1
Pengaruh Pemberian Yoghurt Susu Kambing Sebagai Pencegahan Hiperkolesterolemia Pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus)
Berdasar Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) dan Gambaran Histopatologi Hati
The Effect of Giving Goat Milk Yogurt As Preventive Hypercholesterolemia In White Rat (Rattus norvegicus) Based On Expression Inducible Nitric Oxide
Synthase (INOS) and Ilustration Liver histopathology Sukarno Wahyu Hariyanto1, Chanif Mahdi2, Masdiana C. Padaga1 1
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya 2
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya sukarnowahyuh@gmail.com
ABSTRAK
Pola konsumsi yang tinggi lemak dapat memicu hiperkolesterolemia yang disertai peningkatan kadar LDL yang mengakibatkan LDL oksidasi, disertai dengan reaksi inflamasi yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan hati sehingga terjadi peningkatan ekspresi
Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) dan perubahan histopatologi hati. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya pengaruh suplementasi yogurt susu kambing terhadap ekspresi INOS dan gambaran histopatologi hati. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus jantan, strain Wistar berumur 10-12 minggu dengan berat 150-200g. Pemberian yogurt susu kambing selama 42 hari dengan dosis 300mg/kgBB, 600mg/kgBB dan 900mg/kgBB dan pemberian diet hiperkolesterol dengan pemberian kuning telur puyuh rebus, minyak babi, dan asam kholat dengan sonde lambung selama 14 hari. Parameter yang diukur adalah ekspresi INOS dan gambaran histopatologi hati. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Way
Analysis Of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey 5%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian yoghurt susu kambing sebagai tindakan pencegahan hiperkolesterolemia dengan dosis 300mg/kgBB, 600mg/kgBB dan 900mg/kgBB memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap ekspresi INOS (p<0,01). Pencegahan dengan dosis 900mg/kgBB merupakan dosis yang paling efektif menghambat ekspresi INOS. Gambaran histopatologi hati pada kelompok tikus hiperkolesterolemia menunjukkan adanya kerusakan berupa adanya perlemakan dan terdapat hepatosit yang mengalami nekrosis sedangkan pada kelompok pencegahan yoghurt susu kambing perlemakannya lebih sedikit dan tidak terdapat hepatosit yang mengalami nekrosis. Pencegahan dengan dosis 900mg/kgBB menunjukkan bahwa gambaran histopatologi mendekati keadaan normal. Kesimpulan dari penelitian adalah pemberian yoghurt susu kambing sebagai tindakan preventif dengan dosis 900 mg/kg BB paling efektif untuk menghambat ekspresi INOS dan mempertahankan keadaan normal histologi hati pada tikus yang beri diet hiperkolesterol.
Kata kunci : Hiperkolesterolemia, Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS), Yogurt susu kambing, Histopatologi hati
2 ABSTRACT
The habitual of consuming fatty foods triggers hypercholesterolemia which is followed by increasing LDL and LDL oxidation, accompanied inflammation reaction that causes the destruction hepar tissue so that can increase expression of Inducible Nitric Oxide Synthases (INOS) and liver histopathology changes. The purpose of this research was to identify the effect preventive of goat milk yogurt to the Expression Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) and profil liver histopathology. This research used 20 male rats, strain Wistar aged 10-20 weeks with 150-200 gram weight. The goat milk yogurt was conducted for 42 days with dose of 300mg/kgBW, 600mg/kgBW and 900mg/kgBW. The hypercholesterol diet was prepared by administered the egg yolk of boiled quail, lard, and cholic acid for 14 days. Parameters measured were INOS and liver histopathological profil. This research were analysed using One Way Analysis Of Variance (ANOVA) with continued examination by Tukey 5 %. The result of research showed that the giving goat milk yogurt with dose 300mg/kgBW, 600mg/kgBW and 900mg/kgBW as preventive measures provided highly significant effect (p<0,01) on the INOS expression (p<0,01. Prevention with a dose of 900 mg/kgBW is the most effective dose inhibited the expression of INOS. Liver histopathology of hypercholerterolemia group showed structural damage to the their fatty and hepatocytes necrosis, whereas the group goat milk yogurt prevention showed fewer fatty and no necrosis of hepatocytes. Prevention with a dose 900mg/kgBW showed that the histopathology approaching normal condition. The conclusion from this study showed that giving of goat milk yogurt as a preventative measure with a dose of 900 mg/kgBB most effective for inhibit the expression of INOS and maintain normal condition liver histology in rats given a diet hypercholesterol.
