• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada Post Operasi Sectio Caesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada Post Operasi Sectio Caesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan

Prioritas Masalah Gangguan Aman Nyaman: Nyeri

pada Post Operasi Sectio Caesaria

di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Ririen Feby Shara

112500030

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

“Bismillahhirrohmannirohim”

Sembah sujud syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan hanya izinnya

dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada

Post Operasi Sectio Caesaria di RSUD. dr. Pirngadi Medan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwasannya makalah ini

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III

Keperawatan di Fakultas Keperarwatan USU.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen pembimbing

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan

waktunya dan kesempatanya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu Dekan II

(4)

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan USU.

6. Achmad Fathi, S.Kep,NS, MNS selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Keperawatan USU

8. Staf Pegawai khususnya di ruang RSUD. dr. Pirngadi Medan

Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan

penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Terutama sekali sembah sujud ananda serta ucapan terima kasih

yang sangat mendalam ananda persembahkan kepada kedua orang tua yang

telah mendidik dan membesarkan ananda dengan penuh kesabaran dan kasih

sayang dan juga do’a yang tak pernah henti-hentinya serta dukungan baik

moril maupun materil serta do’a tulusnya sehingga ananda sukses dalam

menempuh perkuliahan ini, ananda berjanji tidak akan menyia-nyiakan

pengorbanan ayahanda dan ibunda. Semoga ALLAH SWT selalu

memudahkan rezeki, dan selalu melindungi ayah bundaku, Amiiin.

2. Seluruh sahabat-sahabatku : Rukia Riskita Dewi Harahap, Rika

Kurniawati, Fitria Sawitri, Asmah Nasution, Furqan Faisal, yang telah banyak

membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII keperawatan Fakultas

Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada

kita semua dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Amin

Medan, Juni 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi... iv

Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 2

1.3Manfaat ... 2

Bab II Pengelolaan Kasus 2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria ... 4

2.2 Konsep Dasar Nyeri ... 6

2.3 Proses Keperawatan ... 9

2.3.1 Pengkajian ... 12

2.3.2 Analisa Data ... 16

2.3.3 Rumusan Masalah ... 16

2.3.4 Perencanaan ... 16

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus ... 20

2.4.1 Pengkajian ... 20

2.4.2 Analisa Data ... 31

2.4.3 Rumusan Masalah ... 33

(6)

2.4.5 Pelaksanaan dan Evaluasi ... 36

Bab III Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan ... 39

3.2 Saran ... 40

Daftar Pustaka ... vi

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Persalinan sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Persalinan sectio cesaria dipengaruhi oleh beberapa indikasi diantaranya indikasi ibu dan indikasi

janin. Indikasi ibu antara lain: disproporsi kepala panggul/CPD/FDP, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak dan plasenta previa. Sedangkan indikasi janin antara lain: janin besar, gawat janin, letak lintang (Kasdu,

2003).

Data yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Medan yang

menunjukkan semakin tingginya angka terapi pembedahan abdomen:

Laparatomi dan Sectio Caesaria tiap tahunnya. Jumlah keseluruhan pembedahan yang dilakukan tahun 2010 terdapat 172 bedah abdomen yang

terdiri dari: 69 Laparatomi dan 103 Sectio Caesaria. Tahun 2011 terdapat 412 bedah abdomen yang terdiri dari: 47 Laparatomi dan 365 Sectio Caesaria, dan tahun 2012 terdapat 228 bedah abdomen yang terdiri dari: 69 Laparatomi 228 bedah abdomen yang terdiri dari: 42 Laparatomi dan 186 Sectio Caesaria terapi pembedahan abdomen (Profil RSUD dr. Pirngadi Medan, 2012).

Selama bedah caesar, sayatan dapat berupa horizontal dan vertikal,

transversal (kedua-duanya). Sayatan di perut dan rahim akan dijahit dengan

benang yang dapat diserap tubuh. Jika mendapatkan bius spinal atau epidural, ada resiko nyeri. Rasa nyeri di sayatan membuat pasien sangat terganggu.

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan.

Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri atau dapat mengenali

jumlah stimulasi nyeri, diantaranya luka setelah dilakukannya sectio caesaria. Nyeri pasca bedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan

(8)

sesar. Keluhan ini sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan proses

penyembuhannya tidak sempurna.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 04 Juni 2014 Ny. S

mengatakan bahwa nyeri pada bagian luka bedah caesar sangat mengganggu kegiatannya.Hal ini disebabkan karena Ny. S merasa sakit dan meringis. Saat

sakit efek dari anastesi telah hilang sehingga tidak mampu untuk menahan

nyeri dan khawatir jahitan bekas operasi akan meregang atau terbuka.

