Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri)
di RSUD. dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Natalina Siagian
112500067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa
Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan”, yang merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis
dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep. Ns., Sp. KMB Selaku dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga serta memberikan petunjuk, arahan dan
bimbingan selama proses penyusunan hingga selesainya Karya Tulis Ilmiah ini. Dalam
kesempatan yang sama pula penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Yessi
Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji. Terkhusus buat ayah dan ibu tercinta
Bapak M.Siagian dan Ibu R.Simanjuntak yang selalu memotivasi saya dalam study saya
dan yang pasti selalu berdoa untuk saya. Terimakasih juga buat abang dan kakak
(Rikardo Siagian, Martha Theresi Siagian, dan Jhon Siagian). Trimakasih buat motivasi
dan doa nya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, SKp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin A. Harahap, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
5. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
6. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
8. Terkhusus untuk Sep Rotua, Herti, Eunike, Rianty, Elisa, Ayu, Exodus, dan
Yosua Saragih. Terimakasih buat kasih sayang, nasehat, bantuan, dan perhatian
selama ini. Bahkan terima kasih buat waktu yang sudah disediakan bagi penulis.
9. Serta Teman-Teman (yang telah banyak memberi semangat, doa dan dukungan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI Lembar Sampul
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 3
BAB II Pengelolaan Kasus A. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine ... 4
1. Defenisi Nyeri ... 4
2. Fisiologi Nyeri ... 4
3. Klasifikasi Nyeri………. ... …. 4
4. Efek Membahayakan dari Nyeri………. ... 7
5. Stimulus Nyeri……….. ... 7
6. Teori Nyeri………... ... 8
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri………. 9
8. Asuhan Keperawatan………... 11
B. Pengkajian Pasien Rumah Sakit ... 14
1. Biodata ... 14
2. Keluhan Utama ... 14
3. Riwayat Kesehatan Sekarang ... 15
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu ... 15
5. Riwayat Kesehatan Keluarga ... 15
6. Pemeriksaan Fisik ... 16
7. Pola Kebiasaan Sehar-hari ... 17
8. Perawatan Diri/Personal Hygine ... 17
9. Pola Kegiatan / Aktivitas ... 17
C. Masalah Keperawatan dan analisa data... 18
D. Diagnosa Keperawatan ... 18
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 19
F. Implementasi dan Evaluasi ... 22
BAB III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 24
B. Saran ... …… 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun (Smeltzer & Bare, 2002).
Proses terjadinya nyeri menurut Lindamen dan Athie dalam (Judha, 2012),
adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin,
atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan
mengeluarkan berbagai macam substansi intraseluler dilepaskan ke ruang
ekstraseluler maka akan mengiritasi nociceptor. Saraf ini akan merangsang dan
bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmitter seperti prostalglandin dan
epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla spinalis di transmisikan ke otak
dan dipersepsikan sebagai nyeri.
Nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian di man terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
Pasien dengan keadaan nyeri, kondisi ini dapat bersifat lama dan ada yang
singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah sehingga nyeri dibagi dua, yaitu
nyeri kronis dan nyeri akut. Nyeri akut diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri
jaringan, nyeri ini biasanya awitan datang tiba-tiba, nyeri akut umumnya terjadi
kurang dari 6 bulan. Nyeri kronis secara luas dipercaya menggambarkan
penyakitnya, nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama atau lebih dari enam bulan,
nyeri ini dapat dan sering menyebabkan masalah yang berat bagi pasien (Judha,
2012).
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama
yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar
klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat
menyebabkan proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi menjadi lama. Hal
ini karena pasien memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri yang dirasakan
(Smeltzer & Bare, 2002).
Peran perawat sebagai pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi
dan mengobati penyebab nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
profesional kesehatan lain, tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri,
mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat
intervensi tidak efektif. Selain itu perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien
dan keluarga, mengajarkan mereka untuk menggunakan sendiri analgetik atau
regimen pereda nyeri jika memungkinkan (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan studi kasus tentang asuhan keperawatan Nyeri Akut pada Tn.M
di Ruang Tulip 2 RSUD Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. M dengan nyeri akut
yang dialami
b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. M dengan
nyeri akut
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. M
dengan nyeri akut
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. M dengan nyeri akut
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. M dengan nyeri akut
f. Penulis mampu melakukan analisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada
Tn. M
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menambah
pengetahuan dan memperoleh pengalaman khusunya dibidang keperawatan.
2. Bagi instansi Pendidikan
Memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik
keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi
3. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dalam penanganan
nyeri.
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan khususnya unruk perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami nyeri
akut dan sebagai pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga
BAB II
Tinjauan Teoritis
A. Konsep Dasar
2.1Defenisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri.
1. Mc. Coffery ( 1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya
jika orang tersebut per nah mengalaminya.
2. Wolf Weifsel (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak,
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
4. Scrumun, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, dan emosional.
2.2Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang
serabut lamban (serabut C). impuls-impuls yang ditransmisikan oleh
serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut
C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal
root) serta sinaps pada dorsal horn.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonin merupakan neutransmiter dalam impuls supresif.
System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan desenden yang
tidak memberikan respon terhadap naloxone yang kurang banyak
diketahui mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).
2.3Klasifikasi Nyeri
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah
terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan.
Sebagai contoh nyeri akut ialah jari yang tertusuk biasanya sembuh
dengan cepat, dengan nyeri yang hilang dengan cepat. Pada kasus
dengan kondisi lebih berat, seperti fraktur ekstremitas, pengobatan
dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan dengan penyembuhan
tulang.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis dapt tidak mempunyai
awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap
Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik,
diantaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent
pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri
neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri visceral ini umumnya bersumber dari kulit
dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang.
Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam,
menusuk,membakar
Tajam, tumpul, nyeri
terus
Tajam, tumpul,
nyeri terus, kejang
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi
terlalu panas dan
dingin
Torehan, panas, iskemia
pergeseran tempat
Distensi, iskemia,
spasmus, iritasi
kimiawi (tidak ada
torehan)
Sumber. Barbara C, Long, 1989.
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang
lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang
timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang
disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri
neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di
sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2009).
2.4Efek Membahayakan dari Nyeri
Nyeri akut, tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri
yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan
ketidaknyamanan dan menganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat
mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik (Yeager dkk, 1987; Benedetti dkk, 1984).
Nyeri kronik, sama seperti halnya nyeri akut yang mempunyai
efek negatif, nyeri kronis juga mempunyai efek yang merugikan. Supresi
fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis sering mengakibatkan
depresi dan ketidakmampuan melakukan aktivitas (Liebeskind, 1991).
Mengabaikan tentang bagaimana pasien mengatasi nyeri kronisnya, nyeri
yang terjadi sepanjang waktu yang lama sering mengakibatkan pasien
tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan
interpersonal sebelum nyeri mulai terjadi. Ketidakmampuan ini dapat
berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak
mampu untu memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau
makan. Perawat harus mengerti efek dari nyeri kronis pada pasien dan
keluarganya dan harus mempunyai pengetahuan tentang strategi
peredaan nyeri dan sumber-sumber yang sesuai untuk membantu
penatalaksanaa nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
2.5Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau
dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold). Menurut Alimul terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri,
diantaranya ialah:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat.
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
2.6Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya
1. Teori Pemisahan (Specifity Theory)
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang digaris
median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu
respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari
reaksi sel T.
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan
kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangsangan serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansi
gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rangsangan ikut terhambat. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan mengahantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impul-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate
system supresif.
2.7Faktor-fakrot yang Mempengaruhi Nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
termasuk pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan
nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan
pengaruh sikap respon terhadap nyeri. beberapa hal yang dapat
mempengaruhi pengalaman nyeri pada seseorang, diantarnya ialah:
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami.
Karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda
secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi
faktor budaya (contoh, tidak pantas bila laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
merespon nyeri (contoh, suatu daerah yang menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).
4. Makna Nyeri
Berhubungan dengan bagaiman pengalaman seseorang terhadap
nyeri dan bagaiman mengatasinya. Bagi beberapa orang, nyeri masa
lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri
berkepanjangan atau kronis dan persisten.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi
6. Ansietas
Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan.
Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri.
7. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi
nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang
dalam mengatasi nyeri.
8. Support keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, dan perlindungan.
2.8Asuhan Keperawatan pada Masalah Nyeri
a. Pengkajian
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah
adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas
nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan
dengan PQRST:
1. P (pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri
4. S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri
5. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Gambar 2.1
b. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah
nyeri, diantaranya adalah:
1. Nyeri akut akibat fraktur panggul
2. Nyeri kronis akibat arthritis
3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan
tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian
5. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
c. Perencanaan Keperawatan
Perawat membantu meredakan nyeri dengan memberikan
intevensi penghilang nyeri (termasuk pendekatan farmakologis dan
nonfarmakologis), mengakaji keefektifan intervensi tersebut,
memantau terhadap efek yang merugikan dan berperan sebagai
advokat pasien apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam
meredakan nyeri. Selain itu, perawat bertindak sebagai edukator bagi
pasien dan keluarganya untuk memampukan mereka dalam
menangani sendiri intervensi yang diharuskan bilaman
memungkinkan (Smeltzer & Bare, 2002).
Beberapa perencanaan keperawatan dalam mengatasi nyeri
diantarnya ialah (Hidayat, 2009):
1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri
2. Menggunakan berbagai teknik noninvansif untuk memodifikasi
3. Menggunakan cara-cara unutuk mengurangi nyeri yang optimal,
seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang
ditentukan.
d. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
Semua intervensi nyeri akan sangat berhasil bila dilakukan
sebelum nyeri menjadi semakin parah, dan keberhasilan terbesar
sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan.
Beberapa tindakan keperawatan yang dapat mengurangi nyeri yang
dialami oleh pasien, diantaranya ialah:
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan
kebosanan.
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan teknik-teknik seperti:
a. Teknik latihan pengalihan, seperti menonton televisi,
berbincang-bincang dengan orang lain, dan mendengarkan
musik.
b. Teknik relaksasi, yaitu menganjurkan pasien untuk menarik
napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang
sama sambil terus berkonsentrasi hingga di dapat rasa
nyaman, tenang, dan rileks.
c. Stimulasi kulit,seperti menggosok dengan halus pada daerah
nyeri, menggosok punggung, mengguanakan air hangat dan
dingin, dan memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri.
4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau
mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya
respon fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di
rumah sakit, pada tanggal 3 Juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian
keperawatan pada pasien Tn.M. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang
dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.
1. Seorang laki-laki Tn.M, berusia 64 tahun dan telah menikah, agama Islam.
Tn. M adalah seorang wiraswata dengan pendidikan terakhir adalah SLTA,
tinggal di Desa Parsombaan Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara.
Pada tanggal 23 Mei 2014 dirawat di ruangan Tulip 2, kamar 609, dengan
nomor rekam medik 00.92.68.06.
