DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
TUJUAN PERCOBAAN ... 3 TUJUAN PERCOBAAN ... 3 TEORI DASAR ... 3 TEORI DASAR ... 3Obat tetes mata ... 3
Obat tetes mata ... 3
Atropin Sulfat ... 6
Atropin Sulfat ... 6
Pilokarpin HCL ... 9
Pilokarpin HCL ... 9
ALAT dan BAHAN ... 11
ALAT dan BAHAN ... 11
PROSEDUR KERJA ... 11 PROSEDUR KERJA ... 11 HASIL PERCOBAAN ... 11 HASIL PERCOBAAN ... 11 Atropin Sulfat ... 12 Atropin Sulfat ... 12 Pilokarpin HCL ... 12 Pilokarpin HCL ... 12 PEMBAHASAN ... 13 PEMBAHASAN ... 13 KESIMPULAN ... 15 KESIMPULAN ... 15 DAFTAR PUSTAKA ... 16 DAFTAR PUSTAKA ... 16
FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
APRIL 2010
APRIL 2010
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
U j i a n a l g e t i k p a d a U j i a n a l g e t i k p a d a m e n c i t d e n g a n m e t o d e m e n c i t d e n g a n m e t o d e j e n t i k e k o r & h o t p l a t e j e n t i k e k o r & h o t p l a t e Disusun Oleh: Disusun Oleh:Bayyinah
Bayyinah
Dwiyanti Atmajasari
Dwiyanti Atmajasari
Irfan Taufik
Irfan Taufik
Maria Ulfa
Maria Ulfa
Putri Setyo Rini
Putri Setyo Rini
Sinthi Ayesha
Sinthi Ayesha
Pharmacy IV A
TUJUAN PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN
1.
1. Mengetahui dan memahami kerja obat kolinergik dan Mengetahui dan memahami kerja obat kolinergik dan antikolinergik antikolinergik pada hewan percobaan
pada hewan percobaan 2.
2. Mengenal dan mengamati efek midriatik dan miotik pada pupilMengenal dan mengamati efek midriatik dan miotik pada pupil mata
mata TEORI DASAR
TEORI DASAR
Obat tetes mata
Obat tetes mata
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Obat tetes mata harus m
Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:emenuhi persyaratan sebagai berikut:
Steril.Steril.
Larutan tetes mata harus jernih dan Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel.bebas partikel.
Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah,7,4.(Diktat Kuliah,
Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisaTeknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa
ditolerir adalah 3,5
ditolerir adalah 3,5 – – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).
Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – – 1,5 %.1,5 %.
(TPC, p.163). (TPC, p.163).
Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari sPeringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.etelah dibuka.
www.berbagi-sehat.com
www.berbagi-sehat.com
Agen farmakologis oftalmik: Agen farmakologis oftalmik:
1.
1. Obat midriatikumObat midriatikum 2.
2. Obat miotikumObat miotikum 3.
3. Obat anti radang mataObat anti radang mata 4.
4. Obat antiseptik dan antiinfeksiObat antiseptik dan antiinfeksi 5.
5. Obat anti glukomaObat anti glukoma 1. Obat Midriatikum
1. Obat Midriatikum
Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata.mata.
Juga digunakan untuk siklopegia (dengan melemahkan otot siliari)Juga digunakan untuk siklopegia (dengan melemahkan otot siliari)
sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat. sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat.
Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya denganObat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya dengan
memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari. memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari.
Obat midriatikum-siklopegia :Obat midriatikum-siklopegia :
o o Atropine,Atropine, o o HomatropineHomatropine o o TropicamideTropicamide 2. Obat Miotikum 2. Obat Miotikum
Obat miotikum adalah obat yang mObat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi darienyebabkan miosis (konstriksi dari
pupil mata). pupil mata).
Bekerja dengan cara membuka sistem saluran di Bekerja dengan cara membuka sistem saluran di dalam mata, dimanadalam mata, dimana
sistem saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot di sistem saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari.
dalam mata yang dikenal dengan otot siliari.
Contoh penggunaan : Pengobatan glaukoma bertujuan untuk Contoh penggunaan : Pengobatan glaukoma bertujuan untuk
mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah kerusakan l
mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah kerusakan l ebihebih
lanjut pada penglihatan. lanjut pada penglihatan.
