• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

AULIA SHILVIANA

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN

PADA PASIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

(2)

ii

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN

PADA PASIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2016

Oleh:

AULIA SHILVIANA NIM: 201210410311037

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.

(3)

iii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN

PADA PASIEN PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 4 Juni 2016

Oleh:

AULIA SHILVIANA NIM: 201210410311037

Tim Penguji:

Penguji I Penguji II

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS. Drs. Didik Hasmono, MS., Apt.

NIP UMM: 144.0609.0449 NIP: 195809111986011001

Penguji III Penguji IV

Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat serta ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) (Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)” sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin akan terwujud apabila tidak ada bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak sehingga tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Kepala Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu, ibu Yohana, bapak Wagiman dan seluruh staf Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang telah mengizinkan, mengarahkan dan membimbing penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Ketua Program Studi

Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan motivasi dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk selalu belajar di Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

(5)

v

6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS. dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ibu Dosen dan staf Program Studi Farmasi yang telah mengajarkan penulis banyak sekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.

8. Ungkapan terima kasih yang tulus penulis pesembahkan untuk kedua orang tua tercinta, bapak Ilham Subari dan Ibu Karyawati yang selalu mendoakan dan mencurahkan segenap kasih sayang yang tak terbatas serta memberi dukungan dan motivasi selama menempuh pendidikan.

9. Adik-adik tersayang Alifia Dwi Lestari dan Anugerah Affan Albari yang selalu menemani, menghibur, dan mendoakan.

10.Andhika Wahyu Alfarizi yang telah berbagi dalam segala hal, selalu memberi dukungan dan motivasi agar penulis tidak malas-malasan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Penghuni kontrakan sebelas Lulu, Oliq, Ria, Rizda, Wiwit, Wulan yang telah menemani dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 12.Teman-teman seperjuangan Farmasi Ana, Fani, Hafizah, Ivone, Nada,

Nadia, Novi, Noviar, Novi fach, Silmi, Pipit, Weny, Winda, Zainab, Ikhsan, Defri dan seluruh rekan-rekan Farmasi 2012 yang telah memberi warna selama 4 tahun masa perkuliahan.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi ppenelitian berikutnya, amin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Malang, Mei 2016

(6)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN TEOFILIN PADA PASIEN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

(Penelitian dilakukan di RSU Karsa Husada Batu)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya. Angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia. Perubahan patofisiologis pada PPOK yang terjadi secara luas mempengaruhi saluran udara besar dan kecil, parenkim paru, dan pembuluh darah paru. Eksudat inflamasi yang mucul terjadi akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan kelenjar mukus. Sekresi lendir meningkat, dan motilitas silia terganggu, selain itu terjadi pula penebalan otot polos dan jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK merupakan hasil dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah kepada terbentuknya jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan aliran udara Gejala klinis PPOK berupa sesak nafas, batuk kronis yang disertai peningkatan produksi mukus dan keterbatasan aktivitas fisik. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang, sementara sisanya disebabkan oleh inhalasi partikel atau gas berbahaya lainnya, genetik dan gangguan pertumbuhan paru.

Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian. Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator, kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator dan kortikosteroid, terapi tambahan seperti mukolitik, antibiotik. Bronkodilator yaitu β2-agonis adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari pengobatan gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara terutama dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial. Teofilin merupakan bronkodilator golongan methilxantin yang juga memiliki efek penghambatan sel-sel inflamasi dan imunomodulator. Rentang teraupetik yang sempit membuat insidensi efek samping lebih sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator lainnya, selain itu interaksi dan variabilitas interpasien dalam hal persayaratan dosis membuat teofilin kurang dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang paling sering adalah sakit kepala, mual, muntah, dan gastroesophageal reflux. Namun teofilin dapat diberikan pada pasien yang tidak toleran dengan pemberian

β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik atau dapat ditambahkan pada pasien yang tidak mencapai respon yang optimal dengan inhalasi bronkodilator lain.

Tujuan dari penelitian ini adalah Memahami pola terapi Teofilin meliputi dosis, rute, aturan penggunaan dan bentuk sediaan pada terapi PPOK berkaitan dengan data laboratorium dan data klinik pasien.