Keywords: Hypercholesterolemia, Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS), Goat Milk Yogurt, Liver histopathology
PENDAHULUAN
Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol melebihi batas normal. Kadar kolesterol normal pada manusia 120 sampai 240 mg/dl, pet animal seperti anjing 150 sampai 300 mg/dl, dan tikus putih 40-130 mg/dl (Murray et al., 2003 dan Bauer, 2004). Kondisi hiperkolesterolemia pada pet animal seperti anjing dan kucing akibat diet yang tidak seimbang. Kondisi ini terjadi sekitar 25% sampai 44% pada anjing di negara-negara barat (Guyton dan Hall, 1997). Hiperolesterolemia sering terjadi pada anjing berusia empat tahun atau lebih karena anjing usia tua metabolismenya sudah menurun. Tingginya kadar kolesterol
dalam darah pada pasien
hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit
jantung koroner (PJK) dan atherosklerosis (Price dkk, 2006).
Nitric oxide (NO) merupakan suatu
molekul biologi yang terdapat di seluruh tubuh, dihasilkan oleh sejumlah tipe sel yang berhubungan dengan proses penyakit akan memberikan efek merugikan dan menguntungkan di tingkat seluler dan vaskuler (Lorenz et al., 2002). Produksi NO dikatalis oleh enzim nitric oxide synthase (NOS) yaitu inducible nitric oxide synthase (INOS) (Young et al,, 2001). INOS diekspresikan melalui proses transkripsi dan translasi protein. Ekspresi INOS diakibatkan oleh adanya radikal bebas yang mengaktivasi
Nuclear Factor Kappa Beta (NFκβ).
Hati berfungsi menetralkan racun yang ada di dalam tubuh. Hati mengeliminasi racun, limbah metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dan
bahan-3 bahan lain yang berlebihan dalam tubuh (Kardong, 2002). Jaringan hati seperti pada gambar 2.1 memiliki sinusoidal yang terdiri dari sel endotelial, pits cells, sel kupffer dan Hepatic Stellate Cells (HSC). Sel kupffer dan sel HSC berperan penting dalam proses fibrogenesis hati.
Yoghurt adalah minuman dengan tekstur relatif kental dan rasa asam yang berasal dari bahan baku susu yang telah difermentasi. Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi menggunakan campuran bakteri Lactobacillus bulgaricus,
Lactobacilus acidophilus dan
Streptococcus thermophillus yang dapat
menguraikan gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Adanya asam laktat inilah yang menyebabkan yoghurt berasa asam. Aroma yang spesifik dari yoghurt terdiri dari komponen komponen karbonil dengan diacetil dan acetaldehid yang dominan (Ah-Leung et al., 2006).
Yoghurt susu kambing mengandung Bakteri Asam Laktat (BAL). Beberapa jenis BAL memiliki dinding sel yang tersusun dari lipoprotein yang mampu mengikat kolesterol dalam usus halus sebelum kolesterol diserap oleh tubuh (Tamime and Robinson, 2007). Enzim BSH (Bile Salt
Hidrolase) akan memberikan keuntungan
khusus bagi strain bakteri asam laktat yang tumbuh pada lingkungan yang penuh persaingan dalam saluran pencernaan dengan memberikan daya tahan yang lebih baik terhadap garam empedu, serta membantu dalam menurunkan kadar kolesterol darah (Roncada et al., 2002). Mekanisme penurunan kolesterol oleh aktivitas BAL disebabkan oleh enzim BSH yang mendekonjugasi garam empedu, dimana glisin atau taurin dipisahkan dari steroid, sehingga menghasilkan garam empedu bebas atau terdekonjugasi (Kartini, 2002).