Contoh obat :Contoh obat :
o
o Betaxolol (penghambat beta adregenik)Betaxolol (penghambat beta adregenik) o
o Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet. Cairan mata PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet. Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam
dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektifalkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asamgaram yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka
asamgaram yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka bandingbanding
asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral. Formulasi sediaan tetes mata banyak persamaan dengan sediaan parenteral. Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata digunakan kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata digunakan
dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata:
obat mata: 1.
1. SterilitasSterilitas
Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan d
Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasiilakukan proses sterilisasi yang sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata yang sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan.
dan penyaringan. 2.
2. IritasiIritasi
pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif.
sehingga jumlah obat tidak efektif. 3.
3. PengawetPengawet
Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis. Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin dan tidak toksis. Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman
adalah senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman PilocarpusPilocarpus jaborandi
jaborandi dandan Pilocarpus microphyllusPilocarpus microphyllus, termasuk obat kolinergik , termasuk obat kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin obat tetes mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa yaitu pilokarpin hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada bentuk garamnya sedangkan alkaloid bebas kurang larut air daripada bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang harus sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang harus jernih.
jernih. Tidak Tidak dipilih dipilih bentuk bentuk pilokarpin pilokarpin nitras nitras karena karena pada pada pemeriannyapemeriannya dinyatakan beracun. (FI III, hal 499).
dinyatakan beracun. (FI III, hal 499). OBAT TETES MATA STERIL
OBAT TETES MATA STERIL(Buku pelajaran tehnologi farmasi,Voight hal 521-527)(Buku pelajaran tehnologi farmasi,Voight hal 521-527) Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terapetik lokal, dan yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang terjadi setelah berlangsungnya penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan is
umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya bersifat isotonis dan is ohidrisohidris Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) efektif dan tersatukan secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril.
Atropin Sulfat Atropin Sulfat Rumusan molekul Rumusan molekul (C17H23NO3)2,H2SO4,=694.8 H2O (C17H23NO3)2,H2SO4,=694.8 H2O Organoleptis Organoleptis
Tidak berbau, kristal tidak berwarna atau serbuk terdiri dari Tidak berbau, kristal tidak berwarna atau serbuk terdiri dari kristal putih.
kristal putih. Kelarutan Kelarutan
dapat larut 1 dalam 0.5 air, 1 dalam 2.5 air mendidih, 1 dalam 5 alkohol, d dapat larut 1 dalam 0.5 air, 1 dalam 2.5 air mendidih, 1 dalam 5 alkohol, d an 1an 1 dalam 2.5 glycerol.
dalam 2.5 glycerol.
Nama & Struktur Kimia (Sinonim) atropin adalah
Nama & Struktur Kimia (Sinonim) atropin adalah Atropine sulfate; a-Atropine sulfate; a-(Hydroxymethyl)benzeneacetic acid 8-mehtyl-8-azabicyclo(3.2.1)oct-3-yl ester (Hydroxymethyl)benzeneacetic acid 8-mehtyl-8-azabicyclo(3.2.1)oct-3-yl ester tropine topate,
d,l-tropine topate, d,l- hyosciamine. C17H23NO3•1/2H2O4S.hyosciamine. C17H23NO3•1/2H2O4S. Kelarutannya : Kelarutannya : 1 1 gg larut dalam 400 ml air,50 ml air panas,3 ml etanol,60 ml eter dan dalam 1 ml larut dalam 400 ml air,50 ml air panas,3 ml etanol,60 ml eter dan dalam 1 ml kloroform. Atropin sulfat mudah larut dalam air.
kloroform. Atropin sulfat mudah larut dalam air. (mursidi, 1989)(mursidi, 1989) Nama Dagang
Nama Dagang: chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride,: chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride, hydroxyzine hydrochloride dengan glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride, hydroxyzine hydrochloride dengan meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride dengan promethazine hydrochloride, morphine supfate,opium alkaloid dengan promethazine hydrochloride, morphine supfate,opium alkaloid
hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium,
hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium,
prochlorperazineedisylate, promazine hydrochloride, promethazine
prochlorperazineedisylate, promazine hydrochloride, promethazine
hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine hydrobromide. hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine hydrobromide.
