ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT DIRUANG
RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2015
OLEH
RETNO TRIWAHYUNI NIM: 12103084015375
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015
LAPORAN STUDI KASUS
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratDalammenyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKesPerintis Sumatera Barat
OLEH
RETNO TRIWAHYUNI NIM : 12103084015375
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus Juli 2015
RETNO TRIWAHYUNI NIM : 12103084015375
Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015
Vi + V Bab ( 108Halaman ) + 7Tabel + 3Gambar + 4 Lampiran
ABSTRAK
Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital. Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea adalah Preekalmpsia berat. Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Berdasarkan data pasien post SC di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu sebanyak 131 orang dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang. Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tindakan sectio caesarea dengan preeklamsi berat. Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif .Tehnik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil laporan kasus ditemukan data pada Ny.A telah memunculkan beberapa diagnosa diantaranya diagnosa gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post sectio caesarea teratasi sebagian dengan teknik relaksasi dan pemberian analgetik, diagnosa infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea tertasi sebagian dengan melakukan perawatan luka, dan diagnosa cemas berhubungan dengan krisis situasi sudah teratasi dengan memberikan informasi tentang keadaan bayi dan kondisinya saat ini. Untuk mencegah meningkatnya preeklamsi beratsebaiknya pasien di beri informasi yang memadai mengenai preeklamsiitu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan pun dapat dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita post op sc dengan indikasi preeklamsi, maka harus segera dilakukan perawatan yang intensif, agar tidak terjadi infeksi pada luka post op.
Kata kunci : Sectio Caesarea, Preeklamsi Berat
RETNO TRIWAHYUNI 12103084015375
Nursing Care Plan Ny. A With Post Surgery Sectio Caesarea DenganIndikasi Preeclampsia weight in Inpatient Obstetrics Space Hospital Ahmad Mochtar Bukittinggi 2015
Vi + V chapter (108 pages) + 7 Table +3 Pictures +4 Enclosure
ABSTRACT
Sectio caesarea is most konservasif surgery. Indications surgery obsetric considered to see indications of maternal, fetal indications, indications and indications profilaks vital. One indication of Caesarea Sectio action is Preekalmpsia weight. Severe preeclampsia is a pregnancy complication marked, with the onset of hypertension 160/110 mmHg or more accompanied by proteinuria and edema at 20 weeks or more. Based on data from patients in hospitals post SC Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi from January - May 2015 as many as 131 people with pre-eclampsia indication, CVD, breech. Scientific Paper is to describe the proper nursing care for clients with action sectio caesarea with severe preeclampsia. The preparation of this paper uses descriptive method .Data engineering retrieval used were interviews, observation, physical examination and documentation. Results of case reports found the data on Ny.A has raised some diagnostics including diagnosis of a disorder comfortable feeling (pain) associated with post surgical trauma sectio caesarea partially resolved with relaxation techniques and providing analgesic, diagnosis of infection associated with post-op wound sectio caesarea tertasi partly by doing wound care, and diagnosis of anxiety associated with the crisis situation is resolved by providing information about the baby's condition and current condition. To prevent severe preeclampsia increased patient should be given sufficient information about preeclampsia itself and its aspects. By obtaining enough information so prevention can be done immediately. And as for patients who have suffered or suffer from post op sc with an indication of preeclampsia, it must be done immediately intensive care, to prevent post-op wound infection.
Ya Allah..
Sujud syukurku kehadirat – Mu ya Rabbi Atas kebesaran – Mu dan kemurahan – Mu
Atas prestasi yang telah kugapai, atas perjuangan yang disertai campur tangan – Mu Hingga aku dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
” Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang – orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” ( Al Mujadilah 11 ).
Untuk Ibunda ( Elmi ) dan Ayahanda ( Wahendrik ) tercinta.... Kupersembahkan karya kecilku sebagai rasa terimakasihku kepadamu...
Sejernih air sungai yang mengalir di perbukitan.... Seindah sang mentari yang menyapa sang bumi....
Seabadi bunga eidelweis....
Kasih sayang dan cinta yang diberikan kepadaku.... Mengorbankan seluruh waktumu demi membesarkanku,
Memberikan yang terbaik untukku....
Ibu dan ayah, maafkan segala kesalahan yang telah kuperbuat kepadamu, Kumasih belum mampu membalas setiap tetesan demi tetesan keringat yang kau Korbankan untukku, kuhanya mampu terus meminta dan bergantung kepadamu Semoga Allah Swt senantiasa memberikan rizki, kesehatan, dan umur yang panjang
kepadamu, serta membalas semua pengorbanan, cinta, kasih sayang yang diberikan.
