• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Ganggan Rasa Nyaman Nyeri di RSUD. dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Ganggan Rasa Nyaman Nyeri di RSUD. dr. Pirngadi Medan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

NURUL HASANIAH

112500045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

berkat, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

Ganggan Rasa Nyaman Nyeri di RSUD. dr. Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan

di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra

Utara Medan.

2. Ibu Nur Afi Darti S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan dan Penguji.

3. Bapak Mula Tarigan S.Kp., M.Kes, selaku Sekretaris Program studi DIII Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan .

4. Ibu Nur Asiah S.Kep., Ns. M.Biomed, selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalm penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Yang terhormat kepada kedua orang tua, Alm Sayuti dan Ibunda Marniati serta Kakak

saya Nursaniah dan adik saya Nurul Hasniah, yang tidak pernah lelah memberikan

dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh teman-teman Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah

berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati, saya

mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya

(4)

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

Bab II Pengelolaan Kasus A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyaman (Nyeri) ... 4

1. Pengkajian ... 7

2. Analisa Data ... 9

3. Rumusan Masalah ... 12

4. Perencanaan ... 14

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 17

1. Pengkajian ... 17

2. Analisa Data ... 29

3. Rumusan Masalah ... 30

4. Perencanaan ... 31

5. Implementasi dan Evaluasi ... 32

Bab III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35

Daftar Pustaka ... 37

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan

alasan yang paling umum untuk orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun

merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis. Nyeri

merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri

merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk meghilangkan nyeri. Perawat

menggunakan berbagai intervensi untuk mrnghilangkan nyeri atau mengembalikan

kenyamanan. Perawat tidak dapat meihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan.

Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama

menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang pada individu (Potter

dan Perry,2005)

Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Nyeri

merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon terhadap

nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain

(Asmadi, 2008)

Tugas dari seorang perawat adalah mengkaji keberadaan nyeri tersebut,

menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri,

melakukan implementasi, mengevaluasi dari tindakan yang telah diberikan. Dalam

memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi rasa nyeri pasien, perawat berusaha

untuk mengembangkan strategi penatalaksaan nyeri, sehingga lebih dari sekedar

pemberian obat analgesik.

Debridement adalah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka

menjadi bersih. Untuk melakukan debridement yang adekuat, luka lama dapat

diperluas, jika diperlukan dapat membentuk irisan yang berbentuk elips, untuk

mengangkat kulit, fasia serta tendon ataupun jaringan yang sudah mati.

Post Debridement Selulitis merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat

jaringan yang mati. Tatalaksanaan pada pasien selulitis berdasarkan atas prinsip

(6)

Debridement dapat dilakukan secara surgical, kimia, mekanik, biologis, atau autolisis. Tindakan ini dilakukan melalui pembuangan dasar luka abnormal dan jaringan dermal

nekrotik, debris, dan element bakteri yang dapat menghambat penyembuhan luka. Dari

beberaapa penelitian uji klinis didapatkan bahwa debridement berperan dalam

membantu penyembuhan luka melalui produksi jaringan granulasi. Pasien dengan

tindakan ini mengalami gangguan rasa nyaman nyeri karena post operasi, nyeri yang

dialami adalah nyeri akut, yang termasuk nyeri akut yaitu nyeri yang terjadi setelah

pembedahan.

Nyeri akut ini terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan

memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)

dan berlangsung untuk waktu yang singkat . Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi

peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut biasanya akan

menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali

(Prasetyo, 2010).

B. Tujuan

Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar nyeri

dengan diagnosa medis Post Debridement Selulitis diruangan IX/Kenanga 1. RSUD

Pirngadi Medan dengan menggunakan asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar nyeri di ruangan IX/Kenanga 1 RSUD

Pirngadi Medan.

2. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait dengan masalah dasar

nyeri.

C. Manfaat

1. Institusi

Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu

keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi meraka yang ingin mengadakan

penelitian lebih lanjut.

(7)

Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada dirumah sakit untuk mengambil

langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan khususnya asuhan keperawatan pasien dengan selulitis

3. Pasien dan Keluarga

Memperoleh pengetahuan tentang Post Debridement Selulitis serta meningkatkan

kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi

keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang mengalami selulitis.

4. Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien Post Debridement Selulitis serta mengaplikasikan ilmu yang

(8)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Manusia

Nyaman (Nyeri)

Menurut Caffery (1979) dalam Tamsuri (2006), nyeri didefinisikan sebagai

suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang, dan eksistensinya diketahui bila

seseorang pernah mengalaminya. Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979)

disebutkan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyanangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik secara aktual

maupun potensial, atau menggambarkan keadaan kerusakan seperti tersebut diatas

(Tamsuri, 2006).