Atropin adalah senyawa berbentuk kristal putih,rasa sangat pahit,titik Atropin adalah senyawa berbentuk kristal putih,rasa sangat pahit,titik lebur 115° dan terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin merupakan lebur 115° dan terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin merupakan antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain
stramonium L dan tanaman lain dari family Solanaceae. (mursidi,1989)dari family Solanaceae. (mursidi,1989)
Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja atau parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot menghambat efek asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian polos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. (Achmad, 1986)
FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI
Pemberian atropin sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat Pemberian atropin sebagai obat tetes mata, terutama pada anak dapat menyebabkan absorpsi dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nassal, menyebabkan absorpsi dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nassal, sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk mencegah sehingga menimbulkan efek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus mata setelah penetesan obat hal ini perlu dilakukan penekanan kantus internus mata setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap, dan agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap, dan menyebabkan efek sistemik. Hal ini tidak tampak pada derivat sintetis maupun menyebabkan efek sistemik. Hal ini tidak tampak pada derivat sintetis maupun semisintetis.
semisintetis. (Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan(Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Atropin sulfat menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa mata, Atropin sulfat menghambat M. constrictor pupillae dan M. ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme sehingga menyebabkan midriasis dan siklopegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotopobia, sedangkan siklopegia akomodasi). Midriasis mengakibatkan fotopobia, sedangkan siklopegia
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
menyebabkan hilangnya daya melihat jarak dekat.
(http://formulasisteril.blogsp
(http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pot.com/2008/05/pendahuluan-obat-tetes-matendahuluan-obat-tetes-mata- a-steril.html)
steril.html)
FARMAKODINAMIKA FARMAKODINAMIKA
Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya dosis, dan hilangnya lebih Mula timbulnya midriasis tergantung dari besarnya dosis, dan hilangnya lebih lambat daripada hilangnya efek terhadap kelenjar liur. Pemberian lokal pada lambat daripada hilangnya efek terhadap kelenjar liur. Pemberian lokal pada mata menyebabkan perubahan yang lebih cepat dan berlangsung lama sekali mata menyebabkan perubahan yang lebih cepat dan berlangsung lama sekali (7-12 hari), karena atropin sukar dieliminasi dari cairan bola mata. Midriasis oleh (7-12 hari), karena atropin sukar dieliminasi dari cairan bola mata. Midriasis oleh alkaloid belladona dapat diatasi dengan pilokarpin, eserin, atau DFP. Tekanan alkaloid belladona dapat diatasi dengan pilokarpin, eserin, atau DFP. Tekanan intraokular pada mata yang normal tidak banyak mengalami perubahan. intraokular pada mata yang normal tidak banyak mengalami perubahan. Tetapi pada pasien glaukoma, terutama pada glaukoma sudut sempit, Tetapi pada pasien glaukoma, terutama pada glaukoma sudut sempit, penyaliran cairan intraokular melalui saluran schlemm akan terhambat karena penyaliran cairan intraokular melalui saluran schlemm akan terhambat karena muaranya terjepit dalam keadaan midriasis.
muaranya terjepit dalam keadaan midriasis. (Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi(Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Sesudah pemberian 0,6 mg atropin SK pada mulanya terlihat efek terhadap Sesudah pemberian 0,6 mg atropin SK pada mulanya terlihat efek terhadap kelenjar eksokrin, terutama hambatan salivasi, serta efek bradikardi sebagai kelenjar eksokrin, terutama hambatan salivasi, serta efek bradikardi sebagai hasil perangsangan N. vagus. Mula timbulnya midriasis tergantung dari hasil perangsangan N. vagus. Mula timbulnya midriasis tergantung dari
besarnya dosis.
besarnya dosis. (http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pendahuluan- (http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pendahuluan-obat-tetes-mata-steril.html)
Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh muskarinik secara reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik atropine dalam dosis kecil dapat diatasi oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang di akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. (Jay dan Kirana, akibatkan oleh asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. (Jay dan Kirana, 2002)
2002)
Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan pusat, merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek
menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mataatropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga pada otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Hidayat, 2005)
menyebabkan retensi urin (Hidayat, 2005) Obat tetes mata atropin sulfat/midriatik
Obat tetes mata atropin sulfat/midriatik (FI IV hal 115-6)(FI IV hal 115-6) Rumus molekul : (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O
Rumus molekul : (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O Bobot molekul : 694,84 (anh =
Bobot molekul : 694,84 (anh = 676,82)676,82)
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; mengembang di udara kering;
mengembang di udara kering; perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah larut dalam
dalam etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.gliserin.