Karya kecilku ini juga kupersembahkan kepada abang, kakak dan adikku (bg Rio,kak Ririn dan dek Redy)dan untuk abang dan kakak iparku ( bg Hendra dan kak Yana) Tetaplah seimbangkan antara doa dan usaha dalam mengarungi lorong kehidupan ini
Juga untuk seluruh keluarga besar Terimakasih atas doa dan supportnya
Juga kepada dosen Pembimbing ku,
IbuNs.Kalpana Kartika, S.Kep yang telah bersedia mengorbankan sebagian waktunya untuk membimbingku
terimakasih atas segalanya yang ibu berikan
semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan yang telah Ibu perbuat
Kawan-kawan semuanya anak D.kep yang ga bisa disebutin satu persatu, sahabat sahabatku Resti (Kamex), Fathan, Messa yang selalu menemaniku dan buat adikkost Ade. Buat Rudi, Agus, Bg Benni makasi supportnya Dan untuk teman-teman andia kak Ami, Dila, dan Bg
oka makasi supportnya dan bukunya. I LOVE ALL
Maafkansmuakesalahanku,,,
Akubahagiatelahmengenal kalian..akubahagiaada di antarakalian,,,kalian
smuakanttpjadisahabatku..smogakebersamaaniniknslaluada...akuknslalumerindukankeceriaankit a...
Thanks for everything
Atas semua waktunya dalam suka maupun duka
Sebuah kenyataan
Kita belum menjadi pribadi sebaik yang sesungguhnya bisa kita capai.
Kita masih suka menunda,memanjakan rasa malas, mencurigai orang baik,
bersahabat dengan orang-orang palsu,mendebat nasehat baik, lalai bersyukur, cepat mengeluh,sombong kepada yang lemah,
tapi minder di depan yang kuat. Berita gembiranya: Kehidupan yang lebih baik
masih tersedia bagi kita yang memperbaiki diri.
( Mario Teguh )
i
Denganmengucapkanpujidansyukurkehadirat Allah SWT,
atasrahmatdankarunia-Nya yang telahdiberikankepadapenulissehinggaLaporanStudiKasusdenganjudul “
AsuhanKeperawatanPadaNy.ADengan Post OperasiSectio
CaesareaDenganIndikasiPre Eklamsi Berat Di
RuangRawatInapKebidananRsAhcmadMochtarBukittinggiTahun2015inidapatdisaj ikandalambentuktulisan. Dalampenyusunaninipenulismengucapkanterimakasihkepada: 1. Ibu Ns. EndraAmalia. M.Kepselakupenanggungjawab Program Studi DIII
KeperawatanSTIKesPerintis Sumatera Barat.
2. Ibu Ns. Kalpana Kartika, Skep selakupembimbing yang telahmemberikanbimbingandanarahandalampembuatanLaporanStudiKasusini
3. IbuYasnini, Amd.Kebselakupembimbingklinik yang
telahmemberikanbimbingandalampembuatanlaporanstudikasusini.
4. BapakdanIbuStafPengajar Program Studi DIII Keperawatan STIKES Perintis Sumatera Barat yang telahbanyakmemberikanilmusertabimbingan yang bermanfaatbagipenulis.