(7)

vii

dimaksudkan untuk mendeskripsikan pola penggunaan Teofilin dengan metode retrospektif (penelitian yang dilakukan dengan peninjauan ke belakang). Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosa PPOK di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dengan data rekam medik kesehatan (RMK) lengkap meliputi data terapi dengan Teofilin periode 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2016.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.1 Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4.1 Bagi Rumah Sakit ... Error! Bookmark not defined. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ... Error! Bookmark not defined. BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Bronkitis Kronik ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Emfisema ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Epidemiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

(9)

ix

2.4.2 Faktor Resiko ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.1 Asap Tembakau Lingkungan ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.2 Debu Kerja dan Bahan Kimia ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.3 Polusi Udara ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.4 Defisiensi AAT ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.5 Hiperresponsif Paru ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2.6 Gangguan Pertumbuhan Paru ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Patologis dan Patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.7 Gejala Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.8 Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.8.1 Diagnosis ... Error! Bookmark not defined. 2.8.1.1 Gejala ... Error! Bookmark not defined. 2.8.1.2 Riwayat Kesehatan ... Error! Bookmark not defined. 2.8.1.4 Spirometri ... Error! Bookmark not defined. 2.8.1.5 Gas Darah Arteri ... Error! Bookmark not defined. 2.8.1.6 Radiologi ... Error! Bookmark not defined. 2.8.2 Klasifikasi ... Error! Bookmark not defined. 2.9 Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... Error! Bookmark not defined.

2.10 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik .. Error! Bookmark not defined.

(10)

x

2.10.1.1.3.3 Farmakokietik ... Error! Bookmark not defined. 2.10.1.1.3.4 Dosis dan rute pemberian Error! Bookmark not defined. 2.10.1.1.3.5 Efek samping ... Error! Bookmark not defined. 2.10.1.1.3.6 Nama DagangTeofilin dan Aminofilin di Indonesia ... Error! Bookmark not defined. 2.10.1.2 Kortikosteroid ... Error! Bookmark not defined. 2.10.1.4 Mukolitik ... Error! Bookmark not defined. 2.10.1.5 Vaksin ... Error! Bookmark not defined. 2.10.2 Terapi Non farmakologis ... Error! Bookmark not defined. 2.10.2.1 Terapi Oksigen ... Error! Bookmark not defined. 2.10.2.1 Berhenti Merokok ... Error! Bookmark not defined. BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Bagan Alir Kerangka Konseptual ... Error! Bookmark not defined.7

3.2 Kerangka Operasional Terapi pada Pasien PPOK... 48

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 49

4.1 Rancangan Penelitian ... 49

4.2 Populasi dan Sampel ... 49

4.2.1 Populasi ... 49

4.2.2 Sampel ... 49

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 49

4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ... 49

4.3 Bahan Penelitian ... 49

4.4 Instrumen Penelitian ... 50

4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

4.6 Definisi Operasional ... 50

4.8 Metode Pengumpulan Data ... 50

4.9 Analisis Data ... 50

BAB VHASIL PENELITIAN ... 53

5.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 53

5.2 Data Demografi Pasien ... 54

5.2.1 Jenis Kelamin ... 54

(11)

xi

5.3 Distribusi Klasifikasi PPOK ... 55

5.4 Manajemen Terapi Pasien PPOK ... 55

5.4.1 Pola Terapi Bronkodilator pada Pasien PPOK ... 55

5.4.2 Pola Penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada Pasien PPOK ... 56

5.4.3 Terapi Tunggal Aminofilin pada Pasien PPOK ... Error! Bookmark not defined. 5.4.4 Terapi Kombinasi Bronkodilator pada Pasien PPOK . Error! Bookmark not defined. 5.4.5 Pola Switching Rute, Dosis dan Jenis Bronkodilator pada PPOK . Error! Bookmark not defined. 5.4.6 Terapi Farmakologi Lain pada Pasien PPOK ... 59