Dosis : untuk dilatasi (pelebaran) pupil pada pengobatan radang akut: 1-2 tetes Dosis : untuk dilatasi (pelebaran) pupil pada pengobatan radang akut: 1-2 tetes 0,5%-1% (3x1). (DI 88 hal 1566)
0,5%-1% (3x1). (DI 88 hal 1566) Cara penggunaan :
Cara penggunaan : secara parenteralsecara parenteral
Volume isotonik : 1gr Atropin sulfat dalam 14,3 ml Volume isotonik : 1gr Atropin sulfat dalam 14,3 ml pH=3,5-6
pH=3,5-6
Stabilitas Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam Stabilitas Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam pada pH 6,8.
Pilokarpin HCL
Pilokarpin HCL
o
o pilokarpin pilokarpin monohidroklorida, monohidroklorida, C11H16N2O2 .HCl, C11H16N2O2 .HCl, BMBM 244.72.
244.72.
Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus. o
o Jarak Jarak lebur: lebur: antara antara 199 199 dan dan 205205 o
o Kelarutan: sangat mudaKelarutan: sangat mudah larut dalam ah larut dalam air, mudah larut ir, mudah larut dalam etanol; sukar dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.
alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform. o
o Wadah Wadah dan penyimpanan: dan penyimpanan: dalam wadah dalam wadah tertutup ratertutup rapat, tidapat, tidak tembusk tembus cahaya.
cahaya. o
o pH larutan 5 pH larutan 5 % dalam air ant% dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindaara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).le, p. 1396). o
o pH pH larutan tlarutan tetes mata etes mata 3,53,5 – – 5,5. (TPC, p. 1005).5,5. (TPC, p. 1005). o
o Stabilitas: mengalaStabilitas: mengalami hidrolisis yang dikatami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogelisis oleh ion hidrogen dann dan hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH
hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akanbasa. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH
meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitasstabilitas maksimum 5,12.
maksimum 5,12. o
o Inkompatibilitas: inkompatibInkompatibilitas: inkompatibel dengan klorheksidin asetel dengan klorheksidin asetat dan garamat dan garam fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan kl
fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.orida merkuri. o
Obat tetes mata sebagai miotika (Pilokarpin HCL)
Obat tetes mata sebagai miotika (Pilokarpin HCL) (Martindale Hal. 1724)(Martindale Hal. 1724)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak Pemerian : Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas pahit, higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar l Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar l arutarut dalam
dalam
kloroform, tidak larut dalam eter. kloroform, tidak larut dalam eter. Dosis : 1
Dosis : 1 – – 4% (DI 88 hal 1564))4% (DI 88 hal 1564))
Khasiat : Glaukoma dan mata kering Khasiat : Glaukoma dan mata kering Sterilisasi : Kalor basah
Sterilisasi : Kalor basah pH : 3,5
pH : 3,5 – – 5,55,5 Ekivalensi : 0,24 Ekivalensi : 0,24
Stabilitas : Disimpan pada wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan Stabilitas : Disimpan pada wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan pada suhu 2
-pada suhu 2 - 8˚C.8˚C.
Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis untuk pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium
ganda sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium kloridaklorida
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja bahan obat yang khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika)
penyempit pupil (miotika)
Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat nikotinik sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata dengan zat aktif Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1
Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – –
4% (DI Hal. 2680). 4% (DI Hal. 2680).
ALAT dan BA
ALAT dan BAHANHAN
Alat: Alat: - Penggaris - Penggaris - Sarung tangan - Sarung tangan - Stopwatch - Stopwatch Bahan: Bahan:
- Tikus satu ekor - Tikus satu ekor - Atropin sulfat - Atropin sulfat - Pilokarpin HCL - Pilokarpin HCL PROSEDUR KERJA PROSEDUR KERJA
Tikus Diukur diameter mata normal kanan dan kiri. Mata kiri diberi tetes Tikus Diukur diameter mata normal kanan dan kiri. Mata kiri diberi tetes mata pilokarpin sebanyak 2 tetes, diamkan 1 menit. Diukur diameter pupil mata mata pilokarpin sebanyak 2 tetes, diamkan 1 menit. Diukur diameter pupil mata kiri tikus. Ukur diameter pupil mata kiri tikus selang 1 menit berikutnya, ulangi kiri tikus. Ukur diameter pupil mata kiri tikus selang 1 menit berikutnya, ulangi sampai menit ke -5. Sedangkan pada mata kanan diberi tetes mata atropin sampai menit ke -5. Sedangkan pada mata kanan diberi tetes mata atropin sulfat sebanyak 2 tetes, diamkan 1 menit. Diukur diameter pupil mata kiri tikus. sulfat sebanyak 2 tetes, diamkan 1 menit. Diukur diameter pupil mata kiri tikus. Ukur diameter pupil mata kiri tikus selang 1 menit berikutnya, ulangi sampai Ukur diameter pupil mata kiri tikus selang 1 menit berikutnya, ulangi sampai menit ke -5.
