SKRIPSI
DEFRY DWIKI YURISTIADI
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK)
(
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu
)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA
PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu
)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2016
Oleh:
DEFRY DWIKI YURISTIADI NIM : 201210410311221
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. NIP UMM: 144.0609.0449
Pembimbing II
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA
PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Mei 2016
Oleh:
DEFRY DWIKI YURISTIADI NIM: 201210410311221
Tim Penguji:
Penguji I Penguji II
Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Drs. Didik Hasmono, Apt., MS. NIP UMM: 144.0609.0449 NIP: 195809111986011001
Penguji III Penguji IV
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Syukur Alhamdulillah dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)”
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan bimbingan, bantuan serta do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Drs. H. Fauzan, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Nailis Syifa’, S.farm., M.sc., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Sebagai pembimbing I dan Drs. Didik Hasmono, Apt., MS. Sebagai pembimbing II yang telah tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. dan Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. sebagai tim penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan. 6. Program Studi Farmasi berserta seluruh staf pengajar Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program sarjana
7. Pegawai dan staf Tata Usaha Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu saya dalam membuat surat izin penelitian.
8. Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang berkenan menerima dan mengizinkan saya untuk melakukan penelitian skripsi dibagian rekam medik.
10.Orang tua saya Eko Wiyono, SH., M.Hum. dan Dra.Etty Sukaringtyas yang telah mendidik dan selalu memberi semangat saya selama ini. 11.Novita Rahmania Putri yang selalu memberi semangat, dukungan, dan
do’a kepada saya.
12.Sahabat-sahabat saya : Brawijaya, Bima, Ridwan, Agung, Anjar dan Pipit yang banyak memberi semangat dan saran kepada saya dalam pengerjaan skripsi ini
13.Teman-teman skripsi klinis : Hafiz, Arisa, Ivon, Aulia, Iwang, Wayan, Grendis, Ikhsan, Irsyan dan Novi terimakasih untuk kerjasamanya, suka duka perjuangan kita, semangat, dukungan, masukan, kritikan
juga do’a. Tetap menjadi keluarga selamanya.
14.Teman-teman farmasi angkatan 2012 UMM terimakasih atas persahabatan kita selama ini.
15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang, Mei 2016
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)
Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) didefinisikan sebagai kejadian akut dengan karakteristik perburukan gejala respirasi yang lebih parah dari gejala normal PPOK dan biasanya akan mengganti pola pengobatan. PPOK sendiri adalah penyakit progresif lambat melibatkan saluran udara atau parenkim paru yang menghasilkan obstruksi aliran udara ditandai dengan meningkatnya respon inflamasi kronis dalam saluran udara dan paru-paru oleh partikel berbahaya atau gas. Patofisiologi PPOK terkait karakteristik hambatan aliran udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan antara obstruksi saluran napas kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu. PPOK dapat diklasifisikan menjadi 4 jenis berdasarkan tingkat keparahannya menggunakan tes spirometri yaitu ringan, sedang, parah dan sangat parah. Pada tahap PPOK parah dan sangat parah mengindikasikan eksaserbasi PPOK dengan peningkatan keparahan gejala. Gejala PPOK diawali dengan batuk kronik dan produksi sputum yang dialami pasien selama beberapa tahun sebelum berkembang ke gejala dispnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada pasien yang berada pada tahap PPOK ringan. Bila keterbatasan aliran udara menjadi parah, pasien dapat mengalami sianosis membran mukosa, peningkatan laju respirasi istirahat, napas dangkal, dan penggunaan otot respirasi pelengkap. Tujuan dari penatalaksanaan PPOK secara umum adalah untuk mengurangi penurunan volume ekspirasi, mengurangi angka keparahan akut, dan pengurangan tingkat kematian. Pada kasus eksaserbasi PPOK, obat yang diberikan adalah oksigen, bronkodilator (ipratropium dan salbutamol), kortikosteroid (prednison), dan antibiotik (azitromisin, seftriakson, levofloxacin). Pemilihan terapi antibiotik sebaiknya didasarkan pada organisme yang paling mungkin. Organisme yang paling umum untuk PPOK dengan eksaserbasi akut adalah Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumonia,
dan Haemophilus parainfluenzae. Pada keadaan memburuk tanpa komplikasi, terapi yang direkomendasikan adalah golongan makrolida, sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxon), atau doksisilin.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data RMK sebanyak 19 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan 2 pasien dieksklusi dengan data demografi jenis kelamin pasien eksaserbasi PPOK laki-laki sebesar 68% (13 pasien) dan perempuan sebesar 32% (6 pasien), dimana jumlah terbanyak direntang usia 71-80 tahun sebesar 53% (10 pasien). Sedangkan, untuk status pasien saat MRS dengan diagnosa eksaserbasi PPOK yang terbanyak pada pasien dengan status umum sebanyak 32% (6 pasien) dan status pasien JKN sebanyak 32% (6 pasien). Terkait distribusi faktor resiko eksaserbasi PPOK diperoleh usia sebesar 50% (19 pasien), merokok 29% (11 orang), dan polusi 21% (8 pasien).
