• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POS"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT DIRUANG

RAWAT INAP KEBIDANAN RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

TAHUN 2015

OLEH

RETNO TRIWAHYUNI NIM: 12103084015375

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

(2)

ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

LAPORAN STUDI KASUS

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratDalammenyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKesPerintis Sumatera Barat

OLEH

RETNO TRIWAHYUNI NIM : 12103084015375

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

(3)

Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus Juli 2015

RETNO TRIWAHYUNI NIM : 12103084015375

Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Post Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015

Vi + V Bab ( 108Halaman ) + 7Tabel + 3Gambar + 4 Lampiran

ABSTRAK

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital. Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea adalah Preekalmpsia berat. Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Berdasarkan data pasien post SC di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu sebanyak 131 orang dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang. Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tindakan sectio caesarea dengan preeklamsi berat. Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif .Tehnik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil laporan kasus ditemukan data pada Ny.A telah memunculkan beberapa diagnosa diantaranya diagnosa gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post sectio caesarea teratasi sebagian dengan teknik relaksasi dan pemberian analgetik, diagnosa infeksi berhubungan dengan luka post op sectio caesarea tertasi sebagian dengan melakukan perawatan luka, dan diagnosa cemas berhubungan dengan krisis situasi sudah teratasi dengan memberikan informasi tentang keadaan bayi dan kondisinya saat ini. Untuk mencegah meningkatnya preeklamsi beratsebaiknya pasien di beri informasi yang memadai mengenai preeklamsiitu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan pun dapat dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita post op sc dengan indikasi preeklamsi, maka harus segera dilakukan perawatan yang intensif, agar tidak terjadi infeksi pada luka post op.

Kata kunci : Sectio Caesarea, Preeklamsi Berat

(4)

RETNO TRIWAHYUNI 12103084015375

Nursing Care Plan Ny. A With Post Surgery Sectio Caesarea DenganIndikasi Preeclampsia weight in Inpatient Obstetrics Space Hospital Ahmad Mochtar Bukittinggi 2015

Vi + V chapter (108 pages) + 7 Table +3 Pictures +4 Enclosure

ABSTRACT

Sectio caesarea is most konservasif surgery. Indications surgery obsetric considered to see indications of maternal, fetal indications, indications and indications profilaks vital. One indication of Caesarea Sectio action is Preekalmpsia weight. Severe preeclampsia is a pregnancy complication marked, with the onset of hypertension 160/110 mmHg or more accompanied by proteinuria and edema at 20 weeks or more. Based on data from patients in hospitals post SC Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi from January - May 2015 as many as 131 people with pre-eclampsia indication, CVD, breech. Scientific Paper is to describe the proper nursing care for clients with action sectio caesarea with severe preeclampsia. The preparation of this paper uses descriptive method .Data engineering retrieval used were interviews, observation, physical examination and documentation. Results of case reports found the data on Ny.A has raised some diagnostics including diagnosis of a disorder comfortable feeling (pain) associated with post surgical trauma sectio caesarea partially resolved with relaxation techniques and providing analgesic, diagnosis of infection associated with post-op wound sectio caesarea tertasi partly by doing wound care, and diagnosis of anxiety associated with the crisis situation is resolved by providing information about the baby's condition and current condition. To prevent severe preeclampsia increased patient should be given sufficient information about preeclampsia itself and its aspects. By obtaining enough information so prevention can be done immediately. And as for patients who have suffered or suffer from post op sc with an indication of preeclampsia, it must be done immediately intensive care, to prevent post-op wound infection.

(5)
(6)
(7)

Ya Allah..

Sujud syukurku kehadirat Mu ya Rabbi Atas kebesaran Mu dan kemurahan Mu

Atas prestasi yang telah kugapai, atas perjuangan yang disertai campur tangan Mu Hingga aku dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini

” Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantara kamu dan orang orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” ( Al Mujadilah 11 ).

Untuk Ibunda ( Elmi ) dan Ayahanda ( Wahendrik ) tercinta.... Kupersembahkan karya kecilku sebagai rasa terimakasihku kepadamu...

Sejernih air sungai yang mengalir di perbukitan.... Seindah sang mentari yang menyapa sang bumi....

Seabadi bunga eidelweis....

Kasih sayang dan cinta yang diberikan kepadaku.... Mengorbankan seluruh waktumu demi membesarkanku,

Memberikan yang terbaik untukku....

Ibu dan ayah, maafkan segala kesalahan yang telah kuperbuat kepadamu, Kumasih belum mampu membalas setiap tetesan demi tetesan keringat yang kau Korbankan untukku, kuhanya mampu terus meminta dan bergantung kepadamu Semoga Allah Swt senantiasa memberikan rizki, kesehatan, dan umur yang panjang

kepadamu, serta membalas semua pengorbanan, cinta, kasih sayang yang diberikan.