Untuk mengatasi nyeri pasca operasi sectio caesaria dibutuhkan asuhan keperawatan yang efektif. Asuhan keperawatan nyeri merupakan intervensi

yang dapat menurunkan rasa nyeri sehingga nyeri dapat ditoleransi oleh ibu.

Manajemen nyeri tidak hanya untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri

tetapi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kemampuan dan

kemandirian ibu dalam merawat diri dan bayinya serta membantu ibu untuk

menerima peran baru dan bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat

(Kasdu, 2003).

Berdasarkan hal tersebut saya mengangkat judul KTI yaitu Asuhan

Keperawatan dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami masalah gangguan aman nyaman: nyeri khususnya pada

Ny. S di ruang Neonati RSUD dr. Pirngadi Medan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah

gangguan aman nyaman nyeri.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Ny. S dengan masalah

gangguan aman nyaman nyeri.

3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

(9)

4. Mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan masalah

gangguan aman nyaman nyeri.

5. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan masalah gangguan

aman nyaman nyeri.

1.3 MANFAAT

1. Bagi Praktik Keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan

keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan konstribusi bagi

peningkatan pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu

keperawatan.

3. Bagi Klien

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengurangi rasa

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria

2.1.1 Definisi Sectio Caesaria

Sectio Caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus

interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal

(Farrer, 2001).

Persalinan sectio saecaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Persalinan sectio cesaria dipengaruhi oleh beberapa indikasi diantaranya indikasi ibu dan indikasi janin. Indikasi ibu antara lain : disproporsi kepala panggul/CPD/FDP, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak dan plasenta previa. Sedangkan indikasi jain antara lain : janin besar, gawat janin, letak lintang (Kasdu, 2003).

2.1.2 Tipe – tipe Sectio Caesaria

Menurut Farrer (2001), tipe-tipe sectio caesaria adalah: 1. Segmen Bawah: insisi melintang

Pada bagian segemen bawah uterus dibuat insisi melintang yang

kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan

berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala

janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi

diekstraksikan atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya

dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

2. Segemen Bawah: insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapi uterus sama seperti

(11)

dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada

bayi.

3. Sectio Caesaria klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam

dinding uterus anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke

bawah dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi

yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong

dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan

jahitan tiga lapis.

4. Sectio Caesaria Ekstra Peritonial

Pembedahan ekstra peritonial dikerjakan untuk menghindari

perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi

luas dengan mencegah peritonitis generalisasi yang sering bersifat

fatal.

2.1.3 Komplikasi Sectio Caesaria

Komplikasi Sectio Caesaria menurut Farrer (2001) adalah:

1. Nyeri pada daerah insisi.

2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostatis

karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi

setelah pemanjangan masa persalinan.

3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dan komplikasi ini lebih

besar bila sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim.

4. Cidera pada sekeliling usus besar, kandung kemih yang lebar dan

ureter.

5. Infeksi akibat luka pasca operasi.

6. Bengkak pada ekstremitas bawah.

7. Gangguan laktasi.

8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul.

(12)

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Definisi Nyeri

Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial,

digambarkan dalam istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan (Wilkinson,

2011). Menurut Potter dan Perry (2006), orang yang merasakan nyeri yang

dapat mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya.

Menurut McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala

sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan

saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Suatu sensasi yang tidak

menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan

dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu

merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktifitas

sehari-hari (Asmadi, 2008).

Suatu konsep / nilai yang berkaitan dengan nyeri :

• Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat

oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.

• Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia

benar merasakan nyeri

• Nyeri mencakup dimensi psikis, emosional, kognitif,

sosiokultural dan spiritual.

• Nyeri sebagai peringatan terhadap adanya ancaman yang

(13)

2.2.2 Etiologi

Menurut Asmadi (2008), penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke

dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan

berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah

trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),

peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat

terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan

terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf reseptor nyeri ini

terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu

yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor

psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab

organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap

fisik (Asmadi, 2008).

2.2.3 Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan

pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan

ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal

nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

(14)

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.

3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap

±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

d. Nyeri berdasarkan waktu lamamnya serangan :

1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang

singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan

daerah nyeri diketahui dengan jelas.

2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam

bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik

Tujuan Memperingatkan

klien terhadap adanya

Respon otonom Frekuensi jantung

(15)

meningkat

Dilatasi pupil

meningkat

Tegangan otot

meningkat

Motilitas

gastrointestinal

meningkat

Respon psikologis Anxietas Depresi

Keputusasaan

Mudah tersinggung

Menarik diri

Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker,

arthritis, euralgia

terminal

2.2.4 Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, di

antaranya (Barbara C. Long, 1989):

1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis

(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah

posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat

rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla

spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan

suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu

(16)

berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi

oleh modalitas respon dari reaksi sel T

3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan

kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

Rangasangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas

substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu

mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebablan

hantaran rangasangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat

langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan

dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan

reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil

akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka

pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang

selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.

4. Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh

neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri

menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut- serabut besar yang

meblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate

sistem supresif.

2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurur Sigit (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa

nyeri, diantaranya :

• Usia

Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi

(17)

• Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan

dalam berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang

mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan

tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi

yang sama ketika merasakan nyeri.

• Kebudayaan

Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu

dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira

bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.

• Makna nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri

dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

• Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi

merupakan nyeri yang berat.

• Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi

persepsi nyeri.

• Ansietas (kecemasan)

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas

yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri,

akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas.

• Keletihan

Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi

nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.

• Pengalaman sebelumnya

Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan

mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai

(18)

2.2.6 Nyeri pada Ibu Post Operasi Secsio Cesaria

Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan

nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai

sadar dan efek anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada

bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Banyak ibu yang

mengeluhkan rasa nyeri pada bagian dibekas jahitan, keluhan ini

sebetulnya wajar karena tubuh mengalami luka dan penyembuhan tidak

bisa sempurna apalagi jika luka tersebut tegolong panjang dan dalam. Pada

operasi SC ada 7 lapisan tersebut dijahit satu demi menggunakan beberapa

macam benang jahit. Rasa nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat

terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Kasdu, 2003).

Nyeri post operasi berpengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting dilakukan sesudah pembedahan. Nyeri yang

dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan

dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengakajian nyeri dan

kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri

pasien post operasi dapat dibebaskan (Potter & Perry, 2006).

2.3 Proses Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian

adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,

tujuan, nilai, dan gaya hidup yang dilakukan klien (Potter & Perry, 2006).

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan

mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan

diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang

cocok, dan memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi

(19)

Yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut

adalah:

a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat

klien dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya

mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji

kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.

Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa

komponen yang harus diperhatikan :

1. Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, harus mempercayai

ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi

tidak ditemukan adanya cedera atau luka.

2. Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T)

• Faktor pencetus ( P : Provocate)

Mengakji tentang penyebab nyeri pada klien, dalam hal ini

juga dapat melakukan observai bagian- bagian tubuh yang

mengalami cedera. Menanyakan pada klien

perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

• Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan

nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut,

berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk,

disayat-sayat dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam

(20)

• Lokasi (R: Region )

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian / daerah dirasakan tidak

nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik,

maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah

nyeri dan titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan

sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

• Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan

karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini

klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan

sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.

Skala nyeri numerik (Numerical Rating Scale, NRS) : Skala nyeri numerik digunakan untuk menilai intensitas

atau derajat keparahan nyeri yang memberi kesempatan

pada klien untuk mengindentifikasi keparahan nyeri yang

dirasakan (Potter & Perry, 2006). Angka 0 diartikan kondisi

klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan

nyeri paling berat yang di rasakan klien.

Skala nyeri Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) : Cara pengukuran nyeri dengan menanyakan respon klien

terhadap nyeri secara verbal dengan memberikan pilihan

(21)

Skala nyeri wajah (Face Pain Scale, FPS) Skala nyeri wajah merupakan pengukura

menggunakan 6 macam gambar ekspres

berkisar antara 0 sampai dengan 5. Nilai 0 m

tidak nyeri, 5 mengindikasikan sangat ny

hebat). Skala nyeri wajah ini biasanya di

mengkaji intensitas nyeri pada anak-anak.

Durasi (T: Time)

Menanyakan pada pasien untuk menentukan

dan rangkaiian nyeri. Menanyakan “Kap

dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri diras

an nyeri dengan menggunakan skala numerik

umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10.

ngka 1-3 adalah nyeri ringan, angka 4-6 adala

dalah nyeri hebat terkontrol, angka 10 adalah n

otter & Perry, 2006).

(22)

2.3.2 Analisa Data

Diagnosa keperawatan mengindentifikasi nyeri berdasarkan

pengumpulan data yang selama pengkajian. Diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien dengan masalah kebutuhan nyeri menurut NANDA :

2.3.3 Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula

dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut

NANDA, label diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Hambatan

Mobilitas Fisik. Sedangkan label diagnosis dengan masalah nyeri sebagai

etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi

(Wahid, 2008).

2.3.4 Perencanaan

Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami

gangguan nyeri, bergantung pada diagnosis dan batasa karakteristik

masing-masing individu. Menurut Sigit (2010), beberapa tujuan umum

pada pasien yang mengalami masalah nyeri :

• Mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

Nyeri berhubungan dengan :

- Proses pembedahan

- Nyeri insisi

- Trauma jaringan

- Kontrol nyeri yang tidak adekuat

Hambatan mobilisasi fisik berhungan dengan:

- Proses pembedahan

- Penurunan rentang gerak

(23)

• Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

• Melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman

• Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki

• Mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri

• Dapat menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri saat dirumah

Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien

yang bermasalah nyeri. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan skala

nyeri klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan

klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup.

Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut :

1. Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang

nyeri 0-10)

2. Nyeri berkurang

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

4. Ekpresi wajah tampak tenang dan rileks

5. Perasaan senang secara fisik dan psikologis meningkat

6. Klien bisa tidur nyenyak

(Wilkinson, 2011).

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil :

- Nyeri berkurang

- Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan

rentang nyeri 0-10)

- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan

nyeri

- Rileks, dapat beristirahat, dan bergerak sesuai kemampuan

(24)

Intervensi Rasional

Mandiri

1.Lakukan pengkajian tentang

nyeri meliputi lokasi, waktu,

kualitas, intensitas nyeri.

2. Observasi respon nonverbal

dari ketidaknyamanan

(misalnya wajah meringis)

terutama ketidakmampuan

untuk berkomunikasi secara

efektif.

3. Ajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik seperti latihan

napas dalam, mengalihkan

nyeri (menonton televisi,

membaca buku atau majalah,

mendengarkan musik)

4. Kontrol faktor - faktor

lingkungan yang yang dapat

mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan

seperti ruangan dan suara

Kolaborasi

Pemberian analgetik

1. Mempengaruhi pilihan /

pengawasan keefektifan

intervensi.

2. Tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi /

reaksi terhadap nyeri

3. Memfokuskan kembali

perhatian, meningkatkan

kontrol dan meningkatkan

harga diri dan kemampuan

koping

4. Memberikan ketenangan

kepada pasien sehingga

nyeri tidak bertambah

Analgetik dapat mengurangi

pengikatan mediator kimiawi

(25)

sehingga dapat mengurangi

(26)

2.4 Asuhan Keperaw

: Pegawai Negri Sipil

(27)

I. KELUHAN UTAMA :

Ny. S mengeluh nyeri pada bagian abdomen, nyeri seperti

disayat-sayat dengan skala nyeri 7 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan

rentang nyeri 0-10), nyeri tidak menyebar dan nyeri dirasakan pada saat

bergerak.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Post operasi caesar hari ke-1 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Ny. S mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah setelah

minum obat penghilang nyeri dan disertai dengan istirahat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Ny. S mengatakan nyeri seperti disayat-sayat pada bagian abdomen,

dengan skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10).

2. Bagaimana dilihat

Pada saat wawancara Ny. S terlihat meringis menahan nyeri dilihat dari

raut wajah pasien dan pasien terlihat lemah di atas tempat tidur.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Di bagian abdomen, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah,

regio inguinalis dextra (regio kanan bawah) dan regio inguinalis sinistra

(regio kiri bawah).

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan nyeri hanya pada bagian abdomen dan tidak

menyebar.

D. Severity

Ny. S mengatakan keadaan yang sekarang mengganggu kebiasaannya,

(28)

E. Time

Dirasakan pada saat bergerak.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berat, hanya

demam,pusing dan flu biasa saja.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Ny. S mengatakan jika demam,pusing dan flu hanya beli obat di warung.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi.

D. Lama dirawat

Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

E. Alergi

Ny. S mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, binatang

maupun lingkungan.

F. Imunisasi

Ny. S mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Orang Tua

Orang tua Ny. S tidak ada mengalami penyakit yang berat.

B. Saudara Kandung

Saudara kandung Ny. S tidak ada mengalami penyakit yg berat.

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Ny. S

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada

Gejala : tidak ada

(29)

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

F. Penyebab meninggal

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

V. RIWAYAT OBSTETRIK

G:0 P:1 A:0 HPHT: 10 September 2013 TTP: 02 Juni

2014

N

o

Umur Komplikasi/Masalah Kondisi

Anak

Penolong

Kehamilan Persalinan Nifas

1. 34 Tidak ada masalah

selama kehamilan

Persalinan Sectio Saecaria ibu tidak kuat menahankan

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan keadaan sekarang adalah hal yang wajar

B. Konsep Diri

- Gambaran Diri : Pasien mengatakan sedikit terganggu dengan

adanya luka SC, tapi pasien bisa menerima, pasien mengatakan

aktivitas dibantu perawat dan keluarga.

- Ideal Diri : Pasien mengatakan akan merawat bayinya secara

mandiri dan tetap memberikan ASI meskipun belum mengerti teknik

menyusui dengan benar.

- Harga Diri : Pasien mengatakan senang dengan kelahiran anak

pertama.

- Peran Diri : Pasien mengatakan selain menjadi istri dia juga

(30)

- Identitas : Pasien merasa senang bahwa bayinya selamat

C. Keadaan Emosi

Keadaan emosi masih dapat terkontrol.