ABSTRACT
THE STUDY OF MACROLIDE ANTIBIOTICS IN PATIENTS EXACERBATIONS OF CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY
DISEASE (COPD)
(Research at Karsa Husada Batu Hospital)
Defry Dwiki 1, Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS2, Drs. Didik Hasmono, Apt., M.S3 Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang E-mail : defrydwiki@yahoo.co.id
Background : Exacerbations of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the condition in which the respiratory is become worse more than normal COPD symptom. The COPD patients might suffered from dyspnea and the accretion of sputum volume or pus in the sputum. In the pharmacological treatment of exacerbations, macrolide is the first choice antibiotics with the mechanism of anti-inflammatory effects, a decrease in bacterial virulence, and reduction of mucus hypersecretion.
Purpose : The purpose of this study is to analyze the used of the medicine and the patterns of how the medicine used in COPD patients in terms of dosage, route of injection, interval of injection, side effects, medicine interactions, and therapeutic outcomes associated with clinical and laboratorical data.
Method : The method used in this study is observational retrospective with descriptive data. The inclusion criteria includes the hospitalized patients with a diagnosis of COPD exacerbations in Karsa Husada Batu Hospital. The data
includes in medication record macrolide antibiotic therapy and other medications. The exclusion criteria is patients with COPD who received macrolide antibiotics after hospitilized.
Results and Conclusions : The used pattern of the most widely used macrolide antibiotics is macrolide combination (90%) contains the combination of azithromycin (1x500mg) oral with Ceftriaxone (2x1g) iv as many as 10 patients (48%) and single macrolides as much as 2 patients (10%). The use of the dose, route, frequency and duration of administration macrolides are accordancely used with some guidelines.
ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MAKROLIDA PADA PASIEN EKSASERBASI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
(Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu)
Defry Dwiki 1, Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS2, Drs. Didik Hasmono, Apt., M.S3 Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang E-mail : defrydwiki@yahoo.co.id
Latar Belakang : Eksaserbasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah perburukan respirasi yang lebih parah dari gejala normal PPOK. Pasien PPOK yang memburuk dapat mengalami dispnea dan mengalami peningkatan volume sputum atau peningkatan kandungan nanah pada sputum. Pada terapi farmakologi eksaserbasi PPOK makrolida merupakan antibiotik First choice dengan mekanisme efek antiinflamasi, penurunan virulensi bakteri, dan pengurangan hipersekresi lendir.
Tujuan : Menganalisis profil penggunaan obat dan pola penggunaan obat Antibiotik makrolida pada pasien PPOK terkait dosis, rute pemberian, interval pemberian, efek samping, interaksi obat, dan outcome terapi yang dikaitkan dengan data klinik dan laboratorium.
Metode : Observasional retrospektif, dengan penyajian data secara deskriptif. Kriteria inklusi meliputi pasien rawat inap dengan diagnosis eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu, dengan data RMK meliputi data terapi antibiotik makrolida dan obat lain yang menyertai. Kriteria eksklusi pasien yaitu pasien PPOK yang menerima antibiotik makrolida pada saat KRS.