Karya kecilku ini juga kupersembahkan kepada abang, kakak dan adikku (bg Rio,kak Ririn dan dek Redy)dan untuk abang dan kakak iparku ( bg Hendra dan kak Yana) Tetaplah seimbangkan antara doa dan usaha dalam mengarungi lorong kehidupan ini

Juga untuk seluruh keluarga besar Terimakasih atas doa dan supportnya

Juga kepada dosen Pembimbing ku,

IbuNs.Kalpana Kartika, S.Kep yang telah bersedia mengorbankan sebagian waktunya untuk membimbingku

terimakasih atas segalanya yang ibu berikan

semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan yang telah Ibu perbuat

(8)

Kawan-kawan semuanya anak D.kep yang ga bisa disebutin satu persatu, sahabat sahabatku Resti (Kamex), Fathan, Messa yang selalu menemaniku dan buat adikkost Ade. Buat Rudi, Agus, Bg Benni makasi supportnya Dan untuk teman-teman andia kak Ami, Dila, dan Bg

oka makasi supportnya dan bukunya. I LOVE ALL

Maafkansmuakesalahanku,,,

Akubahagiatelahmengenal kalian..akubahagiaada di antarakalian,,,kalian

smuakanttpjadisahabatku..smogakebersamaaniniknslaluada...akuknslalumerindukankeceriaankit a...

Thanks for everything

Atas semua waktunya dalam suka maupun duka

Sebuah kenyataan

Kita belum menjadi pribadi sebaik yang sesungguhnya bisa kita capai.

Kita masih suka menunda,memanjakan rasa malas, mencurigai orang baik,

bersahabat dengan orang-orang palsu,mendebat nasehat baik, lalai bersyukur, cepat mengeluh,sombong kepada yang lemah,

tapi minder di depan yang kuat. Berita gembiranya: Kehidupan yang lebih baik

masih tersedia bagi kita yang memperbaiki diri.

( Mario Teguh )

(9)

i

Denganmengucapkanpujidansyukurkehadirat Allah SWT,

atasrahmatdankarunia-Nya yang telahdiberikankepadapenulissehinggaLaporanStudiKasusdenganjudul “

AsuhanKeperawatanPadaNy.ADengan Post OperasiSectio

CaesareaDenganIndikasiPre Eklamsi Berat Di

RuangRawatInapKebidananRsAhcmadMochtarBukittinggiTahun2015inidapatdisaj ikandalambentuktulisan. Dalampenyusunaninipenulismengucapkanterimakasihkepada: 1. Ibu Ns. EndraAmalia. M.Kepselakupenanggungjawab Program Studi DIII

KeperawatanSTIKesPerintis Sumatera Barat.

2. Ibu Ns. Kalpana Kartika, Skep selakupembimbing yang telahmemberikanbimbingandanarahandalampembuatanLaporanStudiKasusini

3. IbuYasnini, Amd.Kebselakupembimbingklinik yang

telahmemberikanbimbingandalampembuatanlaporanstudikasusini.

4. BapakdanIbuStafPengajar Program Studi DIII Keperawatan STIKES Perintis Sumatera Barat yang telahbanyakmemberikanilmusertabimbingan yang bermanfaatbagipenulis.

(10)

ii

telahmemberikandoronganmorildanmaterilsertaselalumemberikansemangatdando’are

studalampenyusunanLaporanStudiKasusini

7. Rekan - rekanmahasiswaSTIKesPerintis D III Keperawatanangkatan XXIVdansahabat – sahabat yang senasibseperjuangan yang

telahbanyakmembantudanmemberikanmasukan – masukan yang

berhargadalampenyelesaianLaporanStudiKasusini

8. Semuapihak yang telahikutsertamembantupenulis,

baiksecaralangsungmaupuntidaklangsung

PenulismenyadaribahwaLaporanStudiKasusinijauhdarikesempurnaan,

halinibukanlahsuatukesenjanganmelainkankarenaketerbatasanilmudankemampuanpen ulis.Untukitupenulisberharaptanggapandankritikanserta saran yang bersifatmenbangundarisemuapihak demi kesempurnaanlaporanstudikasusini

Akhir kata penulismengharapkan agar

LaporanStudiKasusinibermanfaatbagikitasemua, semogaallah SWT memberikanrahmaddanhidayahkepadakitasemua. Amieen

WassalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh

(11)
(12)

iii

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 KonsepDasar ... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2 AnatomiFisiologi System Reproduksi ... 7

2.1.3 Etiologi ... 10

2.1.4 Manifestasi Klinis ... 12

2.1.5 Patofisiologi (Woc) ... 13

2.1.6 PemeriksaanPenunjang ... 16

2.1.7 Penatalaksanaan ... 16

2.1.8 Komplikasi ... 17

2.1.9 Konsep Pre Eklamsi Berat ... 17

2.1.10Konsep Post Partum ... 20

2.2 AsuhanKeperawatanTeoritis ... 39

2.2.1 Pengkajian ... 39

2.2.2 DiagnosaKeperawatan ... 43

(13)

iv BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian ... 67

3.2 DiagnosaKeperawatan ... 83

3.3IntervensiKeperawatan ... 84

3.4 ImplementasidanEvaluasi ... 90

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ...100

4.2 DiagnosaKeperawatan ...101

4.3 IntervensiKeperawatan ...103

4.4 Implementasi ...104

4.5 Evaluasi ...105

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...106

5.2 Saran ...107

(14)

v Halaman

(15)

vi Halaman

Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri ...22

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ...45

Tabel 3.1 DataAnakSebelumnya ...72

Tabel 3.2Tabel Data Biologis ...76

Tabel 3.3TabelAnalisa Data ...31

Tabel 3.4Intervensi Keperawatan ...83

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197 ).

