydrating solution seperti 5 17 0sam asetat 2$ adalah asam )uka untuk menjaga p telinga tetap asam. 27 entian <iolet dipersiapkan sebagai solusi konsentrat yang rendah 4misalnya 1$7 dalam air. -elah digunakan untuk mengobati otomy)osis karena merupakan pearna anilin dengan antiseptik, antiinflamasi, antibakteri dan antijamur. al ini masih digunakan di beberapa negara dan disetujui F+0 'Food and (rug Administration). tudi melaporkan hingga 8($ effi)a)y. 37 Castellani%s paint 4aseton, alkohol, fenol, fu)hsin, reso)inol7. !7 Cresylate 4merthiolate, C%)resyl asetat, propilen glikol, asam borat dan alkohol7. *7 Cerkurokrom, sebuah antiseptik topikal terkenal, anti jamur tetapi tidak lagi
disetujui oleh F+0 karena kandungan merkuri di didalamnya12.
-erapi anti jamur spesifik terdiri dari5 17 :ystatin adalah antibiotik makrolida poliena yang menghambat sintesis sterol pada membran sitoplasma. ?anyak )etakan dan ragi yang sensitif terhadap :ystatin termasuk spesies ;andida. ebuah keuntungan besar dari :ystatin adalah mereka tidak terserap dalam kulit utuh. :ystatin tidak tersedia sebagai larutan otik untuk otomikosis
:ystatin dapat diresepkan sebagai krim, salep atau bubuk. +engan tingkat keberhasilan hingga *(%8($ . 27 0Doles adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol merupakan sterol penting dalam membrane sitoplasma normal. ;lotrimaDole yang paling banyak digunakan sebagai aDol topikal tampaknya menjadi salah satu agen terapi yang paling efektif dalam otomikosis dengan bunga efektifitas #*%1(($. ;lotrimaDole memiliki efek bakterisid dan hal ini merupakan keuntungan bila terdapat infeksi )ampuran dari bakteri dan jamur. KetokonaDole dan Flu)onaDole memiliki akti"itas spektrum yang luas. Efikasi Keto)onaDole dilaporkan #*%1(($ terhadap spesies 0spergillus dan ;andida. ediaan yang sering adalah sebagai krim 2$. Flu)onaDole topikal telah dilaporkan efektif dalam #($ kasus. Krim Ci)onaDole 2$ juga telah menunjukkan tingkat keberhasilan hingga #($ . ?ifonaDole adalah agen anti jamur dan umum digunakan dalam 8(%an. Potensi larutan 1$ mirip dengan ;lotrimaDole dan Ci)onaDole. ?ifonaDole dan turunannya menghambat pertumbuhan jamur hingga 1(($ . =tra)onaDole juga memiliki in"itro dan efek
"i"o terhadap spesies 0spergillus12.
Prinsip penatalaksanaan pada pasien otomikosis adalah pengangkatan jamur dari liang telinga, menjaga agar liang telinga tetap kering serta bersuasana asam, pemberian obat anti jamur, serta menghilangkan faktor risiko. -indakan pembersihan liang telinga bisa dilakukan dengan berbagai ma)am )ara antara lain dengan lidi kapas9kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau su)tion. ?eberapa penulis memper)ayai baha yang terpenting dari terapi otomikosis adalah mengetahui jenis agen penyebab infeksi tersebut sehingga terapi yang tepat dapat diberikan. ;lotrimaDole memiliki efek anti bakteri sehingga memberikan keuntungan terdapat infeksi )ampuran jamur% bakteri. 0nti jamur krim dari Keto)onaDole dan Flu)onaDole juga bisa dapat
digunakan. =nfeksi Candida biasanya mengunakan -olnaftate. :ystatin juga
diper)aya efektif melaan Candida*.
-erapi otomikosis dengan anti jamur membutuhkan aktu 3 minggu untuk men)egah rekurensi. -erapi berkelanjutan diberikan alaupun pasien
sudah bebas dari gejala1*.
Edukasi antara lain tidak mengorek%ngorek telinga baik dengan korek telinga ataupun jari, menjaga kelembaban dan p normal seperti tidak menggunakan obat steroid dan antibiotik berlebihan pada kanalis auditorius eksternus!,11,12,1!.
BAB III
A. ID/TITAS
:ama 5 -n. 0,F
mur 5 !2 tahun
@enis Kelamin 5 aki%laki
Pekerjaan 5 irasasta
0lamat 5 ;ondong ;atur, Aogyakarta
Gekam medis 5 (1.!#.(/.&!
B. A/AM/SA
Keluhan utama : gatal pada liang telinga kanan
'i5a)at Pen)akit Sekarang :
! minggu sebelum os berobat ke poliklinik -- GP +r. ardjito, os merasakan gatal pada liang telinga kanan Gasa gatal dirasakan terus menerus dan semakin memberat * hari terakhir. Os juga merasa liang telinga kanan terasa penuh dan pendengarannya terganggu. Gasa nyeri pada telinga tidak ada, keluarnya )airan dari telinga tidak ada, telinga berdenging tidak ada, sakit kepala berputar tidak ada. Pasien belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya. os memiliki riayat ken)ing manis sudah * tahun, dan tidak pernah berobat maupun kontrol rutin untuk )ek gula darah. Keluhan hidung dan
tenggorokan tidak ada.