5.4.7 Lama Terapi Teofilin dan Aminofilin ... Error! Bookmark not defined. 5.5 Profil Komplikasi Penyakit pada Pasien PPOK ... Error! Bookmark not defined. 5.6 Lama Masuk Rumah Sakit Pasien PPOK ... Error! Bookmark not defined. 5.7 Kondisi KRS Pasien PPOK ... Error! Bookmark not defined. BAB VIPEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 7.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 77

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Faktor resiko PPOK ... 14

II.2 Skala sesak ... 23

II.3 Klasifikasi keparahan keterbatasan aliran udara pada PPOK ... 25

II.4 Terapi farmakologi untuk PPOK stabil... 27

II.5 Perbandingan farmakokinetik agonis β2 dan antimuskarinik ... 34 II.6 Interaksi beberapa obat dengan teofilin ... 40

II.7 Nama dagang, kandungan dan bentuk sediaan teofilin di Indonesia ... 41

V.1 Status penjamin biaya pengobatan pasien ... 55

V.2 Distribusi klasifikasi PPOK ... 55

V.3 Pola terapi Bronkodilator pada pasien PPOK ... 55

V.4 Pola penggunaan Teofilin dan Aminofilin pada pasien PPOK ... 56 V.5 Terapi tunggal Aminofilin pada pasien PPOK ... 56

V.6 Terapi Kombinasi Aminofilin dan Teofilin pada Pasien PPOK ... 56 V.7 Pola Switching Rute, dosis, dab jenis Bronkodilator pada pasien PPOK ... 57 V.8 Terapi farmakologi lain pada pasien PPOK ... 59

V.9 Profil komplikasi penyakit pada pasien PPOK ... 61

V.10 Kondisi KRS Pasien PPOK ... 62

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sistem respirasi ... 5

2.2 Struktur bronkus ... 6

2.3 Struktur paru ... 7

2.4 Penampang melintang komponen struktur alveolus ... 8

2.5 Sirkulasi pernapasan internal dan eksternal ... 9

2.6 Profil laju FEV1 pada perokok dan non perokok Pada berbagai usia ... 13 2.7 Remodelling saluran napas kecil pada PPOK... 18

2.8 Patogenesis Emfisema ... 21

2.9 Patologis PPOK ... 22

2.10 Mekanisme kerja berbagai bronkodilator ... 28

2.11 Struktur kimia agen agonis β2 adrenoreseptor... 29

2.12 Alogaritma terapi farmakologis PPOK... 35

2.13 Struktur kimia agen golongan metilxantin... 36

2.14 Mekanisme aksi teofilin terhadap inhibisi PDE Pada otot polos saluran udara... 37

2.15 Mekanisme aksi teofilin terhadap aktivasi Deasetil histon... 38

5.1 Jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria Inklusi ... 53

5.2 Jenis kelamin ... 54

5.3 Distribusi usia pasien ... 55

5.4 Lama terapi teofilin dan Aminofilin ... 61

5.5 Lama masuk rumah sakit pasien PPOK ... 61

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ... 77 2 Surat Pernyataan ... 78 3 Keterangan Kelaiakan Etik (Ethical Clearence)... 79 4 Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ... 80 5 LPD Pasien Rawat Inap PPOK ... 82 6 Tabel induk ... 169

(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AAT : Alpha-1 Antitrypsin

AMP : Adenosine Monophosphate BPH : Benign Prostatic Hyperplasia cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate CAP : Community Acquired Pneumonia

COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease CVA Infark : Cerebro Vascular Accident

DCFC : Decompensantio Cordis Functional Class

DLCO : Diffusing capacity of the Lung for Carbon Monoxide DM : Diabetes Mellitus

DPI : Dry Powder Inhaler FDC : Fix Dose Combination FEV : Force Expiration Volume FVC : Force Vital Capacity

GOLD : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease HT : Hypertension

ICS : Inhalation Corticosteroids IGD : Instalasi Gawat Darurat IL : Interleukin

IV : Intravena

IVFD : Intravenous Fluids Drip LABAs : Long Acting Beta Agonists LED : Laju Endap Darah