menit ke -5.
HASIL PERCOBAAN
Atropin Sulfat
Atropin Sulfat
Kontrol:
Kontrol: Pupil mata kanan = 0,3cmPupil mata kanan = 0,3cm Setelah diteteskan atropine sulfat. Setelah diteteskan atropine sulfat.
Menit
Menit ke- ke- Ukuran Ukuran pupil pupil matamata 1. 1. 0,2 0,2 cmcm 2. 2. 0,3 0,3 cmcm 3. 3. 0,4 0,4 cmcm 4. 4. 0,4 0,4 cmcm 5. 5. 0,5 0,5 cmcm Pilokarpin HCL Pilokarpin HCL Kontrol:
Kontrol: Pupil mata kiri = 0,3 cmPupil mata kiri = 0,3 cm Setelah diteteskan pilokarpin HCL Setelah diteteskan pilokarpin HCL
Menit
Menit ke- ke- Ukuran Ukuran pupil pupil matamata 1. 1. 0,4 0,4 cmcm 2. 2. 0,4 0,4 cmcm 3. 3. 0,38 0,38 cmcm 4. 0,3cm 4. 0,3cm 5. 5. 0,2 0,2 cmcm
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pada percobaan, untuk dapat melihat antagonis obat, obat yang Pada percobaan, untuk dapat melihat antagonis obat, obat yang pertama diberi
pertama diberikan pada mata tikus kan pada mata tikus adalah pilokarpadalah pilokarpin. Dalam suatu konsentrasiin. Dalam suatu konsentrasi agonis tertentu, peningkatan konsentrasi antagonis kompetitif secara progresif agonis tertentu, peningkatan konsentrasi antagonis kompetitif secara progresif menghambat respon dari agonis, sedangkan konsentrasi-konsentrasi antagonis menghambat respon dari agonis, sedangkan konsentrasi-konsentrasi antagonis yang tinggi akan mencegah respons secara keseluruhan. Sebaliknya yang tinggi akan mencegah respons secara keseluruhan. Sebaliknya konsentrasi agonis yang lebih tinggi, yang cukup, dapat mengatasi efek dari konsentrasi agonis yang lebih tinggi, yang cukup, dapat mengatasi efek dari pemberian konsentrasi antagonis secara keseluruhan, yaitu Emax untuk agonis pemberian konsentrasi antagonis secara keseluruhan, yaitu Emax untuk agonis tetap sama pada setiap konsentrasi antagonis tertentu. Karena antagonisme tetap sama pada setiap konsentrasi antagonis tertentu. Karena antagonisme bersifat kompetitif, keberadaan antagonis meningkatkan konsentrasi agonis bersifat kompetitif, keberadaan antagonis meningkatkan konsentrasi agonis yang dibutuhkan untuk pemberian suatu tingkatan respon tertentu, dan yang dibutuhkan untuk pemberian suatu tingkatan respon tertentu, dan kemudian kurva konsentrasi-efek agonis bergeser ke kanan. Menurut Katzung kemudian kurva konsentrasi-efek agonis bergeser ke kanan. Menurut Katzung beberapa antagonis reseptor mengikat reseptor dengan cara yang bersifat beberapa antagonis reseptor mengikat reseptor dengan cara yang bersifat ireversibel, atau hampir ireversibel. Afinitas antagonis reseptor dapat demikian ireversibel, atau hampir ireversibel. Afinitas antagonis reseptor dapat demikian tinggi sehingga untuk tujuan praktis, resptor tersebut tidak dapat lagi berikatan tinggi sehingga untuk tujuan praktis, resptor tersebut tidak dapat lagi berikatan dengan agonis. Antagonis lain dalam kelompok ini menghasilkan efek yang dengan agonis. Antagonis lain dalam kelompok ini menghasilkan efek yang ireversibel karena setelah berikatan pada reseptor, antagonis tersebut ireversibel karena setelah berikatan pada reseptor, antagonis tersebut membentuk ikatan-ikatan kovalen dengannya. Setelah kedudukan membentuk ikatan-ikatan kovalen dengannya. Setelah kedudukan reseptor-reseptor pada proporsi yang besar oleh antagonis jenis ini, jumlah reseptor-reseptor yang reseptor pada proporsi yang besar oleh antagonis jenis ini, jumlah reseptor yang tidak diduduki bisa sedemikian rendah sehingga agonis dengan konsentrasi tidak diduduki bisa sedemikian rendah sehingga agonis dengan konsentrasi tinggi tidak dapat mengatai antagonisme yang ada, dan respons agonis yang tinggi tidak dapat mengatai antagonisme yang ada, dan respons agonis yang maksimal tidak dapat dicapai.