ii
telahmemberikandoronganmorildanmaterilsertaselalumemberikansemangatdando’are
studalampenyusunanLaporanStudiKasusini
7. Rekan - rekanmahasiswaSTIKesPerintis D III Keperawatanangkatan XXIVdansahabat – sahabat yang senasibseperjuangan yang
telahbanyakmembantudanmemberikanmasukan – masukan yang
berhargadalampenyelesaianLaporanStudiKasusini
8. Semuapihak yang telahikutsertamembantupenulis,
baiksecaralangsungmaupuntidaklangsung
PenulismenyadaribahwaLaporanStudiKasusinijauhdarikesempurnaan,
halinibukanlahsuatukesenjanganmelainkankarenaketerbatasanilmudankemampuanpen ulis.Untukitupenulisberharaptanggapandankritikanserta saran yang bersifatmenbangundarisemuapihak demi kesempurnaanlaporanstudikasusini
Akhir kata penulismengharapkan agar
LaporanStudiKasusinibermanfaatbagikitasemua, semogaallah SWT memberikanrahmaddanhidayahkepadakitasemua. Amieen
WassalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh
iii
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 KonsepDasar ... 6
2.1.1 Pengertian ... 6
2.1.2 AnatomiFisiologi System Reproduksi ... 7
2.1.3 Etiologi ... 10
2.1.4 Manifestasi Klinis ... 12
2.1.5 Patofisiologi (Woc) ... 13
2.1.6 PemeriksaanPenunjang ... 16
2.1.7 Penatalaksanaan ... 16
2.1.8 Komplikasi ... 17
2.1.9 Konsep Pre Eklamsi Berat ... 17
2.1.10Konsep Post Partum ... 20
2.2 AsuhanKeperawatanTeoritis ... 39
2.2.1 Pengkajian ... 39
2.2.2 DiagnosaKeperawatan ... 43
iv BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ... 67
3.2 DiagnosaKeperawatan ... 83
3.3IntervensiKeperawatan ... 84
3.4 ImplementasidanEvaluasi ... 90
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ...100
4.2 DiagnosaKeperawatan ...101
4.3 IntervensiKeperawatan ...103
4.4 Implementasi ...104
4.5 Evaluasi ...105
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...106
5.2 Saran ...107
v Halaman
vi Halaman
Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri ...22
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ...45
Tabel 3.1 DataAnakSebelumnya ...72
Tabel 3.2Tabel Data Biologis ...76
Tabel 3.3TabelAnalisa Data ...31
Tabel 3.4Intervensi Keperawatan ...83
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197 ).
Kelahiran dengan sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan kedua yang paling sering dilakukan yang mencakup 20 – 25 % dari semua kelahiran di Inggris dan 28 % dari semua kelahiran di Amerika Serikat ( Errol R. Norwitz, 2007 : 133 ).
Perawatan pasien dengan Sectio Caesarea (SC) merupakan masalah yang rawan karena banyaknya komplikasi yang didapatkan baik pada ibu dan janin seperti aspirasi metabolisme pulmonary, infeksi pada luka, infeksi saluran kemih, cedera bladder atau bowel dan komplikasi akibat anastesi diantaranya adalah perubahan pola nafas, brakikardi maupun kelemahan fisik.
Pada pasien Post SC perawatan yang utama adalah balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus selalu dimonitor karena pada pasien post SC banyak kehilangan cairan darah sehingga intake dan output diharapkan tetap seimbang untuk menghindari dehidrasi. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar sangat diperhatikan oleh perawat karena pada pasien post SC
masih dalam kondisi immobilisasi. Permasalahan tersebut memerlukan perawatan yang komprehensif dari perawat. Maka untuk mengatasi hal tersebut peran perawat sebagai pelaksana keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam menanggulanginya diantaranya kemampuan untuk membantu perawatan menurunkan tekanan darah, membantu ADL (Activity DailyLiving) pasien, memberi pertolongan mental serta pendidikan pada pasien dan keluarga ( Manuaba, 2004 : 198 ).
Data BPS, statistic kesra dan BKKBNdi Indonesia menunjukan : penyebab kematian ibu tahun 2007 meliputi, perdarahan 28%, pre eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi perperinium 8%, abortus partus macet/lama 5% dan lain-lain 18% ( Depkes RI,2007 ). Berdasarkan data pasien post SC di Rumah Sakit DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu sebanyak 131 orang dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang.
Gangguan hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab tertinggi kedua mortalitas ibu, setelah penyakit embolik, dan dijumpai dalam 12 – 12 % kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama mortalitas an morbiditas perinatal. Gangguan hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan menjadi hipertensi gestasional, preeklamsi, hipertensi kronis, dan preeklamsi kronis ( Peter Muller,2011 : 163 ).
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).
Berdasarkan penjelasan di atas sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang ibu post SC dengan indikasi Preeklamsia berat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan pasien Post Op Sectio Caesarea dengan indikasi preeklamsi berdasarkan pendekatan proses keperawatan di Unit Rawat Inap Kebidanan RSUDAchmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
1.2.2 Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. A, maka penulis diharapkan: 1. Mengetahui konsep teori : pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
penunjang dan komplikasimengenai post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat
2. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengidentifikasi data dalam menunjang asuhan keperawatan pada pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
3. Mampu menemukan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
4. Mampu menyusun perencanaan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
6. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
1.3Manfaat
1.3.1 Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan bagi tim kesehatan Rumah Sakit Dr. Achamd Mochtar Bukittinggi dalam memberikan Asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea dengan indikasi pre eklamsi berat.
1.3.2 Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang dan masukan bagi mahasiswa dalam menggali dan mengembangakan ilmu dan memberikan asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat.