LT : Leukotrien

MDI : Metered-Dose Inhaler mmHg : Milimeter merkuri

(16)

xvi MMP : Matriks Metalloproteinase

NS : Normal Saline

PCO2 : Partial Pressure of Carbon dioxide PDE : Phosphodiesterase

PDPI : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PJK : Penyakit Jantung Koroner

PO : Peroral

PO2 : Partial Pressure of Oxygen PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik RMK : Rekam Medik Kesehatan

SaO2 : Saturation ofOxygen

SC : Subcutan

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga TH : Limfosit T-Helper

TNF-α : Tumor Necrosis Factor VA/Q : Ventilation-Perfusion WHO : World Health Organitation

(17)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Aaron, S. D., 2012. Management and Prevention of Exacerbation of COPD. British Medical Journal, Vol.349.

Afonso, S. M., Verhamme, M. C., Sturkenboom, J. M., & Bruselle, G.O. 2011. COPD in the general population: Prevalence, incidence and survival. Elsevier LTD, Vol. 105, pp 1872-1884.

Anonim, 2003. PDPI: Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Anonim, 2015. Pedoman Pengandalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Anonim, 2013. GOLD: Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14 September 2015.

Anonim, 2015. GOLD: Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. http://www.goldcopd.org/. Diakses tanggal 14 September 2015.

Anonim, 2008. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk esdas%202013.pdf. Diakses tanggal 30 oktober 2015.

Anonim, 2015. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), WHO (World Health Organization). http://www.who.int/respiratory/copd/en/. Diakses tanggal 15 September 2015.

Barnes P. J., 2013. Pulmonary Perspectives: Theophylline. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Vol.188.

Bhattacharjee, M., Unii, B. G., Das, S., Baruah, P. K., Sharma, P., Gogoi, D., Deka, M., Wann, S. B., & Rao, P. G., 2012. Alpha 1 Antitrypsin: A CAse-Control Study in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. African Journal of Biotechnology, Vol.11 pp. 207-215.

Brashier, B. B., & Kodgule, R., 2012. Risk Factors and Pathophisiology of Chroic Obstructive Pulmonary Disease. Suplement Tojapi, Vol. 60.

Brunton, L., Chabner, B., & Knollman, B. 2011. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed12th. New York: Mc Graw-Hill.

(18)

xviii

Chesnutt, M. S., & Prendergast, T. J., 2016. Pulmonary Disorder. In: Papadakis, M. A., McPhee, S. J., & Rabow, M. W., (Eds.). Current Medical Diagnosis and Treatment, Ed.55th, New York: McGraw-Hill Education., pp. 259-845.

Cripps, D., & Gibbs, K.P., 2012. Choric Obstructive Pulmonary Disease. In: Walker, R., & Whittlesea, C., (Eds.). Clinical Pharmacy and Therapeutics, Ed.5th, China: Elsevier., pp. 431-440.

Denden, S., Khelil, A. H., Knani, J., Lakhdar, R., Perrin, P., Lefranc, G., & Chibani, J. B., 2010. Alpha-1 antitrypsin gene polymorphism in Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Genetics and Molecular Biology,Vol. 33,1,23-26.

Devereux, G., Cotton, S., Barnes, P., Briggs, A., Bums, G., Chaudhuri, R., Chrystin, H., Davies, L., DeSoyza, A., Fielding, S., Gompretz, S., Haughney, J., Lee, A.J., McCormack, K., McPherson, G.,Morice, A., Norrie, J., Sullivan, A., Wilson, A., & Price, D., 2015. Use Of Low-Dose Oral Theophylline As An Adjunct To Inhaled Corticosteroids In Preventing Exacerbations Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Study Protocol For A Randomised Controlled Trial., Bio Med Central, DOI 10.1186/s13063-015-0782-2.

Diaz, P. T., & Knoell, D. L., 2013. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. In: Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., Guglielmo, B. J., Jacobson, P. A., Kradjan, W. A., & Williams, B.R., (Eds.). Applied Therapeutic The Clinacal USe of drug, Ed. 10th, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins., pp. 601-618.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G.R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2011). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic approach 8th ed. New York: Mc Graw-Hill Education.

