• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GAS"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

DI RUANG CANDI SAMBISARI RSUD PRAMBANAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik

Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :

Vinda Astri Permatasari

P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

PADA Ny. A

DI RUANG CANDI SAMBISARI RSUD PRAMBANAN

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal

:

Tempat

:

Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

(3)

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada

lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa

disertai muntah (Sowden, et all, 1996).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan

intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).

Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan

atau tanpa darah dan lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya

sehat (Mansjoer Arif, 2000).

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali sehari pada anak dengan

konsistensi encer, dapat berwarna hijau/ dapat pula bercampur lendir dan

darah/ lendir saja. (Ngastiyah, 2005).

Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :

1. Akut : jika < 1 minggu

2. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari

3. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi

4. Persisten : > 14 hari, disebabkan oleh infeksi

B. Etiologi

Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab

(4)

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella

dysentriae.

b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica,

Giardiosis lambia.

2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh

bahan-bahan kimia, makanan,gangguan psikis (ketakutan,

gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin

dan mineral).

2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).

3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.

(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

C. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga

timbul diare.

2. Gangguan sekresi

(5)

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan

menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.

D. Manifestasi klinik

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Kram perut

10. Urin output menurun (oligouria,anuria)

11. Turgor kulit menurun sampai jelek

12. Ubun-ubun atau fontanela cekung (pada bayi)

13. Kelopak mata cekung

14. Membran mukosa kering

(Suriadi, 2001).

Yang dinilai A

(Tanpa dehidrasi)

B

(dehidrasi tak berat)

C

<4x /hari cair

sedikit/ tidak

minum biasa tidak

haus

Normal

4-10 x / hari cair

beberapa kali haus

sekali , rakus ingin

minum banyak

Sedikit gelap

>10 x / hari cair

sangat sering tidak

dapat minum

Tidak ada dalam 6

(6)

Periksa

lemah, letargi, tidak

sadar/koma

Tidak ada

Kering, sangat

cekung

Sangat kering

Cepat dan dalam

Raba

kembali lambat ***

agak cepat

cekung

Kembali sangat

lambat

Sangat cepat, lemah

tidak teraba

* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu

dikonfirmasikan dengan orang tua

** Kekeringan mulut dan lidah tidak dapat diraba dengan jari bersih dan

kering, mulut selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan

mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum

*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus,

kwashiorkor atau anak gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik)

A = Tidak atau tanpa dehidrasi

B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda

adalah*

(7)

E. Patofisiologi

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak

dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan

reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan

keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi

dan destruksi padasel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan

mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan mal digesti dan mal absorbsi,

dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya

dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah

masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri

atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia

danlainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa

mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,

memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau

melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.

Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu

penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen

dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme

dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

(8)

F. Komplikasi

1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolik

2. Syok

3. Kejang

4. Sepsis

5. Gagal ginjal akut

6. Ileus paralitik

7. Malnutrisi

8. Gangguan tumbuh kembang.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan feses

Darah samar mungkin positis (erosi mukosa), steatorea dan garam

empedu dapat ditemukan.

2. Foto

Menelan barium dapat menunjukkan penyempitan lumen pada ileum

terminal, kekakuan dinding usus, mukosa mudah terangsang atau

ulkus.

3. Enema barium

Usus halus hampir selalu terkena, tetapi area rektal dipengaruhi

hanya 50%. Fistula sering dan biasanya ditemukan pada ujung ileum

tetapi hanya ad apada segmen sepanjang saluran gastrointestinal.

4. Pemeriksaan sigmoideskopi

Dapat menunjukkan edema hiperemik mukosa kolon, celah

transversal atau ulkus longitudinal.

5. Endoskopi

(9)

6. Darah lengkap

Anemia (hipokromik, kadang-kadang makrositik) dapat terjadi karena

malnutrisi atau malabsorbsi atau tekanan fungsi sumsum tulang

(proses inflamasi kronis), peningkatan sel darah putih.

7. ESR

Peningkatan menunjukkan inflamasi

8. Albumin atau protein total

Menurun.

9. Kolesterol

Meningkat (dapat mengalami batu empedu).

10. Kapasitas asam folat- besi serum

Menurun sehubungan dengan infeksi kronis atau sekunder terhadap

kehilangan darah.

11. Pemeriksaan pembekuan

Gangguan dapat terjadi sehubungan dengan absorbsi vitamin B12

buruk.

12. Elektrolit

Penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dengan peningkatan

natrium.

13. Urine

Hiperoksalaria (dapat menyebabkan batu ginjal).

14. Kultur urine

Bila ada organisme Eschericia colli, diduga pembentukan fistula pada

kandung kemih.

H. Asuhan keperawatan dengan pasien gastroenteritis

1. Pengkajian

Menurut Doenges, dkk (2000) fokus pengkajian yang didapatkan pada

pasien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut :

a. Aktivitas atau istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan

gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja sehubungan

(10)

b. Integritas ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya

atau tak ada harapan, faktor stres akut/ kronis , misal hubungan

keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi

c. Eliminasi

Gejala : Episode diare yang tidak dapat diperkirakan, hilang

timbul, sering, tak terkontrol, flatus lembut dan semicair, bau busuk dan

berlemak (steatorea), melena, konstipasi hilang timbul, riwayat batu

ginjal (meningkatnya oksalat pada urine)

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tak

toleran pada diet/ sensitif misal produk susu, makan berlemak.

Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan,

tonus otot buruk dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.

e. Higiene

Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau

badan.

f. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran

kanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum),

nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal, titik nyeri berpindah,

nyeri tekan (artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).

Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.

g. Keamanan

Gejala : Riwayat lupus eritematosus, anmeia hemolitik, vaskulitis,

artritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus),

peningkatan suhu 39,6-40° C (eksaserbasi akut), penglihatan kabur,

alergi terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan histamin ke

(11)

Tanda : Lesi kulit mungkin ada misal eritema nodusum

(meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan,

muka, pioderma gangrenosa (lesi tekan purulen/ lepuh dengan batas

keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki, ankilosaspondilitis, uveitis,

konjungtivitis/ iritis.

h. Interaksi sosial

Gejala : Masalah berhubungan/ peran sehubungan dengan

kondisi. Ketidakmampuan aktif secara sosial.

i. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus

Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama

dirawat ; 7,1 hari. Bantuan dalam program diet, program obat,

dukungan psikologis.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien dengan Gastroenteritis, adalah:

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat,

muntah.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan absorpsi nutrisi, mual.

d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsangan simpatis

(proses inflamasi).

e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit

atau jaringan.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,

(12)

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pada pasien

Gastroenteritis adalah:

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi usus.