'i5a)at Pen)akit Dahulu:
Giayat gatal pada liang telinga sebelumnya ada Giayat alergi disangkal
Giayat ken)ing manis ada sudah sejak * tahun
'i5a)at Pen)akit Keluarga
Giayat penyakit alergi pada keluarga disangkal Giayat ken)ing manis dalam keluarga ada
Keadaan "mum:
edang, )ompos mentis, giDi )ukup
-+5 13(9&( Cmg, :adi5 #('9menit, uhu5 3/,&H;, Frekuensi Pernapasan5 22'9menit
Pemeriksaan THT: Pemeriksaan Telinga
0uris +e'tra 0uris inistra
=nspeksi 0urikula 5 hiperemi 4%7, Edema 4%7,
+eformitas 4%7
0urikula 5 hiperemi 4%7, Edema 4%7, +eformitas 4%7
Palpasi :yeri tragus 4%7, :yeri mastoid 4%7 :yeri tragus 4%7, :yeri mastoid 4%7
Otoskopi K0E 5 tampak debris berarna
putih. hiperemis 4I7, edema 4%7, Cembran timpani intak
K0E 5 dis)harge 4%7, hiperemis 4%7, edema 4%7, Cembran timpani intak, refleks )ahaya 4I7
Pemeriksaan Hidung
+e'tra inistra
=nspeksi +eformitas 4%7, dis)harge 4%7, hiperemi 4%7, lesi 4%7
Palpasi +eformitas 4%7, krepitasi 4%7
Ghinoskopi 0nterior Konka5 hiperemis 4%7,
edema 4%7, massa 4%7 eptum 5 de"iasi 4%7
Konka5 hiperemis 4%7, edema 4%7, massa 4%7
eptum 5 de"iasi 4%7
Ghinoskopi Posterior Konka5 hiperemis 4%7,
edema 4%7, massa 4%7 eptum 5 de"iasi 4%7
Konka5 hiperemis 4%7, edema 4%7, massa 4%7
eptum 5 de"iasi 4%7
Pemeriksaan orofaring tidak didapatkan hiperemis maupun pembesaran tonsil 4-1%-17 Pemeriksaan laringoskop indirek tidak ditemukan kelainan
D. PM'IKSAA/ P/"/0A/$
Pemeriksaan sab debris dari liang telinga dengan pemeriksaan KO 1($ diperoleh hasil hifa 4I7.
. DIA$/OSA
+ari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka dapat
ditegakkan diagnosis terhadap pasien ini adalahOtomikosis Auris De7tra .
!. P/ATAAKSA/A/
• Cembersihkan debris pada liang telinga kanan 4aural toilet7
• -erapi medikamentosa berupa5
-ampon kassa Ci)onaDole pada telinga kanan ;etiriDine 1 ' 1( mg
• Konsultasi ke bagian Penyakit +alam untuk tatalaksana +iabetes Cellitus
• Cemberikan edukasi kepada pasien
% Cenjaga agar telinga tetap kering
% -idak boleh mengorek%ngorek telinga dengan jari maupun )otton bud
$. MASAAH
Gekurensi
H. PA//I/$
Kontrol 2 hari
I. !OO8 "P
etelah 2 hari, pasien kontrol ke poliklinik -- didapatkan keluhan gatal sudah berkurang. Pada pemeriksaan otoskopi telinga kanan didapatkan debris minimal dan hiperemis berkurang. Pasien dilanjutkan terapi tampon Ci)onaDole selama 2 minggu dengan e"aluasi tampon 2 hari sekali.
BAB I1
DISK"SI
+iagnosis otomikosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, yaitu adanya rasa gatal pada liang telinga, rasa penuh pada liang telinga, penurunan pendengaran dan kotoran berarna putih. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan debris berarna putih pada liang telinga kanan. Pemeriksaan penunjang dengan melakukan pemeriksaan KO didapatkan hasil hifa 4I7.
Pasien adalah penderita +iabetes Cellitus yang tidak pernah berobat maupun rutin kontrol untuk memeriksa gula darah. Gekurensi terjadi karena pasien adalah penderita diabetes yang tidak terkontrol. Fasunla et al berpendapat baha risiko terjadinya rekurensi pada otomikosis salah satunya adalah karena tidak terkontrolnya glukosa plasma akibat ketidak patuhan pasien terhadap pengobatan hiperglikemianya. iperglikemia merupakan salah satu
allaa et al menyebutkan terapi otomikosis dengan anti jamur membutuhkan aktu 3 minggu untuk men)egah rekurensi. -erapi
berkelanjutan diberikan alaupun pasien sudah bebas dari gejala1*
.Ceskipun pada pasien ini telah dilakukan pembersihan liang telinga dan
pemberian tampon anti jamur, namun rekurensi masih menjadi pertimbangan masalah kedepan. al tersebut bisa disebabkan beberapa faktor, antara lain adanya faktor predisposisi yaitu +iabetes Cellitus yang tidak terkontrol pada pasien, kepatuhan pasien dalam menjalankan edukasi yang telah diberikan,
kepatuhan dalam menggunakan obat sesuai aturan, dan respon jamur terhadap pengobatan. ntuk itu perlu adanya anjuran kontrol ulang se)ara berkesinambungan untuk menge"aluasi respon penyakit sehingga tidak
menimbulkan komplikasi kedepannya3 13.