Ghare, A. P., 2015. Comparative Study of Inhaled Salbutamol and Ipratropium Bromide Combined With Salbutamol in Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal of Medical and Dental Science Research, Maharashtra: Quest Journals., Vol. 2, pp 01-03.

Graaff, V. D., Alexander, M., Baker, F., Blem, L., & Burroughs, C. W. (2010). Human Anatomy. New York: Mc Graw-Hill.

(19)

xix

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2015. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, Ed.30th. Philadelphia: Elsevier. pp: 497-510.

Harrison, T. R., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., & Fauci, A. S. 2015. Harrison's Principles of Internal Medicine, Ed. 19th. New York: Mc Graw-Hill Education.

Hwang, Y. I., Jones, S., Jung, K. S., & Park, S., 2011. Clinical Characteristic of COPD patients Acorrding to BMI. American Jornal Respiratoryl, Vol. 1833 No. 2975.

Joshi, V. D., & Mendhurwar, S. J. 2010. Respiratory System, In: Physiology Prep Manual for Undergraduates , Ed.4th, New Delhi: Elsevier. pp. 210-217. Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (2015). Basic & Clinical Pharmacology (13th

ed.). New York: Mc Graw-Hill.

Khan, S., Jones, S., Claire, L., 2014. Theophylline Interactions. The Pharmaceutical Journal, Vol. 293 No. 7818.

Ko, W. S., & Hui, D. S., 2011. Air Pollutan and Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal Of the Asian Pacific Society of Respirology,Vol. 10.1111. No. 395-401.

Martini, F. H., Timmons, M. J., & Tallitsch, R. B. 2012. The Respiratory System, In: Human Anatomy, Ed.7th, Boston: Pearson Education. pp. 630-638. Masna, I. A., Kusmana, D., & Antariksa, B., 2011. Pengaruh Inflamasi Sistemik

Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Sistem Kardiovaskular. Journal Indonesian Medical Association,Vol. 61.

Niewoehner, D. E., 2010. Outpatient Management of Severe COPD. The New England Journal of Medicine,Vol. 362:15.

Oemiati, R., 2013. Kajian Epidemiologis Penyakit PAru Obstruktif Kronik (PPOK). Media Litbangkes,Vol. 23. No. 2.

Ohar, J. A., Crater, G. D., Emmett, A., Ferro, T. J., Morris, A. N., Raphiou, I., Sriram, P. S., & Dransfield, M. T., 2015. Fluticasone Propionate/Salmeterol 250/50 µg Versus Salmeterol 50 µg After Chronic Obstructive Pulmonary Disease Exaerbation. Respiratory Research,Vol. 15:105.

(20)

xx

Rabe, K. F., Hurd, S., & Anzueto, A., 2007. Global Strategy for the Diagnosis, Mangement, and Prevention of COPD. American Journal Respiratory Critical CAre Medicine ,Vol. 176. pp. 532-555.

Reilly, J. J., Silverman, E. K., Shapiro, S. D., 2010. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. In: Loscalzo, J., Fauci, S.A., Kasper, D.L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., & Jameson, J. L., (Eds.). Pulmonary and Critical Care Medicine, Ed.18th, New York: McGraw-Hill Education., pp. 178-187.

Reilly, K. H., Gu, D., Duan, X., Wu, X., Chen, C. S., Huang, J., Kelly, T. N., Chen, J., Liu, X., Yu, L., Bazzano, L. A., & He, J., 2008. Risk Factor for Chronic Obstructive Pulmonary Disease Mortality in Chinese Adult. American Journal of Epidemiology,Vol. 167. No. 8.

Sherwood, L. 2015. The Respiratory System, In: Human Physiology From Cells to Systems, Ed. 9th, Australia: Cengage Learning. pp: 445-460.

Shujaat, A., Bajwa, A. A., & Cury, J. D., 2012. Pulmonary Hypentension Secondery to COPD. Hindawi,Vol. 2012.