2. Dalam pengkajian yang dilakukan pasien mengatakan mengalami nyeri pada
abdomen sinistra region hipokondria sinistra, hal ini dialami pasien kurang
lebih selama 1 bulan. Nyeri bersifat hilang timbul dan terkadang nyeri akan
terasa sangat sakit sampai menjalar ke pinggang sebelah kiri. Nyeri yang
dirasakan pasien seperti ditusuk, pasien juga mengeluhkan sering masuk
angin sehingga perut terasa seperti ada yang menekan-nekan dan pasien
merasa tidak nyaman.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien sering merasa sakit pada abdomen sinistra, region hipokondria
kiri dan apabila nyeri yang dirasakan sangat hebat akan menyebar sampai ke
pinggang kiri. Nyeri yang dialami oleh pasien disebabkan karena adanya
batu pada ginjal, apabila pasien merasakan nyeri, pasien akan istirahat dan
memijit bagian tubuh yang terasa nyeri. Pasien mengatakan nyeri dirasakan
bila pasien sedang melakukan aktivitas, dan pada saat dilakukan
pengakajian, pasien terlihat baik-baik saja dan nyeri yang dirasakan tidak
terlalu sakit. Nyeri yang dialami oleh psien adalah hilang timbul, dan pada
saat-saat tertentu nyeri akan sangat hebat.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien pernah mengalami sesak napas karena dulu sering merokok dan
terkadang sesak akan kambuh bila pasien melakukan aktivitas yang berat
atau melakukan perjalanan yang jauh dan sesak akan mereda bila pasien
atau mantri yang ada di kampungnya. Pasien memiliki alergi terhadap
makanan yang mengandung tinggi protein dan lemak serta pengawet seperti
telur, daging, dan indomie. Hal ini ditandai bila pasien mengalami luka pada
tubuh, luka akan lama sembuh dan semakin membesar apabila pasien
mengkonsumsi makanan yang dapat mengakibatkan alergi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, di dapatkan hasil bahwa orang tua
pasien maupun saudara kandung tidak memiliki riwayat penyakit yang
serius, dan saudara pasien masih hidup semua, namun oarng tua pasien
sudah meninggal.
6. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan
baik, namun terkadang pasien mengalami sesak bila diajak berbicara terlalu
lama dan nyeri yang dialami pasien masih dirasakan walaupun tidak terlalu
berat dengan suhu tubuh 37,50 C, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi
85x/menit, pernafasan 24x/ menit, skala nyeri 3 dengan pengukuran
universal pain assessment tool (0-10), TB 160 cm dan BB 70 Kg.
Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe
untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan
kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan pada
ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga. Rambut tumbuh merata, berwarna
hitam dan sebagian berwarna putih dan pendek serta tidak ada ketombe,
tidak ada bau pada rambut.
Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak sawo matang dengan
struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah,
lembab, dan tidak terdapat edema pada palpebra konjungtiva merah dan
tidak anemis, sklera berwarna putih dan tidak ikterik, pupil hitam dan akan
mengecil bila diberikan rangsangan cahaya, kornea bulat merata, iris simetris
berbatas jelas berwarna coklat, ketajaman penglihatan baik.
Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum
nasi simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak
ada pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris,
ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga pasien lengkap dan
Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan
tidak ada luka pada bibir serta sedikit hitam, keadaan gusi baik berwarna
pink, gigi sehat dan bersih, keadaan lidah bersih tidak ada jamur dan tidak
ada luka pada lidah, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.
Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen bersih dan tampak
keriput. Akral hangat, warna kulit normal, tidak ada cianosis, turgor kulit
baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, kelainan pada kulit tidak ada
kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris,
pernafasan (frekuensi, irama) 20kali / menit dan tidak ada tanda kesulitan
saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal.
Pada pemeriksaan jantung tidak didapati cianosis, tampak denyut jangtung
pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat
perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen
terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di
tekan, tidak ada benjolan maupun asites.
Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)
otot tampak simetris, tidak ada edema.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
Pasien biasa makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), nafsu makan
pasien baik dan pasien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah
sakit, tidak terdapat nyeri ulu hati, pasien alergi terhadap daging, telur, dan
indomie. Biasanya pasien minum setelah selesai makan dan bila pasien
merasa haus saja. Tidak ada kesulitan menelan saat makan dan minum.
8. Perawatan diri/ Personal Hygiene
Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut juga terjaga,
kuku, kaki dan tangan tampak bersih.
9. Pola Kegiatan/aktivitas
Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, bisa dilakukan secara
mandiri.
Selama dirawat di rumah sakit pasien selalu melakukan sholat bila sudah
dirumah sakit pola tidur pasien terganggu, pasien akan terbangun pada
malam hari bila merasakan nyeri yang sangat hebat dan pasien sering sulit
lagi tidur bila sudah terbangun. Pasien juga terlihat sering mondar-mandir
di depan kamar dan tampak sedang berpikir. Pasien mengatakan cemas
dengan pengobatan yang dilakukan.
10.Pola Eliminasi
Pasien mengatakan bila BAB pasien normal yaitu 1 kali dalam sehari,
karakter fese lunak dan tidak memiliki riwayat perdarahan serta tidak ada
penggunaan laksatif. Pasien BAK 5 kali per hari dengan karakteristik urine
kuning dan pasien tidak merasa nyeri pada kelamin saat BAK, Terdapat
riwayat penyakit batu ginjal dan akan segera dilakukan pembedahan. Untuk
mengatasi masalah akan dilakukan operasi, namun belum ditentukan jadwal
operasi.
C. Masalah Keperawatan dan Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juni 2014
dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan
data objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga
masalah keperawatan yaitu: gangguan rasa aman nyaman (nyeri), ansietas, dan
gangguan pola tidur. Secara lengkap terdapat pada lampiran 2.
D. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai
masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil
perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:
1. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
batu pada ginjal
2. Ansietas (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
proses pembedahan yang akan dilakukan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh
dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian
dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat
keperawatan kepada Tn. M. Perencanaan keperawatan dan rasional dari
setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 2.1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
No Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 1 Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman
(nyeri) dapat berkurang
Kriteria hasil:
1. pasien mengatakan nyerinya berkurang
2. skala nyeri 1
3. pasien dalam keadaan tenang dan keadaan umum pasien membaik
Rencana Tindakan Rasional
1. Gunakan komunikasi
terapeutik
2. Kaji keadaan umum
klien dan PQRST yang
dialami klien
3. Observasi TTV klien
dan skala nyeri
4. Jelaskan teknik latihan
pengalihan
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
anlgetik
1. Untuk mengetahui pengalaman nyeri
yang dialami oleh pasien
2. untuk mengetahui keadaan umum
pasien, : mengetahui daerah
nyeri,kualitas,kapan nyeri
dirasakan,faktor pencetus,berat
ringannya nyeri yang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obat
secara jangka panjang
3. Mengetahui perkembangan kesehatan
pasien.