Nyeri merupakan suatu hal yang tidak asing bagi kita. Nyeri menjadi alasan

yang paling banyak dan paling umum dekeluhkan seorang pasien untuk mncari

perawatan kesehatan dibandingkan keluhan-keluhan lainnya (Prasetyo, 2010).

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.

Apabila seseoramg merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Nyeri mengarah

pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak

orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala umum (Potter

dan Perry, 2005).

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensai tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat

individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,

sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang

individu (Potter dan Perry, 2005).

Faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri antara lain : makna nyeri bagi individu,

tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai buadaya, harapan sosial, kesehatan,

fisik dan mental, sikap orang tua terhadap nyeri, lokasi nyeri, perasaan takut/cemas,

upaya untuk mengurangi respon terhadap stresor, usia (Priharjo, 1992).

Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri :

1. Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada

individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan

(9)

dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesuliatan dalam mengungkapkan

keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus

mereka terima nantinya (Prasetyo, 2010).

2. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menngis

dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika meraasakan nyeri. Akan

tetapi dari penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh

terhadap tingkatan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).

3. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengari nyeri. Orang dari latar

kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Disebagian

masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan (Prasetyo, 2010).

4. Makna Nyeri

Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seseorang wanita yang merasakan nyeri saat

bersalin akan memepersepsikan nyeri secara berbeda dengan berbeda lainnya ynag

nyeri karena dipukul oleh suaminya (Prasetyo, 2010).

5. Lokasi dan Tingkat Keperahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas yang tingkat keparahan pada

masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa

jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri,

masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri

tumpul, berdenyut, terbakar, dan lain-lain(Prasetyo, 2010).

6. Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri.

Perhatian nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap

nyeri aka meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan penurunan respon nyeri (Prasetyo, 2010).

7. Ansietas ( kecemasan)

Hubungan antar nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan

seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat

(10)

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri

dan menurunkan kemampuan koping individu (Prasetyo, 2010).

9. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang

telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah

dalam menghadapi nyeri pada masa yang akan datang. Seseorang yang terbiasa

merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu

yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, 2010).

10.Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan,

perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih

dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan

ketakutan (Prasetyo, 2010).

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam tipe nyeri.

Dengan dapat menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberi asuhan

keperawatan pada klien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai mendiskusikan

tentang tipe-tipe nyeri, anatara lain melihat nyeri dari segi :

1. Durasi nyeri, seperti nyeri akut dan kronis

2. Tingkat keparahan dan intensitas, seperti nyeri berat atau nyeri ringan

3. Model transmisi, seperti reffered pain (nyeri yang menjalar)

4. Lokasi nyeri, superfisial atau dari dalam

5. Kausatif , dari penyebab nyeri itu sendiri

(Prasetyo, 2010)

Secara umum , bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dak nyeri kronis.

1. Nyeri akut

Nyeri ini terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan

memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)

dan berlangsung untuk waktu yang singkat . Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi

(11)

menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali

(Prasetyo, 2010)

2. Nyeri kronis

Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya bervariasi

(ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih 6 bulan. Sumber nyeri bisa

diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat

desembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebuh dalam sehingga penderita

sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita

menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, meraka

menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan

keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam periode waktu tertentu. Ada

kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri misalnya sakit kepala migran (Priharjo,

1992).

1. Pengkajian

- Pengenalan Nyeri

Pengenalan nyeri meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh

individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan

nyari dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang

berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran

dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2006)

(12)

Skala wajah Wong-Bakers untuk mengukur nyeri

Penggunanan skala nyeri tertulis untuk mengukur nyeri tidak mungkin dilakukan

jika klien mengalami sakit serius atau nyeri hebat atau baru saja mengalami

pembedahan. (Tamsuri, 2006).

b. Karakteristik Nyeri

Karakteristik nyeri meliputi lokasi, penyebaran nyeri, dan kemungkinan penyebaran,

durasi (menit, jam, hari, bulan) serta irama ( terus-menerus, hilang timbul, periode

bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri (Tamsuri, 2006)

c. Faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri

Berbagai perilaku sering diidentifikasi klien sebagai faktor yang mengubah

intensitas nyeri, dan apa yang diyakini klien dapat membantu dirinya. Perilaku ini

sering didasarkan pada upaya try and error (Tamsuri, 2006)

d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang

lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan

ansietas dan nyeri kronis yang berhubungan dengan depresi (Tamsuri, 2006)

e. Kekhawatiran individu tentang nyeri

Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi, prognosis serta

berpengaruh terhadap peran dan citra diri (Tamsuri, 2006).