D. Hubungan Sosial

- Orang yang berarti :

Ny. S mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya.

- Hubungan dengan keluarga :

Ny. S menjalin hubungan baik dengan keluarga.

- Hubungan dengan orang lain :

Ny. S dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Tidak ada hambatan dalam berhubungan, keluarga dan tetangga sering

menjenguk pasien selama di rawat di rumah sakit.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan

Ny. S memeluk agama Islam dan percaya dengan Tuhannya.

- Kegiatan ibadah

Ny. S beribadah sesuai ketentuan agamanya, di Rumah Sakit Ny. S

hanya berdoa saja.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Kesadaran composmentis

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 36,5 C

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 86x/menit

(31)

- Skala nyeri : 7 (rentang nyeri 0-10)

- TB : 157 cm

- BB : 57 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk : Bulat dan simetris

- Ubun-ubun : Keras

- Kulit kepala : Bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi

- Bau : tidak ada bau

- Warna kulit : hitam

Wajah

- Warna kulit : sawo matang

- Struktur wajah : lengkap

- Tampak meringis menahan nyeri

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris

- Palpebra : normal

- Konjungtiva dan sklera : konjungtiva tidak pucat dan skelra

berwarna putih

- Pupil : normal, bentuk bulat, letak sentral,

isokor ± 3mm

- Kornea dan iris : transparan, halus, bersih dan jernih

- Visus : pasien masih dapat membaca dalam

jaram +/- 3 meter

(32)

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : simetris dan tidak ada

kelainan

- Lubang hidung : simetris

- Cuping hidung : tidak ada pernafasan cuping

hidung

Telinga

- Bentuk telinga : simetris antara kiri dan kanan

- Ukuran telinga : normal, sama ukurannya antara kiri

dan kanan

- Lubang telinga : bersih, tidak ada kotoran

- Ketajaman pendengaran : normal

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : tidak kering

- Keadaan gusi dan gigi : bersih

- Keadaan lidah : berwarna merah muda

Leher

- Posisi trachea : normal, teraba pada kedua sisi

- Thyroid : tidak teraba pembesaran thyroid

- Suara : normal dan jelas

- Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran kelelenjar

getah bening

- Vena jugularis : dapat teraba

- Denyut nadi karotis : denyut nadi teraba

Payudara

- Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, putting susu

(33)

- Palpasi :Tidak ada massa dan nyeri tekan,

terdapat colostrum saat putting susu dipencet

Pemeriksaan integument

- Kebersihan : kulit bersih

- Kehangatan : 36,50C

- Warna : sawo matang

- Turgor : kembali cepat < 2 detik

- Kelembaban : keadaan kulit lembab

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail

chest, kifos koliasis) : normal

- Pernafasan (frekuensi,irama) : frekuensi 24x/menit, irama

vesikuler

- Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan bernafas

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : getaran merata di paru-paru kanan

dan kiri

- Perkusi : resonan

- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan):

bronkovesikuler, suara nafas normal, tidak ada suara tambahan

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : warna kulit dada normal seperti

warna kulit tubuh, tidak ada kebiruan atau pucat

- Palpasi : tidak teraba massa atau benjolan

- Perkusi : dullnes

(34)

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi : terdapat luka jahitan SC ± 13 cm

secara horizontal di kuadran kanan atas dan kiri bawah, regio kanan

bawah dan regio kiri bawah dan masih dibalut kassa.

- Auskultasi : frekuensi peristaltik usus : 5x/menit

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, klien) : ada nyeri

tekan, ada luka bekas insisi horizontal dan keadaan luka baik, luka

masih di bungkus kassa.

- Perkusi (suara abdomen) : timpani

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : tidak ada kelainan

- Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):

normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan

- Terdapat Lochea

Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,

edema) :

- Ekstremitas atas

Tidak ada edema, tangan sebelah kanan terpasang infus RL 20

tetes/menit, jumlah jari lengkap

- Ekstremitas bawah

Tidak ada edema, jumlah jari kaki lengkap

Fungsi motorik

- Fungsi motorik pasien hanya mampu menggerakkan sedikit

ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,

getaran) :

- Pasien dapat mengetahui area kulit yang diberi sentuhan, pasien mampu

(35)

rasa panas dan dingin, pasien mampu merasakan getaran yang diberi

pada daerah wajah.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari

- Nafsu/selera makan : pasien mengatakan selera makan

seperti biasa

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

- Alergi : tidak ada alergi makanan

- mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah

- Waktu pemberian makanan : 08.00 wib, 14.00 wib, 19.00 wib

- Jumlah dan jenis makanan : nasi, sayur, lauk, buah

- Waktu pemberian cairan/minuman : pasien terpasang cairan infuse RL

20 tetes / menit, minum apabila haus.