BAB 1
KSIMP"A/
+ilaporkan pasien laki%laki, usia !2 tahun dengan diagnosis otomikosis pada kanalis auditorius eksterna kanan. -erhadap pasien ini telah dilakukan pembersihan liang telinga, pemberian tampon anti jamur, dan diberikan edukasi. etiap 2 hari sekali, pasien dianjurkan untuk kembali agar dapat die"aluasi hasil terapi yang telah diberikan. +iharapkan terapi yang diberikan )ukup efektif sehingga kemungkinan terjadinya kekambuhan dapat dihindari.
DA!TA' P"STAKA
1. ?arati, ?., et al. JOtomy)osis in )entral iran5 a )lini)al and my)ologi)al study.J *ranian "ed Crescent Medical +ournal 2(11 5 8&3.
2. Cahmoudabadi 0, Casoomi 0, Cohammadi . ;lini)al and my)ologi)al studies of otomy)osis.Pak @ Ced )i 2(1( 5 18&%1#(.
3. Fasunla, @., =beke, -. and Onakoya, P. 42((87, Otomy)osis in estern :igeria. Cy)oses,2((&.
!. 0le'is @a)kman, Gobert ard, Ca' 0pril, @ohn ?ent, -opi)al antibioti)
indu)ed otomy)osis, =nternational @ournal of Pediatri)
Otorhinolaryngology, <olume /#, =ssue /, @une 2((*.
*. ampath ;handra Prasad, ubbannayya Kotigadde, Canisha hekhar, et al., LPrimary Otomy)osis in the =ndian ub)ontinent5 Predisposing Fa)tors, Ci)robiology, and ;lassifi)ation,M =nternational @ournal of Ci)robiology, 2(1!.
/. 0jay Philip, Gegi -homas, 0nand @ob, <. Gajan undaresan, halini 0nandan, and Gita Guby 0lbert, LEffe)ti"eness of &.* Per)ent Po"idone =odine in ;omparison to 1 Per)ent ;lotrimaDole ith igno)aine in the -reatment of Otomy)osis,M =G: Otolaryngology, "ol. 2(13.
&. ?ailey, ?yron @.B @ohnson, @onas -.B :elands, han +, ead N :e)k
urgery%Otolaryngology, !th Edition, ;hapter 13*5 =nfe)tions of -he E'ternal Ear, ippin)ott illiams N ilkins.2(1!.
8. alani 0K, +isease of -he E'ternal Ear. =n5 ;urrent +iagnosis N treatment otolaryngology ead N :e)k urgery,2nd
ed. ;hapter !&, C)rahill ange. :e Aork.2((8.h./2!%/.
#. +rake G, <ogl , Cit)hell 0C. Ear 0natomy. =n5 ray6s anatomy for student, ;hapter 8, Else"ier.2((&58**%8*8.
1(. iston , +u"all === 0@. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. +alam5 ?oies5 ?uku 0jar Penyakit -- edisi /. Penerbit ?uku Kedokteran E;, @akarta.1##&.h.2&%31.
11. <enneald, =., :at, G., Klemm E. Otomy)osis5 diagnosis and treatment. ;lini)s in +ermatology 2(1(B 285 2(2211.
12. Cunguia G, +aniel @, 2((8. Ototopi)al antifungals and otomy)osis5 a re"ie. =nternational @ournal of Pediatri) Otorhinolaryngology 2((8B &25 !*3 !*#.
13. <isanatha, ?orlingegoda,C.., +..O., umatha, +., C.?.?.., N <ijayashree, Caliyappanahalli iddappa,C.?.?.., C... Otomy)osis in immuno)ompetent and immuno)ompromised patients5 ;omparati"e study and literature re"ie. $ar, ose #hroat +ournal, /437, 2(12, 11!%21.
1!. o -, <rabe) @-, Aoo +, ;oker :@. Otomy)osis5 )lini)al features and treatment impli)ations. Otolaringology%ead and :e)k urgery 2((/B 13*5 &8&%.
1*. 0bou%alaa 0, Khan C0, 0lrobaee 00, 0lDolibani 00, 0lshobaili 0. Otomy)osis ith perforated tympani) membrane5 self medi)ation
ith topi)al antifungal solution "ersus medi)ated ear
i)k. *nternational +ournal of !ealth ciences. 2(12B/4175&3&&.
1/. 0nar K, ohar C. Otomy)osisB )lini)al features, predisposing