Menurut Prasetyo (2010), karakteristik nyeri dibagi dalam beberapa metode P, Q, R, S, T,

yaitu:

(13)

• perawat melakukan observasi dibagian tubuh yang mengalami cidera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat dapat mengeksplorasikan perasaan

pasien dengan menanyakan perasaan apa yang dapat mencetus nyeri.

Kualitas (Q: quality), kualitas nyeri adalah hal yang subjektif yang diungkapkan pasien, pasien sering mendeskripsikan nyeri dengan kalimat: berdenyut, tajam, tumpul,

bepindah-pindah, perih, seperti tertindih, tertusuk. Tiap-tiap pasien berbeda dalam melaporkan

kualitas nyeri yang dirasakan.

Lokasi (R: region), mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta pada pasien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan nyeri oleh pasien. Untuk melokalisi

nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta pasien untuk melacak daerah nyeri dari

titik yang paling nyeri, apabila nyeri bersifat difus (menyebar) maka kemungkinan akan

sulit untuk dilacak.

Keparahan (S: severe), tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini pasien disuruh menggambarkan nyeri yang

dirasakannya sebagai nyeri ringan, sedang, berat. Kesulitannya adalah makna dari setiap

istilah berbeda bagi perawat dan pasien, tidak ada batasan khusus yang membedakan

antara nyeri ringan, sedang, berat. Ini juga disebabkan karena pengalaman nyeri setiap

orang berbeda-beda.

Durasi (T: time), perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi, awitan, dan rangkaian nyeri.

• Faktor yang memperberat/meringankan nyeri. Perawat perlu mengkaji faktor yang memperberat keadaan pasien, misalnya peningkatan aktifitas, perubahan suhu, stres dan

lainnya.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,

kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi

dari medis atau pun profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang

perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya

serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Prasetyo,

(14)

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan

secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan

dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dari informasi yang tekumpul, didapatkan dat dasar tentang

masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan

diagnonis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tidakan keperawatan

untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk

rumah sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk

menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010)

Tujuan Pengumpulan Data

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

3. Untuk meenilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.

Tipe Data :

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu dan kejadian.

Informasi tersebut tidak bisa detentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan,

ide klien terhadap status kesehatannnya, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,

ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu (Prasetyo, 2010).

2. Data Objektif

Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca

indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi

nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran (Prasetyo. 2010)

Karakteristik Data

1. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang

adekuat. (Prasetyo, 2010)

2. Akurat dan Nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir akurat dan nyata untuk

(15)

pemeriksaan, ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan.

Apabila perawat masih kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah

dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti

(Prasetyo, 2010)

3. Relevan

Pencatatan data komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus

dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti Kondisi

seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas.

Dengan mencatat data relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data focus

terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus (Prasetyo, 2010).

Sumber data

a) Sumber data primer: klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat

menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.

b) Sumber data sekunder: orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua,

suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan

dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau

anak-anak, atau dalam kondisi tidak sadar.

c) Sumber data lainnya

d) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya: catatan kesehatan terdahulu dapat

digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan

perawatan.

e) Riwayat penyakit: pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat

penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang

difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis.

f) Konsultasi: kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan

spesialis, khususnya dalam menentukan diagnose medis atau dalam merancanakan

dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu

menegakkan diagnose.

g) Hasil pemeriksaan diagnostic: seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes

diagnostic, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan

dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostic dapat digunakan

(16)

h) Perawat lain: jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka

perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien

sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.

i) Kepustakaan: untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat

membaca literature yang berhubungan dengan maslah klien. Memperoleh literature

sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan

tepat (Prasetyo, 2010).

Metode pengumpulan data

a) Wawancara.

b) Observasi

c) Pemeriksaan fisik

d) Studi dokumentasi

3. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang mugkin muncul pada gaangguan rasa nyaman nyeri

(NANDA dalam Potter & Perry, 2005) yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri kronis berhubungan dengan inflamasi jaringan

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/hemiplagia, kerusakan

neuromuskular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidak mampuan bergerak,

keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hambatan mobilisasi fisik ditandai

(17)

4. Perencanaan :

Dx :

Gangguan rasa nyaman nyeri

Tujuan :

- Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan nyeri sudah hilang dan mampu melakukan aktivitas seperti biasanya.

Kriteria Hasil :

- Pasien melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

- Pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional

- Mengukur skala nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya (misal : berdenyut, beratm

- Mengetahui skala nyeri merupakan

(18)

lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri.

- Mengukur tanda-tanda vital - Observasi adanya

tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan frekuensi

jantung/pernafasan, tekanan darah.

- Ajarkan teknik relaksasi nyeri tarik nafas dalam dan imajinasi terbimbing

- Modifikasi lingkungan yang tenang dan nyaman.