1.3.3 Bagi penulis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Pengertian
Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197 ).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009 :536).
Gambar 2.1 Insisi Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal ( laparatomi ) yang memerlukan insisi dalam uterus ( histerotomi ) ( Errol R. Norwitz, 2007 : 133).
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).
Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya hipertensi, edema, dan proteinuria.
2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi
Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :
- Genitalia eksterna
2.2 Genitalia Eksterna
1. Mons pubis
Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis 2. Labia mayora
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium
3. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.
4. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia minora di sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.
5. Vestibulum
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora . 6. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus
- Genitalia interna
1. Vagina
Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas danke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.
Fungsi vagina
-Lintasan bagi spermatozoa
- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan - saluran keluar darah haid
2. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.
Uterus terdiri dari : -fundus uteri -korpus uteri
Fungsi uterus adalah
Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan diri
Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan
Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot.
3. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.
4. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.
2.1.3 Etiologi
Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005:
595)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html)
a. Riwayat sectio caesarea
b. Distosia persalinan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :
Ekspulsi (kelainan gaya dorong)
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi uterus) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.
Panggul sempit
Kelainan presentasi, posisi janin.
c. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.
d. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala.
e. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)
f. Pre-Eklamsi
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
g. Ketuban pecah dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil aterm diatas 37 minggu.
h. Bayi Kembar (Gemili)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
i. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
2.1.4 Manifestasi Kilnis
Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea
Nyeri di sekitar luka operasi Adanya luka bekas operasi Peristaltik usus menurun ( Sarwono, 2005 )
2.1.5 Patofisiologi dan WOC
Ovum dibuahi oleh sperma, ovum yang telah dibuahi membelah diisi sambil bergerak menuju rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim disebut implantasi. Setelah janin bertambah dalam rahim dan cukup bulan akan menuju jalan lahir. Apabila kelainan letak janin, kehamilan yang melewati dari taksiran persalinan dan keadaan ibu yang bermasalah selama hamil maka persalinan normal sulit untuk dilakukan, hal ini di indikasikan kelahiran secara sectio caesarea.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 :
339)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html) :
1. Darah rutin (mis Hb)
2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
3. USG abdomen
4. Gula darah sewaktu
2.1.7 Penatalaksanaan 2.1.7.1 Keperawatan
1. Kaji ulang prinsip keperawatan pasca bedah
2. Jika masih terdapat perdarahan lakukan masase uterus,
3. Berikan perawatan luka post op operasi secara intensif (Sarwono, 2009 : 537)
2.1.7.2 Medis
1. Obat pencegah kembung
Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar saluran pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan.
2. Antibiotik dan antiinflamasi 3. Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)(
http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html)
a. Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
b. Sepsis sesudah pembedahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.
2.1.9 Konsep Teori Pre Eklamsi Berat 2.1.9.1 Pengertian
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).
Pre eklamsi diartikan sebagai hipertensi yang terjadi setelah usia gestasi 20 minggu disertai proteinuria ( Tony Hollingworth, 2011 : 163 ).
2.1.9.2 Etiologi
Penyebab preeklamsi tidak diketahui. Sejumlah teori mencakup adanya respon abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin, abnormalitas genetik yang mendasari, ketidakseimbangan kaskade prostanoid, dan adanya toksin dalam aliran darah ( Errol R. Norwitz, 2007 : 42 ).
2.1.9.3 Manifestasi Klinis Sakit kepala berat
Penglihatan kabur
Peningakatan tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
Edema pada paru
Kejang / koma
Proteinuria
( Errol R. Norwitz, 2007 : 41 )
2.1.9.4 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke
organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang
lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang
disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirkulasi arteri
terganggu olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan
endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan
memungkinkan terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid
menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko
mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema
paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non
kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan
rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena
peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini
terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari.
Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.
Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria.
Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus
membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria,
peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga
terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan
2.1.10 Konsep Post Partum 2.1.10.1 Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Post partumadalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk, 2009).
Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.Menurut Bobak (2004).
Post partum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.Ambarwati & Wulandari (2008).
2.1.10.2 Periode Post Partum
Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai berikut :
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode EarlyPost partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
2.1.10.3 Perubahan Fisiologis 1. Alat-alat reproduksi
a. Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005).
Tinggi fundus uterus menurut masa involusi Waktu Sejak
Melahirkan
Posisi Fundus Uteri Berat Uterus Lochea
12 jam 1 cm dibawah pusat 100 gr Rubra
24 jam 3 cm dibawah
pusat,terus turun 1
cm/ hari
9 hari Tidak teraba di bawah simpisis
500 gr Serosa
5-6 minggu Kembali mendekati keadaan sebelum hamil
50 gr Alba
Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri
b. Lochea
Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam – macam lochea fisiologi
1) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7 post partum. 3) Lochea serosa
4) Lochea alba
Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi lahir.
c. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).
d. Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis
e. Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.
Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika terdapat luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka seperti penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi dapat sembuh dalam waktu satu minggu (Mochtar, 2002; Bobak, 2005).
f. Payudara dan laktasi
1. Menurut (Sarwono, 2005) Perubahan yang terjadi pada kedua mamae antara lain sebagi berikut:
a) Proliferasi jaringan, terutamakelenjar- kelenjar dan alveolus mamae danlemak
b) Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan dan berwarna kuning (kolostrum).
c) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan mamae pada bagian dalam mamae.
d) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang.
2. Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai berikut :
a) Refleks Prolaktin
Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatuhormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
b) Refleks Ereksi Puting Susu
c) Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)
3. Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat penangkal infeksi, mudah dicerna karena mengandung zat pencerna, bukan protein asing sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu dan bayi lebih lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan, dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan terus menerus) dapat menjarangkan kehamilan atau bermakna KB, dengan menyusui teratur, produksi hormon akan teratur pula sehingga ASI tetap tersedia cukup abgi bayi yang dikasihi, ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril dan hangat setiap waktu.
3 Sstem urinaria
Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan lama yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri padsa panggul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
4 Sistem pencernaan
5 Sistem muskuloskletal
Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama kehamilan mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas terlihat setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor
6 Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka dicurigai pre eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan permenit, segera setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam pertama meningkat atau sama dengan 380C, namun bila terjadi peningkatan lebih dari 380C maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).
Tujuan pengawasan adaptasi fisiologi dan psikologi pada klien post partum
a. Meningkatkan fungsi tubuh
b. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien
c. Meningkatkan hubungan baik bagi orang tua dan bayinya
d. Memberikan kesempatan pada orang tua untuk merawat bayinya e. Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektif Masa post partum di bagi menjadi 3 tahap
a. Periode immediate post partum/ 1 jam pertama (kala IV) b. Peridoe early poet partum (minggu I)
2.1.10.4Adaptasi Fisiologi a. Tanda- tanda vital
1. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
3. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
b. Sistem cardiovaskuler
c. Sistem pencernaan
Berkaitan dengan terjadinya konstipasi karena peregangan janin dalam rahim menyebabkan BAB keras.
2.1.10.5Adaptasi Psikologi
a. Fase hooney moon : kontak antara anak dan orang tua
b. Bonding dan attachment :pada fase ini ibu harus menyusui bayinya agar bayi dapat mengenal dan merasakan kehangatan ibunya,fase ini terjadi pada kala IV (masa setelah keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum) Perubahan post partum menurut saleha(2009)
a. Fase taking in (periode tingkah laku ketergantungan )berlangsung selama 1 sampai 2 hari
b. Fase taking hold (periode anatara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )berlangsung selama 3-4 hari
c. Fase letting Go(periode kemandirian dalam peran lain)
Post Partum blues
a. Kekecewaan pada masa post partum yang berkaitan dengan mudah tersinggung,nafsu makan dan pola tidur terganggu.
b. Penyebabnya adalah perubahan abnormal dan peran transisi yaitu rasa tidak nyaman dan kelelahan atau kehabisa tenaga
c. Bagi orang tua yang kurang mengerti tentang hal itu ,maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi post partum.
2.1.10.6 Adaptasi Keluarga
1. Adaptasi psikologis orangtua
Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru
Beberapa adaptasi psikologis antara lain :
a. Adaptasi parental
Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua.
Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :
1. kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi.
b. Fase maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut “Rubin
Maternal Phases” yaitu :
1) Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
2) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.
3) Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.
2. Adaptasi ayah
struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural.
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
3. Adaptasi sibling
Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak pertama lebih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan.
Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kita mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.
2.1.10.7Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu post partum a. Payudara
Perubahan payudara ibu post partum dipengaruhi oleh hormone esterogen,progesterone,HPL,dan prolactin.sedangkan hormone yang berfungsi untuk memperlancar ASI yaitu insulin,kortikosteroid dan tiroksin.pada ibu post partum payudara akan tegang,penuh dan terasa nyeri bila disusukan pada bayi.
b. Abdomen
Setelah post partum perut akan terasa ringan dan adanya strie serta linea nigra.
c. Jalan lahir
ketuban atau luka jalan lahir yang masih berdarah (Obstetri fisiologi,2001)
d. Kembalinya rahim kebentuk asal
Pada waktu kehamilan terjadi perubahan ada otot rahim yang disebabkan karena adanya pembesaran ukuran sel.
e. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi pada beberapa tempat karena proses hormonal yaitu berupa :Kloasma gravidarum pada pipi .setelah persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang serta pada dinding perut akan menjadi putih mengkilat.
f. Dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil dan setelah persalinan dinding perut akan kendor sesuai dengan jumlah kehamilan dan tergantung pada perawatan ibu selama masa nifas.
2.1.10.8Fisiologi penyembuhan luka
Pertama-tama,dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan.Kemudian,tentukan jenis trauma ,tajam atau tumpul,luasnya kematian jaringan,banyaknya kontaminasi,dan berat ringannya luka (Buku ajar ilmu bedah,2005)
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru dan dengan dikeluarkannya subtract oleh fibroblast,memberikan pertanda bahwa makrofag,pembuluh tubuh secara normal akan berespon
terhadap cedera dengan dilakukannya proses section caesarea “proses
:bengkak(swelling),kemerahan (redness),panas(heat), nyeri (pain), dan kerusakan fungsi (impaired function).
a. Proses Penyembuhannya 1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak.
Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda sing dan sel mati dan bakteri. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : hangat pada kulit,odema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke 3 atau ke 4.
2. Fase proliferative
Proses kegiatan yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka section caesarea dan ditandai dengan poliferasi sel.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke 3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.tujuan dari fase ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.
b. Faktor- factor yang mempengaruhi penyembuhan luka 1. Usia
2. Status nutrisi,banyak vitamin terutama vitamin c membantu dalam metabolism yang terlibat dalam penyembuhan luka.
3. Status imunologi 4. Penyakit metabolisme
5. Pemakian obat obat steroid yang dapat menekan respon inflamasi dan meningkatkan resiko inflamasi.
6. Kebersihan
7. Istirahat dan posisi. (Potter dan Perry,2006)
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis
2.2.1 Pengkajian 1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik, tanggal masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b. Riwayat kesehaatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, tekanan darah tinggi, panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak sungsang, panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau penyakit yang lain.
d. Riwayat menstruasi
Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam menstruasi
e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama masa kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak, apgar score dan lain-lain
f. Riwayat nifas
a. Dikaji tinggi fundus uteri b. Lochea
b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ), banyak serum.Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah mati.Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan berat.( jacobson, 1985 ).
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital. a. Kepala
Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.
Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak.
Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.
Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak, simetris atau tidak.
Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi
b. Leher
Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.
c. Thorax
Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak P: teraba massa / tidak
Jantung
I: ictus cordis terlihat/tidak P: ictus cordis terba/tidak P: suara ketuk jantung
A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak
d. Abdomen
I: abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka operasi tertutup perban
A: bising usus +/-
P: nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir P: difan muskuler pertahanan otot
e. Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea post sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali ganti duk.
f. Ekstremitas
Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal sehingga menurunkan yonus otot.
4. Data Sosial Ekonomi
Sectio caeserae dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dengan berbagai indikasi.
5. Data Spiritual
Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah karena kondisi kelemahan setelah SC.
6. Data Psikologis
1. Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) :dinilai dengan menggunakan score (3-12)
2. Taking in
a. Berorientasi pada diri sendiri
b. Takut ketergantungan yang meningkat 3. Taking Hold
Apakah ada rasa tertarik pada bayi Letting Go
Apakah bias melakukan perawatan mandiri Post partum blues
a. After pain
b. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual
c. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan setelah melahirkan)
7. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan leukosit, biasanya pasien dengan post sc akan mengalami kekurangan darah dan peningkatn leukosit.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op 3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
6. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi 8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
9. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan ibu.
10.Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua b/d kurangnya dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.
11.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
( doegoes marylin, 2001 )(
Post Sc
Post Anastesi Spinal Luka Post Operasi Nifas
Penurunansaraf Penurunansaraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologi
Ekstremitasbawah Otonom terputus terbuka
Progesterone dan Perubahanpsikologi
Esterogenmenurun
Kelumpuhan Penurunansaraf Merangsang area Proteksi Kontraksi uterus
Vegetative sensorikmotorik kurang Prolaktinmeningkat PenambahanAnggotabaru
MK:Cemas Perubahankelenjer
Penurunanperistaltic MK:Nyeri Invasi Afektif TidakAdekuat susuterangsang KebutuhanMeningkat
MK:Mobilitas Usus Bakteri
PengelupasanAtonia Isapanbayi MK:Perubahan proses keluarga
desidu Uteri
MK: MK: gangguan MK:Restiinfeksi Lochea Perdarahan oksitosin
Konstipasi pola tidur hipovolemik Anemi ejeksi ASI
Hb02 adekuattdkadekuat
Metabolismeanaerob ASI keluar ASI tdkkeluar MK: ketidakefektifan
Asamlaktatmningkat efektif Inefektik pemberian ASI
Suplai o2 kejaringan MK:IntoleransiLaktasi Laktasi
menurun aktifitas
Nekrose Mk :kurangpengethuan
45
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa
1. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan
gerakan melindungi atau terbatas.
2. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
1. Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan
ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi daari terjadinya komplikasi.
2. Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan
46 3. Evaluasi tekanan darah
(TD) dan nadi: perhatikan
perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)
4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse oksitosin pasca operasi.
menyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat. Analgesic dapat menurunkan Tekanan Darah
4. Selama 12 jam pertama pascapartum, kontrafksi uterus kuat dn teratur, dan ini berlanjut selama 2-3 hari
47 5. Ubah posisi klien, kurangi
rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak . anjurkan
5. Merilekskan otot, dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.
Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak
menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.
6. Nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebatan menurunkan regangan dan ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan
48 6. Lakukan latihan nafas dalam dan
batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic
Kolaborasi
7. Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV /
intramuslular sampai ke rute oral.
terdengar.
7. Meningkatkan kenyamanan yang memperbaiki status psikologis dan meningkatkan mobilitas. Penggunaan obat yang bijaksana memungkinkan ibu yang menyusui menikmati dalam memberikan makan tanpa efek-efek samping pada bayi.
49 menyusui.
8. Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.
2. Resiko infeksi
berhubungan dengan trauma jaringan / luka post op
Tujuan : tidak terjadinya infeksi
Kriteria hasil:
1. Kaji tanda tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan )
1. Menetapkan data dasar klien,
50 rubor, calor, dubor, tumor,
kerusakan fungsi jaringan)
3. Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin c, dan besi.
4. Anjurkan dan gunakan teknik
– tanda infeksi
3. Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein dan vitamin c diperlukan untuk pembentukan kolagen : besi
diperlukan untuk sintesis Hb
51 kotoran, pembalut erineal, dan
linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan tindakan-tindakan ini setelah pulang.
5. Lakukan perawatan luka dan ganti balutan
6. Anjurkan klien untuk tetap menjaga luka tetap kering dan bersih
5. Perawatan luka dapat mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi resiko infeksi
6. Dengan keadaan luka yang kering dan bersih dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi
52 proses infeksi yang teridentifikasi.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan: melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
Kriteria hasil:
-klien rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
1. Dorong keberadaan / partisipasi dari pasangan
2. Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari asalah. Mendorong
klien pasangaan untuk
mengungkapkan kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi. Memberikan informasi sehubungan dengan normalnya perasaan tersebut.
1. memberikan dukungan emosional: dapat mendorong pengungkapan masalah.
2. Kelahiran sesar mungkin dipandang sebagai suau kegagalan daam hidup oleh klien / pasangan dan hal tersebut dapat memiliki dampak negative dalam proses ikatan / menjadi orang tua .
53 yang lazim dn perkembangan
strategi koping baru jikadibutuhkan. 4. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien / bayi
5. Mulai kontak antara klien / pasangan dengan bayi sesegera mungkin, jika bayi dibawa ke neonatal intensive care unit ( NICU ). Bentuk jalur komunikasi antara staf perawatan dan klien / pasangan.
4. Khayalan yang disebabkan oleh
kurangnya informasi atau
kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
54 tidak mengena sumber
informasi penyakit
dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
penyuluhan diberikan untuk membantu
mengembangkan pertumbuhan
ibu,maturasi, dan komperensi. Namun, klien membutuhkan waktu untuk
bergerak dari fase “mengambil” sampai
fase “ menahan” yang penerimaan dan
55 2. Berikan rencana penyuluhan
tertulis dengan menggunakan format
yang standarisasi atau
ceklis,dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien.
informasi yang diterima orangtua dari staf dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh diseminasi nasihat atau informasi yang menimbulkan konflik.
56 fisiologis dan psikologis yang
normal berkenaan dengan kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode pascapartum
pembelajaran peran baru dan pelaksanaan tanggung jawab baru. 4. Klien yang telah menjalani kelahiran sesarea memerlukan bantuan lebih banyak bila pertama kali dirumah daripada klien yang mengalami kelahiran per vagina. Tangga dan penggunaan ayunan rendah atau keranjang dapat menyebabkan kesulitan untuk klien pasca operasi.
57 membantu pekerjaan rumah, susunan
fisik rumah,pengaturan tidur bayi.
5. Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan.
peningkatan resiko infeksi.
5. Konstipasi
berhubungan dengan
Tujuan : Eliminasi Klien
1. Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4
58 - Bising usus
kembali normal - Pola komunikasi
kembali normal
2. Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan
3. Anjurkan cairan oral yang adekuat bila masukan oral sudah mulai kembali. Anjurkan peningkatan diet makanan kasar daan buah-buahan
terdengar pada hari pertama setelah prosedur pembedahan, terdengar samar pada hari ke 2 dan aktif pada hari ketiga. 2. Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik
59 pengencangan abdominal, tingkatkan
ambulasi dini
5. Identifikasi aktifitas-aktifitas
dimana klien dapat
menggunakannnya dirumah untuk merangsang kerja usus.
6. KolaborasiBerikan analgesic 30
abdomen. Ambulasi progresif setelh 24 jam meningkatkan peristaltic dan pengeluaran gas, dan menghilangkan atau mncegah nyeri karena gas.
5. Membantu dalam menciptakan kembali pola evakuasi normal dan meningkatkan kemandirian.
6. Memudahkan kemampuan
untukambulasi : namun, narkotik, bila digunakan, dapat menurunkan aktifitas usus.
60 7. Beikan pelunak feses atau katartik
ringan.
1.Tinjau ulang catan prenatal daan intra partal terhadap faktor-faktor yang mempredisposisikan klien pada komplikasi.catat kadar HB dan kehilangan darah operatif.
1. Adanya faktor-faktor resiko seperti kelelahan miometrial, distensi uterus berlebihan, stimulasi oksitosin lam, atau tromboflebitis prenatal memungkinkan klien lebih rentan terhadap komplikasi pascaoperasi.
61 halus : perubahan prilaku :
pelambatan pengisian kapiler : atau sianosis.
hipersensitif lain.
Hipotensi dan tacikardi dapat
menunjukan dehidrasi dan hipovolemi tetapi mungkin tidak terjadi sampai volume darah sirkulasi telah menurun sampai 35%-50%, dimana tanda
62 pendarahan berlebihan. Catat tanggal
drainase pada balutan beritahu dokter bila rembesan berlanjut.
4. Perhatikan karakter dan jumlah aliran lokhea dan konsistgensi fundus.
atau mengandung bekuan : fundus harus tetap berkontraksi dengan kuat pada umbiliku. Tonjolan uterus
mengakibatkan peningkatan aliran dan kehilangan darah.
5. Fungsi ginjal adalah indek kunci dari volume darah sirkulasi. Bila haluaran menurun berat jenis meningkat dan sebaliknya. Urin
63 warna, konsistensi dan berat jenis
urin.
6. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.
7. Proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi
Tujuan : tidak terjadinya infeksi
Kriteria hasil: -bebas dari infeksi
1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut erineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan tindakan-tindakan ini
64 perhatikan adanya kondisi yang
mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi
3. Dorong masukan caian oral dan diet tinggi protein, vitamin c, dan besi.
4.Kaji suhu, nadi dan jumah sel darah putih
lama sebelum kelahiran sesar meningkatkan resiko infeksi dan pelambatan penyembuhan.
3.Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein dan vitamin c diperlukan untuk
pembentukan kolagen : besi diperlukan untuk sintesis Hb
65 5. Berikan perawatan perineal dan
kateter dan penggantian pengalas sering.
6. Dapatkan kultur darah, vagina, dan
infeksi, peningkatan sampai 380C pada hari kedua dalam 10 hari pertama pasca partum adalah bermakna.
5. Membantu menghilangkan media pertumbuhan bakteri : meningkatkan hygine
6. Bakterimia lebih sering pada klien yang mengalami pecah ketuban selam 6 jam atau lebih lama dari pada klien yang ketubannya tetap utuh sebelum kelahiran sesarea.
66 7. Berikan antibiotic khusus untuk