MATERI DAN METODE
Preparasi Hewan Coba
Pada penelitian ini hewan yang digunakan adalah 20 tikus (Rattus norvegicus) jantan strain wistar umur 10-12 minggu dengan berat badan 150-200 gram yang diperoleh dari UPHP Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol negatif, kontrol positif, pencegahan dosis 300mg/kgBB, pencegahan yoghurt dosis 600mg/kgBB dan pencegahan yoghurt dosis 900mg/kgBB
Pembuatan Yoghurt Susu Kambing
Susu kambing 500 ml dituangkan ke dalam botol Schott 1000 ml lalu ditutup dengan aluminium foil untuk menghindari kontaminasi. Susu dalam botol Schott dipasteurisasi pada suhu 72oC selama 5 menit kemudian didinginkan hingga suhu turun sampai 43oC. Inokulasi mother culture dengan konsentrasi 3% ke dalam susu kambing 500 ml lalu dihomogenkan secara perlahan. Selanjutnya, diinkubasi pada suhu 43oC selama 4 – 8 jam dan sampai pH rata-rata yoghurt sekitar 4,5-5 (Tamime and Robinson, 2007). Setelah itu, yoghurt susu kambing di freeze dry dan disimpan pada suhu 4oC.
Penentuan Dosis Yoghurt Susu Kambing
Perhitungan dosis yoghurt ada 3 yakni untuk dosis 300 mg/kg BB, dosis 600 mg/kg BB (Tamimme dan Robinson, 2007) dan dosis 900 mg/kg BB adalah sebagai berikut:
300 = BB total 4 tikus dalam 1 box /1000 x 300
600 = BB total 4 tikus dalam 1 box /1000 x 600
900 = BB total 4 tikus dalam 1 box /1000 x 900
Dosis 300 mg/kg BB digunakan untuk kelompok C, dosis 600 mg/kg BB untuk
4 tikus kelompok D dan dosis 900 mg/kg BB untuk tikus kelompok E.
Pemberian Diet Hiperkolesterol Pada Tikus
Metode pakan diet hiperkolesterol (Gani et al., 2013 ), pembuatan pakan diet hiperkolesterol terdiri dari asam kholat 0,1%, minyak babi 10%, dan kuning telur puyuh rebus 5% yang dicampurkan kemudian dilakukan penambahan air sampai volume 2 ml. Pakan diet hiperkolesterol diberikan setiap hari dengan sonde per tikus. Pemberian diet kolesterol ini dilakukan selama 14 hari.
Analisa kadar kolesterol darah
Tahap awal analisis kadar kolesterol darah adalah pengambilan darah melalui vena coccygea. Tikus terlebih dahulu diletakkan di alat restrain tikus sebelum dilakukan pengambilan darah sebanyak 1ml. Darah yang diambil ditampung kedalam mikrotube kemudian disentrifugasi dan diambil serum. Serum kemudian dianalisis kadar kolesterolnya.
Pengukuran Ekspresi INOS Pada Organ
Hati
Tahap awal imunohistokimia adalah tahap deparafinisasi preparat yaitu, preparat direndam dalam larutan xylol (2 kali), etanol absolut (2 kali), alkohol 70%, alkohol 30% dan akuades steril masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, disimpan selama 24 jam pada suhu 4oC (Golgberg dan Merkel, 2001). Selanjutnya preparat ditetesi dengan antibodi primer, anti-rat INOS. Selanjutnya ditambahkan antibody sekunder, anti rabbit
labelled biotin dalam PBS (1:200) selama 1
jam pada suhu ruang, lalu dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit). Selanjutnya, ditambahkan SA-HRP dalam PBS (1:500) selama 40 menit pada suhu ruang, lalu dicuci dengan PBS pH 7,4 (3x5 menit). Kemudian, kromogen DAB
(3,3-diaminobenzidine tetrahydrochloride)
ditambahkan selama 20 menit pada suhu ruang lalu dicuci denganPBS pH 7,4 (3x5 menit). Selanjutnya, dilakukan counter
staining dengan pewarna Major hematoxylin
secukupnya hingga warna biru terlihat lalu dibilas dibilas dengan air 2x5 menit dan akuades steril 1x5 menit lalu dibiarkan semalam dalam suhu ruang. Setelah itu, dilakukan mounting dengan entellan. Hasil akhir diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran sedang (400x)
Analisa Preparat Hati Dengan Metode
Pewarnaan Hematoksilin Eosin
Pembuatan preparat histologis dengan pewarnaan HE. Pewarnaan preparat histologi menurut Jusuf (2009), jaringan hati difiksasi dengan formalin buffer 10% selama 18-24 jam, dimasukkan dalam aquades selama 1 jam kemudian didehirasi dengan alkohol bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%, 90% sampai alkohol absolute. Jaringan dimasukkan kelarutan alkohol xylol selama 1 jam sebanyak 2 kali, parafin cair 2 x 2 jam untuk persiapan embedding dan jaringan diembedding kedalam blok parafin. Jaringan dipotong dengan blok parafin dengan mikrotom setebal 4 mikron, secara cross
section /melintang kemudian diletakkan di
obyek glass. Diinkubasi untuk pembuangan paraffin yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan HE. Diamati di bawah mikroskop Olympus BX51. Pengamatan dilakukan dengan cara membandingkan gambaran histologi kontrol dengan masing-masing perlakuan.
