• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di RSUD. dr Pirngadi Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Tinjauan Teoritis A. Konsep Dasar

2.1Defenisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri.

1. Mc. Coffery ( 1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut per nah mengalaminya.

2. Wolf Weifsel (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

3. Arthur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

4. Scrumun, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

2.2Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

(2)

serabut lamban (serabut C). impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.

Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neutransmiter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. jalur nonopiate merupakan desenden yang tidak memberikan respon terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).

2.3Klasifikasi Nyeri

Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

a. Nyeri Akut

Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan. Sebagai contoh nyeri akut ialah jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan nyeri yang hilang dengan cepat. Pada kasus dengan kondisi lebih berat, seperti fraktur ekstremitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan dengan penyembuhan tulang.

b. Nyeri Kronik

(3)

Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri

neurologis, dan lain-lain.

Nyeri somatis dan nyeri visceral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral

Superfisial Dalam Kualitas Tajam,

menusuk,membakar

Tajam, tumpul, nyeri terus

Tajam, tumpul, nyeri terus, kejang

Menjalar Tidak Tidak Ya

Stimulasi Torehan, abrasi terlalu panas dan dingin

Torehan, panas, iskemia pergeseran tempat

Distensi, iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torehan)

Sumber. Barbara C, Long, 1989.

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang

lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang

timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di

sepanjang atau di beberapa jalur saraf (Hidayat, 2009). 2.4Efek Membahayakan dari Nyeri

(4)

ketidaknyamanan dan menganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik (Yeager dkk, 1987; Benedetti dkk, 1984).

Nyeri kronik, sama seperti halnya nyeri akut yang mempunyai efek negatif, nyeri kronis juga mempunyai efek yang merugikan. Supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis sering mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan melakukan aktivitas (Liebeskind, 1991). Mengabaikan tentang bagaimana pasien mengatasi nyeri kronisnya, nyeri yang terjadi sepanjang waktu yang lama sering mengakibatkan pasien tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal sebelum nyeri mulai terjadi. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu untu memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan. Perawat harus mengerti efek dari nyeri kronis pada pasien dan keluarganya dan harus mempunyai pengetahuan tentang strategi peredaan nyeri dan sumber-sumber yang sesuai untuk membantu penatalaksanaa nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

2.5Stimulus Nyeri

Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Menurut Alimul terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri,

diantaranya ialah:

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.

2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.

3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.

5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik. 2.6Teori Nyeri

(5)

1. Teori Pemisahan (Specifity Theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang digaris median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T.

3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansi gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan mengahantarkan rangsangan nyeri.

4. Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impul-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif.

2.7Faktor-fakrot yang Mempengaruhi Nyeri

(6)

nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri. beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengalaman nyeri pada seseorang, diantarnya ialah:

1. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami. Karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh, tidak pantas bila laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

3. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka merespon nyeri (contoh, suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).

4. Makna Nyeri

Berhubungan dengan bagaiman pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaiman mengatasinya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten.

5. Perhatian

(7)

6. Ansietas

Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.

7. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri.

8. Support keluarga dan Sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan.

2.8Asuhan Keperawatan pada Masalah Nyeri a. Pengkajian

Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST:

1. P (pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri

2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri

4. S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri

5. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri. Gambar 2.1

(8)

b. Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, diantaranya adalah:

1. Nyeri akut akibat fraktur panggul 2. Nyeri kronis akibat arthritis

3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas

4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian

5. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri c. Perencanaan Keperawatan

Perawat membantu meredakan nyeri dengan memberikan intevensi penghilang nyeri (termasuk pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis), mengakaji keefektifan intervensi tersebut, memantau terhadap efek yang merugikan dan berperan sebagai advokat pasien apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam meredakan nyeri. Selain itu, perawat bertindak sebagai edukator bagi pasien dan keluarganya untuk memampukan mereka dalam menangani sendiri intervensi yang diharuskan bilaman memungkinkan (Smeltzer & Bare, 2002).

Beberapa perencanaan keperawatan dalam mengatasi nyeri diantarnya ialah (Hidayat, 2009):

1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri 2. Menggunakan berbagai teknik noninvansif untuk memodifikasi

(9)

3. Menggunakan cara-cara unutuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.

d. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

Semua intervensi nyeri akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi semakin parah, dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan. Beberapa tindakan keperawatan yang dapat mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien, diantaranya ialah:

1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.

2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan teknik-teknik seperti:

a. Teknik latihan pengalihan, seperti menonton televisi, berbincang-bincang dengan orang lain, dan mendengarkan musik.

b. Teknik relaksasi, yaitu menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga di dapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.

c. Stimulasi kulit,seperti menggosok dengan halus pada daerah nyeri, menggosok punggung, mengguanakan air hangat dan dingin, dan memijat dengan air mengalir.

3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri.

4. Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. e. Evaluasi Keperawatan

(10)

respon fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit

Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit, pada tanggal 3 Juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.M. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.

1. Seorang laki-laki Tn.M, berusia 64 tahun dan telah menikah, agama Islam. Tn. M adalah seorang wiraswata dengan pendidikan terakhir adalah SLTA, tinggal di Desa Parsombaan Padang Lawas Utara, Prop. Sumatera Utara. Pada tanggal 23 Mei 2014 dirawat di ruangan Tulip 2, kamar 609, dengan nomor rekam medik 00.92.68.06.

2. Dalam pengkajian yang dilakukan pasien mengatakan mengalami nyeri pada abdomen sinistra region hipokondria sinistra, hal ini dialami pasien kurang lebih selama 1 bulan. Nyeri bersifat hilang timbul dan terkadang nyeri akan terasa sangat sakit sampai menjalar ke pinggang sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk, pasien juga mengeluhkan sering masuk angin sehingga perut terasa seperti ada yang menekan-nekan dan pasien merasa tidak nyaman.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien sering merasa sakit pada abdomen sinistra, region hipokondria kiri dan apabila nyeri yang dirasakan sangat hebat akan menyebar sampai ke pinggang kiri. Nyeri yang dialami oleh pasien disebabkan karena adanya batu pada ginjal, apabila pasien merasakan nyeri, pasien akan istirahat dan memijit bagian tubuh yang terasa nyeri. Pasien mengatakan nyeri dirasakan bila pasien sedang melakukan aktivitas, dan pada saat dilakukan pengakajian, pasien terlihat baik-baik saja dan nyeri yang dirasakan tidak terlalu sakit. Nyeri yang dialami oleh psien adalah hilang timbul, dan pada saat-saat tertentu nyeri akan sangat hebat.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

(11)

atau mantri yang ada di kampungnya. Pasien memiliki alergi terhadap makanan yang mengandung tinggi protein dan lemak serta pengawet seperti telur, daging, dan indomie. Hal ini ditandai bila pasien mengalami luka pada tubuh, luka akan lama sembuh dan semakin membesar apabila pasien mengkonsumsi makanan yang dapat mengakibatkan alergi.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, di dapatkan hasil bahwa orang tua pasien maupun saudara kandung tidak memiliki riwayat penyakit yang serius, dan saudara pasien masih hidup semua, namun oarng tua pasien sudah meninggal.

6. Pemeriksaan Fisik

Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik, namun terkadang pasien mengalami sesak bila diajak berbicara terlalu lama dan nyeri yang dialami pasien masih dirasakan walaupun tidak terlalu berat dengan suhu tubuh 37,50 C, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 85x/menit, pernafasan 24x/ menit, skala nyeri 3 dengan pengukuran universal pain assessment tool (0-10), TB 160 cm dan BB 70 Kg.

Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga. Rambut tumbuh merata, berwarna hitam dan sebagian berwarna putih dan pendek serta tidak ada ketombe, tidak ada bau pada rambut.

Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak sawo matang dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah, lembab, dan tidak terdapat edema pada palpebra konjungtiva merah dan tidak anemis, sklera berwarna putih dan tidak ikterik, pupil hitam dan akan mengecil bila diberikan rangsangan cahaya, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas berwarna coklat, ketajaman penglihatan baik.

(12)

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan tidak ada luka pada bibir serta sedikit hitam, keadaan gusi baik berwarna pink, gigi sehat dan bersih, keadaan lidah bersih tidak ada jamur dan tidak ada luka pada lidah, pita suara baik. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.

Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen bersih dan tampak keriput. Akral hangat, warna kulit normal, tidak ada cianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, kelainan pada kulit tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama) 20kali / menit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati cianosis, tampak denyut jangtung pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan, tidak ada benjolan maupun asites.

Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema.

7. Pola kebiasaan sehari-hari

Pasien biasa makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), nafsu makan pasien baik dan pasien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit, tidak terdapat nyeri ulu hati, pasien alergi terhadap daging, telur, dan indomie. Biasanya pasien minum setelah selesai makan dan bila pasien merasa haus saja. Tidak ada kesulitan menelan saat makan dan minum. 8. Perawatan diri/ Personal Hygiene

Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut juga terjaga, kuku, kaki dan tangan tampak bersih.

9. Pola Kegiatan/aktivitas

Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, bisa dilakukan secara mandiri.

(13)

dirumah sakit pola tidur pasien terganggu, pasien akan terbangun pada malam hari bila merasakan nyeri yang sangat hebat dan pasien sering sulit lagi tidur bila sudah terbangun. Pasien juga terlihat sering mondar-mandir di depan kamar dan tampak sedang berpikir. Pasien mengatakan cemas dengan pengobatan yang dilakukan.

10.Pola Eliminasi

Pasien mengatakan bila BAB pasien normal yaitu 1 kali dalam sehari, karakter fese lunak dan tidak memiliki riwayat perdarahan serta tidak ada penggunaan laksatif. Pasien BAK 5 kali per hari dengan karakteristik urine kuning dan pasien tidak merasa nyeri pada kelamin saat BAK, Terdapat riwayat penyakit batu ginjal dan akan segera dilakukan pembedahan. Untuk mengatasi masalah akan dilakukan operasi, namun belum ditentukan jadwal operasi.

C. Masalah Keperawatan dan Analisa data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu: gangguan rasa aman nyaman (nyeri), ansietas, dan gangguan pola tidur. Secara lengkap terdapat pada lampiran 2.

D. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:

1. Gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal

2. Ansietas (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses pembedahan yang akan dilakukan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

(14)

keperawatan kepada Tn. M. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal

No Dx

Perencanaan Keperawatan

Dx. 1 Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat berkurang

Kriteria hasil:

1. pasien mengatakan nyerinya berkurang 2. skala nyeri 1

3. pasien dalam keadaan tenang dan keadaan umum pasien membaik Rencana Tindakan Rasional

1. Gunakan komunikasi terapeutik

2. Kaji keadaan umum klien dan PQRST yang dialami klien

3. Observasi TTV klien dan skala nyeri

4. Jelaskan teknik latihan pengalihan

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anlgetik

1. Untuk mengetahui pengalaman nyeri yang dialami oleh pasien

2. untuk mengetahui keadaan umum pasien, : mengetahui daerah

nyeri,kualitas,kapan nyeri dirasakan,faktor pencetus,berat

ringannya nyeri yang dirasakan serta mengetahui efek penggunaan obat secara jangka panjang

3. Mengetahui perkembangan kesehatan pasien.

4. Dengan teknik latihan pengalihan dapat mengalihkan rasa nyeri, teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri..

(15)

Tabel 2.2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa ansietas (cemas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan

No Dx

Perencanaan Keperawatan

Dx. 2 Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan ansietas yang dialami pasien berkurang dengan

Kriteria hasil:

1. Tingkat ansietas hanya ringan sampai dengan sedang

2. Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi, dan koping

Rencana Tindakan Rasional 1. Bina hubungan saling

percaya antara perawat dan klien.

2. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien.

3. Berikan pada pasien penjelasan tentang penyakitnya.

4. Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi

5. Dorong pasien untuk mengatakan apa yang sedang dirasakan

1. Hubungan saling percaya adalah hubungan dasar terpadu yang mendukung klien dalam mengatasi perasaan cemas

2. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

3. Dapat mengurangi perasaan cemas pasien terhadap penyakitnya.

4. Membantu pasien memahami tujuan yang dilakukan dan mengurangi masalah ketidaktahuan 5. Mengidentifikasi masalah yang

(16)

Tabel 2.3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

No Dx

Perencanaan Keperawatan

Dx. 3 Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami gangguan pola tidur dengan

Kriteria hasil:

1. Pasien mengatakan tidurnya cukup. 2. Pasien mengatakan tidurnya nyenyak

Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji pola tidur klien

2. Berikan lingkungan yang aman dan tenang kepada pasien.

3. Anjurkan klien untuk minum air hangat sebelum tidur.

4. Kaji fungsi pernapasan dan irama pernapasan.

5. Ajarkan klien teknik relaksasi sebelum tidur.

6. Catat tindakan kemampuan

untuk mengurangi kegelisahan.

1. Untuk mengetahui bagaimana pola tidur klien

2. Lingkungan yang tenang dan aman dapat membantu klien beristirahat

3. Minum air hangat dapat membantu pasien lebih relaksasi dan lebih nyaman

4. Untuk mengetahui tingkat kegelisahan yang dialami klien.

5. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mengalihkan perhatian klien dari nyeri

6. Untuk memantau seberapa jauh dapat bersikap tenang dan rilex.

F. Implementasi dan Evaluasi

(17)

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan rasa aman nyaman (nyeri), tindakan yang dilakukan adalah menggunakan komunikasi terapeutik,mengkaji keadaan umum dan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien, mengobservasi TTV klien dan skala nyeri yang dialami, menjelaskan teknik relaksasi dan distraksi, serta berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Setelah di evaluasi selama perawatan masalah untuk diagnosa pertama belum teratasi, pasien masih mengalami nyeri pada bagian perut sebelah kiri.

Untuk diagnosa kedua ansietas, tindakan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien, mengkaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien, memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dialami, memberikan informasi pada klien tentang prosedur, dan tes khusus dan akibat apa yang akan terjadi. Dari tindakan yang dilakukan masalah teratasi, dapat dilihat ketika pasien tidak bertanya-tanya lagi tentang prosedur yang akan dilakukan dan dapat mengambil keputusan atas tindakan yang akan dilakukan.

Gambar

Tabel 2.1. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal
Tabel 2.2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa ansietas (cemas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tabel 2.3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Referensi

Dokumen terkait

Alat dan Bahan : Karet gelang dan kartu angka, kartu dadu, dan media lainnya. Langkah

building in response to whatever loads may be applied to it, a structure must possess four properties: it must be capable of achieving a state of equilibrium, it must be stable, it

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Irrevocable L/C yang

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi - 2a. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke

An interesting feature of the form-active shape for any load pattern is that if a rigid element is constructed whose longitudinal axis is the mirror image of the form-active shape

1) Total alokasi RAPBD yang dibagikan kepada kabupaten/kota untuk bidang sarana dan prasarana adalah sebesar Rp. Jika dibagikan secara merata kepada 25 kabupaten/kota, maka

Andalan ut am a m engej ar pert um buhan ekonom i t ersebut adalah sekt or indust ri, pert anian, pariw isat a m elalui pengem bangan agroindust ri, peningk at an k et erkait an

Bidang Teknik penerangan sudah banyak memanfaatkan kemajuan teknologi khususnya untuk sumber cahaya buatan, Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya jenis lampu listrik