4. Dengan teknik latihan pengalihan dapat
mengalihkan rasa nyeri, teknik
relaksasi dapat mengurangi nyeri..
5. Untuk mengurangi nyeri dan
Tabel 2.2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa ansietas (cemas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan
No
Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 2 Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan ansietas yang dialami
pasien berkurang dengan
Kriteria hasil:
1. Tingkat ansietas hanya ringan sampai dengan sedang
2. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan
koping
Rencana Tindakan Rasional
1. Bina hubungan saling
percaya antara perawat dan
klien.
2. Kaji tingkat ansietas yang
dialami oleh pasien.
3. Berikan pada pasien
penjelasan tentang
penyakitnya.
4. Berikan informasi tentang
prosedur dan tes khusus dan
apa yang akan terjadi
5. Dorong pasien untuk
mengatakan apa yang
sedang dirasakan
1. Hubungan saling percaya adalah
hubungan dasar terpadu yang
mendukung klien dalam mengatasi
perasaan cemas
2. Mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan yang dialami oleh
pasien.
3. Dapat mengurangi perasaan cemas
pasien terhadap penyakitnya.
4. Membantu pasien memahami
tujuan yang dilakukan dan
mengurangi masalah ketidaktahuan
5. Mengidentifikasi masalah yang
Tabel 2.3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
No
Dx
Perencanaan Keperawatan
Dx. 3 Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami
gangguan pola tidur dengan
Kriteria hasil:
1. Pasien mengatakan tidurnya cukup.
2. Pasien mengatakan tidurnya nyenyak
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji pola tidur klien
2. Berikan lingkungan yang
aman dan tenang kepada
pasien.
3. Anjurkan klien untuk
minum air hangat sebelum
tidur.
4. Kaji fungsi pernapasan dan
irama pernapasan.
5. Ajarkan klien teknik
relaksasi sebelum tidur.
6. Catat tindakan kemampuan
untuk mengurangi
kegelisahan.
1. Untuk mengetahui bagaimana pola
tidur klien
2. Lingkungan yang tenang dan aman
dapat membantu klien beristirahat
3. Minum air hangat dapat membantu
pasien lebih relaksasi dan lebih
nyaman
4. Untuk mengetahui tingkat
kegelisahan yang dialami klien.
5. Membantu klien untuk mengurangi
persepsi nyeri atau mengalihkan
perhatian klien dari nyeri
6. Untuk memantau seberapa jauh
dapat bersikap tenang dan rilex.
F. Implementasi dan Evaluasi
Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai
dengan perencanaan, ada juga perencanaan yang dilakukan namun pasien tidak
Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan rasa aman nyaman (nyeri),
tindakan yang dilakukan adalah menggunakan komunikasi terapeutik,mengkaji
keadaan umum dan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien, mengobservasi TTV
klien dan skala nyeri yang dialami, menjelaskan teknik relaksasi dan distraksi,
serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Setelah di
evaluasi selama perawatan masalah untuk diagnosa pertama belum teratasi,
pasien masih mengalami nyeri pada bagian perut sebelah kiri.
Untuk diagnosa kedua ansietas, tindakan yang dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien, mengkaji tingkat
ansietas yang dialami oleh pasien, memberikan penjelasan pada klien tentang
penyakit yang dialami, memberikan informasi pada klien tentang prosedur, dan
tes khusus dan akibat apa yang akan terjadi. Dari tindakan yang dilakukan
masalah teratasi, dapat dilihat ketika pasien tidak bertanya-tanya lagi tentang
prosedur yang akan dilakukan dan dapat mengambil keputusan atas tindakan
yang akan dilakukan.
Untuk diagnosa ketiga yaitu gangguan pola tidur, tindakan yang
dilakukan pada pasien adalah mengkaji pola tidur klien, memberikan lingkungan
yang aman dan tenang kepada klien, menganjurkan klien untuk minum air
hangat sebelum tidur, mengkaji fungsi pernapasan dan irama pernapsan,
mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi sebelum tidur, serta mencatat
tindakan kemampuan untuk mengurangi kegelisahan. Gangguan pola tidur dapat
teratasi, ditunjukkan dengan keadaan umum pasien mulai membaik, dan tidak
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pasa pasien Tn. M, dilakukan analisa data
untuk memperoleh diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya
batu pada ginjal
2. Ansietas (cemas) berhubungan kurang pengetahuan tentang proses
pembedahan yang akan dilakukan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) sebagai diagnosa prioritas.
Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan, dari tiga diagnosa yang diperoleh
tidak dapat diatasi secara tuntas. Diagnosa keperawatan dengan
gangguan rasa aman nyaman (nyeri) belum teratasi, diagnosa
keperawatan dengan ansietas teratasi, diagnosa keperawatan
gangguan pola tidur teratasi.
B. Saran
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan kualitas
pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum praktik di rumah sakit.
Sebaiknya diadakan ujian praktek kembali sebelum praktik ke rumah
sakit.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Untuk praktik keperawatan sebaiknya seorang medis meningkatkan
kreatifitasnya dalam merawat pasien dan seorang perawat juga harus
tetap meningkatkan kualitas pendidikannya untuk dapat diterapkan
Daftar Pustaka
Hidayat A.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Salemba Medika.
Mubarak W.I. (2007). Buku Ajar: Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah (edisi 8
volume 1). Jakarta: EGC
Perry, Potter. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4 volume 2).
Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I.
BIODATAIDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Parsombaan Padang Lawas Kab/kodya
Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara
Tanggal Masuk RS : 23-05-2014
No. Register :00.92.68.06
Ruangan/kamar : Tulip 2/ kamar 609
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 03-06-2014
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Neprolitiasis
II.