Kelahiran dengan sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan kedua yang paling sering dilakukan yang mencakup 20 – 25 % dari semua kelahiran di Inggris dan 28 % dari semua kelahiran di Amerika Serikat ( Errol R. Norwitz, 2007 : 133 ).

Perawatan pasien dengan Sectio Caesarea (SC) merupakan masalah yang rawan karena banyaknya komplikasi yang didapatkan baik pada ibu dan janin seperti aspirasi metabolisme pulmonary, infeksi pada luka, infeksi saluran kemih, cedera bladder atau bowel dan komplikasi akibat anastesi diantaranya adalah perubahan pola nafas, brakikardi maupun kelemahan fisik.

Pada pasien Post SC perawatan yang utama adalah balance cairan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Balance cairan harus selalu dimonitor karena pada pasien post SC banyak kehilangan cairan darah sehingga intake dan output diharapkan tetap seimbang untuk menghindari dehidrasi. Sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar sangat diperhatikan oleh perawat karena pada pasien post SC

(17)

masih dalam kondisi immobilisasi. Permasalahan tersebut memerlukan perawatan yang komprehensif dari perawat. Maka untuk mengatasi hal tersebut peran perawat sebagai pelaksana keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam menanggulanginya diantaranya kemampuan untuk membantu perawatan menurunkan tekanan darah, membantu ADL (Activity DailyLiving) pasien, memberi pertolongan mental serta pendidikan pada pasien dan keluarga ( Manuaba, 2004 : 198 ).

Data BPS, statistic kesra dan BKKBNdi Indonesia menunjukan : penyebab kematian ibu tahun 2007 meliputi, perdarahan 28%, pre eklamsia 24%, infeksi 11%, komplikasi perperinium 8%, abortus partus macet/lama 5% dan lain-lain 18% ( Depkes RI,2007 ). Berdasarkan data pasien post SC di Rumah Sakit DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI dari bulan Januari – Mei 2015 yaitu sebanyak 131 orang dengan indikasi pre eklamsi, CVD, letak sungsang.

(18)

Gangguan hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab tertinggi kedua mortalitas ibu, setelah penyakit embolik, dan dijumpai dalam 12 – 12 % kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama mortalitas an morbiditas perinatal. Gangguan hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan menjadi hipertensi gestasional, preeklamsi, hipertensi kronis, dan preeklamsi kronis ( Peter Muller,2011 : 163 ).

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Berdasarkan penjelasan di atas sehingga penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang ibu post SC dengan indikasi Preeklamsia berat.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan dengan pasien Post Op Sectio Caesarea dengan indikasi preeklamsi berdasarkan pendekatan proses keperawatan di Unit Rawat Inap Kebidanan RSUDAchmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

1.2.2 Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. A, maka penulis diharapkan: 1. Mengetahui konsep teori : pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,

(19)

penunjang dan komplikasimengenai post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat

2. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengidentifikasi data dalam menunjang asuhan keperawatan pada pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

3. Mampu menemukan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

4. Mampu menyusun perencanaan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

6. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan pasien Ny.Adengan post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi beratDi Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

(20)

Unit Rawat Inap Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.

1.3Manfaat

1.3.1 Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi tim kesehatan Rumah Sakit Dr. Achamd Mochtar Bukittinggi dalam memberikan Asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea dengan indikasi pre eklamsi berat.

1.3.2 Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang dan masukan bagi mahasiswa dalam menggali dan mengembangakan ilmu dan memberikan asuhan keperawatan pada klien post op sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat.

1.3.3 Bagi penulis

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Pengertian

Sectio caesarea adalah tindakan operasi paling konservasif. Indikasi tindakan operasi obsetric dipertimbangkan dengan melihat adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi profilaks dan indikasi vital ( Manuaba, 2004 : 197 ).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009 :536).

Gambar 2.1 Insisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui jalur abdominal ( laparatomi ) yang memerlukan insisi dalam uterus ( histerotomi ) ( Errol R. Norwitz, 2007 : 133).

(22)

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

Jadi dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia adalah Masa setelah proses pengeluaran janin yang dapat hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya hipertensi, edema, dan proteinuria.

2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi

Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :

- Genitalia eksterna

2.2 Genitalia Eksterna

(23)

1. Mons pubis

Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis 2. Labia mayora

Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium

3. Labia minora

Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan.

4. Klitoris

Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia minora di sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.

5. Vestibulum

Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora . 6. Perinium

Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus

- Genitalia interna

(24)

1. Vagina

Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas danke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.

Fungsi vagina

-Lintasan bagi spermatozoa

- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan - saluran keluar darah haid

2. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang.

Uterus terdiri dari : -fundus uteri -korpus uteri

Fungsi uterus adalah

Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan diri

Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan

(25)

Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot.

3. Tuba fallopi

Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.

4. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.

2.1.3 Etiologi

Indikasi sectio caesarea (Cuningham, F Garry, 2005:

595)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html)

a. Riwayat sectio caesarea

(26)

b. Distosia persalinan

Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :

Ekspulsi (kelainan gaya dorong)

Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik(disfungsi uterus) dan kurangnya upaya otot volunter selama persalinan kala dua.