- Kolaborasi pemberian terapi farmakologi obat analgesik - Ajarkan keluarga pasien

untuk melakukan teknik relaksasi pada pasien.

identifikasi karakter nyeri dan faktor yang berhubungan

merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih

intervensi yang cocok dan untuk

mengevaluasi

keefektifan dari terapi yang diberikan. - Perubahan vital sign

menunjukkan pola sensasi nyeru pada pasien

- Tanda nyeri merupakan

indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami

- Teknik relaksasi dapat meminimalkan nyeri - Lingkungan yang

tenang mempengaruhi persepsi nyeri yang dialami pasien lebih sedikit.

- Analgesik dapat menurunkan nyeri. - Peran keluarga pasien

dapat mendukung meminimalisasi nyeri.

Imobilitas fisik

Tujuan :

- Pasien mampu meningkatkan aktivitas fisik yang lemah atau sakit.

Kriteria hasil :

- Ekstremitas tidak tampak lemah

- Ekstremitas yang lemah dapat diangkat dan digerakkan secara mandiri

Intervensi Rasional

- Jelaskan pada pasien akibat dari terjadinya imobilitas fisik

- Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang sakit

- Anjurkan pasien melakukan

- Imobilitas fisik akan menyebabkan otot-otot menjadi kaku sehingga penting diberikan latihan gerak - Menurunkan resiko

(19)

gerak pada ekstremitas yang tidak sakit

- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

- Observasi kemampuan mobilitas pasien

- Tingkatkan mobilitas dan pergerakan optimal

- Jelaskan masalah yang ada dan tujuan untuk masing-masing latihan fisik - Anjurkan penggunaan

lengan yang sakit apabila memungkinkan, misal berpakaian, menyisir rambut - Instruksikan klien untuk

menggunakan lengan yang tidak sakit untuk melatih lengan yang sakit

- Gunakan peralatan adaptif yang sesuai untuk

meningkatkan penggunaan kedua lengan

- Beri kesempatan klien untuk berlatih menggunakan ekstremitas yang sakit - Ubah posisi setiap 2 jam,

dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu

- Melakukukan ROM aktif pada pasien

sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan

- Gerakkan aktif memberikan dan memperbaiki massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan

- Peningkatan kemampuan dan monilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi - Untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan gerak pasien setelah di lakukan latihan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya

Resiko Infeksi

Tujuan :

- Tidak ada tanda atau gejala infeksi Kriteria hasil :

- Tidak ada lesi

- Tidak terjadi nekrosis

Intervensi Rasional

- Membersihkan, memantau, dan meningkatkan

penyembuhan luka

- Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien beresiko

- Mencegah komlikasi luka dan meningkatkan

- Peyembuhan luka bergantung pada keadaan yang bersih dan lembab untuk proses epitelialisasi dan deposisi jaringan granulasi

(20)

- Memelihara dan

meningkatkan higine oral dan kesehatan gigi pada pasien yang beresiko mengalami lesi mulut atau gigi

- Mengukur tingkat nyeri pasien

- Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien beresiko

- Mengoleskan zat topikal atau manipulasi alat untuk meningkatkan integritas kulit dan meminimalkan

kerusakan kulit

- Meningkatkan sirkulasi arteri

- Meminimalkan komplikasi pada pasien yang

mengalami, atau beresiko mengalami, oklusi sirkulasi perifer

- Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis

akurat merupakan hal yang penting dalam rencana asuhan keperawatan manajemen luka - Rasa tidak nyaman

mungkin berhubungan langsung dengan luka atau tidak berhubungan langsung dengan ketegangan otot atau imobilisasi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN

I. BIODATA

(21)

Nama : A/n A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 12 Tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidik : SD

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Lingkungan 1Marelan

Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2-14

No. Register : 92 68 90

Ruangan / kamar : Ruang IX/ Kenanga I

Golongan darah : -

Tanggal pengkajian : Selasa, 3 Juni 2014

Tanggal operasi : Senin, 2 Juni 2014

Diagnosa Medis : Post Debridement Selulitis

II.KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri di bagian lengan kiri, tangan tidak bisa digerakkan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocativ/palliative

1. Apa penyebabnya

Post Debridement

(22)

Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan klien yaitu dengan mendiamkan atau

tidak menggerakkan agar tidak nyeri dan tidur untuk mengurangi rasa nyeri.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien mengatakan nyeri terkadang panas disekitar tangan kiri.

2. Bagaimana dilihat

Ketika nyeri muncul terlihat meringis, menangis menahankan nyeri, dan

memegangi area yang sakit. Adanya kemerahan pada tangan kiri dan bengkak.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Pasien mengatakan nyeri dibagian ekstremitas sinistra inferior radius ulna.