KELUHAN UTAMA :Pasien mengalami nyeri pada abdomen sinstra region hipokondira sinistra,
hal ini dialami pasien kurang lebih selama 1 bulan. Nyeri bersifat hilang
timbul dan terkadang nyeri akan terasa sakit sampai menjalar ke pinggang
sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk, namun pasien
mengatakan bila sedang BAK tidak merasa nyeri dan warna air seni pasien
tidak kuning pekat, masih seperti biasa. Pasien juga mengeluhkan sering
mengalami masuk angin sehingga perut seperti ada yang menekan-nekan,
III.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative1. Apa penyebabnya :
Nyeri yang dialami pasien disebabkan karena adanya batu pada
ginjal.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan ialah istirahat bila
merasakan nyeri yang sangat hebat atau memijit bagian tubuh yang
terasa nyeri.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Nyeri yang dialami pasien seperti ditusuk-tusuk
2. Bagaimana dilihat
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien tampak baik dan tidak terlihat
meringis seperti merasa kesakitan
C. Region
1. Dimana lokasinya
Lokasi nyeri terdapat pada abdomen sinistra region hipokondria kiri
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan bila pasien mengalami nyeri yang sangat hebat
akan menyebar sampai ke pinggang sebelah kiri.
D. Severity
Skala nyeri yang dialami oleh pasien ialah 3, yaitu skala nyeri ringan
E. Time
Pada saat-saat tertentu, pasien akan mengalami nyeri yang sangat hebat
sehingga menjalar sampai ke pinggang sebelah kiri dan durasi nyeri yang
dialami oleh pasien 5-10 menit.
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialamiPasien pernah mengalami sesak napas karena dulu sering merokok, dan
terkadang sesak akan kambuh bila pasien melakukan aktivitas yang
berat atau melakukan perjalanan yang jauh dan sesak akan mereda bila
B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Pasien berobat pada bidan atau mantri yang ada dikampung
C. Pernah dirawat/ dioperasi
Pasien tidak pernah dirawat atau dilakukan operasi
D. Lama dirawat
-
E. Alergi
Pasien memiliki alergi terhadap makanan yang mengandung tinggi
protein dan lemak serta pengawet seperti telur, daging, dan mie. Hal ini
ditandai dengan bila pasien mengalami luka pada tubuh luka akan lama
sembuh dan semakin membesar apabila pasien mengkonsumsi makanan
yang dapat mengakibatkan alergi.
F. Imunisasi
Tidak ada dilakukan imunisasi
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tuaPasien mengatakan bahwa orang tua tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan
B. Saudara kandung
Saudara kandung pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius dan
semua masih hidup.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Pasien mengatakan bahwa orang tua sudah meninggal
F. Penyebab meninggal
VI.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnyaPasien mengatakan bahwa penyakit yang pada saat ini dialami tidak
terlalu membuatnya khawatir, namun pasien sedikit cemas karena akan
dilakukan operasi pada ginjal pasien, pasien cemas bila anastesi operasi
yang dilakukan dapat mengganggu fungsi organ tubuh yang lain,
sehingga untuk sementara waktu pasien menunda jadwal dilakukannya
operasi, pasien juga mengatakan agar pasien berobat jalan saja dan
meminta agar pasien pulang.
B. Konsep Diri:
- Gambaran Diri : Tn. M menerima keadaan tubuhnya dengan baik
- Ideal Diri : Tn. M ingin segera sembuh agar bisa cepat dari
rumah sakit karena merasa sudah terlalu lama berada di rumah sakit
- Harga Diri : Tn. M memiliki rasa percaya diri yang baik dan
berpenampilan rapi
- Peran Diri : Pasien berperan sebagai seorang ayah dan suami
- Identitas : Tn. M sebagai suami dan kepala keluarga
C. Keadaan emosi : Keadaan emosi pasien sedikit gelisah, namum
Pasien masih mampu berinteraksi dengan baik dengan pasien yang lain
maupun dengan perawat.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti :
Hubungan pasien dengan istri ataupun anak terlihat baik, komunikasi
yang dilakukan juga berjalan dengan baik
- Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga pasien baik-baik saja
- Hubungan dengan orang lain :
Hubungan pasien dengan pasien yang lain atau keluarga pasien yang
sekamar dengan pasien terlihat baik.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tidak ada hambatan yang terjadi pada pasien bila melakukan
E. Spiritual:
- Nilai dan keyakinan : Pasien memiliki nilai dan keyakinan yang
baik, hal ini tampak pada saat dilakukan interaksi pasien mengatakan
bahwa semua diserahkan pada Tuhan dan pasien dulu sedikit
mengalami gangguan beribadah karena pasien di infuse, namun
sekarang pasien sudah bisa melakukan ibadah sebagaimana mestinya
- Kegiatan ibadah : Pasien mengatakan melakukan ibadah
setiap hari dengan melakukan sholat.
VII.
STATUS MENTAL- Tingkat kesadaran: orientasi
- Penampilan : Rapi
- Pembicaraan : Lambat
- Alam perasaan : Lesu dan sedikit putus asa
- Afek : Datar
- Interaksi selama wawancara
1. Kooperatif dan melakukan kontak
2. mata dengan perawat
- Proses piker : Proses berpikir baik dan mengambil keputusan
dengan dipikirkan terlebih dahulu
- Memori
Pasien tidak memiliki gangguan daya ingat, baik daya ingat pendek
maupun daya ingat jangka panjang, dibuktikan dengan pasien
memberitahukan hal-hal yang pernah terjadi selama hidupnya, pada
saat dilakukan pengakjian ataupun wawancara.
VIII.
PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan UmumKeadaan umum pasien terlihat baik, namun terkadang pasien
mengalami sesak bila diajak bebicara terlalu lama, nyeri yang dialami
pasien masih dirasakan walaupun tidak terlalu berat, pasien juga masih
tampak cemas dan gelisah karena pada saat tidur siang pasien sering
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,50 C
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 85x/ menit
- Pernafasan : 24x/ menit
- Skala nyeri : 3
- TB : 165 cm
- BB : 70kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk : bentuk kepala simetris dan tidak terlihat adanya
luka ataupun benjolan pada kepala
- Ubun-ubun : tidak ada benjolan pada ubun-ubun kepala
- Kulit kepala : kulit kepala pasien bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut tumbuh merata
berwarna hitam dan sebagian sudah berwarna putih, rambut
pendek serta tidak ada ketombe
- Bau : rambut bersih dan dan
tidak ada bau pada rambut
- Warna kulit : warna kulit rambut putih
Wajah
- Warna kulit : warna kulit sawo matang dan tidak terdapat
sianosis pada wajah
- Struktur wajah : struktur wajah simetris, tidak ada cedera pada
wajah
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata simetris dan lengkap
serta tidak terdapat kerusakan pada mata
- Palpebra : palpebra normal dan tidak
- Konjungtiva dan sclera : konjungtiva berwarna
merah tidak anemis, sclera tidak ikterik dan berwarna putih, dan
tidak menggunakan alat bantu penglihatan
- Pupil : pupil akan mengecil bila
diberikan rangsangan cahaya
- Cornea dan iris : cornea bulat merata dan
iris berwarna coklat dan iris simetris berbatas jelas
- Visus : tidak dilakukan
pemeriksaan
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan
pemeriksaan
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung tepat ditengah dan posisi septum nasi terlihat
simetris
- Lubang hidung: lubang hidung lengkap, normal, bersih, tidak ada
sumbatan dan tidak ada cedera
- Cuping hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung pada pasien.
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk daun telinga simetris,
normal dan telinga lengkap
- Ukuran telinga : ukuran telinga pasien simetris
kanan kiri
- Lubang telinga : lubang telinga pasien lengkap dan
bersih
- Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
- Keadaan bibir: tidak ada luka pada bibir dan sedikit hitam
- Keadaan gusi dan gigi: gigi bersih dan sehat dan gusi berwarna
pink serta normal
- Keadaan lidah: lidah bersih, tidak ada jamur dan tidak ada luka
- Orofaring: tidak dilakukan pemeriksaan
Leher
- Posisi trachea: posisi trachea medial dan normal
- Thyroid: tidak ada pembesaran kelejar tiroid pada leher pasien
- Suara: suara pasien jelas terdengan dan tidak ada gangguan pada
suara
- Kelenjar limfe: tidak terdapat pembesaran kelenjar limfa
- Vena jugularis: pada vena jugularis tidak ada distensi
- Denyut nadi karotis: denyut nadi karotis pada leher pasien teraba
pada saat diraba
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : kulit pasien bersih dan tampak keriput
- Kehangatan : kulit pasien hangat
- Warna : warna kulit sawo matang
- Turgor : turgor kulit kembala dalam 2 detik
- Kelembaban : kulit pasien lembab
- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit pasien
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks normal serta tidak ada sianosis pada paru
- Pernafasan 20 kali/menit dan tidak ada kesulitan bernapas
- Auskultasi tidak ada suara tambahan pada paru.
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : tidak terdapat sianosis, tampak denyut jantung
intercosta 4,5,6
- Palpasi ; pulsasi teraba
- Perkusi : suara dullness
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuknya simetris dan tidak
terdapat benjolan
- Auskultasi : peristaltik ada
- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) :
tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada benjolan maupun
ascites
- Perkusi (suara abdomen) :
- Pada ibu nifas (involusi uteri, TFU, lokasi uterus, kontraksi)
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : normal
- Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum)
: tidak ada kelainan pada anus
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,
edema): ekstremitas atas dan bawah simetris dan tidak terdapat edema
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis): tidak ada gangguan pada
nervus
Fungsi motorik: fungsi motorik masih terlihat baik dan pasien masih
masih bisa berjalan sendiri
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,
getaran): pasien masih bisa membedakan sentuhan dan tajam tumpul
suatu benda
Reflex (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tenson achiles, plantar):
tidak gangguan.
IX.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum- Frekuensi makan/hari : 3x sehari (pagi, siang, dan sore)
- Nafsu/selara makan : nafsu makan pasien baik, pasien
- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati
- Alergi : alergi pada daging, telur, dan
indomie
- Mual dan muntah : tidak ada mual muntah
- Waktu pemberian makan : pagi, siang, sore
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi setiap makan ( nasi, ikan,
sayur, dan buah)
- Waktu pemberian cairan/minum : pasien minum setelah selesai
makan dan bila merasa haus
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, menguyah); tidak
ada kesulitan menelan dan menguyah
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : pasien membersihkan diri setiap
hari
- Kebersihan gigi dan mulut : mulut dan gigi pasien tampak
bersih
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan kuku tangan pasien
pendek dan bersih
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total
Pasien melakukan aktivitas untuk mandi, makan, eliminasi, ganti dan
pakaian secara mandiri
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Selama dilakukan perawatan di rumah sakit, pasien selalu melakukan
sholat bila sudah tiba waktunya dan pesien melakukannya secara
mandiri. Namun selama dirumah sakit pola tidur pasien terganggu,
pasien akan terbangun pada malam hari bila merasakan nyeri yang
sangat hebat dan pasien sering sulit lagi tidur bila sudah terbangun.
Pasien juga terlihat sering mondar-mandir di depan kamar dan
tampak sedang berpikir. Pasien mengatakan cemas dengan proses
IV. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakter feses : lunak
- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan
- BAB terakhir :
- Diare : tidak ada riwayat diare
- Penggunaan laksatif : tidak menggunakan laksatif
2. BAK
- Pola BAK : 5x sehari
- Karakter urine :kuning
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :tidak merasa
nyeri bila sedang BAK
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih :pada saat ini
pasien mengalami batu ginjal dan akan segera dilakukan
operasi
- Penggunaan diuretic : tidak ada
penggunaan diuretik
- Upaya mengatasi masalah : pasien akan
melakukan operasi dan jadwal operasi masih
direncanakan
V. Mekanisme koping
- Adaptif
a. Bicara dengan orang lain
b. Mampu menyelesaikan masalah
c. Teknik relaksasi
d. Aktivitas konstruksi
e. Olah raga
Terapi obat: Ranitidin 1 ampul/ 12 jam & ketorolac 1 ampul/ 12 jam.