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :

Tidak ada kesulitan menelan

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : pasien hanya dilap saja pada

pagi hari oleh keluarga

- Kebersihan gigi dan mulut : bersih

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih

III. Pola kegiatan/aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara sebahagian :

Pasien mandi 1x sehari, oral hygiene dilakukan pada pagi hari, pasien

makan 3x sehari, ganti pakaian 1x sehari. Semua aktivitas pasien

dibantu oleh perawat dan keluarga.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :

Pasien melakukan ibadah hanya berdoa saja selama dirawat di rumah

(36)

IV. Pola eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 kali / hari

- Karakter feses : berwarna kuning kecoklatan, konsitensi

padat,bau khas feses

- Riwayat perdarahan : tidak ada perdarahan

- BAB terakhir : tanggal 01 Juni 1014

- Diare : tidak ada diare

- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif

2. BAK

- Pola BAK : 6-7 kali / hari

- Karakter urine : kuning terang, bau khas urin

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada

- Penggunaan diuretik : tidak

(37)

2.4.2 ANALIASA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS :

Klien mengatakan nyeri pada

abdomennya skala nyeri 7

(rentang nyeri 0-10), terasa

seperti di sayat-sayat.

P : kilen mengatakan nyeri

bertambah jika bergerak dan

berkurang bila minum obat dan

disertai dengan istirahat

Q : nyeri seperti di sayat-sayat

R : nyeri di area luka operasi

tidak menyebar kebagian lain

S : skala nyeri 7 (rentang nyeri

0-10)

T : nyeri muncul saat bergerak

DO :

Terdapat luka jahitan secara

horizontal di abdomen dengan

panjang insisi ± 13 cm masih

terbalut (hari pertama), pasien

terlihat memegangi perutnya

dan muka tampak meringis

kesakitan ketika nyeri timbul.

(38)

2. DS:

Klien mengatakan tidak

mampu memenuhi kebutuhan

aktivitas dasar sehari-hari

secara mandiri

DO :

• Tampak semua aktivitas

klien dibantu oleh keluarga

dan perawat

• Wajah tampak meringis

• Skala nyeri 4

Sectio Caesaria

Luka insisi

Nyeri

Hambatan mobilisasi

fisik

Hambatan mobilitas

(39)

2.4.3 RUMUSAN MASALAH

Masalah Keperawatan

1. Gangguan aman nyaman: Nyeri berhubungan dengan luka insisi

pada abdomen kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah dan

regio kanan bawah dan regio kiri bawah dengan luka insisi

horizontal sepanjang ± 13 cm, di tandai dengan pasien tampak

meringis menahan nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan klien tidak mampu

memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari secara mandiri ditandai

dengan semua aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, wajah

tampak meringis.

Diagnosa keperawatan (prioritas)

Gangguan aman nyaman: nyeri berhubungan dengan luka insisi pada

abdomen kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah, regio inguinalis

dextra (regio kanan bawah) dan regio inguinalis sinistra (regio kiri bawah),

dengan luka insisi horizontal, sepanjang ± 13 cm, nyeri seperti

disayat-sayat dengan skala nyeri 7 (rentang nyeri 0-10), ditandai dengan pasien

(40)

2.4.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

1 Tujuan dan kriteria hasil :

- Nyeri berkurang

- Skala nyeri 3 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang

nyeri 0-10)

- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri

- Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Lakukan pengkajian tentang

nyeri meliputi lokasi, waktu,

kualitas, intensitas nyeri

2. Observasi respon nonverbal

dari ketidaknyamanan

(misalnya wajah meringis)

terutama ketidakmampuan

untuk berkomunikasi secara

efektif.

3. Ajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik seperti latihan

napas dalam, mengalihkan

nyeri (menonton tevelisi,

membaca buku atau majalah,

mendengarkan musik).

1. Mempengaruhi pilihan /

pengawasan keefektifan

intervensi.

2. Tingkat ansietas dapat

mempengaruhi persepsi / reaksi

terhadap nyeri

3. Memfokuskan kembali

perhatian, meningkatkan

kontrol dan meningkatkan

harga diri dan kemampuan

(41)

4. Kontrol faktor - faktor

lingkungan yang yang dapat

mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan

seperti ruangan dan suara

Kolaborasi

Pemberian analgetik

4. Memberikan ketenangan

kepada pasien sehingga nyeri

tidak bertambah

Analgetik dapat mengurangi

pengikatan mediator kimiawi nyeri

pada reseptor nyeri sehingga dapat

(42)

2.4.5 PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari /

Tanggal

Implementasi Keperawatan Evaluasi

(SOAP)

Rabu /

04 Juni

2014

- Melakukan pengkajian tentang

nyeri meliputi lokasi, waktu,

kualitas, intensitas nyeri.