2. Apakah menyebar

Hanya menyebar dibagian tangan sampai ujung jari.

D. Severity

Mengganggu, karena tidak bisa beraktivitas seperti biasa

E. Time

Pasien mengatakan nyeri yang dialaminya timbul secara tiba-tiba.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A.Penyakit yang pernah alami

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius sebelumnya,

hanya demam atau flu biasa

B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Pasien mengatakan jika demam ia meminum air hangat dan mengkonsumsi obat

yang dibeli di apotek, jika 3 hari tidak sembuh barulah pasien berobat kebidan

dekat rumahnya

(23)

Pasien belum pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya, ketika terkena penyakit

selulitis inilah pasien dirawat dan dioperasi

D.Lama dirawat

Tidak ada

E. Alergi

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi

F. Imunisasi

Orang tua klien mengatakan imunisasi klien lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A.Orang tua

Orang tua tidak memiliki riwayat penyakit seperti pasien dan riwayat penyakit

keturunan

B.Saudara kandung

Orang tua klien mengatakan tidak ada saudara kandung mereka yang memiliki

penyakit seperti ini

C.Penyakit keturunan yang ada

Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dari keluarga

D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada yang mengalami gangguan jiwa dalam keluarga

E. Anggota keluarga yang meninggal

Orang tua klien mengatakan tidak ada keluarga mereka yang meninggal

F. Penyebab meninggal

VI. RIWAYAT OBSTETRIK

Tidak ada pemeriksaan

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A.Persepsi pasien tentang penyakitnya

(24)

B.Konsep Diri

- Gambaran diri

pasien mengatakan tidak merasa malu akan penyakitnya

- Ideal diri

pasien mengatakan ingin cepat sembuh

- Harga diri

pasien mengatakan yakin akan kesembuhannya

- Peran diri

pasien mengatakan ia adalah anak kedua dari Ny S

- Identitas

pasien mengatakan ia adalah seorang anak

C. Keadaan emosi

Stabil, ketika berbicara kooperatif

D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti Keluarga dan orang tua

- Hubungan dengan keluarga

Hubungan dengan keluarga terjalin dengan harmonis

- Hubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga atau orang yang ada

disekitarnya terjalin baik

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Tidak ada

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan dia seorang muslim dan percaya dengan adanya Allah

SWT

- Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan dia rajin sholat 5 waktu dan ada les mengaji di dekat

rumahnya

(25)

• Tingkat kesadaran o Compos mentis

• Penampilan o Rapi

• Pembicaraan o Kooperatif

• Alam perasaan o Sadar

• Afek

o Stabil

• Interaksi selama o Kooperatif

• Persepsi o Normal

• Proses fikir o Normal

• Isi fikir

o Normal

• Waham

o Tidak ada waham

• Memori

o Normal

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Pasien mengatakan masih merasa nyeri dan terlihat masih ada kemerahan pada

bagian ekstremitas sinistra inferior

B. Tanada-tanda vital

- Suhu tubuh : 36,5 0C - Tekanan darah : 120/80 mmHg

(26)

- Skala nyeri : 6

- TB : - cm

- BB : 25 kg

C. Pemeriksaan head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk : bulat, simetris, tidak ada masa - Ubun-ubun : tertutup dan keras

- Kulit kepala : bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut rata dan bersih

- Bau : tidak ada

- Warna kulit : kuning langsat

Wajah

- Warna kulit : kuning langsat

- Struktur wajah : Bulat, tidak ada edema

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan

Mata lengkap, simetris kanan dan kiri

- Palpebra

Tidak ada tanda peradangan

- Konjungtiva dan sklera

Normal, tidak ada pembengkakan

- Pupil Pupil isokor

- Cornea dan iris

Normal, tidak ada peradangan dan pengapuran

- Visus

Tidak menggunakan alat bantu seperti kaca mata

- Tekanan bola mata

(27)

Hidung

-Tulang hidung dan posisi septum nasi Normal, simetris

-Lubang hidung

Simetris kanan dan kiri

-Cuping hidung

Tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga

- Bentuk telinga

Simetris kanan dan kiri

- Ukuran telinga Normal

- Lubang telinga

Normal, bersih tidak ada kotoran telinga

- Ketajaman pendengaran Baik

Mulut dan faring

- Keadaan bibir Mukosa normal

- Keadaan gusi dan gigi Baik

- Keadaan lidah Bersih

- Orofaring

Normal, tidak ada gangguan menelan dan tidak ada masa

Leher

- Posisi trachea : Tidak dilakukan pemeriksaan

(28)

- Kelenjar limfe : Tidak dilakukan pemeriksaan - Vena jugularis : Tidak dilakukan pemeriksaan - Denyut nadi karotis : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : Bersih - Kehangatan : Normal