Analisa data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran ekspresi INOS pada hati dianalisis dengan program SPSS versi 16.0 dengan melakukan uji analisis varian (ANOVA) dan dilakukan analisis lebih lanjut dengan uji Tukey (α = 5%), apabila terdapat perbedaan yang nyata. Perubahan histopatologi hati dianalisis secara kualitatif
5 dengan melihat dan membandingkan gambaran histopatologi hati dari masing-masing kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Yoghurt Susu Kambing Terhadap Ekspresi Inducible Nitric Oxide Synthaze (INOS) Pada Organ
Hati Tikus yang Diberi Diet Hiperkolesterol
Pemberian diet hiperkolesterol pada tikus dapat meningkatkan Nitric Oxide (NO) pada jaringan hepar. Nitric Oxide NO dikatalis oleh enzim Inducible Nitric Oxide
Synthaze (INOS). Hasil pengukuran ekspresi
INOS pada berbagai perlakuan menunjukan perbedaan yang signifikan.
Gambar 1. Ekspresi INOS Organ Hati tikus (pembesaran 400x), : Ekspresi INOS VS : Vena Sentralis.
Tabel 1 Nilai ekspresi INOS organ hati pada berbagai perlakuan
Perlakuan Rata-rata ekspresi
INOS (± SD)
Peningkatan Ekspresi INOS (%)
Kontrol negatif (A) 0,47 ± 0,03 a 0
Kontrol positif (B) 6,72 ± 0,11 d 625
Dosis pencegahan 300mg/kg BB (C) 2,40 ± 0,16 c 193 Dosis pencegahan 600mg/kg BB (D)
Dosis pencegahan 900mg/kg BB (E)
1,01 ± 0,07 b 0,66 ± 0,19 a
154 40
Keterangan : Perbedaan notasi a, b, c dan d menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) antara kelompok perlakuan.
VS VS VS VS VS A B C D E
6 Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai ekspresi INOS pada kelompok A merupakan nilai yang terkecil apabila dibandingkan dengan kelompok yang lain. Nilai tersebut adalah nilai ekspresi INOS pada kelompok tikus yang memiliki kadar kolesterol normal. Hal ini didukung pada gambar 1.A yang memiliki ekspresi INOS paling sedikit bila dibanding dengan kelompok yang lain. Ekspresi INOS pada gambar 1.A terlihat warna coklat pada jaringan. Warna coklat yang terbentuk pada jaringan disebabkan karena pada analisa iminohistokimia menggunakan chromogen DAB (3,3-diaminobenzidine tetrahydrochloride) yang
menimbulkan warna coklat apabila berikatan dengan kompleks avidin-biotin. Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata ekspresi INOS kelompok B merupakan nilai paling tinggi dibandingkan kelompok A, kelompok C, Kelompok D dan kelompok E. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fki et al., (2005)., bahwa pada kelompok tikus yang diberi pakan diet tinggi kolesterol terjadi peningkatan ekspresi INOS pada hati dibanding kelompok normal. Inducible Nitric Oxide Synthaze
(INOS) terbentuk karena aktivasi Nuclear
Factor Kappa Beta (NFκβ) oleh radikal
bebas. NFκβ yang teraktivasi bertranslokasi menuju inti sel dan berikatan dengan gen-gen keradanagn salah satunya gen INOS, kemudian akan ditranskripsi menjadi mRNA INOS dan ditranslasi menjadi INOS. Semakin banyak
nitric oxide (NO) yang diproduksi, maka
semakin meningkat pula ekspresi INOS dalam mengkatalis produksi NO (Lukiati, 2012).