Panggul sempit

Kelainan presentasi, posisi janin.

c. Gawat janin

Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin,jikapenentuan waktu sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan waktu yang tepat untuk sectio caesarea.

d. Letak sungsang

Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi kepala.

e. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion)

(27)

f. Pre-Eklamsi

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

g. Ketuban pecah dini (KPD)

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi impart. Sebagian besar KPD adalah hamil aterm diatas 37 minggu.

h. Bayi Kembar (Gemili)

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi tinggidari pada kelahiran 1 bayi.Selain itu bayi kembar pun dapat mengalami sungsang.Sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

i. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya hambatan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

2.1.4 Manifestasi Kilnis

Ada beberapa hal tanda dan gejala post sectio caesarea

(28)

Nyeri di sekitar luka operasi Adanya luka bekas operasi Peristaltik usus menurun ( Sarwono, 2005 )

2.1.5 Patofisiologi dan WOC

Ovum dibuahi oleh sperma, ovum yang telah dibuahi membelah diisi sambil bergerak menuju rahim kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim disebut implantasi. Setelah janin bertambah dalam rahim dan cukup bulan akan menuju jalan lahir. Apabila kelainan letak janin, kehamilan yang melewati dari taksiran persalinan dan keadaan ibu yang bermasalah selama hamil maka persalinan normal sulit untuk dilakukan, hal ini di indikasikan kelahiran secara sectio caesarea.

(29)

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

(30)
(31)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya (Smeltzer 2001 :

339)(http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html) :

1. Darah rutin (mis Hb)

2. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa

3. USG abdomen

4. Gula darah sewaktu

2.1.7 Penatalaksanaan 2.1.7.1 Keperawatan

1. Kaji ulang prinsip keperawatan pasca bedah

2. Jika masih terdapat perdarahan lakukan masase uterus,

3. Berikan perawatan luka post op operasi secara intensif (Sarwono, 2009 : 537)

2.1.7.2 Medis

1. Obat pencegah kembung

Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar saluran pencernaan, alinamin F, prostikmin, perimperan.

2. Antibiotik dan antiinflamasi 3. Amfisin 2 gr IV setiap 6 jam

(32)

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)(

http://andhrey.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawaatan-sc.html)

a. Perdarahan

Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.

b. Sepsis sesudah pembedahan

Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan untuk mengurangi sepsis.

2.1.9 Konsep Teori Pre Eklamsi Berat 2.1.9.1 Pengertian

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dngan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih ( Asri Hidayat, 2009 : 61 ).

(33)

Pre eklamsi diartikan sebagai hipertensi yang terjadi setelah usia gestasi 20 minggu disertai proteinuria ( Tony Hollingworth, 2011 : 163 ).

2.1.9.2 Etiologi

Penyebab preeklamsi tidak diketahui. Sejumlah teori mencakup adanya respon abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin, abnormalitas genetik yang mendasari, ketidakseimbangan kaskade prostanoid, dan adanya toksin dalam aliran darah ( Errol R. Norwitz, 2007 : 42 ).

2.1.9.3 Manifestasi Klinis Sakit kepala berat

Penglihatan kabur

Peningakatan tekanan darah ≥ 160/110 mmHg

Edema pada paru

Kejang / koma

Proteinuria

( Errol R. Norwitz, 2007 : 41 )

2.1.9.4 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke

organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar

dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan

(34)

diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.

Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang

lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth

Retardation.

Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler yang

disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirkulasi arteri

terganggu olehadanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan

endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan

memungkinkan terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik koloid

menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko

mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema

paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non

kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan

rentang terhadap kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena

peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini

terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari.

Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.

Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria.

Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus

membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria,

peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga

terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan

(35)

2.1.10 Konsep Post Partum 2.1.10.1 Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Post partumadalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk, 2009).

Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.Menurut Bobak (2004).

Post partum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.Ambarwati & Wulandari (2008).

2.1.10.2 Periode Post Partum

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada post partum adalah sebagai berikut :

(36)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan kerana atonia uteri. Oleh karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2. Periode EarlyPost partum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

2.1.10.3 Perubahan Fisiologis 1. Alat-alat reproduksi

a. Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, 2005).

Tinggi fundus uterus menurut masa involusi Waktu Sejak

Melahirkan

Posisi Fundus Uteri Berat Uterus Lochea

12 jam 1 cm dibawah pusat 100 gr Rubra

24 jam 3 cm dibawah

pusat,terus turun 1

(37)

cm/ hari

9 hari Tidak teraba di bawah simpisis

500 gr Serosa

5-6 minggu Kembali mendekati keadaan sebelum hamil

50 gr Alba

Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri

b. Lochea

Menurut mochtar (1998) yang dimaksud lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam – macam lochea fisiologi

1) Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selama 2 hari post partum.

2) Lochea Sanguinolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lender yang terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris jaringan hari 3 –7 post partum. 3) Lochea serosa

(38)

4) Lochea alba

Cairan putih mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, bakteri. Bertahan selama setelah 2-6 minggu setelah bayi lahir.

c. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang –kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah dua jam dapat dilalui oleh dua sampai tiga jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu jari (Mochtar, 1998).

d. Ligament, Fasia dan Diagfragma Pelvis

(39)

e. Vagina dan perineum

Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir.