- Mengobservasi respon nonverbal

dari ketidaknyamanan (wajah

meringis) dan ketidakmampuan

untuk berkomunikasi secara

efektif.

- Mengajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik : latihan napas dalam

- Memberikan analgetik (kolaborasi)

S: Klien mengatakan

merasakan nyeri pada

bagian abdomen karena

post SC, nyeri seperti di sayat-sayat, nyeri jika

bergerak dengan

intensitas nyeri berat

O: Klien tampak meringis

menahan nyeri, tampak

sulit untuk bergerak dan

berkomunikasi, skala

nyeri 7 (rentang nyeri

0-10), klien mampu

P: Intervensi dilanjutkan

- Mengajarkan

tekhnik

mengalihkan

(43)

membaca majalah)

Kamis /

05 Juni

2014

- Melakukan pengkajian tentang

nyeri meliputi waktu, kualitas,

intensitas nyeri.

- Mengajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik : mengalihkan

(menonton tv dan membaca

majalah)

- Memberikan analgetik (kolaborasi)

S: Klien mengatakan nyeri

masih terasa di bagian

abdomen pada saat

bergerak, nyeri seperti di

sayat-sayat dengan

intensitas nyeri sedang

O: Klien masih memegang

bagian abdomen, skala

nyeri 5 (rentang nyeri

0-10), klien mampu

melakukan tehnik

mengalihkan yaitu

membaca majalah, klien

mampu miring kanan

dan kiri secara perlahan-

lahan dengan bantuan

P: Intervensi dilanjutkan

- Latihan nafas dalam

- Mengalihkan nyeri

(menonton tv dan

(44)

musik)

Jumat /

06 Juni

2014

- Melakukan pengkajian tentang

nyeri meliputi waktu, kualitas,

intensitas nyeri.

- Mengajarkan menggunakan teknik

nonanalgetik: latihan napas dalam

dan mengalihkan nyeri (menonton

tv, mendengarkan musik)

- Mengontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat

mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan seperti

ruangan dan suara

- Memberikan analgetik (kolaborasi)

S: Klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang,

O: Klien tampak rileks,

skala nyeri 4 (rentang

nyeri 0-10), klien

mampu melakukan

latihan nafas dalam dan

(45)

BAB III

Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

a. Hasil pengkajian di dapatkan gangguan aman nyaman: nyeri pada Ny. S,

klien mengatakan nyeri di daerah abdomen, nyeri seperti disayat-sayat

dengan skala nyeri 7 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang

nyeri 0-10), nyeri tidak menyebar dan nyeri dirasakan pada saat bergerak.

b. Diagnosa keperawatan yang ditemui yaitu gangguan aman nyaman: nyeri

berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah dan

kuadran kiri bawah, regio inguinalis dextra (regio kanan bawah) dan regio

inguinalis sinistra (regio kiri bawah), dengan luka insisi horizontal,

sepanjang ± 13 cm, nyeri seperti disayat-sayat dengan skala nyeri 7

(rentang nyeri 0-10), ditandai dengan pasien tampak meringis menahan

nyeri, memegang bagian abdomen yang luka.

c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan aman nyaman: nyeri pada

Ny. S yaitu kaji tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi dan

kualitas, ajarkan teknik tarik nafas dalam, dan cara mengalihkan nyeri

seperti menonton televisi, membaca buku atau majalah, mendengarkan

musik dan kolaborasi pemberian analgetik.

d. Implementasi asuhan keperawatan dengan gangguan aman nyaman: nyeri

pada Ny. S yaitu mengkaji lokasi, karakteristik, durasi dan kualitas,

mengajarkan tekhnik tarik nafas dalam, dan cara mengalihkan nyeri seperti

menonton televisi, membaca buku atau majalah, mendengarkan musik dan

berkolaborasi dalam pemberian analgetik.

e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar nyeri pada Ny. S yaitu klien

masih merasakan nyeri pada abdomen dengan skala nyeri 4 (diukur

dengan skala numerik dengan rentang nyeri 0-10), klien sudah mampu

miring kanan dan kiri secara perlahan-lahan, TD: 120/70, nadi: 72 x/menit,

(46)

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit

- Diharapkan mampu mendata pasien yang mengalami nyeri.

2. Bagi Perawat

- Pada saat melakukan pengkajian pada klien , perawat berperan aktif,

menanyakan kepada klien tentang apa yang dirasakan klien dan

keluarga selama menderita penyakit ini agar perawat menegakkan

diagnosa keperawatan yang aktif.

- Diagnosa keperawatan yang ditegakkan hendaknya diberitahukan

kepada klien untuk mempermudah melaksanakan intervensi

keperawatan.