Pengaruh pemberian yoghurt susu kambing sebagai tindakan preventif hiperkolesterol ditunjukkan dengan penurunan nilai ekspresi INOS kelompok C, kelompok D dan kelompok E dibandingkan dengan kelompok B. Pada kelompok C
ekspresi INOS masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok D, E dan A. Hal ini menunjukan bahwa pencegahan yoghurt susu kambing dengan dosis 300mg/kgBB dan 600mg/kgBB belum menunjukkan dosis yang optimal untuk menghambat ekspresi INOS pada tikus yang diberi diet hiperkolesterol. Ekspresi INOS pada dosis pencegahan yang paling rendah ditunjukkan pada dosis 900mg /kg BB. Ekspresi INOS kelompok E menunjukan tidak terdapat beda nyata dibandingkan dengan ekspresi INOS pada tikus normal. Penurunan NO pada kelompok tikus pencegahan disebabkan aktivitas BAL yang menghasilkan enzim BSH yang berfungsi mendekonjugasi garam empedu sehingga menghasilkan garam empedu bebas. Enzim BSH akan menyebabkan garam empedu terdekonjugasi dalam bentuk asam kolat bebas yang kurang diserap oleh usus halus sehingga garam empedu yang kembali ke hati selama sirkulasi enterohepatik menjadi berkurang. Dengan demikian, total kolesterol dalam tubuh menjadi berkurang(Lukiati, 2012).
Pengaruh Pemberian Yoghurt Susu Kambing Terhadap Gambaran Histopatologi Organ Hati Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Hiperkolesterol.
Gambaran histopatologi organ hati pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada keadaan hiperkolesterolemia terjadi perubahan pada organ hati karena hepar merupakan organ yang berperan penting dalam metabolisme kolesterol. Perubahan yang terjadi bisa diamati berupa lemak yang terdapat pada jaringan hepar, infiltrasi sel- sel inflamasi berupa monosit dan limfosit serta perubahan pada sel hati berupa nekrosis. Perlemakan pada hati terjadi akibat radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh akibat pemberian diet hiperkolesterol yang terakumulasi di dalam hepatosit dengan membentuk mikro vakuola dan makro vakuola pada sitoplasma hepatosit. Pada
7 jaringan hidup vakuola ini berisi lemak. Preparat organ hati dengan pewarnaan Hematoksilen-Eosin (HE) pada Gambar 2 menunjukkan perbandingan kondisi kerusakan organ hati kelompok tikus kontrol (tikus yang memiliki kadar kolesterol
normal), tikus hiperkolesterolemia, tikus yang diberi diet hiperkolesterol dengan dosis pencegahan yoghurt 300mg/kgBB, dosis pencegahan yoghurt 600mgkg/BB dan dosis pencegahan yoghurt 900mg/kgBB.
Gambar 2. Gambaran histopatologi Organ Hati tikus (HE, 400x), A. Kontrol Negatif (Normal), B. Kontrol Positif (Hiperkolesterolemia), C. Pencegahan dosis 300mg/kgBB, D. Pencegahan dosis 600mg/kgBB, E. Pencegahan dosis 900mg/kgBB, mendekati histologi normal. L : Perlemakan; VS : Vena Sentralis; N :Nekrosis .
Gambaran histologi organ hati normal (Gambar 2.A) menunjukkan bahwa tidak adanya sel-sel inflamasi dan tidak tampak adanya degenerasi lemak pada organ hati tersebut. Gambaran ini sesuai dengan penelitian Wresdiyati et al., (2006), dimana gambaran normal pada organ hati tikus yang sudah diwarnai dengan HE menunjukkan organ hati tidak tampak adanya akumulasi lemak, tidak terdapat sel-sel inflamasi dan sel hati berwarna basofilik, sedangkan bagian sitoplasma mengambil warna asidofilik.