Sorheim, I. C., Johannessen, A., Gulsvik, A., Bakke, P. S., Silverman, E. K., & DeMeo, D. L., 2010. Gender Differences In COPD: Are Women More Susceptible to Smoking Effects Than Men?. British Medical journals, Vol 65, pp 480-485

Sweetmen, S. C., 2009. Bronchodilators and Anti-Asthma Drugs, In: Martindale the Complete Drug Reference, Ed. 36th, London: Pharmaceutical Press. pp: 1140-1147.

Tan, W. C., & Tze, P. N., 2008. Chronic Obstruktive Pulmonary Disease in Asi, where East meets West. Chest,Vol. 133. pp. 517-527.

Tashkin, D. P., & Ferguson, G. T., 2013. Combination Bronchodilator Therapy in The Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Bio Med Central, Vol. 14:49.

Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2009. The Respiratory System. Principles of Anatomy and Physiology Ed. 12th, Phoenix: John Wiley & Sons, Inc., pp. 195-205.

(21)

xxi

Vestbo, J., Hurd, S. S., Agusti, G. A., Jones, P. W., Vogelmeier, C., Anzueto, A., Barnes P. J., Fabbri, L. M., Martinez, F. J., Nishimura, M., Stockley, R. A., Sin, D. D., & Roisin, R. R., 2013. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Vol. 187.

Waller, D.G., Renwick, A.G., Hillier, K., 2010. Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Medical Pharmacology and Therapeutics, Ed. 3rd, Edinburgh: Elsevier Ltd., pp. 195-205.

Wecker, L., Crespo, L.M., Dunaway, G., Faingold, C., & Watts, S., 2010. Drug to Treat Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Diseaase. Brody’s Human Pharmacology: Molecular to Clinical Ed. 5th, Philadelphia: Mosby Inc., pp.170-179.

Wedzicha, J. A., 2011.Choice of Bronchodilator Theraphy for Patients with COPD. The New England Journal of Medicine,Vol. 364:12.

Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., & DiPiro, C.V. 2015. Choric Obstructive Pulmonary Disease. Pharmacotherapy Handbook Ed. 9th, New York: McGraw-Hill Education., pp. 835-845.

Wenzel, R. P., Fowler, A. A., & Edmond, M. B., 2012. Antibiotic Prevention of Acute Exacerbation of COPD. The New England Journal of Medicine,Vol. 367:340-7.

Uzun, S., 2014. Characterisation and Prevention of Exacerbations in Frequently Exacerbating Patients with COPD. Oncogenesis, and Parasitic Tropical Disease of The Lungs,Vol. 362:15.

Zangiabadi, A., DePasquale, C. G., & Sakjov, D., 2014. Pulmonary Hypertension and Right Heart Dysfunction in Chronic Lung Disease. BioMed Research International,Vol. 2014.

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah istilah yang mengacu pada dua penyakit paru yang ditandai dengan adanya hambatan (obstruksi) aliran udara yang mengganggu pernapasan normal (American Lung Association, 2013). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2015 menjelasksan bahwa hambatan aliran udara pada PPOK biasanya bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible yang berhubungan dengan respon inflamasi abnormal pada jaringan paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Adanya gejala sesak nafas, berkurangnya kapasitas kerja dan kekambuhan yang sering kali berulang menyebabkan menurunnya kualitas hidup penderita PPOK. Menurut National Institute for Health and Clinical Excellence tahun 2010, diagnosis PPOK ditentukan dengan adanya obstruksi aliran udara dengan rasio FEV1/FVC yaitu kurang dari 0,7. Jika FEV1 adalah ≥80% diagnosis PPOK dapat dilakukan dengan menilai adanya gejala pernafasan, misalnya sesak napas atau batuk yang muncul.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2012, PPOK merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005 dan diprediksikan bahwa total kematian PPOK akan meningkat 30% dalam 10 tahun. Di Amerika serikat PPOK merupakan penyebab utama kematian ketiga setelah kanker dan penyakit jantung (American Lung Association, 2013). Pada studi yang didasarkan pada model estimasi prevalensi di 12 negara Asia-Pasifik, didapatkan rata-rata prevalensi PPOK sedang sampai berat pada penderita umur lebih dan sama dengan 30 tahun 6,3%. Tingkat prevalensi bervariasi dari terkecil 3,5% (HongKong dan Singapura) dan terbesar 6,7% (Vietnam) (Oemiati, 2013). Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia (Kemenkes RI, 2008).