- Dalam merencanakan pemecahan masalah hendaknya klien dan

keluarga di ikutsertakan, sehingga terjalin kerja sama yang baik untuk

mempermudah pemecahan masalah.

- Diharapkan kepada perawat memberikan healths education, kepada klien dan keluarga agar rutin minum obat secara teratur, dosis tepat,

waktu tepat, mengurangi aktivitas dan menganjurkan pada klien untuk

cukup istirahat.

- Menilai tingkat keberhasilan terhadap pemecahan masalah, diharapkan

kepada perawat untuk melakukan implementasi yang jelas direncakan

sesuai dengan prioritas masalah kesehatan klien, untuk mencapai hasil

yang maksimal sehingga masalah teratasi

3. Bagi klien dan keluarga

- Perlu memperhatikan pola aktivitas agar nyeri tidak bertambah

- Dan disaran untuk membatasi aktivitas yang akan mengganggu

keadaan luka, istirahat cukup sering yang dapat menghilangkan rasa

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Tekhnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Farrer, Helen, (2001). Perawatan Maternitas, Jakarta: EGC

Kasdu, D, (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta: Puspaswara

Mubarak, Wahid Iqbal, (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan pertama, Jakarta: EGC.

Potter, Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Prasetyo, Sigit, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi 1, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Simkin P.T dkk, (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan bayi, Arcan: Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, (2001). Buku Ajar KeperawatanMedikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8, Jakarta: EGC.

(48)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tangg

al/pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu

06 Juni

2014

14.45 WIB

16.00 WIB

- Melakukan pengkajian

tentang nyeri meliputi

lokasi, waktu, kualitas,

intensitas nyeri.

- Mengobservasi respon

nonverbal dari

- Mengajarkan menggunakan

teknik nonanalgetik : latihan

napas dalam

- Memberikan analgetik

(kolaborasi)

S: Klien mengatakan merasakan nyeri

pada bagian abdomen karena post SC, nyeri seperti di sayat-sayat,

melakukan tekhnik latihan nafas

dalam

P: Intervensi dilanjutkan

Mengajarkan tekhnik mengalihkan

(menonton tv dan membaca

(49)

Kamis

05 Juni

2014

15.10 WIB

16.00 WIB

- Melakukan pengkajian

tentang nyeri meliputi

waktu, kualitas, intensitas

nyeri.

- Mengajarkan menggunakan

teknik nonanalgetik :

mengalihkan (menonton tv

dan membaca majalah)

Memberikan analgetik

(kolaborasi)

S: Klien mengatakan nyeri masih

terasa di bagian abdomen pada saat

bergerak, nyeri seperti di

sayat-sayat dengan intensitas nyeri

sedang

O: Klien masih memegang bagian

abdomen, skala nyeri 5 (rentang

nyeri 0-10), klien mampu

melakukan tehnik mengalihkan

yaitu membaca majalah, klien

mampu miring kanan dan kiri

secara perlahan- lahan dengan

bantuan keluarga

P: Intervensi dilanjutkan

- Latihan nafas dalam

- Mengalihkan nyeri ( menonton

(50)

Jumat

06 Juni

2014

11.10 WIB

11.30 WIB

- Melakukan pengkajian

tentang nyeri meliputi waktu,

kualitas, intensitas nyeri.

- Mengajarkan menggunakan

teknik nonanalgetik: latihan

napas dalam dan

seperti ruangan dan suara

S: Klien mengatakan nyeri sedikit

berkurang, muncul secara tiba-tiba

jika melakukan gerakan yang

berlebihan, dengan intensitas

nyeri sedang dan klien

mengatakan nyaman dengan

ruangan

O: Klien tampak rileks, skala nyeri 4

(rentang nyeri 0-10), klien mampu

melakukan latihan nafas dalam

dan tekhnik mengalihkan yaitu

mendegarkan musik

A: Masalah gangguan aman nyaman:

nyeri sebagian teratasi

Gambar

Gambaran Diri

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal. No

sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini disertai presentasi bokong ditemukan nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan sectio caesaria , resiko infeksi berhubungan

S: anak mengatakan nyeri pada luka post operasi P : nyeri bertambah jika dipakai aktifitas Q: nyeri seperti menusuk-nusuk. R: kuadran kiri bawah (selangkangan)

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan rasa aman nyaman (nyeri), tindakan yang dilakukan adalah menggunakan komunikasi terapeutik,mengkaji keadaan umum dan tingkat nyeri yang

Pada prioritas diagnosa keperawatan yang pertama adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury fisik (post sectio caesar), implementasi yang dilakukan

Dari hasil analisa data yang di dapat, prioritas maslah keperawatan yaitu : nyeri akut abdomen di kuadran kanan atas berhubungan dengan hepatomegali ditandai

Pada diagnosa yang pertama perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 8, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa di bagian abdomen

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan setiap harinya