Pada kelompok hiperkolesterolemia (Gambar 2.B) terlihat adanya degenerasi
lemak pada hampir seluruh bagian, adanya beberapa sel yang mati dan banyak terdapat sel-sel inflamasi. Perlemakan terjadi akibat trigliserida tidak terhidrolisis secara sempurna sehingga terakumulasi di jaringan hepar. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Oktaviana (2005), menjelaskan bahwa adanya degenerasi lemak menyebabkan terjadinya perubahan susunan sel yaitu terbentuknya vakuola-vakuola pada hepatosit yang berisi lemak. Pada saat pewarnaan preparat, lemak akan hilang sehingga pada preparat histopatologi terlihat seperti ruang kosong. Degenerasi lemak ini terjadi karena pada kondisi hiperkolesterolemia terdapat radikal bebas VS VS VS VS VS A B C D E L L L N L
8 berlebih dalam tubuh yang menyebabkan aktifitas enzim LPL menjadi turun, seperti yang dikatakan Dugi (1997) bahwa pada kondisi hiperkolesterolemia akan terjadi penurunan aktivitas LPL. Penurunan aktifitas enzim LPL ini berefek pada penurunan hidrolisa trigliserida (TG), sel kehilangan daya untuk mengeluarkan TG yang mengakibatkan butiran TG terakumulasi di dalam hati dan menghasilkan perlemakan hati. Porth and Matfin (2008) mengatakan bahwa terbentuknya radikal bebas di dalam hati menyebabkan sel kehilangan daya untuk mengeluarkan TG sehingga terjadi degenerasi lemak pada hati dan menyebabkan sel hati penurunan fungsinya. Peningkatan kadar radikal bebas lebih jauh akan menyebabkan terjadinya kematian sel hati berupa nekrosis(Ruswandi, 2005).
Tingginya jumlah radikal bebas pada kondisi hiperkolesterolemia juga mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas enzim antioksidan dalam tubuh khususnya di organ hati seperti enzim SOD yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas (Balamurugan et al., 2008). Penurunan aktivitas enzim SOD merupakan penanda yang cukup sensitif dalam menunjukkan adanya kerusakan pada hati (Palanivel et al., 2008). Hal tersebut menyebabkan enzim antioksidan tersebut tidak mampu menetralisasi adanya radikal bebas berlebih di dalam tubuh sehingga terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang mengakibatkan terjadinya stres oksidatif. Menurut Valko et
al., (2006), stres oksidatif dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan di dalam sel.
Perbaikan gambaran histopatologi hati ditunjukkan pada kelompok pencegahan dosis 300 mg/kg BB (Gambar 2.C), kelompok pencegahan dosis 600 mg/kg BB (Gambar 2.D) dan kelompok pencegahan dosis 900 mg/kgBB (Gambar 2.E). Pada
gambar 2.C tampak bahwa masih banyak degenerasi lemak dan masih banyak sel inflamasi dan masih nampak ada sel yang mati. Pada gambar 2.D yaitu kelompok pencegahan dosis 600mg/kgBB masih banyak sel-sel inflamasi tetapi degenerasi lemak berkurang. Pada gambar 2.E yaitu kelompok pencegahan dosis 900mg/kg BB gambaran histopatologi hati semakin mendekati gambaran histopatologi hati normal meski masih nampak adanya sedikit sel-sel inflamasi dan vakuola yang terlihat seperti ruang kosong.
Kesimpulan
Pemberian yoghurt susu kambing
sebagai tindakan preventif
hiperkolesterolemia dengan dosis 900 mg/kg BB dapat menghambat ekspresi INOS organ hati hewan model tikus (Rattus norvegicus) yang diberi diet hiperkolesterol.
Pemberian yoghurt susu kambing
sebagai tindakan preventif
hiperkolesterolemia dengan dosis 900 mg/kg BB dapat mempertahankan normal gambaran histopatologi hati hewan model tikus (Rattus norvegicus) yang diberi diet hiperkolesterol.
Ucapan Terima Kasih Terima kasih Kepada:
1. Staff Laboraratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
2. Staff Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Universitas Airlangga
3. Staff Laboratorium Biokimia, Universitas Brawijaya
4. Staff Laboratorium Fisiologi Hewa, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
9 DAFTAR PUSTAKA
Ah-Leung, S.,Bernard,H.,Bidat,E., Paty,E., Rance, F., Schelnmann, P. 2006.
Allergy to Goat and Sheep Milk Without Allergy Cow’s Milk. Allergy
61.1358-1365
Ashari, K., Sutama, E., Juarini, Priyanto dan Arsana. 2001. Potensi Susu
Kambing dan Masalah
Pengembangannya. Fakultas
Peternakan. Universitas Gajah Mada Press
Fki, I., Bouaziz, M., Sahnoun, Z., and Sayadi, S. 2005. Hypocholesterolemic
effects of phenolic-rich extracts of Chemlali olive cultivar in rats fed a cholesterol-rich diet. Bioorganic &
Medic Chem 13: 5362–5
Gani, N. et al., 2013. Profil Lipida Plasma
Tikus Wistar yang
Hiperkolesterolemia pada
Pemberian Gedi Merah
(Abelmoschus manihot L.).