Tujuan : melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi

kembali normal, mengidentifikasi atau menghindari faktor pemberat.

Intervensi :

1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan

faktor pencetus.

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji

beratnya episodik

2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur

Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan

laju metabolisme, jika infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak

terkontrol, peningkatan risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-alat tidak

dijangkauan tangan.

3) Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.

Rasional : Menurunkan bau tak sedap untuk menurunkan rasa

malu pasien.

4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, misal:

sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat,

produk susu.

Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau

(13)

5) Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan

minuman jernih tiap jam : Hindari minuman dingin

Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan atau cairan. Makan kembali

secara bertahan cairan mencegah kram dan diare berulang :

namun cairan dingin dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat

meningkatkan motilitas usus.

6) Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : Memberikan kesempatan pada lambung untuk

mencerna makanan

7) Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan

dengan proses penyakit.

Rasional : Adanya penyakit dengan penyebab tak diketahui sulit

untuk sembuh dan yang memerlukan intervensi bedah dapat

menimbulkan reaksi stress yang dapat memperburuk situasi.

8) Observasi demam, letargi, takhikardi, leukositosis, penurunan

protein ureum, ansietas dan kelesuan.

Rasional : Tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan

peritonitis akan terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik

segera.

9) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi pengobatan (sesuai

indikasi) :

- Antikollinergik contoh belladonna tinktur, atropin difenoksilat

(Lomotil), anodin supositoria

Rasional : Menurunkan motilitas/ peristaltik GI dan

menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan

diare. Catatan : penggunaan dengan hati-hati pada PKU

(14)

- Sulfasalazin (Azulfidine)

Rasional : Berguna pada pengobatan eksaserbasi

ringan/sedang. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi

lamanya. Catatan : Dianjurkan untuk berlapis enterik

- Loperamid (Imodium), kodein

Rasional : Diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan :

Penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat

terjadi.

- Mesalamin (Rowasa)

Rasional : Diberikan sebagai enema dengan Azulfidin untuk

pasien yang sensitif terhadap obat sulfa.

- Psillium (Metamucil)

Rasional : Mengabsorbsi air untuk meningkatkan bulk feses,

sehingga menurunkan diare.

- Kolestiramin (Questran)

Rasional : Mengikat garam empedu, menurunkan diare yang

diakibatkan oleh kelebihan asam empedu.

- Steroid, misal : ACTH, hidrokortison, prednisolon (Delta

Cortef), prednisolon (Deltason).

Rasional : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.

Catatan : Kontraindikasi pada penyakit Crohn bila abses

intraabdomen dicurigai.

- Azatioprin (Imuran)

Rasional : Imunosupresan dapat diberikan untuk menghambat

respons inflamasi, menurunkan kebutuhan steroid,

meningkatkan penyembuhan fistula. Mungkin diberikan

(15)

- Antasida

Rasional : Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan

menurunkan risiko infeksi pada kolitis.

- Enema (hidrokortison) dengan atau tanpa suppositoria

Rasional : Enema steroid dapat diberikan pada penyakit

ringan/sedang untuk membantu absorbsi obat. Mungkin

diberikan dengan atropin sulfat atau belladonna supositoria.

- Antibiotik

Rasional : Mengobati infeksi supuratif lokal.

10) Kolaborasi dengan dokter : bantu atau siapkan intervensi bedah

Rasional : Mungkin perlu bila perforasi atau obstruksi usus terjadi

atau penyakit tidak berespons terhadap pengobatan medik.

b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat,

muntah.

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat, membran mukosa

lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik , tanda-tanda vital

stabil, keseimbangan masukan, haluaran urine normal dalam

konsentrasi dan jumlah

Intervensi :

1) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses,

perkiraan kehilangan cairan yang tak terlihat, misal: berkeringat.

Ukur berat jenis urine, observasi oliguria.

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,

fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman

untuk penggantian cairan.

2) Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu)

Rasional : Hipotensi (termasuk postural), takhikardi, demam dapat

(16)

3) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,

penurunan turgor kulit, pengisisan kapiler lambat.

Rasional : Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.

4) Ukur berat badan setiap hari.

Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.

5) Pertahankan pembatasan oral, tirah baring, hindari kerja.

Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk

menurunkan kehilangan cairan usus.

6) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari dan adanya darah

samar

Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorpsi dapat

menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi,

potensial risiko perdarahan.

7) Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.

Rasional : Kehilangan cairan usus berlebih dapat menimbulkan

ketidakseimbangan elektrolit, misal: kalium yang perlu untuk fungsi

tulang dan jantung.

8) Kolaborasi

- Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan cairan usus akan memerlukan

penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia.

Catatan: cairan mengandung natrium dapat dibatasi pada

adanya enteritis regional.

- Awasi hasil laboratorium, contoh: elektrolit (khususnya kalium,

magnesium) dan keseimbangan asam-basa

Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan

keefektifan terapy

(17)

 Anti diare

Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.  Antiemetik, misal: trimetobenzamidea (tigan), hidroksin

(vistaril), proklorperazin (compazine)

Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/ muntah

pada eksaserbasi akut.

 Elektrolit, misal: tambahan kalium (LCI-IV, K-lyte, Slow-K)

Rasional : Elektrolit hilang dalam jumlah besar,

khususnya pada usus yang gundul, area ulkus dan diare

dapat juga menimbulkan asidosis metabolik karena

kehilangan bikarbonat (HCO3)

 Vitamin K (Mephyton)

Rasional : Merangsang pembentukan protrombin hepatik,

menstabilisasi koagulasi dan menurunkan risiko

perdarahan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absorpsi nutrisi, status hipermetabolik, secara

medik masukan dibatasi (takut makanan menyebabkan diare).

Tujuan : Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat

badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak

adanya tanda malnutrisi.

Intervensi :

1) Timbang berat badan setiap hari

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit/

keefektifan therapy.

2) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama

fase sakit akut.

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah

(18)

3) Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi

untuk makan.

4) Berikan kebersihan oral

Rasional : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa

makanan.

5) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang

menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.

Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan

stress dan lebih kondusif untuk makan.

6) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen,

flatus (misal: produk susu)

Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.

7) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.

Rasional : Memberikan rasa kontrol pada pasien dan

kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan/

dinikmati, dapat meningkatkan masukan.

8) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah memulai

makan.

Rasional : Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan

oleh takut makan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.

9) Kolaborasi :

- Pertahankan puasa sesuai indikasi.

Rasional : Istirahat usus menurunkan peristaltik dan diare

dimana menyebabkan malabsorpsi atau kehilangan

nutrien.

- Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, misal: cairan jernih

maju menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa,

(19)

Rasional : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan

kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk

penyembuhan integritas jaringan. Rendah bulk

menurunkan respon peristaltik terhadap makanan.

- Berikan obat sesuai indikasi:

Misal: donnatal, natrium harbital dengan belladonna,

propantalen bromida.

 Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum

makan, memberikan penghilangan kram dan diare.

Rasional : Menurunkan mobilitas Gaster dan

meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrien.

 Besi (Imeron yang disuntikan)

Rasional : Mencegah/ mengobati anemia, rute oral

untuk tambahan besi tidak efektif karena gangguan

usus berat menurunkan absorpsi.  Vitamin B12 (Crystamin, Rubisol)

Rasional : Malabsorpsi Vit B12 akkibat kehilangan

nyata fungsi ileum. Penggantian mengatasi depresi

sumsum tulang karena proses inflamasi lama,

meningkatkan produksi eritrosit/ memperbaiki

anemia.  Asam Folat

Rasional : Kekurangan folat pada umumnya ada

pada penyakit Chorn sehubungan dengan

penurunan masukan/ absorpsi, efek terapi obat

(Azulfidine).

- Berikan nutrisi parenteral total, tetapi sesuai indikasi

Rasional : Program ini mengistirahatkan saluran GI

(20)

d. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis/ rangsangan

simpatis (proses inflamasi).

Tujuan : Menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas

sampai tingkat dapat ditangani, menyatakan kesadaran perasaan

ansietas dan cara sehat menerimanya

Intervensi :

1) Catat petunjuk perilaku, misal gelisah, peka rangsang,

menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.

Rasional : Indikator derajat ansietas/ stress, missal: pasien

dapat merasa tidak terkontrol di rumah, kerja/ maslah pribadi.

Stress dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga

reaksi lain.

2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.

Rasional : Membuat hubungan terapeutik. Membantu

pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang

menyebabkan stres. Pasien dnegan diare berat dapat

ragu-ragu untuk meminta bantuan karena takut terhadap staff.

3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang

diekspresikan orang lain.

Rasional : Tingkatkan perhatian mendengar pasien. Validasi

bahwa perasan normal dapat membantu menurunkan stress/ isolasi dan meyakini bahwa “saya satu-satunya”

4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang

dilakukan, misal: tirah baring, pembatasan masukan per oral

dan prosedur.

Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan

memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan

ansietas.

5) Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk istirahat

Rasional : Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan

(21)

6) Dorong pasien /orang terdekat untuk menyatakan perhatian,

perilaku perhatian.

Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien

merasa stress berkurang, memungkinkan energi untuk

ditujukan pada penyembuhan / perbaikan.

7) Bantu pasien untuk mengidentifikasikan/ memerlukan perilaku

koping yang digunakan pada masa lalu.

Rasional : Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan pada

penerimaan masalah stress saat ini. Meningkatkan rasa

kontrol diri pasien.

8) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, misal: teknik

mengatasi stress, keterampilan, organisasi

Rasional : Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat

membantu dalam menurunkan ansietas, meningkatkan kontrol

penyakit.

9) Kolaborasi

- Berikan obat sesuai indikasi:

 Sedatif, misal: barbiturat (Luminal), agen ansietas,

misal: diazepam (valium)

Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan

ansietas dan memudahkan istirahat, khususnya

pasien dengan KU.

- Rujuk pada perawat spesialis psikiatri pelayanan sosial,

penasehat agama.

Rasional : Dibutuhkan bantuan tambahan untuk

meningkatkan kontrol dan mengatasi episode akut/

eksaserbasi dengan belajar untuk menerima penyakit

(22)

e. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit

atau jaringan.

Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks dan

mampu tidur/ istirahat dengan tepat

Intervensi :

1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada

meminta analgesik.

2) Catat petunjuk non verbal, misal: gelisah, menolak untuk

bergerak, berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan

depresi.

Rasional : Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.

Bahasa tubuh atau petunjuk non verbal dapat secara

psikologis dan fisiologik dan dapat digunakan pada hubungan

petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/ beratnya

masalah.

3) Kaji ulang faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau

menghilangkan nyeri

Rasional : Dapat menunjukan dengan tepat pencetus atau

faktor pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran

terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

4) Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, misal: lutut

fleksi. Rasional : Menurunkan tegangan abdomen dan

meningkatkan rasa kontrol.

5) Berikan tindakan rasa nyaman (misal: pijatan punggung, ubah

posisi) dan aktivitas waktu senggang.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali

(23)

6) Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/ lap

setelah defekasi dan berikan perawatan kulit, misal: salep A &

D, salep sween, jel karaya, desitin, jeli minyak.

Rasional : Melindungi kulit dari asam lambung, mencegah

ekskoriasi.

7) Berikan rendam duduk dengan tepat.

Rasional : Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan pada

adanya iritasi fisura perianal.

8) Observasi adanya isorektal dan fistula perianal.

Rasional : Fistula dapat terjadi dari erosi dan kelemahan

dinding usus.

9) Observasi/ catat distensi abdomen, peningkatan suhu,

penurunan tekanan darah.

Rasional : Dapat menunjukan terjadinya obstruksi usus

karena inflamasi, edema dan jaringan parut.

10) Kolaborasi dengan dokter pemberian :

- Lakukan modifikasi diit sesuai resep, misal: memberikan

cairan dan memberikan makanan padat sesuai toleransi.

Rasional : Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram

- Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi:

 Analgesik

Rasional : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan

perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat

dan penyembuhan.  Antikolinergik

Rasional : Menghilangkan spasme saluran GI dan

(24)

 Anodin supositoria

Rasional : Merelaksasikan otot rektal, menurunkan nyeri

spasme.

- Kolaborasi : Bantu mandi rendam duduk sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan kesejukan lokal dan kenyamanan

untuk area iritasi rektal.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor berat,

pengulangan periode waktu, nyeri hebat, kurang tidur dan

istirahat, krisis situasi, tidak adekuat metode kping : kurang sistem

pendukung, proses penyakit yang tidak diduga, kerentanan

pribadi.