Hasil dan Kesimpulan : Pola penggunaan antibiotik makrolida yang paling banyak digunakan adalah makrolida kombinasi (90%) yaitu kombinasi Azitromisin (1x500mg) po dengan Ceftriaxone (2x1g) iv sebanyak 10 pasien (48%) dan makrolida tunggal sebanyak 2 pasien (10%). Penggunaan dosis, rute, frekuensi dan lama pemberian makrolida sudah sesuai dengan beberapaliteratur.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... v
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Bagi Peneliti ... 4
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronis ... 6
2.1.1.1 Bronkitis Kronik...7
2.1.1.2 Emfisema ... 7
2.1.2 Epidemiologi PPOK ... 7
2.1.3 Faktor Risiko PPOK... 8
2.1.4 Patofisiologi PPOK ... 9
2.1.4.1 Hipersekresi Lendir dan Disfungsi Siliari ... 11
2.1.4.2 Keterbatasan Aliran Udara dan Hiperinflasi ... 11
2.1.4.3 Kelainan Pertukaran Gas ... 11
2.1.4.4 Hipertensi Pulmonal ... 11
2.1.5 Patogenesis PPOK... 12
2.1.6 Klasifikasi PPOK ... 13
2.2 Eksaserbasi PPOK ... 13
2.2.1 Definisi dan Epidemiologi ... 13
2.2.2 Patogen Pada Eksaserbasi PPOK ... 14
2.2.3 Komplikasi Eksaserbasi PPOK ... 15
2.2.3.1 Gagal Jantung ... 15
2.2.3.2 Cor Pulmonale ... 15
2.2.3.3 Osteoporosis ... 15
2.2.3.4 Kanker Paru - paru ... 16
2.2.3.5 Ansietas dan Depresi ... 16
2.2.4 Diagnosis dan Tes Eksaserbasi PPOK ... 17
2.2.4.1 Gejala Khas... 17
2.2.4.2 Radiologi X-ray dan CT - Scan ... 17
2.2.4.3 Biomarker ... 18
2.2.4.4 Tes Spirometri ... 18
2.3 Penatalaksanaan Terapi Eksaserbasi PPOK ... 20
2.3.1 Terapi Farmakologi ... 20
2.3.1.1 Terapi Oksigen ... 21
2.3.1.2 Bronkodilator ... 21
2.3.1.3 Kortikosteroid ... 22
2.3.1.4 Antibiotik ... 22
2.3.1.5 Antibiotik Golongan Makrolida...23
2.3.1.5.1 Eritromisin ... 27
2.3.1.5.2 Klaritromisin ... 28
2.3.1.5.3 Azitromisin ...29
2.3.1.5.4 Spiramisin ... 32
2.3.1.5.5 Roksitromisin...33
2.3.1.6 Terapi Antibiotik Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK..33
2.3.2 Terapi Non Farmakologi...35
2.3.2.1 Berhenti Merokok...35
2.3.2.2 Vaksinasi Influenza dan Pneumococcal...35
2.3.2.3 Rehabilitasi Paru ...35
2.3.2.4 Transplantasi Paru...36
BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL ... 37
3.1 Kerangka Konseptual ... 37
3.2 Kerangka Operasional ... 38
BAB IVMETODE PENELITIAN ... 39
4.1 Rancangan Penelitian ... 39
4.2 Populasi dan Sampel ... 39
4.2.1 Populasi ... 39
4.2.3 Kriteria Inklusi ... 39
4.2.4 Kriteria Eksklusi ... 39
4.3 Bahan Penelitian... 40
4.4 Instrumen Penelitian... 40
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
4.6 Definisi Operasional Penelitian... 40
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 41
4.8 Analisis Data ... 41
BAB V HASIL PENELITIAN ... 42
5.1 Demografi Pasien ... 43
5.1.1 Jenis Kelamin ... 43
5.1.2 Usia ... 43
5.1.3 Status ... 43
5.2 Faktor Resiko ... 44
5.3 Diagnosa Penyerta Eksaserbasi PPOK ... 44
5.4 Terapi Farmakologi Selain Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK ...45
5.5 Profil Switching Penggunaan Antibiotik ... 47
5.6 Lama Penggunaan Antibiotik Makrolida ... 48
5.7 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) Pasien ... 48
5.8 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien... 48
BAB VI PEMBAHASAN ... 49
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
7.1 Kesimpulan ... 64
7.2 Saran ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Klasifikasi PPOK 13 II.2 Patogen Pada Eksaserbasi PPOK 14 II.3 Klasifikasi Eksaserbasi PPOK 19 II.4 Patogen Dan Antibiotik Eksaserbasi PPOK 23 II.5 Dosis Dan Sediaan Antibiotik Makrolida di Indonesia 24 V.1 Jenis Kelamin Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima
Terapi Makrolida
43
V.2 Usia Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
43
V.3 Status Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
44
V.4 Faktor Risiko Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
44
V.5 Diagnosa Penyerta Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
45
V.6
Terapi Farmakologi Selain Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
45
V.7 Penggunaan Antibiotik Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
46
V.8 Pola Pengunaan Antibiotik Makrolida Tunggal Dan Kombinasi Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
46
V.9 Profil Switching Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
47
V.10 Lama Penggunaan Antibiotika Makrolida Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
48
V.11 Lama MRS Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
48
V.12 Kondisi KRS Pasien Eksaserbasi PPOK Yang Menerima Terapi Makrolida
[image:14.595.120.487.127.731.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Paru – Paru dengan PPOK 6
2.2 Respon Sel Terhadap Asap Rokok 8
2.3 FEV Pada PPOK 10
2.4 Patogenesis PPOK 12
2.5 CT-Scan Pasien PPOK 17
2.6 Penatalaksanaan Eksaserbasi PPOK 20
2.7 Struktur Kimia Eritromisin 27
2.8 Struktur Kimia Klaritromisin 28
2.9 Strukur Kimia Azitromisin 29
2.10 2.11 2.11 3.1 3.2 5.1
Mekanisme Kerja Azitromisin
Struktur Kimia Spiramisin
Struktur Kimia Roksitromisin
Kerangka Konseptual
Kerangka Operasional Terapi Eksaserbasi PPOK Skema Inklusi Dan Eksklusi Penelitian Pada Pasien Eksaserbasi PPOK
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
DAFTAR SINGKATAN
ALA : American Lung Association
COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease
CRP : C- reactive protein
CT-scan : Computed Tomography scan
DM : Diabetes Mellitus EKG : Elektrokardiografi
FEV1 : Forced Expiratory Volume
FVC : Forced Vital Capacity
g : Gram
GOLD : Global Initiative for Chronic Lung Disease
H2O2 : Hydrogen Peroxide IL-8 : interleukin-8
Iv : Intravena
KRS : Keluar Rumah Sakit LED : Laju Endap Darah
mg : Miligram
MMP : Matriks Metealo Proteinase
MRS : Masuk Rumah Sakit
NT-proBNP : N-Terminal Pro-Tipe B
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronis ProCT : Prokalsitonin
RHF : Right Heart Failure
RSU : Rumah Sakit Umum
TLRs : Toll like receptors
VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacists Association (2007) Drug Information of Handbook 17th Edition . Lexi-Comp, Inc.
American Lung Association (ALA). (2013) Trends in COPD (Chronic Bronchitis and Emphysema): Morbidity and Mortality, American Epidemiology and Statistics Unit Research and Health Education Division.
Antus, B. et al. (2013) Pharmacotherapy of Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Clinical Review, Hindawi Publishing Corporation ISRN Pulmonology Volume 2013.
Anderson, B., Conner, K., Dunn, C., Kerestes, G., Lim, K.,dkk, et al. (2013) Diagnosis and Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), FDA MedWatch.
Basnet, S & Arya, B, et al. (2013) Acute Exacerbation of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Nepal : Department of Clinical Pharmacology, Chitwan Medical College.
Barr, R., Bluemke, D., Ahmed, F., Carr, J., Enright, J., dkk, et al. (2010) Percent Emphysema, Airflow Obstruction, and Impaired Left Ventricular Filling, The New England Journal of Medicine.
Brashier, B & Kodgule, R, et al. (2012) Risk Factors and Pathophysiology of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), SUPPLEMENT TO JAPI VOL 60.
Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. (2011). Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics (12th ed.). New York: Mc Graw-Hill.
Burstow, P. (2011) An Outcomes Strategy for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) and Asthma in England, Department of Health England.
Brill, S., Law, M., El-Emir, E., Allinson, P.,dkk, et al. (2015) Effects of different antibiotic classes on airway bacteria in stable COPD using culture and molecular techniques: a randomised controlled trial National Heart and Lung Institute, London : Imperial College.
Chick, A., Grant, P., Han, M., Harrison, M., Picken, E, et al. (2012) Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Taubman Medical Library.
Sepsis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Cosio, M., Saetta, M.,Agusti, A., et al. (2009) Immunologic Aspects of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, The New England Journal of Medicine.
Decramer , M ., Vetsbo , J .,& David , S. (2013) Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management, and Prevention. Global Initiative for Chronic obstructive Lung disease 2013 inc.
Dipiro, J.T., Albert, R., Matzke, G., Posey, M. (2011) Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (8th ed), The McGraw-Hill Companies.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., & Dipiro, C. V. (2015).
Pharmacotherapy Handbook (9th ed.), New York : Mc Graw-Hill Education.
Gunawan, S., Setiabudy, R., Nafrialdi., Elysabeth. (2007) Farmakologi dan Terapi Edisi ke – 5. Balai penerbit FKUI : Jakarta.
Gupta, D., Agarwal, S., Aggarwal, S., Maturu, V.N. (2014) Guidelines for Diagnosis and Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Joint Recommendations of Indian Chest Society and National College of Chest Physicians (India), Indian Chest Society and National College of Chest Physicians (India).
Hadjiliadis, D. (2015) Chronic obstructive pulmonary disease. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000091.htm, US library medicine, diakses tanggal : 7 Desember 2015.
Han, N., Tayob, Susan, M., Dransfield, M, et al. (2014) Predictors of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Exacerbation Reduction in Response to Daily Azithromycin Therapy, American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine Volume 189 Number 12.
Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S. (2015). Harrison's Principles of Internal Medicine (19th ed.), New York: Mc Graw-Hill Education.
Jong., Y, Steven., M, Hans., P, Dirkje., S, et al. (2007) Oral or IV Prednisolone in the Treatment of COPD Exacerbations, American College of Chest Physicians
Kasim, F. (2013) ISO Indonesia Vol 47 , Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Katzung, B.G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th ed),
New York: Mc Graw-Hill.
Kryfti., Bartziokas, K., Andriana, I., Papaioannou., Alexis, P., Konstantinos, K, et al. (2013) Clinical effectiveness of macrolides in diseases of the airways: beyond the antimicrobial effects, Department of Respiratory Medicine Athens.
Larson, B., Archer, M., Steinvoort, C., Oderda, G, et al. (2014) Macrolides Drug Class Review, Final report, University of Utah College of Pharmacy.
Liam, C .(2009) Clinical Practice Guideline : Management of Chronic Pulmonary Disease. Medical development divsion of Malaysia.
Liao, Y., Chen, J., Chung, W., Chien, J, et al. (2015) Efficacy of a respiratory rehabilitation exercise training package in hospitalized elderly patients with acute exacerbation of COPD: a randomized control trial,
Dovepress : International Journal of COPD.
Lin, C., Chen, Y., liang., Lin, M, et al. (2015) Prevalence, risk factors, and health-related quality of life of osteoporosis in patients with COPD at a
community hospital in Taiwan. Dovepress International Journal of COPD.
Liu, W., Kuo, H., Lia, T, et al. (2015) low bone mineral density in COPD patients with osteoporosis is related to low daily physical activity and high COPD assessment test scores. Dovepress International Journal of COPD.
Khobragade, A., Sadiq, B., Patel, Rupesh, R., Pophale, et al. (2012) Analgesic and Anti-inflammatory Activity of Roxithromycin and Erythromycin, Alone and in Combination with Ibuprofen: An Animal Study. IOSR Journal of Pharmacy Vol. 1, pp. 015-021
Magnussen, Bernd., D, Rodriguez., R, Kirsten., A, et al. (2014) Withdrawal of Inhaled Glucocorticoids and Exacerbations of COPD, The New England Journal of Medicine
Marta, N., Azizman, F., Saad,et al. (2014) Identifikasi Bakteri pada Sputum Pasien PPOK Eksaserbasi Akut Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM FK Volume 1 No.2 Oktober 2014
Ni, W., Shao, X., Cai, X., Wei, C., Cui, W, et al. (2015) Prophylactic Use of Macrolide Antibiotics for the Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease Exacerbation : A MetaAnalysis, The National Natural Science Foundation of China.
Niewoehner, D (2010) Outpatient Management of Severe COPD, The new england journal of medicine.
Nofa, H., Chan, Y., Basyar, M., Khairsyaf, O, et al. (2015) Pengaruh Azitromisin pada COPD Assesment Test (CAT) pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil, Padang : Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP Dr. M. Djamil.
Pomares, X., Montón, C., Espasa, M., Gallego, M, et al. (2011) Long-term azithromycin therapy in patients with severe COPD and repeated exacerbations, Dovepress International Journal of COPD.
Qaseem, A., Timothy, J., Weinberger, S., & Hanania, M, et al. (2011) Diagnosis and Management of Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Clinical Practice Guideline Update from the American College of Physicians, American College of Chest Physicians, American Thoracic Society, and European Respiratory Society. Ann Intern Med Clinical Guideline.
Reilly, J, et al. (2015) Stepping Down Therapy in COPD, The new england journal of medicine.
Riskesdas (2013) Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI .
Sethi, S., & Murphy, T., et al (2008) Infection in the Pathogenesis and Course of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, The new england journal of medicine.
Sethi, S., Anzueto , A., Miravitlles, M., Arvis, P, et al. (2015) Determinants of bacteriological outcomes in exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease, New York : Division of Pulmonary Critical Care and Sleep Medicine University at Buffalo.
Sevim, U. (2014) Characterisation and Prevention of Exacerbations in Frequently Exacerbating Patients with COPD, Thesis, Rotterdam : Erasmus Universiteiy Rotterdam.
Tudorache, E., Oancea, E., Avram., Mladinescu, O.M., Petrescu, L., Timar, B, et al. (2015) Balance impairment and systemic inflammation in chronic obstructive pulmonary disease, Dovepress : International Journal of COPD.
Turkish Thoracic Society. (2009) Antibiotic Treatment In Acute Bronchitis and Exacerbations of COPD and Bronchiectasis Short Version (Handbook) in English, Turkey : Oran-Ankara.
Vetsbo, J., Hurd, S., Agusti, A., Jones, P. (2011) Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease . Gold executive summary.
Waye , C, et al. (2013) The Role of Prophylactic Antibiotics in COPD: Does It Have a PULSE Or Should We TORCH the Evidence?, San Antonio : Department of Pharmacy South Texas Veterans Health Care System.
Wenzel, R., Fowler, A.A., Edmond, M, et al. (2012) Antibiotic Prevention of Acute Exacerbations of COPD, The new england journal of medicine.
Wedzicha, J et al (2015) Choice of Bronchodilator Therapy for Patients with COPD, The new england journal of medicine.
Weitzenblum, E ., Chaouat, A, et al .(2009) Cor Pulmonale, Strasbourg: Chron Respir Dis University Hospital.
World Health Organization (2015) Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). www.who.int/mediacentre/factsheets. diakses : 7 november 2015.
Xiuqing, M., Junchang, C., Jing, W., Yan, W., Qiuhong, F, et al. (2015) Multicentre investigation of pathogenic bacteria and antibiotic resistance genes in Chinese patients with acute exacerbation of chronic obstructive pulmonary disease . Journal of International Medical Research 2015, Vol. 43(5) 699–710.
Yulinah, E ., Andrajati , R ., Sigit, J., Adnyana ,I ., & Kusnandar.(2013) ISO Farmakoterapi Buku I. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Yeo, B. (2014) MIMS Petunjuk dan Konsultasi, Jakarta : PT Buana Ilmu Populer.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau sering disebut juga chronic obstructive pulmonary disease (COPD) merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang cukup sering di dunia. Menurut WHO tahun 2011 PPOK menduduki peringkat kelima sebagai penyebab utama kematian di dunia dan diperkirakan pada tahun 2020 penyakit ini akan menempati peringkat ketiga karena peningkatan tingkat merokok dan perubahan demografis di banyak negara. Menurut Global Initiative for Chronic Lung Disease tahun 2011 PPOK merupakan penyakit yang menempati urutan ke-4 penyebab kematian di Amerika Serikat dan merupakan satu-satunya penyakit kronis. Menurut Department of Health England tahun 2010 merokok merupakan penyebab 80-90 % kasus PPOK. Prevalensi PPOK di Asia Tenggara diperkirakan sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara Vietnam (6,7%) dan RRC (6,5%) (Yusanti et al., 2015). Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien PPOK dengan prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok. Mortalitas PPOK lebih tinggi pada laki-laki dan akan meningkat pada kelompok umur > 45 tahun. Hal ini bisa dihubungkan bahwa penurunan fungsi respirasi pada umur 30-40 tahun (Riskesdas, 2013).
beberapa aliran udara ekspirasi pasien PPOK sehingga menyebabkan obstruksi (Antus et al., 2013).
Etiologi PPOK berasal dari tiga faktor risiko yaitu faktor host, faktor perokok dan faktor lingkungan. Faktor host berkaitan dengan usia dan defisiensi α 1 antritripsin, faktor perokok dan lingkungan berkaitan dengan polutan yang berasal dari luar tubuh. Partikel polutan yang dihirup oleh individu mengakibatkan peradangan dan cedera sel sehingga meningkatkan risiko terkena
PPOK (Dipiro, 2011). PPOK dapat diklasifisikan menjadi 4 jenis berdasarkan
tingkat keparahannya menggunakan tes spirometri yaitu ringan, sedang, parah dan
sangat parah. Pada tahap PPOK parah dan sangat parah mengindikasikan
eksaserbasi PPOK dengan peningkatan keparahan gejala (GOLD, 2013).
Manifestasi klinis dari PPOK terdiri dari gagal jantung, cor pulmonale dan osteoporosis. Penyebabnya adalah hipoksemia pada aliran darah paru sehingga menyebabkan beberapa gangguan terkait aliran darah di paru- paru dan di jantung lalu menyebabkan manifestasi klinik yang lain seperti cor polmunale dan osteoporosis (Barr et al., 2015).
Gejala PPOK diawali dengan batuk kronik dan produksi sputum yang dialami pasien selama beberapa tahun sebelum berkembang ke gejala dispnea. Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil normal pada pasien yang berada pada tahap PPOK ringan. Bila keterbatasan aliran udara menjadi parah, pasien dapat mengalami sianosis membran mukosa, peningkatan laju respirasi istirahat, napas dangkal, dan penggunaan otot respirasi pelengkap. Pasien PPOK yang memburuk dapat mengalami dispnea yang lebih parah akan mengalami peningkatan volume sputum atau peningkatan kandungan nanah pada sputum. Tanda umum lain dari PPOK yang memburuk termasuk dada terasa sempit, peningkatan kebutuhan bronkodilator, tidak enak badan, lelah, dan penurunan toleransi fisik (Yulinah , 2013).
normal dan mengharuskan perubahan dalam pengobatan yang biasa diberikan pada pasien PPOK (Anderson et al., 2013).
Pengobatan eksaserbasi PPOK sangat tergantung pada beratnya penyakit. Obat-obat yang diberikan bertujuan memperkecil atau menghilangkan keluhan dan gejala serta mencegah komplikasi. Pada kasus eksaserbasi PPOK, obat yang diberikan adalah oksigen, bronkodilator (ipratropium dan salbutamol), kortikosteroid (prednison), dan antibiotik
(azitromisin, ceftriaxon, levofloxacin) (Gupta et al., 2014). Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang mengalami tanda gejala yang telah nampak seperti peningkatan dispnea, peningkatan volume sputum dan peningkatan kandungan nanah sputum. Peningkatan keparahan gejala ini sering disebut dengan eksaserbasi PPOK (Lin et al., 2015).
Pemilihan terapi antibiotik sebaiknya didasarkan pada organisme yang paling mungkin. Organisme yang paling umum untuk PPOK dengan eksaserbasi akut adalah Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus parainfluenzae (Sethi et al., 2015). Pada keadaan memburuk tanpa komplikasi, terapi antibiotik yang direkomendasikan adalah golongan makrolida, sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxon), atau doksisilin (GOLD, 2013).
Suatu tinjauan sistematis studi terkontrol plasebo telah menunjukkan bahwa antibiotik golongan makrolida mengurangi risiko kematian jangka pendek PPOK
sebesar 77%, dengan kegagalan pengobatan sebesar 53%. Ulasan ini mendukung
antibiotik golongan makrolida perlu diberikan kepada pasien PPOK dengan
eksaserbasi (Han et al., 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan antibiotik golongan makrolida pada pasien eksaserbasi PPOK agar pasien mendapatkan pengobatan yang optimal dan rasional demi tercapainya kualitas hidup yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di RSU Karsa Husada Batu.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana profil penggunaan obat antibiotik golongan makrolida pada pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu?
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari profil penggunaan obat antibiotik golongan makrolida pada pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu untuk mendapatkan profil pengobatan yang rasional.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari pola penggunaan obat pada pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu.
2. Mempelajari terapi antibiotik golongan makrolida terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, interval pemberian, frekuensi pemberian dan lama penggunaan terapi yang dikaitkan dengan data klinik dan laboratorium pasien eksaserbasi PPOK di RSU Karsa Husada Batu.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien eksaserbasi PPOK sehingga farmasis dapat meningkatkan kualitas asuhan kefarmasian dan bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lain.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan baik bagi klinisi maupun farmasis terutama pada pelayanan farmasi klinik