Jaringan perineum yang lembut menjadi edema da kebiruan. Jika terdapat luka bekas episiotomi pada proses penyembuhannya maka seperti penyembuhan luka operasi lain. Tanda – tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila tidak ada komplikasi infeksi luka episiotomi dapat sembuh dalam waktu satu minggu (Mochtar, 2002; Bobak, 2005).

f. Payudara dan laktasi

(40)

1. Menurut (Sarwono, 2005) Perubahan yang terjadi pada kedua mamae antara lain sebagi berikut:

a) Proliferasi jaringan, terutamakelenjar- kelenjar dan alveolus mamae danlemak

b) Pada duktus latiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan dan berwarna kuning (kolostrum).

c) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan mamae pada bagian dalam mamae.

d) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang.

2. Ada tiga refleks Maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai berikut :

a) Refleks Prolaktin

Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatuhormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamae. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.

b) Refleks Ereksi Puting Susu

(41)

c) Refleks Let-Down

Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi. Reflek Let-Down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik. (Bobak, 2004)

3. Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat penangkal infeksi, mudah dicerna karena mengandung zat pencerna, bukan protein asing sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu dan bayi lebih lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan, dengan pemberian ASI Ekslusif (secara 4 bulan terus menerus) dapat menjarangkan kehamilan atau bermakna KB, dengan menyusui teratur, produksi hormon akan teratur pula sehingga ASI tetap tersedia cukup abgi bayi yang dikasihi, ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril dan hangat setiap waktu.

(42)

3 Sstem urinaria

Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan lama yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri padsa panggul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.

4 Sistem pencernaan

(43)

5 Sistem muskuloskletal

Teregangnya otot dinding abdomen secara bertahap selama kehamilan mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Hal ini jelas terlihat setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor

6 Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah ibu stabil, apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih atau 20 mmHg saat posisi tidur ke posisi duduk disebut hipotensi ortostatik. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg dan disertai sakit kepala atau gangguan penglihatan maka dicurigai pre eklampsi post partum. Nadi berkisar 60-80 denyutan permenit, segera setelah partus dapat terjadi bradikardi. Bila terjadi takikardi sedangkan badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebih. Suhu dalam 12 jam pertama meningkat atau sama dengan 380C, namun bila terjadi peningkatan lebih dari 380C maka dicurigai adanya infeksi (Bobak, 2004).

Tujuan pengawasan adaptasi fisiologi dan psikologi pada klien post partum

a. Meningkatkan fungsi tubuh

b. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan klien

c. Meningkatkan hubungan baik bagi orang tua dan bayinya

d. Memberikan kesempatan pada orang tua untuk merawat bayinya e. Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektif Masa post partum di bagi menjadi 3 tahap

a. Periode immediate post partum/ 1 jam pertama (kala IV) b. Peridoe early poet partum (minggu I)

(44)

2.1.10.4Adaptasi Fisiologi a. Tanda- tanda vital

1. Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

b. Sistem cardiovaskuler

(45)

c. Sistem pencernaan

Berkaitan dengan terjadinya konstipasi karena peregangan janin dalam rahim menyebabkan BAB keras.

2.1.10.5Adaptasi Psikologi

a. Fase hooney moon : kontak antara anak dan orang tua

b. Bonding dan attachment :pada fase ini ibu harus menyusui bayinya agar bayi dapat mengenal dan merasakan kehangatan ibunya,fase ini terjadi pada kala IV (masa setelah keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum) Perubahan post partum menurut saleha(2009)

a. Fase taking in (periode tingkah laku ketergantungan )berlangsung selama 1 sampai 2 hari

b. Fase taking hold (periode anatara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )berlangsung selama 3-4 hari

c. Fase letting Go(periode kemandirian dalam peran lain)

Post Partum blues

a. Kekecewaan pada masa post partum yang berkaitan dengan mudah tersinggung,nafsu makan dan pola tidur terganggu.

b. Penyebabnya adalah perubahan abnormal dan peran transisi yaitu rasa tidak nyaman dan kelelahan atau kehabisa tenaga

c. Bagi orang tua yang kurang mengerti tentang hal itu ,maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi post partum.

(46)

2.1.10.6 Adaptasi Keluarga

1. Adaptasi psikologis orangtua

Ketika kelahiran telah dekat, klien mengalami kegembiraan dengan kelahiran bayi. Perasaan emosi yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran bayi, terjadi perubahan psikologis yang cukup kompleks. Kondisi psikologis ibu dipengaruhi pula oleh respon anggota keluarga terhadap kelahiran bayi, sehingga seluruh keluarga, perlu mempersiapkan diri secara psikologis dalam menerima kehadiran anggota keluarga baru

Beberapa adaptasi psikologis antara lain :

a. Adaptasi parental

Proses menjadi orangtua terjadi sejak masa konsepsi. Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh sebelum anak lahir. Proses menjadi orangtua tidak mudah dan sering menimbulkan konflik dan krisis komunikasi karena ketergantungan penuh bayi pada orangtua.

Untuk menjadi orangtua diperlukan komponen yaitu :

1. kemampuan kognitif dan motorik, merupakan komponen pertama dari respon menjadi orangtua dalam perawatan bayi.

(47)

b. Fase maternal

Tiga fase yang terjadi pada ibu post partum yang disebut “Rubin

Maternal Phases” yaitu :

1) Taking in (periode ketergantungan)

Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.

2) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan kemandirian)

Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.

3) Letting go (fase mampu sendiri)

Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima kenyataan.

2. Adaptasi ayah

(48)

struktur keluarga, identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam penampilan dan latar belakang cultural.

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.

Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.

(49)

dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.

Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.

Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.

(50)

3. Adaptasi sibling

Biasanya kelahiran adik atau bayi dapat menjadi suatu perubahan pada sibling atau saudara, anak pertama lebih ingin mempertahankan dirinya lebih tinggi dari adik barunya.

Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan.

Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.

(51)

Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kita mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.

2.1.10.7Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu post partum a. Payudara

Perubahan payudara ibu post partum dipengaruhi oleh hormone esterogen,progesterone,HPL,dan prolactin.sedangkan hormone yang berfungsi untuk memperlancar ASI yaitu insulin,kortikosteroid dan tiroksin.pada ibu post partum payudara akan tegang,penuh dan terasa nyeri bila disusukan pada bayi.

b. Abdomen

Setelah post partum perut akan terasa ringan dan adanya strie serta linea nigra.

c. Jalan lahir

(52)

ketuban atau luka jalan lahir yang masih berdarah (Obstetri fisiologi,2001)

d. Kembalinya rahim kebentuk asal

Pada waktu kehamilan terjadi perubahan ada otot rahim yang disebabkan karena adanya pembesaran ukuran sel.

e. Perubahan kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi pada beberapa tempat karena proses hormonal yaitu berupa :Kloasma gravidarum pada pipi .setelah persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang serta pada dinding perut akan menjadi putih mengkilat.

f. Dinding perut

Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil dan setelah persalinan dinding perut akan kendor sesuai dengan jumlah kehamilan dan tergantung pada perawatan ibu selama masa nifas.

2.1.10.8Fisiologi penyembuhan luka

Pertama-tama,dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus dihentikan.Kemudian,tentukan jenis trauma ,tajam atau tumpul,luasnya kematian jaringan,banyaknya kontaminasi,dan berat ringannya luka (Buku ajar ilmu bedah,2005)

Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru dan dengan dikeluarkannya subtract oleh fibroblast,memberikan pertanda bahwa makrofag,pembuluh tubuh secara normal akan berespon

terhadap cedera dengan dilakukannya proses section caesarea “proses

(53)

:bengkak(swelling),kemerahan (redness),panas(heat), nyeri (pain), dan kerusakan fungsi (impaired function).

a. Proses Penyembuhannya 1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak.

Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda sing dan sel mati dan bakteri. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : hangat pada kulit,odema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke 3 atau ke 4.

2. Fase proliferative

Proses kegiatan yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka section caesarea dan ditandai dengan poliferasi sel.

3. Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke 3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.tujuan dari fase ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu.

(54)

b. Faktor- factor yang mempengaruhi penyembuhan luka 1. Usia

2. Status nutrisi,banyak vitamin terutama vitamin c membantu dalam metabolism yang terlibat dalam penyembuhan luka.

3. Status imunologi 4. Penyakit metabolisme

5. Pemakian obat obat steroid yang dapat menekan respon inflamasi dan meningkatkan resiko inflamasi.

6. Kebersihan

7. Istirahat dan posisi. (Potter dan Perry,2006)

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.2.1 Pengkajian 1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik, tanggal masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

(55)

atau berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

b. Riwayat kesehaatan dahulu

Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, tekanan darah tinggi, panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat mempengaruhi penyakit sekarang, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak sungsang, panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau penyakit yang lain.

d. Riwayat menstruasi

Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam menstruasi

e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang

Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama masa kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak, apgar score dan lain-lain

f. Riwayat nifas

a. Dikaji tinggi fundus uteri b. Lochea

(56)

b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ), banyak serum.Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.

c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah mati.Jumlah lochea digambarkan seperti sangat sedikit, moderat dan berat.( jacobson, 1985 ).

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital. a. Kepala

Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.

Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak.

Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.

Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak, simetris atau tidak.

Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi

b. Leher

Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.

c. Thorax

Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak Paru- paru :

I : simetris kiri kanan/ tidak P: teraba massa / tidak

(57)

Jantung

I: ictus cordis terlihat/tidak P: ictus cordis terba/tidak P: suara ketuk jantung

A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak

d. Abdomen

I: abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka operasi tertutup perban

A: bising usus +/-

P: nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir P: difan muskuler pertahanan otot

e. Genetalia

Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea post sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali ganti duk.

f. Ekstremitas

Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal sehingga menurunkan yonus otot.

4. Data Sosial Ekonomi

Sectio caeserae dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dengan berbagai indikasi.

5. Data Spiritual

Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah karena kondisi kelemahan setelah SC.

6. Data Psikologis

(58)

1. Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) :dinilai dengan menggunakan score (3-12)

2. Taking in

a. Berorientasi pada diri sendiri

b. Takut ketergantungan yang meningkat 3. Taking Hold

Apakah ada rasa tertarik pada bayi Letting Go

Apakah bias melakukan perawatan mandiri Post partum blues

a. After pain

b. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual

c. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan setelah melahirkan)

7. Pemeriksaan Penunjang

Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan leukosit, biasanya pasien dengan post sc akan mengalami kekurangan darah dan peningkatn leukosit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op 3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

(59)

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

6. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah

7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi 8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

9. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan ibu.

10.Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua b/d kurangnya dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.

11.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

( doegoes marylin, 2001 )(

(60)

Post Sc

Post Anastesi Spinal Luka Post Operasi Nifas

Penurunansaraf Penurunansaraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologi

Ekstremitasbawah Otonom terputus terbuka

Progesterone dan Perubahanpsikologi

Esterogenmenurun

Kelumpuhan Penurunansaraf Merangsang area Proteksi Kontraksi uterus

Vegetative sensorikmotorik kurang Prolaktinmeningkat PenambahanAnggotabaru

MK:Cemas Perubahankelenjer

Penurunanperistaltic MK:Nyeri Invasi Afektif TidakAdekuat susuterangsang KebutuhanMeningkat

MK:Mobilitas Usus Bakteri

PengelupasanAtonia Isapanbayi MK:Perubahan proses keluarga

desidu Uteri

MK: MK: gangguan MK:Restiinfeksi Lochea Perdarahan oksitosin

Konstipasi pola tidur hipovolemik Anemi ejeksi ASI

Hb02 adekuattdkadekuat

Metabolismeanaerob ASI keluar ASI tdkkeluar MK: ketidakefektifan

Asamlaktatmningkat efektif Inefektik pemberian ASI

Suplai o2 kejaringan MK:IntoleransiLaktasi Laktasi

menurun aktifitas

Nekrose Mk :kurangpengethuan

(61)
(62)

45

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa

1. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan

gerakan melindungi atau terbatas.

2. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi

1. Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan

ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi daari terjadinya komplikasi.

2. Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan

(63)

46 3. Evaluasi tekanan darah

(TD) dan nadi: perhatikan

perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri)

4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse oksitosin pasca operasi.

menyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat. Analgesic dapat menurunkan Tekanan Darah

4. Selama 12 jam pertama pascapartum, kontrafksi uterus kuat dn teratur, dan ini berlanjut selama 2-3 hari

(64)

47 5. Ubah posisi klien, kurangi

rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak . anjurkan

5. Merilekskan otot, dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri.

Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak

menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.

6. Nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebatan menurunkan regangan dan ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan

(65)

48 6. Lakukan latihan nafas dalam dan

batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic

Kolaborasi

7. Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV /

intramuslular sampai ke rute oral.

terdengar.

7. Meningkatkan kenyamanan yang memperbaiki status psikologis dan meningkatkan mobilitas. Penggunaan obat yang bijaksana memungkinkan ibu yang menyusui menikmati dalam memberikan makan tanpa efek-efek samping pada bayi.

(66)

49 menyusui.

8. Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi.

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan trauma jaringan / luka post op

Tujuan : tidak terjadinya infeksi

Kriteria hasil:

1. Kaji tanda tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan )

1. Menetapkan data dasar klien,

(67)

50 rubor, calor, dubor, tumor,

kerusakan fungsi jaringan)

3. Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin c, dan besi.

4. Anjurkan dan gunakan teknik

– tanda infeksi

3. Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein dan vitamin c diperlukan untuk pembentukan kolagen : besi

diperlukan untuk sintesis Hb

(68)

51 kotoran, pembalut erineal, dan

linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan tindakan-tindakan ini setelah pulang.

5. Lakukan perawatan luka dan ganti balutan

6. Anjurkan klien untuk tetap menjaga luka tetap kering dan bersih

5. Perawatan luka dapat mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi resiko infeksi

6. Dengan keadaan luka yang kering dan bersih dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi

(69)

52 proses infeksi yang teridentifikasi.

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

Tujuan: melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

Kriteria hasil:

-klien rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

1. Dorong keberadaan / partisipasi dari pasangan

2. Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari asalah. Mendorong

klien pasangaan untuk

mengungkapkan kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi. Memberikan informasi sehubungan dengan normalnya perasaan tersebut.

1. memberikan dukungan emosional: dapat mendorong pengungkapan masalah.

2. Kelahiran sesar mungkin dipandang sebagai suau kegagalan daam hidup oleh klien / pasangan dan hal tersebut dapat memiliki dampak negative dalam proses ikatan / menjadi orang tua .

(70)

53 yang lazim dn perkembangan

strategi koping baru jikadibutuhkan. 4. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien / bayi

5. Mulai kontak antara klien / pasangan dengan bayi sesegera mungkin, jika bayi dibawa ke neonatal intensive care unit ( NICU ). Bentuk jalur komunikasi antara staf perawatan dan klien / pasangan.

4. Khayalan yang disebabkan oleh

kurangnya informasi atau

kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.

(71)

54 tidak mengena sumber

informasi penyakit

dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

penyuluhan diberikan untuk membantu

mengembangkan pertumbuhan

ibu,maturasi, dan komperensi. Namun, klien membutuhkan waktu untuk

bergerak dari fase “mengambil” sampai

fase “ menahan” yang penerimaan dan

(72)

55 2. Berikan rencana penyuluhan

tertulis dengan menggunakan format

yang standarisasi atau

ceklis,dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien.

informasi yang diterima orangtua dari staf dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh diseminasi nasihat atau informasi yang menimbulkan konflik.

(73)

56 fisiologis dan psikologis yang

normal berkenaan dengan kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode pascapartum

pembelajaran peran baru dan pelaksanaan tanggung jawab baru. 4. Klien yang telah menjalani kelahiran sesarea memerlukan bantuan lebih banyak bila pertama kali dirumah daripada klien yang mengalami kelahiran per vagina. Tangga dan penggunaan ayunan rendah atau keranjang dapat menyebabkan kesulitan untuk klien pasca operasi.

(74)

57 membantu pekerjaan rumah, susunan

fisik rumah,pengaturan tidur bayi.

5. Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan.

peningkatan resiko infeksi.

5. Konstipasi

berhubungan dengan

Tujuan : Eliminasi Klien

1. Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4

(75)

58 - Bising usus

kembali normal - Pola komunikasi

kembali normal

2. Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan

3. Anjurkan cairan oral yang adekuat bila masukan oral sudah mulai kembali. Anjurkan peningkatan diet makanan kasar daan buah-buahan

terdengar pada hari pertama setelah prosedur pembedahan, terdengar samar pada hari ke 2 dan aktif pada hari ketiga. 2. Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik

(76)

59 pengencangan abdominal, tingkatkan

ambulasi dini

5. Identifikasi aktifitas-aktifitas

dimana klien dapat

menggunakannnya dirumah untuk merangsang kerja usus.

6. KolaborasiBerikan analgesic 30

abdomen. Ambulasi progresif setelh 24 jam meningkatkan peristaltic dan pengeluaran gas, dan menghilangkan atau mncegah nyeri karena gas.

5. Membantu dalam menciptakan kembali pola evakuasi normal dan meningkatkan kemandirian.

6. Memudahkan kemampuan

untukambulasi : namun, narkotik, bila digunakan, dapat menurunkan aktifitas usus.

(77)

60 7. Beikan pelunak feses atau katartik

ringan.

1.Tinjau ulang catan prenatal daan intra partal terhadap faktor-faktor yang mempredisposisikan klien pada komplikasi.catat kadar HB dan kehilangan darah operatif.

1. Adanya faktor-faktor resiko seperti kelelahan miometrial, distensi uterus berlebihan, stimulasi oksitosin lam, atau tromboflebitis prenatal memungkinkan klien lebih rentan terhadap komplikasi pascaoperasi.

(78)

61 halus : perubahan prilaku :

pelambatan pengisian kapiler : atau sianosis.

hipersensitif lain.

Hipotensi dan tacikardi dapat

menunjukan dehidrasi dan hipovolemi tetapi mungkin tidak terjadi sampai volume darah sirkulasi telah menurun sampai 35%-50%, dimana tanda

(79)

62 pendarahan berlebihan. Catat tanggal

drainase pada balutan beritahu dokter bila rembesan berlanjut.

4. Perhatikan karakter dan jumlah aliran lokhea dan konsistgensi fundus.

atau mengandung bekuan : fundus harus tetap berkontraksi dengan kuat pada umbiliku. Tonjolan uterus

mengakibatkan peningkatan aliran dan kehilangan darah.

5. Fungsi ginjal adalah indek kunci dari volume darah sirkulasi. Bila haluaran menurun berat jenis meningkat dan sebaliknya. Urin

(80)

63 warna, konsistensi dan berat jenis

urin.

6. Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini.

7. Proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi

Tujuan : tidak terjadinya infeksi

Kriteria hasil: -bebas dari infeksi

1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut erineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan tindakan-tindakan ini

(81)

64 perhatikan adanya kondisi yang

mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi

3. Dorong masukan caian oral dan diet tinggi protein, vitamin c, dan besi.

4.Kaji suhu, nadi dan jumah sel darah putih

lama sebelum kelahiran sesar meningkatkan resiko infeksi dan pelambatan penyembuhan.

3.Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urin. Protein dan vitamin c diperlukan untuk

pembentukan kolagen : besi diperlukan untuk sintesis Hb

(82)

65 5. Berikan perawatan perineal dan

kateter dan penggantian pengalas sering.

6. Dapatkan kultur darah, vagina, dan

infeksi, peningkatan sampai 380C pada hari kedua dalam 10 hari pertama pasca partum adalah bermakna.

5. Membantu menghilangkan media pertumbuhan bakteri : meningkatkan hygine

6. Bakterimia lebih sering pada klien yang mengalami pecah ketuban selam 6 jam atau lebih lama dari pada klien yang ketubannya tetap utuh sebelum kelahiran sesarea.

(83)

66 7. Berikan antibiotic khusus untuk

Gambar

Gambar 2.1 Insisi Sectio Caesarea
Tabel 2.1.10 Tingkat Involusio Uteri
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.1 data anak sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai seorang mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam kehidupan masyarakat, kita dituntut untuk dapat melaksanakan demokrasi tersebut dalam kehidupan

Thus, this research attempts to select the teaching materials by using a reading descriptive text and applying an appropriate teaching model that is Cooperative

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Pasal 1 angka 13: Restitusi adalah pembayaran ganti

Ideally, oracles will be self-verifying, allowing automated tests to make an initial assessment of test pass or failure, however, be careful to mitigate the risks inherent

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas

Untuk mendeteksi adanya gangguan di saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV di perlukan analisa perhitungan untuk mengatur settingan relai jarak. Sehingga relai

Tulisan ini menyajikan hasil analisis data konsumsi makanan Riskesdas 2010 untuk mengetahui gambaran keragaman makanan dan sumbangannya terhadap konsumsi energi

 Masyarakat yang bekerja sebagai Tour Guide yang tidak terlatih dalam mengawasi aktifitas snorkling wisatawan dan kapal pengantar wisatawan yang merupakan milik masyarakat