Tujuan : Mengkaji situasi pada saat itu dengan tepat,

mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif dan konsekuensinya,

mengatur kemampuan koping sendiri, menunjukkan perubahan

pola hidup yang perlu untuk membatasi/ mencegah kejadian

berulang.

Intervensi :

1) Kaji pemahaman pasien/orang terdekat dan metode

sebelumnya dalam menerima proses penyakit.

Rasional : Memampukan perawat untuk menerima lebih nyata

tentang masalah saat ini. Ansietas dan masalah lain dapat

mempengaruhi penyuluhan kesehatan/belajar pasien

sebelumnya.

2) Tentukan stres luar, misal : keluarga, teman, lingkungan kerja

atau sosial.

Rasional : Stres dapat mengganggu respons saraf otonomik

dan mendukung eksaserbasi penyakit. Meskipun tujuan

kemandirian pada pasien tergantung menjadi penambah

(25)

3) Berikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan

bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan, termasuk

masalah seksual.

Rasional : Stresor penyakit mempengaruhi semua area hidup

dan pasien mengalami kesulitan mengatasi perasaan lemah/

nyeri sehubungan dengan kebutuhan hubungan/ seksual.

4) Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping efektif

secara individu.

Rasional : Penggunaan perilaku yang berhasil sebelumnya

dapat membantu pasien menerima situasi/ rencana saat ini

untuk masa datang

5) Berikan dukungan emosi :

- Mendengarkan dengan aktif dengan sikap tidak

menghakimi

Rasional : Membantu dalam komunikasi dan pemahaman

titik pandang pasien. Menambah perasaan pasien akan

harga diri.

- Pertahankan bahasa tubuh yang tidak menghakimi bila

merawat pasien

Rasional : Mencegah penguatan perasaan pasien tentang

menjadi beban, misal : kebutuhan pengosongan pispot

dengan sering.

- Tugaskan staf yang sama sebanyak mungkin

Rasional : Memberikan lingkungan lebih terapeutik dan

mengurangi stres penilaian secara terus menerus.

(26)

Rasional : Kelelahan karena penyakit cenderung merupakan

masalah berarti, mempengaruhi kemampuan mengatasinya.

7) Dorong penggunaan keterampilan menangani stres, misal :

teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan napas

dalam.

Rasional : Memusatkan kembali perhatian, meningkatkan

relaksasi, dan meningkatkan kemampuan koping.

8) Kolaborasi : masukan pasien/ orang terdekat dalam tim

pertemuan untuk mengembangkan program individual

Rasional : Meningkatkan kontinuitas keperawatan dan

memampukan pasien/ orang terdekat untuk merasakan

sebagai bagian perencanaan, memberikan mereka perasaan

kontrol dan meningkatkan kerjasama dalam program terapi.

9) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi

- Antipsikosis, misal : tioridazin (mellaril), agen antiansietas,

contoh lorazepam (Ativan), alprazolam (Xanax)

Rasional : Bantuan dalam istirahat psikologis/ fisik.

Menghemat energi dan dapat menguatkan kemampuan

koping.

10) Kolaborasi : rujuk ke sumber sesuai indikasi, misal : pekerja

sosial, perawat psikiatrik, penasehat agama.

Rasional : Dukungan tambahan dan konseling dapat

membantu pasien/ orang terdekat menerima stres khusus/

(27)

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi

informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan

pengobatan, mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus

untuk menerimanya, berpartisipasi dalam program pengobatan,

melakukan perubahan pola hidup tertentu.

1) Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.

Raisonal : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan

kesadaran kebutuhan belajar individu.

2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor

yang menimbulakn gejala dan mengidentifikasi cara

menurunkan faktor pendukung. Dorong pertanyaan.

Rasional : Faktor pencetus/ pemberat individu, sehingga

kebutuhan pasien untuk waspada terhadap makanan, cairan

dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala.

Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan

pasien untuk membuat keputusan informasi/ pilihan tentang

masa depan dan kontro lpenyakit kronis. Meskipun

kebanyakan pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri,

mereka dapat mengalami informasi yang telah tertinggal atau

salah konsep.

3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan kemungkinan

efek samping

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan dapat

meningkatkan kerjasama dalam program.

4) Ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping apabila

steroid diberikan, dalam jangka panjang, misal : ulkus, edema

(28)

Rasional : Steroid dapat digunakan untuk mengontrol

inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit, namun obat

dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan

menyebabkan retensi cairan.

5) Tekankan pentingnya perawatan kulit, misal : teknik cuci

tangan yang baik dan perawatan perineal yang baik.

Raisonal : Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi

kulit/kerusakan, infeksi

6) Anjurkan menghentikan merokok

Raisonal : Dapat meningkatkan motilitas usus, meningkatkan

gejala.

7) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang

periodik

Raisonal : Pasien dengan inflamasi penyakit usus beresiko

untuk kanker kolon/ rektal dan evaluasi diagnostik teratur

dapat diperlukan.

8) Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, misal : perawat

kesehatan masyarakat, ahli diet, kelompok pendukung dan

pelayanan sosial.

Rasional : Pasien mendapat keuntungan dari pelayanan agen

ini dalam koping dengan penyakit koping dengan penyakit

(29)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Hari, tanggal : Kamis, 02 Januari 2014

Waktu : Pukul 24.00 WIB

Tempat : Bangsal Candi Sambisari, kamar 6A

Oleh : Vinda Astri Permatasari

Sumber Data : Pasien, keluarga pasien, catatan medis dan keperawatan,

tim kesehatan lain

Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi

dokumen

I. Identitas

a. Pasien

Nama : Ny. “A”

Umur : 44 tahun

Tanggal lahir : 14 September 1969

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Suku : Jawa

Alamat : Gunung Gebang, Sumberharjo,

Prambanan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Dagang

Tanggal Masuk RS : Rabu, 01 Januari 2014

No. CM : 035985

b. Penanggung jawab

Nama : Bp. “S”

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

(30)

Alamat : Gunung Gebang, Sumberharjo,

Prambanan

Hubungan dgn pasien : Suami

c. Diagnosis Medis : Gastroenteritis Akut (GEA)

II. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Pasien mengeluh lemas dan perut terasa nyeri. Nyeri skala 8 dari

1-10 skala yang diberikan, perut terasa seperti di remas-remas,

nyeri hilang timbul. Pasien mengeluhkan diare konsistensi cair dan

berwarna hijau.