Perubahan patofisiologis pada PPOK yang terjadi secara luas mempengaruhi saluran udara besar dan kecil, parenkim paru, dan pembuluh darah

(23)

2

paru. Eksudat inflamasi yang mucul akibat peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan kelenjar mukus. Selain itu terjadi pula penebalan otot polos dan jaringan ikat pada saluran udara. Peradangan kronis pada PPOK merupakan hasil dari cedera berulang dan proses perbaikan yang mengarah kepada terbentuknya jaringan parut dan fibrosis yang menyebabkan hambatan aliran udara (Wells et al., 2015). Karakteristik keterbatasan aliran udara yang kronis dari PPOK disebabkan oleh terjadinya penyempitan saluran nafas (bronkitis kronik) atau kerusakan parenkim paru (emfisema) atau gabungan dari keduanya (GOLD, 2015). Baik bronkitis kronis dan emfisema menyebabkan batuk kronis dan sesak napas. Gejala khas terjadi pada bronkitis kronis adalah peningkatan lendir yang menyumbat saluran napas, sementara keterbatasan aktivitas merupakan gejala umum dari emfisema (American Lung Association, 2013).

Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang (PDPI, 2003). Perokok aktif dapat mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi jalan napas kronik. Berdasarkan penelitian Hwang et al dilaporkan ada hubungan antara penurunan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dengan jumlah, jenis dan lamanya merokok (Hwang et al., 2011). Faktor risiko PPOK lainnya adalah paparan asap tembakau lingkungan, debu kerja, zat kima,

polusi udara, defisiensi α-1 antitripsin, hiperresponsif saluran nafas dan gangguan pertumbuhan paru (Wecker et al., 2010).

Tujuan dari pengobatan untuk pasien dengan PPOK adalah mencegah perkembangan penyakit, meringankan gejala, meningkatkan aktivitas fisik, meningkatkan status kesehatan, mencegah dan mengobati komplikasi, mencegah dan mengobati eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian (Cripps and Gibbs, 2012). Berhenti merokok merupakan satu intervensi yang paling efektif untuk mengurangi risiko dan menghentikan perkembangan penyakit PPOK (Dipiro et al., 2011). Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan gejala, mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan eksaserbasi, meningkatkan status kesehatan, dan meningkatkan aktivitas fisik (Rabe et al., 2007). Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien PPOK adalah bronkodilator, kortikosteroid, terapi kombinasi bronkodilator & kortikosteroid, terapi tambahan

(24)

3

agonis adrenoreseptor, antikolinergik dan teofilin merupakan pokok dari pengobatan gejala PPOK. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan aliran udara terutama dengan mengurangi kontraksi otot polos bronkial (Diaz and Knoell, 2013).

Teofilin merupakan golongan methilxantin yang memiliki efek brokodilator, penghambatan sel-sel inflamasi dan imunomodulator (Barnes, 2011). Rentan teraupetik yang sempit membuat insidensi efek samping lebih sering terjadi pada teofilin daripada bronkodilator lainnya, selain itu interaksi dan variabilitas interpasien dalam hal persayaratan dosis membuat teofilin kurang dipilih dalam terapi PPOK. Efek samping yang paling sering adalah sakit kepala, mual, muntah, dan gastroesophageal reflux (Barnes, 2013). Studi kohort yang dilakuakan oleh Lee et al menyimpulkan bahwa terapi PPOK dengan pemberian teofilin tidak menunjukkan hasil yang baik terkait dengan perbaikan gejala dan kualitas hidup pasien, melainkan meningkatkan risiko rawat inap, eksaserbasi, dan sedikit kematian (Lee et al., 2009). Namun teofilin dapat diberikan pada pasien