maksimal tidak dapat dicapai.
Berdasarkan percobaan didapat hasil bahwa pemberian tetes mata Berdasarkan percobaan didapat hasil bahwa pemberian tetes mata pilokarpin sebanyak 2 tetes menghasilkan efek miosis, yaitu mengecilnya pilokarpin sebanyak 2 tetes menghasilkan efek miosis, yaitu mengecilnya diameter pupil mata hewan percobaan (tikus). Hal ini adalah sesuai dengan diameter pupil mata hewan percobaan (tikus). Hal ini adalah sesuai dengan teori, karena kerja pilokarpin sebagai obat golongan agonis muskarinik (agonis teori, karena kerja pilokarpin sebagai obat golongan agonis muskarinik (agonis
pendapat Tan Hoan Tjay (2002), obat golongan kolinergik seperti pilokarpin pendapat Tan Hoan Tjay (2002), obat golongan kolinergik seperti pilokarpin dapat menimbulkan penurunan kontraksi otot siliaris mata sehingga dapat menimbulkan penurunan kontraksi otot siliaris mata sehingga menimbulkan efek miosis dengan cepat, serta merangsang sekresi kelenjar menimbulkan efek miosis dengan cepat, serta merangsang sekresi kelenjar yang terikat pada kelenjar keringat, mata dan saliva. Hal ini kemungkinan yang terikat pada kelenjar keringat, mata dan saliva. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan pengaruh rute pemberian (tetes mata) dan dosis obat yang berkaitan dengan pengaruh rute pemberian (tetes mata) dan dosis obat yang diberikan.
diberikan.
Selain itu, pada pemberian tetes mata atropin dengan jumlah yang
Selain itu, pada pemberian tetes mata atropin dengan jumlah yang samasama pada tikus, segera terjadi efek yang berlawanan dengan pilokarpin, yaitu pada tikus, segera terjadi efek yang berlawanan dengan pilokarpin, yaitu terjadi efek midriasis (dilatasi pupil mata) sehingga diameter pupil mata tikus terjadi efek midriasis (dilatasi pupil mata) sehingga diameter pupil mata tikus yang mengecil kembali membesar. Sementara tikus kontrol yang hanya diberi yang mengecil kembali membesar. Sementara tikus kontrol yang hanya diberi pilokarpin tanpa pemberian atropin, pupil matanya tetap mengalami miosis. Ini pilokarpin tanpa pemberian atropin, pupil matanya tetap mengalami miosis. Ini sesuai dengan pendapat Mary J. Mycek, dkk (1997) bahwa kerja atropin sesuai dengan pendapat Mary J. Mycek, dkk (1997) bahwa kerja atropin adalah menyekat semua aktivitas kolinergik m
adalah menyekat semua aktivitas kolinergik mata.ata.
Pada pengujian refleks cahaya mata tikus, diperoleh hasil bahwa setelah Pada pengujian refleks cahaya mata tikus, diperoleh hasil bahwa setelah pemberian pilokarpin, refleks mata tikus terhadap cahaya menjadi lebih cepat pemberian pilokarpin, refleks mata tikus terhadap cahaya menjadi lebih cepat daripada respon normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa pilokarpin daripada respon normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa pilokarpin menimbulkan miosis dan menyebabkan peningkatan kepekaan mata menimbulkan miosis dan menyebabkan peningkatan kepekaan mata terhadap cahaya. (Kemungkinan peningkatan kepekaan disebabkan efek terhadap cahaya. (Kemungkinan peningkatan kepekaan disebabkan efek miosis, pengecilan diameter pupil menyebabkan pengurangan cahaya yang miosis, pengecilan diameter pupil menyebabkan pengurangan cahaya yang dapat melewati pupil untuk sampai ke retina, sehingga untuk mengkompensasi dapat melewati pupil untuk sampai ke retina, sehingga untuk mengkompensasi hal ini, mata meningkatkan kepekaannya terhadap cahaya).
hal ini, mata meningkatkan kepekaannya terhadap cahaya).
Namun pada pengujian refleks cahaya setelah pemberian atropin, hasil Namun pada pengujian refleks cahaya setelah pemberian atropin, hasil yang diperoleh agak kurang sesuai dengan teori, dimana menurut Mycek,
yang diperoleh agak kurang sesuai dengan teori, dimana menurut Mycek, kerjakerja atropin adalah menyekat semua aktivitas kolinergik mata dan seharusnya mata atropin adalah menyekat semua aktivitas kolinergik mata dan seharusnya mata menjadi tidak bereaksi sama sekali terhadap cahaya (tidak ada kedipan menjadi tidak bereaksi sama sekali terhadap cahaya (tidak ada kedipan mata). Namun dari percobaan diperoleh bahwa tikus masih menunjukkan mata). Namun dari percobaan diperoleh bahwa tikus masih menunjukkan refleks terhadap cahaya, walaupun refleks
refleks terhadap cahaya, walaupun refleks menjadi lambat. Selama percobaanmenjadi lambat. Selama percobaan terlihat bahwa refleks mata tikus makin melambat seiring waktu, dan kemudian terlihat bahwa refleks mata tikus makin melambat seiring waktu, dan kemudian
sekitar menit ke-30, refleks mata tikus sedikit menjadi lebih cepat, walaupun hal sekitar menit ke-30, refleks mata tikus sedikit menjadi lebih cepat, walaupun hal ini kurang terlihat dengan pengamatan visual saja, dan mungkin saja ini kurang terlihat dengan pengamatan visual saja, dan mungkin saja dipengaruhi oleh subjektivitas si pengamat. Kemungkinan ketidaksesuaian ini dipengaruhi oleh subjektivitas si pengamat. Kemungkinan ketidaksesuaian ini dipengaruhi oleh dosis atropin yang diberikan, dimana dosis yang diberikan dipengaruhi oleh dosis atropin yang diberikan, dimana dosis yang diberikan sedikit kurang sehingga tidak semua reseptor pilokarpin terokupasi oleh atropin. sedikit kurang sehingga tidak semua reseptor pilokarpin terokupasi oleh atropin. Hal ini juga dapat disebabkan oleh cara pemberian yang kurang baik, Hal ini juga dapat disebabkan oleh cara pemberian yang kurang baik, sehingga mengakibatkan tidak semua obat mengenai bola mata.
sehingga mengakibatkan tidak semua obat mengenai bola mata. KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pemberian pilokarpin secara tetes mata pada tikus menghasilkan efek Pemberian pilokarpin secara tetes mata pada tikus menghasilkan efek
miosis (mengecilnya diameter pupil mata) yang dapat dilihat secara miosis (mengecilnya diameter pupil mata) yang dapat dilihat secara visual dan diukur dengan alat bantu penggaris, serta peningkatan visual dan diukur dengan alat bantu penggaris, serta peningkatan refleks mata terhadap cahaya yang ditandai dengan kecepatan mata refleks mata terhadap cahaya yang ditandai dengan kecepatan mata berkedip.
berkedip.
Pemberian atropin secara tetes mata pada tikus menghasilkan efek Pemberian atropin secara tetes mata pada tikus menghasilkan efek
midriasis (membesarnya diameter pupil mata) yang dapat
midriasis (membesarnya diameter pupil mata) yang dapat dilihat secaradilihat secara visual dan diukur dengan alat bantu penggaris, serta penurunan refleks visual dan diukur dengan alat bantu penggaris, serta penurunan refleks mata terhadap cahaya, yang ditandai dengan perlambatan kedipan mata terhadap cahaya, yang ditandai dengan perlambatan kedipan mata (walaupun secara teori harusnya tidak ada
mata (walaupun secara teori harusnya tidak ada refleks cahaya).refleks cahaya).
Atropin dan pilokarpin merupakan obat-obat yang memiliki efek Atropin dan pilokarpin merupakan obat-obat yang memiliki efek
antagonisme, dalam hal ini antagonis kompetitif. Mekanisme kerjanya antagonisme, dalam hal ini antagonis kompetitif. Mekanisme kerjanya ialah atropin merupakan antagonis yang bekerja pada organ yang ialah atropin merupakan antagonis yang bekerja pada organ yang sama (reseptor yang sama) dengan pilokarpin, yaitu reseptor
sama (reseptor yang sama) dengan pilokarpin, yaitu reseptor muskarinik,muskarinik, dimana atropin bekerja dengan cara menginhibisi pilokarpin dari dimana atropin bekerja dengan cara menginhibisi pilokarpin dari menduduki reseptor, yang dibantu oleh afinitas atropin-reseptor yang menduduki reseptor, yang dibantu oleh afinitas atropin-reseptor yang lebih kuat. Atropin menduduki reseptor tetapi tidak menimbulkan lebih kuat. Atropin menduduki reseptor tetapi tidak menimbulkan aktivitas intrinsik. Antagonis kompetitif memiliki sifat reversibel sehingga aktivitas intrinsik. Antagonis kompetitif memiliki sifat reversibel sehingga apabila dosis dari agonis dapat ditingkatkan, agonis tersebut dapat apabila dosis dari agonis dapat ditingkatkan, agonis tersebut dapat
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Martindale edisi 35 Martindale edisi 35
Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi
FKIK UIN
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Syarif Hidayatullah Jakarta. Mursyidi, achmad. 1989.
Mursyidi, achmad. 1989. Analisis metabolit sekunder Analisis metabolit sekunder . UGM. Yogyakarta.. UGM. Yogyakarta. Achmad.S. A. 1989.
Achmad.S. A. 1989. Analisis Metabolit Sekunde Analisis Metabolit Sekunder r . UGM press. yogyakarta.. UGM press. yogyakarta. Amrun Hidayat. M. 2005.
Amrun Hidayat. M. 2005. Alkaloid Alkaloid Turunan Turunan Triptofan.Triptofan. (di akses tanggal 8 juni(di akses tanggal 8 juni 2009).
2009). http://www.wikipedia.com/turunan-triptofan.htmlhttp://www.wikipedia.com/turunan-triptofan.html
Jay,than hoon dan kirana,raharja. 2002.
Jay,than hoon dan kirana,raharja. 2002. Obat-obat pentingObat-obat penting. Gramedia. Gramedia Jakarta. Jakarta. http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pendahuluan-obat-tetes-mata-steril.html steril.html
Brown, Michael, dkk, (2005), (Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Brown, Michael, dkk, (2005), (Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach), Sixth Edition, McGraw-Hill Companies: United States of Approach), Sixth Edition, McGraw-Hill Companies: United States of America, hal : 1.713 (e- book version
America, hal : 1.713 (e- book version of the text).of the text).
Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).
version of the text).
Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Indonesia.
Kumar, Vinay, dkk, (2005), (Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease), Kumar, Vinay, dkk, (2005), (Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease), Seventh Edition, Elsevier Inc: USA, hal 1486 (e-book version of the Seventh Edition, Elsevier Inc: USA, hal 1486 (e-book version of the text).
text).
S.B, Zunilda, (1995), Pengantar Farmakologi dalam buku Farmakologi Dan S.B, Zunilda, (1995), Pengantar Farmakologi dalam buku Farmakologi Dan Terapi, Edisi Keempat, Editor: S.G Ganiswara,Jakarta: Fakutas Terapi, Edisi Keempat, Editor: S.G Ganiswara,Jakarta: Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia, halaman 18-19.
Kedokteran Universitas Indonesia, halaman 18-19.
Tan, Hoan, Tjay., & Kirana R., (2002), Obat-Obat Penting, Edisi Kelima, Tan, Hoan, Tjay., & Kirana R., (2002), Obat-Obat Penting, Edisi Kelima,
Cetakan Kedua, Jakarta: Gramedia, halaman 47. Cetakan Kedua, Jakarta: Gramedia, halaman 47. Anonim,www.medicastor
Anonim,www.medicastore, 2e, 2006006 www.sinarharapan.co.id.htm www.sinarharapan.co.id.htm (Dr.NicoA.Lumenta,K.Nefro,