2. Alasan masuk RS

Pasien menyatakan sewaktu di rumah memakan buah mangga

busuk yang sudah jatuh dari pohon mangga yang berada di depan

rumahnya. Akibat memakan buah mangga yang busuk, pasien

kemudian mengalami diare dengan konsistensi cair dan berwarna

hijau (tanggal 29 Desember 2013). Sudah 3 hari diare disertai

muntah, demam dan nyeri perut yang tidak sembuh-sembuh,

pasien kemudian dibawa oleh suaminya ke RSUD Prambanan

untuk dilakukan pengobatan dan perawatan lebih lanjut.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien menyatakan hari ini (02 Januari 2013) sudah BAB 3x

dengan konsistensi feses cair dan berwarna hijau, tidak disertai

lendir maupun darah. Pasien mengeluhkan nafsu makannya

menurun dan perutnya masih terasa sakit. Pasien terlihat lemah

dan lemas. Pasien mengeluhkan perutnya bersuara secara

terus-menerus dan keras. Bising usus 34 x/menit.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien menyatakan sudah menjalani operasi sebanyak 7 kali. Tahun

1996 pasien operasi ileus, 1997 pasien operasi KET (Kehamilan

Ektopik Terganggu), tahun 1998 pasien pernah dilakukan

appendiktomi. Pasien menyatakan pernah dioperasi trakoma

(31)

Pasien menyatakan mempunyai penyakit jantung bawaan, yaitu

jantungnya tidak bersekat.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram

Keterangan :

d. Diagnosa medis saat masuk rumah sakit : Gastroenteritis Akut (GEA)

III. Pola Kebiasaan

A. Aspek Fisik dan Psikologi

1. Pola Nutrisi

a. Intake Nutrisi

1) Sebelum sakit

Kebiasaan pasien makan sebelum sakit yaitu 3 x sehari, dengan

menu nasi, sayur dan lauk. Pasien menyatakan makan hanya

habis ½ porsi saja, karena sudah merasa kenyang. Makanan

favorit pasien adalah pempek dan siomay. Pasien menyatakan

sehari-harinya susah makan (sudah bawaan dari kecil). = perempuan

= laki-laki

= pasien

= garis pernikahan

= garis keturunan

(32)

2) Selama di rumah sakit

Pasien makan hanya setengah porsi dari diet lunak yang diberikan

oleh RS. Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut

terasa kenyang.

b. Intake cairan

1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan setiap harinya jarang minum, hanya ± 4 gelas

(± 1000 cc) per hari. Pasien hanya suka minum minuman yang

manis.

2) Selama di rumah sakit

Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750 cc) per hari.

c. Pola Eliminasi

1) BAK

a) Sebelum sakit

Pasien BAK, warna kuning jernih, ± 5 – 6 x dalam sehari. b) Selama di rumah sakit

Pasien BAK warna kuning jernih ±5 – 6 x dalam sehari. Pasien menyatakan tidak pernah menahan miksi

2) BAB

a) Sebelum sakit

Pasien BAB di WC rumah, pasien mengatakan BAB 2x

sehari, konsistensi feses keras dan tidak ada lendir

ataupun darah. Pasien menyatakan sakit di daerah anus

saat mengedan.

b) Selama di rumah sakit

Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan

konsistensi cair dan berwarna hijau. Pasien terakhir BAB

malam ini (01 Januari 2014) 10.30 WIB tidak terlihat lendir

(33)

d. Pola Istirahat

1) Jumlah : Sebelum sakit dan selama di rumah sakit pasien

menyatakan tidak bisa tidur, tidur hanya sebentar dan tidak

pulas.

2) Waktu : Sebelum sakit : malam 21.00 WIB – 05.00 WIB tidur tidak pulas. Selama sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur

dengan pulas.

2. Personal hygiene

a. Frekuensi mandi : Sebelum sakit 2x sehari, selama di rumah

sakit 2x sehari setiap pagi dan sore, pasien menyatakan mandi

hanya dilap dengan air hangat.

b. Kebersihan : Rambut terlihat rapi, kuku terlihat rapi dan bersih,

mulut selalu bersih dan pakaian diganti setiap hari.

3. Aktivitas.

a) Sebelum sakit

Kemampuan

perawatan

diri

0 1 2 3 4

Makan dan

minum 

Mandi

Toiletting

Berpakaian

(34)

tempat tidur

Berpindah

ROM

Keterangan :

0 :Tergantung total

1 :Dibantu orang lain dan alat

2 :Dibantu orang lain

3 :Alat bantu

4 :Mandiri

Kesimpulan : Sebelum sakit pasien dapat melakukan kegiatan sehari – hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.

b) Selama di rumah sakit

Kemampuan

perawatan

diri

0 1 2 3 4

Makan dan

minum  

Mandi

Toiletting

(35)

Mobilitas di

tempat tidur 

Berpindah

ROM

Keterangan :

0 : Tergantung total

1 : Dibantu orang lain dan alat

2 : Dibantu orang lain

3 : Alat bantu

4 : Mandiri

Kesimpulan : Selama sakit atau di rumah sakit aktivitas pasien untuk

makan, minum, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan

ROM dapat dilakukan secara mandiri tanpa dibantu

orang lain walaupun dengan gerakan yang pelan-pelan

dan hati-hati. Untuk mandi, toiletting dan berpakaian,

pasien masih memerlukan sedikit bantuan orang lain,

karena kondisi pasien yang masih lemah.

B. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual 1) Konsep diri

Pasien menyatakan tidak merasa percaya diri ketika tidak memakai

kosmetik, karena wajahnya terlihat pucat ketika diajak berbicara (saat

dilakukan pengkajian). Pasien kemudian meminta kepada suaminya

(lewat HP) untuk membawakannya perlengkapan kosmetik miliknya.

Pasien mengatakan dirinya adalah orang yang aneh, berbeda dari

(36)

2) Intelektual

Pasien sedikit mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.

3) Hubungan interpersonal

Hubungan dengan anggota keluarga sangat harmonis walaupun

berjarak jauh. Hubungan dengan tetangga dan kerabat terjalin

silturahmi dengan sangat baik.

4) Mekanisme koping

Pasien menganggap penyakit ini sebagai cobaan dari Allah SWT. Dan

pasien menganggap cobaan ini pasti ada hikmahnya.

5) Support system

Saudara-saudara pasien selalu mendoakan pasien agar segera

sembuh dari sakit dan pulang kembali ke rumah. Begitu pula dengan

suami pasien, yang setia menunggu pasien.