- Warna : Kuning langsat

- Turgor : Normal, kembali <3 detik - Kelembaban : Normal

- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Warna payudara dan areola Tidak dilakukan pemeriksaan

- Kondisi payudara dan putting Normal

- Produksi ASI

Tidak memproduksi ASI karena anak-anak

- Aksilla dan clavicula

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis)

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Pernafasan (frekuensi, irama) Tidak dilakukan pemeriksaan

(29)

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Perkusi

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan - Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan - Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan - Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi (bentuk, benjolan):

Bentuk simetris, tidak ada benjolan

- Auskultasi

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascietas, hepar, lien) Tidak dilakukan pemeriksaan

- Perkusi (suara abdomen): Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

- Genitalia ( rambut pubis, lubang uretra) Tidak dilakukan pemeriksaan

- Anus dan perienum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) Tidak dilakukan pemeriksaan

(30)

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) diambil dari rekam medik :

- Nervus Olfaktorius/N I : Mampu mengidentifikasi bau dengan baik

- Nervus Optikus/N I : Penglihatan pasien normal, bisa melihat dari jarak 6 M dan tidak buta warna

- Nervus Okulomotorius/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI : Reaksi pupil mengecil saat dilakukan pencahayaan.

- Nervus Trigeminus/N V : Mampu membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, getaran.

- Nervus Fasialis/N VII : pasien mampu menahan tekanan pada pipi saat melakukan tekanan.

- Nervus Vestibulocochlearis/N VIII : Pasien mampu berdiri

- Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X : Mampu menelan, mengunyah dan membuka mulut dengan baik

- Nervus Asesorius/N XI : Pasien hanya mampu menggerakkan bahu sebelah kiri.

- Nervus Hipoglossus/N XII : Mampu mengulurkan/menggerakkan lidah

Fungsi motorik : Normal

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) : :

mampu mengidentifikasi sentuhan, mampu membedakan tajam dan tumpul,

mempu membedakan panas/dingin

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tenson achiles, plantar) diambil dari

rekam medik:

- Bisep : kanan (+) kiri (+) - Trisep : kanan (+) kiri (+)

- Brachioradialis : kanan (+) kiri (+) - Pateler : kanan (+) kiri (+)

- Tenson achiles : kanan (+) kiri (+) - Plantar : kanan (+) kiri (+)

(31)

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari - Nafsu/selera makan : normal - Nyeri ulu hati : tidak ada

- Alergi : Tidak ada alergi

- Mual dan muntah : tidak ada

- Waktu pemsberian makan : pagi, siang, sore - Jumlah dan jenis makan : 1 porsi nasi biasa - Waktu pemberian cairan/minum

Pasien minum sendiri ketika haus

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) Tidak ada

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Bersih

- Kebersihan gigi dan mulut : Bersih - Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dibantu oleh perawat atau keluarga

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Selama dirawat pasien tidak melakukan shalat.

IV. Pola eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : Normal

- Karakter feses : saat normal feses berbentuk dan berwarna kuning - Riwayat perdarahan : tidak ada

(32)

- Penggunaan laksatif :Tidak ada 2. BAK

- Pola BAK : 3 x sehari - Karakter urine : Kuning keruh

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada

- Penggunaan diuretik : Tidak ada

- Upaya mengatasi masalah : -

V. Mekanisme koping

- Adaptif

 Bicara dengan orang lain

 Mampu menyelesaikan masalah

 Teknik relaksasi

 Aktivitas konstruksi o Olah raga

(33)

II. ANALISA DATA

NO DATA Penyebab Masalah

Keperawatan 1. DS :

- Pasien mengatakan nyeri terasa panas dan tertusuk-tusuk

- pasien mengatakan nyeri pada tangan kiri sampai ujung jari - pasien mengatakan

derajad nyeri 6 - pasien mengatakan

nyeri datang secara tiba-tiba

- pasien mengatakan nyeri terasa ringan apabila mendiamkan atau tidak

menggerakkan agar tidak nyeri dan tidur untuk mengurangi rasa nyeri.

DO :

- pasien tampak lemah, skala nyeri 6, nyeri menyebar sampai ujung jari, menangis apabila nyeri itu datang - tanda-tanda vital

TD: 120/80 mmHg, HR: 80 x/i, RR: 20 x/i

Post Debridemen Selulitis

Bakteri Patogen Streptokokus plogenes,

Steptokokus grup A, Stapilokokus aureus

Menyerang kulit dan subkutan

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Oedem, kemerahan

Nyeri tekan

Gangguan Rasa Nyaman

Nyeri

Gangguan Rasa Nyaman

(34)

III. Rumusan Masalah

Masalah Keperawatan

- Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri pada tangan kiri ditandai dengan tampak lemah, skala nyeri 6, nyeri menyebar sampai ke ujung jari tangan, nyeri

(35)

IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/ tanggal

No. Dx Perencanaan Keperaawatan

Selasa, 03-06-2014

1. Tujuan dan kriteria hasil :

- Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan nyeri sudah hilang dan mampu melakukan aktivitas seperti biasanya.