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/jmou. Manado. Jurusan Kimia FMIPA Unsrat.
Guyton, A.C. and J.E. Hall. 1997. Buku Ajar
Fisiologi kedokteran Edisi Ke-9.
Irawati Setiawan. Penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari Textbook of
Medical Physiology Edisi Ke-9.
Halaman: 996-997.
Hardiningsih, R dan N. Nurhidayat. 2006.
Pengaruh Pemberian Pakan
Hiperkolesterolemia Terhadap
Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri Asam Laktat.
Biodiversitas .7(2): 127-130
Harini, M. and D. A. Okid. 2009. Blood
Cholesterol Level of
Hypercholesterolemia Rat (Rattus norvegicus) After VCO Treatment.
Journal Bioscience Vol 1 No 2 : 53-58.
Hseu, Y.C. 2008. Antioxidant activities of
Toonasinensis Leaves Extracts
Using Different Antioxidant Mode.
Food and Chemical Toxicology 46: 105-114.
Jung, Chang H. 2006. Antihyperglycemic
Activity of Herb Extracts on
Streptozotocin-Induced Diabetic rats.
Biosci, Biotechnol, Biochemistry, (10) 70 : 2556-2559.
Jusuf, A.A. 2009. Histoteknik Dasar. Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kardong, K. V. 2002. Vertebrates Company
Anatomy, Function, Evolution.
3'ded. Mc Graw Hill Companies Inc. New York: 529-547.
Kasim, E., Y. Kurniawati and N. Nurhidayat. 2006. Pemanfaatan
Isolat Lokal Monascus purpureus
untuk Menurunkan Kolesterol
Darah pada Tikus Putih galur Sprangue Dawley. Biodiversitas.
7(2): 122-124.
Lamenapa, M. 2005. Perbandingan Profil
Lipid dan Perkembangan Lesi Aterosklerosis pada Tikus Wistar yang Diberi Diet Perasan Pare dengan Diet Perasan Pare dan
Statin [Tesis]. Program
Pascasarjana Ilmu Biomedik. Universitas Diponegoro. Semarang. Lorenz, S., J. Jordan, dan E. Nava. 2002.
The Nitric Oxide Pathway. J.
10 Lukiati, B. Aulanni'am. W. Darmato . 2012.
Profil Distribusi INOS dan Kadar
NO Pankreas Tikus Diabetes
melitus Hasil Induksi MLD-STZ Pasca pemberian Ekstrak Etanol Temugiring (Curcuma heyneana). Jurnal Kedokteran Hewan. 6 (2) :
22-30
Meyer, D.J., J.W. Harvey. 2004. Veterinary
Laboratory Medicine:
Interpretation and Diagnosis.
Saunders. Philadelphia.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A.Mayes and V.W. Rodwell. 2003. Harper’s
Illustrated Biochemistry Twenty-Sixth Edition. New York:
McGraw-Hill.
Price, S.A and L. M. Wilson. 2005.
Patofisiologi : Clinical Concepts Of Desiase Process Edisi 6, Vol 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ruswandi, D. 2005. Penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak buah
mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) pada gangguan fungsi
hati tikus akibat parasetamol
[skripsi]. Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam. IPB.
Sirois, M. 2005. Laboratory Animal
Medicine: Principle and
Procedures. USA. Elsevier Inc.
Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1998.
Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta. Universitas
Indonesia
Tamime, A. Y and Robinson R. K. 2007.
Yoghurt Science and Technology.
3rd ed. Abington, Cambrige, England
Tortora, G. J. 2005. Principles of human
anatomy. Ed ke-10. USA: John
wiley & sons, Inc.
Tutik, W., A. B. Hartanta, dan M. Astawan. 2011. Tepung Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Menaikkan Level Superoksida Dismutase (Sod) Ginjal Tikus Hiperkolesterolemia.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wresdiyati, T dan M. Astawan. 2005.
Deteksi secara imunohistokimia antioksidan superoksida dismutase
(SOD) pada jaringan tikus
hiperkolesterolemia yang diberi
pakan rumput laut. [laporan
penelitian]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan.IPB.