Lampiran 2
Ds: Tn. M mengatakan
bila daerah perut di
sebelah kiri terasa sakit
dan bila sangat sakit
akan menjalar sampai ke
pinggang sebelah kiri
dan nyeri akan hilang
bila pasien memijit-mijit
daerah yang nyeri, nyeri
yang dirasakan pasien
seperti di tusuk.
Do: Skala nyeri 3 dari
10, dengan perhitungan
rating scale numeric,
yaitu nyeri ringan
Kesadaran
Ds: Tn. M mengatakan
bila nanti dilakukan
operasi, Tn. M takut
anastesi yang diberikan
akan mengganggu fungsi
organ-organ tubuh yang
lain, sehingga Tn. M
menunda jadwal operasi
Jarang minum
Banyak melakukan aktivitas
Adanya penumpukan sari-sari makanan pada ginjal
Batu di ginjal
Nyeri pada abdomen kiri
Terjadinya penyakit
Perubahan status kesehatan
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
3
yang akan dilakukan
Do: Pasien tampak
gelisah dan bila sedang
tidur siang sering
terbangun, pasien juga
sering berjalan
mondar-mandir di depan
ruangannya seperti
sedang berpikir, sering
bertanya tentang
prosedur pengobatan
yang dilakukan pada
pasien
Ds: Pasien mengatakan
bila terlalu cepat tidur
pada malam hari, akan
bangun sebelum
waktunya dan akan sulit
untuk tidur lagi, pasien
juga sering terbangun
bila merasakan nyeri
yang sangat hebat, dan
durasi nyeri pasien yang
dialami 5-10 menit.
Do: Pasien terlihat
sesak, lemas, gelisah,
dan wajah tampak pucat
TD: 130/90mmHg
Pengobatan dirumah sakit
Lingkungan yang tidak nyaman
Terbangun pada malam hari dan bila merasakan nyeri hebat pada abdomen kiri
Sulit untuk tidur lagi
Tidur terganggu
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2. Ansietas
3. Gangguan pola tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan rasa nyaman( nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
2. Ansietas (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap proses
pembedahan yang akan dijalani
Lampiran 3
komunikasi terapeutik
2. Mengkaji keadaan
umum klien dan
PQRST yang dialami
klien
3. Mengobservasi TTV
klien dan skala nyeri
4. Menjelaskan teknik
latihan pengalihan
seperti menonton
televise,
berbincang-bincang dengan orang
lain/keluarga, dan
mendengarkan musik.
5.
Berkolaborasi dengan dokter dalampemberian analgetik
(ranitin dan ketorolac)
1. Membina hubungan
saling percaya antara
perawat dank lien
2. Mengkaji tingkat
ansietas yang dialami
oleh pasien
3. Memberikan pada
pasien penjelasan
Evaluasi (SOAP)
S: Pasien mengatakan
kadang-kadang mengalami nyeri hebat
dan menyebar sampai kepinggang
O: TD: 130/90mmHg, N:
82x/menit, skala nyeri 3 dan
pasien tampak gelisah
A: Masalah untuk nyeri yang
dialami oleh pasien belum teratasi
P: Intervensi untuk nyeri di
lanjutkan: Mengkaji keadaan
umum klien dan PQRST yang
dialami klien, mengobservasi
TTV klien dan skala nyeri,
menjelaskan kembali teknik
latihan pengalihan seperti
menonton televise,
berbincang-bincang dengan orang
lain/keluarga, dan mendengarkan
music, berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik
(ranitidine dan ketorolac).
S: Pasien mengatakan merasa
cemas bila nanti dilakukan
operasi, Tn. M takut anastesi yang
diberikan akan mengganggu
fungsi organ-organ tubuh yang
lain.
O: Pasien masih tampak gelisah
3
4. Memberikan informasi
tentang prosedur dan
tes khusus yang
dilakukan dan apa
akibat yang akan
terjadi (pengertian
anstesi, jenis anastesi,
efek anastesi)
5. Mendorong pasien
untuk mengatakan apa
yang sedang dirasakan
1. Mengkaji pola tidur
klien
2. Memberikan
lingkungan yang aman
dan tenang kepada
klien
3. Menganjurkan klien
untuk minum air
hangat sebelum tidur
4. Mengkaji fungsi
pernapasan dan irama
pernapasan
5. Mengajarkan klien
teknik relaksasi
(menarik napas dalam
dan mengisi paru-paru
dengan udara,
menghembuskannya
akan dijalani
A: Masalah untuk cemas pasien
belum teratasi, namun pasien
sudah paham tentang pembedahan
yang akan dilakukan
P: Intervensi untuk mengatasi
cemas pasien di lanjutkan:
Mengkaji tingkat ansietas yang
dialami oleh pasien, mendorong
pasien untuk mengatakan apa
yang sedang dirasakan oleh pasien
S: Pasien mengatakan bila sedang
merasakan sakit yang sangat
hebat, pasien akan terbangun.