yang tidak toleran dengan pemberian β2-agonis adrenoreseptor dan antikolinergik atau dapat ditambahkan pada pasien yang tidak mencapai respon yang optimal dengan inhalasi bronkodilator lain (Wells et al., 2015). Teofilin memperbaiki tingkat dyspnea, aktivitas, dan fungsi paru pada banyak pasien dengan PPOK stabil selain itu juga menghasilkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi dan kapasitas vital pada pasien dengan tingkat PPOK sedang samapai berat (Chesnutt and Prendergast, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan studi mengenai penggunaan teofilin sebagai salah satu bronkodilator yang digunakan untuk terapi pada pasien PPOK yang dilakukan di RSU Karsa Husada Batu karena sebelumnya rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit khusus paru di wilayah Malang.

1.2Rumusan Masalah

(25)

4

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Memahami pola penggunaan berbagai macam obat pada terapi PPOK sebagai upaya untuk meningkatkan suatu mutu pelayan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Memahami pola terapi Teofilin pada pasien PPOK di RSU Karsa Husada Batu meliputi dosis, rute dan aturan penggunaan berkaitan dengan data klinik dan data laboratorium pasien.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Rumah Sakit

1. Bagi Rumah sakit sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan baik klinis maupun farmasis terutama berkaitan dengan pelayanan farmasi klinik.

2. Sebagai bahan masukan bagi Komite Medik dan Farmasi di RSU Karsa Husada Batu.

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti

1. Memberikan informasi tentang pola penggunaan Teofilin sebagai terapi PPOK sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan outcame yang diperoleh pasien PPOK di RSU Karsa Husada Batu.

Gambar

Tabel
Gambar  Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Winarti (2010), perlakuan terbaik untuk ekstraksi zat warna merah bunga rosella adalah perbandingan jenis pelarut

Laju dekomposisi maksimum dari proses pirolisis sekam padi terjadi pada temperatur antara 590-626 K untuk ketiga variasi temperatur dinding. Semakin besar temperatur dinding

HP ﺮﺘﻠﻴﻓ زا هدﺎﻔﺘﺳا ﺎﺑ يﺎﻫﺮﻴﻐﺘﻣ ﺮﻳﺎﺳ و ﺪﻴﻟﻮﺗ ﺮﻴﻐﺘﻣ ﺰﻴﻧ ﺮﻴﺛﺄﺗ ﻪـﺧﺮﭼ ﺮـﺑ راﺬـﮔ يﺎـﻫ يرﺎﺠﺗ ، ﻲﻳادزﺪﻧور ﺺﺧﺎﺷ زا هدﺎﻔﺘﺳا ﺎﺑ و و ﻪﺒـﺳﺎﺤﻣ ﺎﻫﺮﻴﻐﺘﻣ يراودا صاﻮﺧ ،يرﺎﻣآ يﺎﻫ ﻴﻠﺤﺗ رد ﻪﻛ ﺪﺷ ﻞ

[r]

[r]

[r]

ﻚـﻤﻛ ﺎـﻳآ ﻪﻛ ﺖﺳا ﻪﻴﺿﺮﻓ ﻦﻳا ﻲﺳرﺮﺑ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﻦﻳا زا فﺪﻫ يﺎـﻫ و ﻲﺟرﺎﺧ ﻚﻳ رﺎﭘ ﻲﻟﺎـﻣ يﺎﻫرازﺎﺑ ﻪﺑ ﻲﺳﺮﺘﺳد ،ﻪﻌﺳﻮﺗ لﺎﺣ رد يﺎﻫرﻮﺸﻛ رد يرﺎﺠﺗ ﻲﮕﭼ ﻦﻴﺑ ﻟا ؟ﺖﺳا هداد ﺶﻳاﺰﻓا ار ﻲﻠﻠﻤ ﻦـﻳا نﻮـﻣزآ ياﺮـﺑ

Meskipun penatalaksanaan diabetes mellitus sangat kompleks, penderita yang mampu melakukan perawatan dirinya dengan optimal akan dapat mengendalikan glukosa darahnya, bertolak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

[r]

Pendekatan laba operasi bersih ( net operating income ) memandang penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan karena itu tingkat keuntungan yang

[r]