- Menunujukan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

Rencana Tindakan Rasional

- Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis

- Anjurkan pasien untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang

- Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul - Berikan posisi nyaman ketika

nyeri muncul

- Ajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas dalam ) ketika nyeri muncul

- Bantu pasien untuk fokus pada aktifitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan pengalihan melalui menonton TV yang ada diruangan, berinteraksi dengan orang disekitarnya

Kolaborasi

- Gunakan tindakan

pengendalian nyeri jika nyeri belum berat, ketika nyeri sudah berat laporkan kepada dokter atau kolaborasi

- Mengetahui seberapa besar tingkat nyeri yang dialami pasien - Untuk mengurangi

atau meringankan rasa nyeri sampai pada tingkat yang dapat diterima pasien

- Membantu pasien mengidentifikasi nyeri yang dialami agar dapat

meringankan dan mengurangi nyeri sampai pada kenyamanan yang diterima pasien - Untuk

mengalihkan rasa nyeri yang dialami pasien agar pasien lupa akan nyerinya dengan melakukan aktifitas

- Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi nyeri pada lengan. - Menurunkan rasa

(36)

Pelaksanaan Keperawatan & Catatan Perkembangan

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

1. Selasa,

- Mengukur tanda-tanda vital

- Menanyakan intensitas nyeri (1-10) dengan memberi pada pasien gambar skala angka dan menanyakan diskala berapa nyeri dirasakan pasien

- Mengatur posisi pasien setiap 2 jam sekali

- observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal - Menganjurkan kepada

pasien untuk

melakukan tarik nafas dalam setiap nyeri. - Menganjurkan kepada

pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh.

S : Os mengatakan nyeri pada lengan kiri

O : Os meringis, skala nyeri 6

A : masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

1. Rabu,

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Menanyakan intensitas nyeri pasien (1-10) dengan memberi pada pasien gambar skala angka dan menanyakan di skala berapa nyeri dirasakan pasien

- Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik. Seperti menonton Tv, relaksasi.

- observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal - Menganjurkan kepada

pasien untuk

S : Os mengatakan nyeri

(37)

16.45

17.45

melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

- Menganjurkan pada pasien untuk banyak makan makanan yang bergizi seperti yang banyak mengandung protein seperti telur

1. Kamis,

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Memotivasi dan

menganjurkan keluarga untuk membantu klien memenuhi kebutuhan hygienenya, memotifasi klien untuk menerima bantuan perawatan dalam pemenuhan kebutuhan hygiene personal

- Menganjurkan kepada pasien untuk pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

- Mengatur posisi pasien setiap 2 jam sekali - Menganjurkan pasien

untuk beristirahat agar menenagkan pristaltik dan meningkatkan energi

S : Keluarga klien mengatakan akan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygiene personal

O : Klien tampak lebih segar dan bersih, baju klien tampak bersih, baju klien tampak bersih, dan klien sudah menggosok gigi dan keramas

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at, 06-06-2014

08.45

10.25

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Mengobservasi intensitas nyeri pasien (1-10) dengan memberi pada pasien gambar

S : Os mengatakan nyeri di tangan

(38)

12.00

12.15

12.25

menanyakan di skala berapa nyeri dirasakan pasien

- Menganjurkan pasien untuk beristirahat agar menenagkan pristaltik dan meningkatkan energi

- Menganjurkan pada pasien untuk banyak makan makanan yang bergizi seperti yang banyak mengandung protein, seperti telur. - Menganjurkan kepada

pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

teratasi

(39)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah menegenai asuhan keperawatan pasa

An A dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nyaman (nyeri), penulis membahas tentang

asuhan keperawatan yang dilakukan pada An A pada tanggal 03-06 Juni 2014 diruangan

Kenanga 1 RSUD dr Pirngadi Medan.

Keluhan utama yang diderita An A nyeri di bagian ekstremitas sinistra inferior, setelah

dilakukan pemeriksaan dirumah sakit, An A didiagnosa Selulitis, yaitu infeksi streptokokus

akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu

area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan

ini biasanya terjadi pada ekstremitas bawah. setelah dilakukan observasi, penulis

mendapatkan 1 masalah keperawatan yang dialami An A yaitu :

 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri di bagian ekstremitas sinistra inferior ditandai dengan wajah tampak meringis, pasien tampak gelisah, keadaan umum

lemah, skala nyeri 6. Setelah dilakukan implementasi selama 4 hari diruangan, evaluasi

dihasilkan adalah S : pasien mengatakan nyeri masih ada, O : pasien tampak meringis

kesakitan, A : masalah belum teratasi, P : intervensi dihentikan.