O: Pasien tampak pucat dan
lemas, dan tidak bersemangat
melakukan aktivitasnya
A: Masalah pola tidur pasie belum
teratasi
P: Intervensi untuk gangguan pola
tidur pasien di lanjutkan:
Memberikan lingkungan yang
aman dan tenang kepada klien,
menganjurkan kembali pada klien
untuk minum air hangat sebelum
tidur, mengkaji fungsi pernapasan
dan irama pernapasan,
mengajarkan kembali pada klien
secara perlahan,
melemaskan otot-otot
tangan kaki, perut, dan
punggung, serta
mengulangi hal yang
sama hingga pasien
dapat merasa nyaman,
tenang, dan rileks).
dalam dan mengisi paru-paru
dengan udara,
menghembuskannya secara
perlahan, melemaskan otot-otot
tangan kaki, perut, dan punggung,
serta mengulangi hal yang sama
hingga pasien dapat merasa
Rabu/ 4 Juni 2014
1
2
1. Mengkaji keadaan
umum klien dan
PQRST yang dialami
klien
2. Mengobservasi TTV
klien dan skala nyeri
3.
Menjelaskan kembali teknik latihan4.
Berkolaborasi dengan dokter dalampemberian analgetik
(ranitidine dan
ketorolac).
1.
Mengkaji tingkat ansietas yang dialamioleh pasien
2.
Mendorong pasien untuk mengatakan apayang sedang dirasakan
oleh pasien
S: Pasien mengatakan bahwa
nyeri hebat yang kadang-kadang
timbul sudah mulai berkurang,
dan nyeri hebat yang timbul pada
pagi sampai siang hari itu
hanya 3 kali
O: 120/90mmHg, N: 82x/menit,
RR: 20x/menit
Wajah tidak pucat dan pasien
mampu berkomunikasi dengan
baik
A: Setelah dilakukan intervensi
masalah nyeri pasien belum
teratasi
P: Intervensi untuk mengatasi
nyeri tetap di lanjutkan: Mengkaji
keadaan umum klien dan PQRST
yang dialami klien,mengobservasi
TTV klien dan skala nyeri,
berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
(ranitidine dan ketorolac)
S: Pasien mengatakan bahwa
pasien sudah mengerti akan
prosedur pembedahan dan tes
yang dilakukan pada pasien
O: Pasien tidak lagi berjalan
mondar-mandir di depan
kamarnya dan pasien tidak
tampak putus asa lagi
A: Setelah dilakukan intervensi
masalah untuk cemas pasien
teratasi sebagian
3 1. Memberikan
lingkungan yang aman
dan tenang kepada
klien
2. Menganjurkan kembali
pada klien untuk
minum air hangat
sebelum tidur
3. Mengkaji fungsi
pernapasan dan irama
pernapasan
4. Mengajarkan kembali
pada klien teknik
relaksasi (menarik
napas dalam dan
mengisi paru-paru
dengan udara,
menghembuskannya
secara perlahan,
melemaskan otot-otot
tangan kaki, perut, dan
punggung, serta
mengulangi hal yang
sama hingga pasien
dapat merasa nyaman,
tenang, dan rileks).
cemas pasien pasien tetap di
lanjutkan: Mengkaji tingkat
ansietas yang dialami oleh
pasien,mendorong pasien untuk
mengatakan apa yang sedang
dirasakan oleh pasien
S: Pasien mengatakan sudah
merasa nyaman dengan
lingkungan yang diberikan oleh
perawat, pasien juga mengatakan
bahwa pasien sudah mulai bisa
tidur dengan baik walaupun
tidak terus-terusan.
O: Pada saat tidur siang, pasien
sudah tidak lagi terbangun,
keadaan umum pasien sudah
mulai membaik
A: Masalah untuk gangguan pola
tidur pasien teratasi sebagian
P: Intervensi untuk gangguan pola
tidur tetap di lanjutkan:
Memberikan lingkungan yang
aman dan tenang kepada
klien,menganjurkan kembali pada
klien untuk minum air hangat
sebelum tidur,mengkaji fungsi
pernapasan dan irama
pernapasan,menganjurkan pada
pasien untuk mengurangi waktu
tidur pada siang hari agar pasien
Kamis/ 5
1. Mengkaji keadaan
umum klien dan
PQRST yang dialami
klien
2. Mengobservasi TTV
klien dan skala nyeri
3. Berkolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgetik
(ranitidine dan
ketorolac)
1. Mengkaji tingkat
ansietas yang dialami
oleh pasien
2. Mendorong pasien
untuk mengatakan apa
yang sedang dirasakan
oleh pasien
S: Pasien mengatakan masih
mengalami nyeri walaupun tidak
nyeri hebat yang sangat sakit,
nyeri yang saat ini dialami oleh
pasien masih mampun ditahan
pasien
O: Keadaan umum pasien tampak
baik, tidak lagi gelisah, skala
nyeri pasien masih tetap 3
TD: 110/90mmHg
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
A: Masalah untuk nyeri yang
dialami oleh pasien belum teratasi
P: Intervensi tetap dilanjutkan:
Mengobservasi TTV klien dan
skala nyeri, berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik
(ranitidine dan ketorolac)
S: Pasien mengatakan bahwa
pasien hanya akan mengikuti tes
yang dilakukan dan proses
pembedahan yang akan dilakukan
di tunda dahulu karena pasien
ingin berobat jalan saja dulu
O: Wajah pasien sudah tidak
tampak cemas lagi, pasien tidak
mondar-mandir lagi, dan pasien
mampu mengambil kepeutusan
dengan baik
A: Masalah untuk cemas yang
dialami oleh pasien teratasi
3 1. Memberikan
lingkungan yang aman
dan tenang kepada
klien
2. Menganjurkan kembali
pada klien untuk
minum air hangat
sebelum tidur
3. Mengkaji fungsi
pernapasan dan irama
pernapasan
4. Menganjurkan pada
pasien untuk
mengurangi waktu
tidur pada siang hari
agar pasien bisa tidur
cukup pada malam
hari.
S: Pasien mengatakan bahwa pola
tidur pasien sudah membaik,
pasien mengatakan bila tidur
malam waktunya sudah sampai 6
jam
O: Pasien tidak lagi tampak
lemas, fungsi pernapasan dan
irama pernapasan baik dan
tidak ada sesak yang dialami oleh
pasien
A: Masalah untuk gangguan pola
tidur pasien teratasi
P: Intervensi untuk mengatasi