6) Aspek mental emosional

Pasien sabar menghadapi penyakit ini. Pasien tidak pernah mengeluh

ataupun marah terhadap penyakit yang dideritanya.

7) Aspek intelegensi

Ketika dilakukan pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan

yang diberikan dengan baik dan lancar. Pasien masih mengingat

kejadian sebelum sakit.

8) Hubungan sosial

Pasien menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dalam

kehidupan sehari – hari. Pasien tinggal di rumahnya sendiri. Lingkungan pasien berada di wilayah pedesaan. Air yang digunakan

dan dikonsumsi sehari – hari menggunakan air sumur. BAB, BAK dan dan kegiatan MCK dilakukan di rumah. Hubungan pasien dan keluarga

dengan para perawat dan pasien lain yang satu ruangan dengan

pasien terjalin dengan baik.

4. Pola seksualitas dan reproduksi

(37)

5. Sistem nilai dan keyakinan

Pasien rutin melaksanakan sholat lima waktu walaupun dengan

keterbatasan gerak, suami pasien sering membantu pasien untuk

melaksanakan sholat di atas tempat tidur.

B. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : lemah

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Status Gizi :

a) TB : 153 cm

b) BB : 44 kg

c) IMT : 18,8 kg/m2 (normal)

d. Tanda-tanda vital :

a) Suhu : 36,3º C

b) Nadi : 80 x/menit

c) TD : 100/70 mmHg

d) RR : 20 x/menit

1. Pemeriksaan cepalo-kaudal

a. Kepala : Bentuk kepala normal, terlihat bekas luka jahitan di dahi

sebelah kiri.

a) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata

terlihat sayu.

b) Telinga : Bersih, simetris, tidak keluar secret, tidak ada

gangguan pendengaran.

c) Hidung : Bersih, simetris, fungsi pembauan baik.

d) Mulut : Bibir terlihat kering, gigi bagian depan terlihat

karies gigi.

b. Leher

Tidak terlihat benjolan dan pembesaran kelenjar tiroid.

c. Dada

Bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru

simetris, ekspansi dada simetris, suara paru sonor, suara nafas

(38)

d. Punggung

Punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang

belakang.

e. Abdomen

Bising usus 34 x/menit, hiperperistaltik. Pasien menyatakan perutnya

bersuara secara terus-menerus dan terdengar keras, pasien

menyatakan sakit pada perut

P : Nyeri abdomen

Q : Diremas-remas

R : Abdomen

S : 8 (1-10)

T : Hilang timbul

f. Genetalia

Tidak terpasang kateter

g. Ekstrimitas :

a) Atas

Lengkap, pasien bisa menggerakkan tangan kiri dan kanan, tidak

terdapat oedem, tidak terlihat atrofi, infus RL 40 tpm makro

terpasang di tangan kanan pasien sejak 01 Januari 2014 kondisi

balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.

b) Bawah

Lengkap, kaki kiri dan kanan bisa digerakkan dan tidak ada

gangguan. Tidak terdapat oedema. Otot kaki tidak atrofi.

C. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium hematologi (darah)

Pemeriksaan tanggal 01 Januari 2014

Komponen Hasil Nilai normal Satuan

Hemoglobin 11,7

L : 14,0-18,0

P : 12,0-16,0

An (1-4 thn) :

12,0-14,0

Bayi : 13,5-19,5

(39)

Leukosit 5,8

Dws : 4,0-11,0

An (1-4 thn) : 5,0 – 13,5 Bayi : 10,0 –

26,0

ribu/mm3

Eritrosit 4,31 L : 4,5-6,2

P : 4,0-5,4 juta/mm

3

Trombosit 202

Dws :

150,0-450,0

Bayi : 100-450

ribu/mm3

Hematokrit 39,4 L : 42-52

P : 37-47 %

Netrofil Segmen 78,2 50-65 %

Limfosit 12,7 Dws : 20-40

Anak : 45-65 %

b. Hasil pemeriksaan laboratorium faal ginjal

Pemeriksaan tanggaL 01 januari 2014

Komponen Hasil Nilai normal Satuan

Ureum 16,0 10-50 mg/dL

Kreatinin 1,28 L : 0,8-1,4

P : 0,6-1,0

mg/dL

c. Hasil pemeriksaan analisis feses

Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014

Komponen Hasil Nilai normal Satuan

Warna Cokelat Cokelat -

(40)

d. Hasil pemeriksaan urin lengkap

Pemeriksaan tanggal 02 Januari 2014

Komponen Hasil Nilai normal Satuan

Warna Kuning Kuning muda –

kuning

Kejernihan Agak keruh Jernih

pH 7,0 4,6-8,5

Berat jenis 1,010 1,003-1,030

Protein - Negatif mg/dL

Reduksi - Negatif mg/dL

Urobilinogen Normal Normal mg/dL

Bilirubin - Negatif mg/dL

Keton 2+ Negatif mg/dL

Nitrit - Negatif mg/dL

Lekosit esterase - Negatif Leu/mikro l

Blood (Eri/Hb) - Negatif mg/dL

D. Program terapi

1. Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01

Januari 2014 kondisi balutan bersih, tidak terlihat tanda-tanda infeksi.

2. Injeksi ethiferan (metoclopramide HCI) 10mg/ 8jam

3. Injeksi ranitidin 50mg/ 8jam

4. Obat oral antasida 4x 2 sendok teh

5. Obat oral sukralfat 3x 500mg

6. Obat oral lansoprazol 3x 30mg

(41)

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

DO :

- Bising usus 34 x/menit - Pasien terdiagnosis GEA - Pasien terlihat lemah dan

lemas

DS :

- Pasien menyatakan nyeri di perut

- Pasien menyatakan perutnya bersuara secara terus-menerus

dan terdengar keras

- Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan

konsistensi cair dan berwarna

hijau, tanpa lendir dan darah

Diare Proses infeksi

DO :

- Pasien terlihat lemah

- Bibir terlihat kering

- Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan

pasien sejak 01 Januari 2014

- Pasien terdiagnosa GEA

- Tanda-tanda vital

Suhu : 36,3º C

Nadi : 80 x/menit

TD : 100/70 mmHg

Resiko tinggi

kekurangan volume

cairan

(42)

RR : 20 x/menit

- Pemeriksaan lab

Hematokrit : 39,4 %

DS :

- Saat dirawat di RS pasien menyatakan minum 2 – 3 gelas (± 750 cc) per hari

- Pasien menyatakan diare sudah 3 hari, frekuensi >3x

sehari, konsistensi cair, warna

hijau

- Pasien menyatakan muntah disertai demam saat di rumah

DO :

- Tanda-tanda vital :

Suhu : 36,3º C

Nadi : 80 x/menit

TD : 100/70 mmHg

RR : 20 x/menit

- Mata terlihat sayu

- Bising usus : 34 x/menit

- Pasien terdiagnosis GEA

DS :

- Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut

terasa kenyang.

Nyeri akut Hiperperistaltik, diare

lama, iritasi kulit atau

(43)

- Pasien menyatakan sakit pada perut

P : Nyeri abdomen Q : Diremas-remas R : Abdomen S : 8 (1-10) T : Hilang timbul

- Selama di rumah sakit pasien menyatakan tidak bisa tidur,

tidur hanya sebentar dan tidak

(44)

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan

DO :

- Bising usus 34 x/menit - Pasien terdiagnosis GEA

- Pasien terlihat lemah dan lemas DS :

- Pasien menyatakan nyeri di perut

- Pasien menyatakan perutnya bersuara secara terus-menerus dan terdengar keras

- Pasien mengatakan sehari sudah BAB 3x dengan konsistensi cair dan berwarna hijau, tanpa lendir dan darah

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif ditandai dengan

DO :

- Pasien terlihat lemah - Bibir terlihat kering

- Infus RL 40 tpm makro terpasang di tangan kanan pasien sejak 01 Januari 2014

- Pasien terdiagnosa GEA - Tanda-tanda vital

Suhu : 36,3º C

Nadi : 80 x/menit

TD : 100/70 mmHg

RR : 20 x/menit

- Pemeriksaan lab Hematokrit : 39,4 %

DS :

(45)

- Pasien menyatakan diare sudah 3 hari, frekuensi >3x sehari, konsistensi cair, warna hijau

- Pasien menyatakan muntah disertai demam saat di rumah

3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit

atau jaringan ditandai dengan

DO :

- Tanda-tanda vital : Suhu : 36,3º C

Nadi : 80 x/menit

TD : 100/70 mmHg

RR : 20 x/menit

- Mata terlihat sayu - Bising usus : 34 x/menit - Pasien terdiagnosis GEA

DS :

- Pasien menyatakan tidak merasa nafsu makan dan perut terasa kenyang.

- Pasien menyatakan sakit pada perut P : Nyeri abdomen

Q : Diremas-remas

R : Abdomen

S : 8 (1-10)

T : Hilang timbul

(46)

PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUAN

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

Diare

berhubungan

dengan proses

infeksi ditandai

dengan

nyeri di perut

- Pasien

kriteria hasil :

1. Bising usus

1. Observasi dan catat

frekuensi defekasi,

karakteristik, jumlah

dan faktor pencetus.

2. Tingkatkan tirah baring,

berikan alat-alat di

samping tempat tidur.

3. Buang feses dengan

cepat, berikan

pengharum ruangan.

4. Identifikasi makanan

dan cairan yang

mencetus diare, misal:

sayuran segar dan

buah, sereal, bumbu,

minuman karbonat,

1. Membantu

membedakan penyakit

individu dan mengkaji

beratnya episodik

2. Istirahat menurunkan

motilitas usus juga

menurunkan laju

metabolisme, jika

infeksi atau perdarahan

sebagai komplikasi.

Defekasi tiba-tiba dapat

terjadi tanpa tanda dan

dapat tidak terkontrol,

peningkatan risiko

inkontinensia/ jatuh bila

alat-alat tidak

dijangkauan tangan.

3. Menurunkan bau tak

sedap untuk

menurunkan rasa malu

pasien

4. Memberikan istirahat

kolon dengan

menghilangkan atau

menurunkan rangsang

(47)

- Pasien

5. Mulai lagi pemasukan

cairan per oral secara

bertahap. Tawarkan

minuman jernih tiap jam

: Hindari minuman

dingin

6. Anjurkan pasien untuk

makan sedikit tapi

sering

7. Berikan kesempatan

untuk menyatakan

frustasi sehubungan

dengan proses

penyakit.

8. Observasi demam,

letargi, takikardi,

leukositosis,

5. Memberikan istirahat

kolon dengan

menghilangkan atau

menurunkan rangsang

makanan atau cairan.

Makan kembali secara

bertahan cairan

mencegah kram dan

diare berulang : namun

cairan dingin dapat

menimbulkan reaksi

stress yang dapat

meningkatkan motilitas

7. Adanya penyakit

dengan penyebab tak

diketahui sulit untuk

sembuh dan yang

memerlukan intervensi

bedah dapat

menimbulkan reaksi

stress yang dapat

memperburuk situasi.

8. Tanda bahwa toksik

megakolon atau

(48)

penurunan protein

ureum, ansietas dan

kelesuan.

9. Kelola pemberian obat

sukralfat 3x 500mg

dan lansoprazol 3x

30mg

10. Kelola pemberian oral

Antasida : FF 4x2

sendok teh

Vinda

akan terjadi/ telah

terjadi memerlukan

intervensi medik

segera.

9. Diberikan untuk

mengurangi proses

inflamasi dan

mencegah mual

10. Menurunkan iritasi

gaster, mencegah

inflamasi dan

menurunkan risiko

infeksi pada kolitis.

Vinda

ditandai dengan

DO :

n volume cairan

yang adekuat

dengan kriteria

1. Awasi masukan dan

haluaran, karakter dan

jumlah feses, perkiraan

kehilangan cairan yang

tak terlihat, misal:

berkeringat. Ukur berat

jenis urine, observasi

oliguria.

2. Kaji tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi,

suhu)

3. Observasi kulit kering

berlebihan dan

1. Memberikan informasi

tentang keseimbangan

cairan, fungsi ginjal dan

kontrol penyakit usus

juga merupakan

pedoman untuk

penggantian cairan.

2. Hipotensi (termasuk

postural), takhikardi,

demam dapat

menunjukan respon

terhadap dan/ atau efek

kehilangan cairan.

3. Menunjukan kehilangan

(49)

pasien sejak 01

penurunan turgor kulit,

pengisisan kapiler

lambat.

4. Ukur berat badan setiap

hari.

5. Pertahankan

pembatasan oral, tirah

baring, hindari kerja.

6. Observasi perdarahan

dan tes feses tiap hari

dan adanya darah

samar

7. Catat kelemahan otot

umum atau disritmia

jantung.

8. Kelola pemberian terapi

Injeksi ethiferan

(metoclopramide HCI)

10mg/ 8jam dan Injeksi

ranitidin 50mg/ 8jam

9. Kolaborasi :

- Berikan cairan

parenteral, transfusi

darah sesuai

dehidrasi

4. Indikator cairan dan

status nutrisi.

5. Kolon diistirahatkan

untuk penyembuhan

dan untuk menurunkan

kehilangan cairan usus.

6. Diet tak adekuat dan

penurunan absorpsi

dapat menimbulkan

defisiensi vitamin K dan

merusak koagulasi,

potensial risiko

perdarahan.

7. Kehilangan cairan usus

berlebih dapat

menimbulkan

ketidakseimbangan

elektrolit, misal: kalium

yang perlu untuk fungsi

tulang dan jantung.

8. Digunakan untuk

mengontrol mual/

muntah pada

eksaserbasi akut

9. Kolaborasi

- Mempertahankan

cairan usus akan

(50)

menyatakan

diare sesuai indikasi

Vinda

diare lama, iritasi

kulit atau jaringan

ditandai dengan

1. Dorong pasien untuk

melaporkan nyeri.

2. Catat petunjuk non

verbal, misal: gelisah,

menolak untuk

bergerak, berhati-hati

dengan abdomen,

menarik diri dan

depresi.

3. Kaji ulang faktor-faktor

yang dapat

meningkatkan atau

menghilangkan nyeri

1. Mencoba untuk

mentoleransi nyeri dari

pada meminta

analgesik.

2. Selidiki perbedaan

petunjuk verbal dan non

verbal. Bahasa tubuh

atau petunjuk non

verbal dapat secara

psikologis dan fisiologik

dan dapat digunakan

pada hubungan

petunjuk verbal untuk

mengidentifikasi luas/

beratnya masalah.

3. Dapat menunjukan

dengan tepat pencetus

atau faktor pemberat

(51)

- Bising usus : 34

dan perut terasa

kenyang.

- Pasien menyatakan

sakit pada perut

P : Nyeri

tidak bisa tidur,

tidur hanya

4. Izinkan pasien untuk

memulai posisi yang

nyaman, misal : lutut

fleksi.

5. Berikan tindakan rasa

nyaman (misal: pijatan

punggung, ubah posisi)

dan aktivitas waktu

senggang. Bersihkan

area rektal dengan

sabun ringan dan air/

lap setelah defekasi

dan berikan perawatan

kulit, misal: salep A & D,

salep sween, jel karaya,

desitin, jeli minyak.

6. Berikan rendam duduk

dengan tepat.

7. Observasi adanya

isorektal dan fistula

perianal.

8. Observasi/ catat

tidak toleran terhadap

makanan) atau

mengidentifikasi

terjadinya komplikasi.

4. Menurunkan tegangan

abdomen dan

Rasional : Melindungi

kulit dari asam

lambung, mencegah

adanya iritasi fisura

perianal.

7. Rasional : Fistula dapat

terjadi dari erosi dan

kelemahan dinding

usus.

(52)

distensi abdomen,

peningkatan suhu,

penurunan tekanan

darah.

9. Kolaborasi :

- Lakukan modifikasi diit

sesuai resep, misal:

memberikan cairan dan

memberikan makanan

padat sesuai toleransi.

- Berikan obat sesuai

indikasi:

 Analgesik

 Antikolinergik

Vinda

.

terjadinya obstruksi

usus karena inflamasi,

edema dan jaringan

parut.

9. Kolaborasi :

- Istirahat usus penuh

dapat menurunkan

nyeri, kram

 Nyeri bervariasi dari

ringan sampai berat

dan perlu

penanganan untuk

memudahkan

istirahat adekuat dan

penyembuhan.

 Menghilangkan

spasme saluran GI

dan berlanjutnya

nyeri kolik.

(53)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. A ada beberapa

masalah yang belum teratasi, ada pula yang sebagian teratasi.

Diagnosa pertama yaitu diare yang sebagian masalahnya sudah

teratasi. Faktor penghambat untuk tercapainya kriteria hasil yang telah

ditetapkan adalah terbatasnya waktu rawat inap pasien untuk mengatasi

secara total masalah kesehatan pasien. Dokter menyarankan untuk

mengakhiri masa rawat inap pasien, tetapi pasien dianjurkan untuk tetap

kontrol ke RSUD Prambanan secara rutin. Faktor pendukung

ketercapaian sebagian kriteria hasil antara lain pasien yang mematuhi

diet yang ditetapkan oleh ahli gizi, yaitu diet lunak tanpa buah dan tenpa

serat.

Diagnosa kedua yaitu resiko tinggi kekurangan volume cairan juga

sebagian sudah teratasi. Faktor penghambat untuk ketercapaian kriteria

hasil antara lain pasien yang susah untuk minum air putih banyak. Pasien

sehari-hari hanya minum air ±750 cc perhari. Pasien juga menyatakan

hanya suka minum minuman yang manis.

Diagnosa ketiga yaitu masalah nyeri akut yang sebagian teratasi.

Faktor penghambat tercapainya kriteria hasil antara lain pasien yang tidak

diresepkan oleh dokter pemberian obat analgetik untuk mengurangi dan

mengontrol nyeri abdomen pasien, faktor lain adalah keterbatasannya

waktu perawatan inap. Pasien hanya dirawat inap di RSUD Prambanan

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, ( Edisi 3 ). Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of Infants and Children. St.Louis : Mosby Year Book

Referensi

Dokumen terkait

 Inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh disebabkan oleh peningkatan indeks harga konsumen Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,99 persen, diikuti

Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden yang selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (1) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara

Kasi pengembangan usaha pariwisata memeriksa kelengkapan dan keabsahan berkas persyaratan pembuatan TDUP tersebut, setelah diketahui berkas tersebut lengkap dan sah maka

Hal ini dapat dilihat dari besaran angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pamekasan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun

Keberadaan that bukti dipersidangan sangat diperlukan, hal ini dimalcsuclican jangan sampai terjadi kesalahan seorang hakim dalam memutus perkara pidana dan dijadikan dasar

Mohon kehadiran anggota Komisi TPG dan Presbiter sektor Pelayanan Nazaret dan Getsemani untuk pertemuan dengan Ketua Majelis Jemaat pada hari Kamis, tanggal 28

a. Peletakan penzoningan pada site yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan Sekolah Mode dengan kondisi lingkungan sekitar, yang menghasilkan pola tatanan

Sedangkan untuk bangunan wisma dapat menggunakan atap. genteng