B. Saran

1. Perawat

Diharapkan kepada perawat agar dapat melakukan perawatan pasien Post Debridement

Selulitis dan dapat melakukan asuhan keperawatan serta melayani pasien dengan seksama.

2. Bagi institusi pendidikan

Didalam institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai konsep nyeri

dan asuhan keperawatan dalam mata kuliah kebutuhan dasar manusia.

(40)

agar dapat terus belajar mengenal dan memahami proiritas kebutuhan dasar manusia dan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta.

Mubarak, W I dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Teori dan Aplikasi dalam Praktik. EGC. Jakarta.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, dan Pediatrik ; Edisi 4. EGC. Jakarta.

Prasetyo, N S. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Tamsuri, Anas. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta.

(42)

Lampiran

Pelaksanaan Keperawatan & Catatan Perkembangan

No. DX

Hari/ tanggal

Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

1. Selasa,

- Mengukur tanda-tanda vital

- Menanyakan intensitas nyeri (1-10) dengan memberi pada pasien gambar skala angka dan menanyakan diskala berapa nyeri dirasakan pasien

- Mengatur posisi pasien setiap 2 jam sekali

- observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal - Menganjurkan kepada

pasien untuk

melakukan tarik nafas dalam setiap nyeri. - Menganjurkan kepada

pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh.

S : Os mengatakan nyeri pada lengan kiri

O : Os meringis, skala nyeri 6

A : masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

1. Rabu,

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Menanyakan intensitas nyeri pasien (1-10) dengan memberi pada pasien gambar skala angka dan menanyakan di skala berapa nyeri dirasakan pasien

- Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik. Seperti menonton Tv, relaksasi.

- observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal

S : Os mengatakan nyeri

(43)

16.45

17.45

- Menganjurkan kepada pasien untuk

melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

- Menganjurkan pada pasien untuk banyak makan makanan yang bergizi seperti yang banyak mengandung protein seperti telur

1. Kamis,

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Memotivasi dan

menganjurkan keluarga untuk membantu klien memenuhi kebutuhan hygienenya, memotifasi klien untuk menerima bantuan perawatan dalam pemenuhan kebutuhan hygiene personal

- Menganjurkan kepada pasien untuk pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

- Mengatur posisi pasien setiap 2 jam sekali - Menganjurkan pasien

untuk beristirahat agar menenagkan pristaltik dan meningkatkan energi

S : Keluarga klien mengatakan akan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygiene personal

O : Klien tampak lebih segar dan bersih, baju klien tampak bersih, baju klien tampak bersih, dan klien sudah menggosok gigi dan keramas

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Jum’at, 06-06-2014

08.45

10.25

- Mengukur tanda-tanda vital pasien

- Mengobservasi intensitas nyeri pasien

S : Os mengatakan nyeri di tangan

(44)

12.00

12.15

12.25

pada pasien gambar skala angka dan menanyakan di skala berapa nyeri dirasakan pasien

- Menganjurkan pasien untuk beristirahat agar menenagkan pristaltik dan meningkatkan energi

- Menganjurkan pada pasien untuk banyak makan makanan yang bergizi seperti yang banyak mengandung protein, seperti telur. - Menganjurkan kepada

pasien untuk melakukan teknik relaksasi tarik nafas dalam setiap nyeri kambuh

A : Masalah belum teratasi

Gambar

gambar skala angka dan menanyakan diskala berapa nyeri dirasakan
gambar skala angka dan menanyakan diskala berapa nyeri dirasakan

Referensi

Dokumen terkait

Alat dan Bahan : Karet gelang dan kartu angka, kartu dadu, dan media lainnya. Langkah

There have been limited studies on the correlation between physical tests (e.g. bushel weight and thousand grain weight) and nutritional value although Sibbald and Price (1976)

Effect of month, regrowth age and time of day on sward height and on the vertical distribution of biomass, bulk density, DM and OM contents in a perennial ryegrass sward..

Menjiplak gambar bentuk geometri dengan menempelkan kertas transparan dan mengikuti bentuknya dengan pensil.

Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD) ,

While the estimated values of quickly degradable dry matter (QDDM), cumulative slowly degradable dry matter (CSDDM), and total degradable dry matter (TDDM) and rate of degradation

building in response to whatever loads may be applied to it, a structure must possess four properties: it must be capable of achieving a state of equilibrium, it must be stable, it

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi - 2a. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke