• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi penggunaan insulin pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia di Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi penggunaan insulin pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia di Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal merupakan suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti ekskresi produk sisa metabolisme, pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon (Trisna, 2015). Penyakit ginjal kronik menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative dibagi menjadi 2 (dua) kriteria, yakni kerusakan ginjal baik secara fungsional atau struktural selama lebih dari 3 (tiga) bulan dengan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau tanpa penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR), dimanifestasikan sebagai salah satu kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan komposisi darah atau urin. Selain itu penyakit ginjal kronik juga didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, selama lebih dari 3 (tiga) bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (KDIGO, 2013).

Menurut United States Renal Data System di Amerika Serikat prevalensi penyakit ginjal kronis meningkat 20-25% setiap tahun.WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus meningkat sekita r 10% setiap tahunnya (Tandi et al., 2014). Orang-orang dengan PGK memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap morbiditas, mortalitas, rawat inap, dan

pemanfaatan layanan kesehatan. Prevalensi PGK tahap 2-5 terus meningkat

(2)

sampai 40% dari kasus PGK. Diperkirakan bahwa ada sekitar 26 juta

penduduk Amerika berusia lebih dari 20 tahun memiliki CKD (Krol et al.,

2011).

Berdasarkan riset kesehatan Kementerian Kesehatan 2013, prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo dan Sulawesi Utara masing -masing 0,4%. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur masing-masing 0,3%. Gagal ginjal kronik ini berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%),

tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi dari masyarakat pedesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/buruh/nelayan (0,3%), indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-masing 0,3% (Riskesdas, 2013).

Kasus gagal ginjal di Indonesia menurut Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2014, dikatakan bahwa urutan penyebab gagal ginjal pasien dengan hemodialisis pada tahun 2014 masih sama dengan tahun sebelumnya. Penyakit gagal ginjal dengan hipertensi meningkat menjadi 37% diikuti oleh nefropati diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer memberi proporsi yang cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruk tif pun masih memberi angka 7% di mana pada negara maju angka ini sangat rendah (IRR, 2014).

(3)

akan mengalami hipertrofi dan fungsi gin jal akan menurun. Hilangnya nefron aktif ini membuat nefron yang tersisa mengalami hiperfiltrasi dan hipertensi yang menurun pada perubahan struktur glomerulus (Musyahida, 2016). Manifestasi klinis pada gagal ginjal kronik pada umumnya dapat berupa peningkatan tekanan darah akibat kelebihan cairan dan produksi hormon vasoaktif (hipertensi, edema paru, dan gagal jantung kongestif, gejala uremia, gangguan pertumbuhan, gejala anemia karena defisiensi eritropoietin, hiperfosfatemia, hipokalsemia karena defisiensi vitamin D3, asidosis metabolik karena penumpukan sulfat, fosfat, asam urat dan kenaikan kadar serum kalium atau hiperkalemia (Lay, 2016). Diantara beberapa manifestasi klinik yang ditumbulkan salah satu yang perlu diperhatikan adalah hiperkalemia.

Hiperkalemia adalah kelainan elektrolit yang umum yang dapat menyebabkan aritmia jantung yang mengancam kehidupan. Pengelolaan hiperkalemia melibatkan perlindungan jantung dari aritmia, menggeser K+ ke dalam sel, dan meningkatkan eliminasi K+ .Terapi insulin adalah metode yang paling andal dan konsisten untuk mengubah K+ menjadi sel. Ion K+ disimpan di dalam sel karena tegangan negatif pada interior sel. Untuk menggeser K+ ke sel, dibutuhkan voltase sel yang lebih negatif. Hal ini dihasilkan dengan meningkatkan fluks melalui pompa sodium / potasium ATPase (Na+, K+, ATPase), karena ini adalah pompa elektrogenik yang mengekspor tiga ion Na+ sementara mengimpor hanya dua ion K+. Insulin mempromosikan translokasi Na+ K+ ATPase dari jaringan intraselular ke membran sel. Insulin juga mengaktifkan sodium / hydrogen exchanger-1 (NHE-1) dan karenanya meningkatkan masuknya Na+ ke dalam sel (Kamel et al., 2014).

Pasien penyakit ginjal kronik juga diberikan diet rendah kalium

(4)

oliguri (berkurangnya volume urin) atau keadaan metabolik, dan o

bat-obatan yang mengandung kalium. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan

penanganan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi

oral maupun intravena (Yaswir et al., 2012).

Insulin menggeser kalium ke dalam sel dengan merangsang

aktivitas antiporter Na+K+ ATPase pada membran sel, mempromosikan

masuknya natrium ke dalam sel, yang menyebabkan aktivasi Na+K+

ATPase, menyebabkan masuknya kalium elektrogenik. Insulin

menyebabkan penurunan kadar kalium serum dalam dosis yang tidak

bergantung. Kombinasi dosis insulin IV 10 unit ditambah 25 g dekstrosa

dengan menurunkan kadar potasium serum sebesar 1 mEq / L (mmol / L)

dalam waktu 10-20 menit dan efeknya berlangsung sekitar 4-6 jam (Ho et

al., 2011).

Berdasarkan penelitian “Optimal Dose and Method of Administration of Intravenous Insulin in the Management of Emergency Hyperk alemia: A Systematic Review”, insulin adalah terapi utama dalam pengaturan darurat hiperkalemia, di mana strategi manajemen yang dapat

dengan cepat, dan dengan andal menurunkan konsentrasi K+ serum. Dengan

demikian, 10 unit insulin kerja pendek yang diberikan secara intravena

dapat digunakan pada kasus hiperkalemia. Karena risiko hipoglikemia

meningkat dengan menggunakan dosis insulin yang besar, cukup glukosa

(60 gram dengan pemberian 20 unit insulin dan 50 gram dengan pemberian

10 unit) harus diberikan untuk mencegah hipoglikemia, dan glukosa plasma

harus sering dipantau. Pada akhirnya, hanya uji coba terkontrol acak

berkualitas tinggi yang mengevaluasi perbedaan dalam khasiat dan

keamanan di antara berbagai rentang pemberian insulin pada pasien dengan

hiperkalemia yang dapat secara pasti menjawab pertanyaan mengenai

(5)

Berdasarkan penelitian “Studi Pengunaan Insulin kombinasi

Dextrose pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Hiperkalemia Rawat Inap di

RSUD Kabupaten Sidoarjo” pasien gagal ginjal kronik komplikasi hiperkalemia di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Sidoarjo periode

Januari 2015 - Juni 2015 diperoleh 174 RMK pasien dengan diagnosis

Gagal Ginjal Kronik. Dari 174 RMK diperoleh sebanyak 28 pasien diterapi

dengan insulin kombinasi dextrose yang memenuhi kriteria inklusi

(Darung, 2017).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan insulin pada pasien penyakit ginjal kronik di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya dan juga untuk mengevaluasi jenis–jenis penggunaan insulin yang disertai dengan penyakit ginjal kronik.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pola penggunaan insulin pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pola penggunaan insulin pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

(6)

2. Mempelajari terapi meliputi dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, data lab dan lama penggunaan terapi yang dikaitkan dengan data klinik pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperkalemia di rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan

1. Penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien penyakit ginjal kronik sehingga farmasis dapat meningkatkan kualitas asuhan kefarmasian dan bekerja sama dengan profesi lain.

2. Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi kepada para praktisi kesehatan serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda. 1.4.2 Bagi Rumah sak it

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan terapi, baik bagi farmasis terutama pada pelayanan farmasi klinik.

Referensi

Dokumen terkait

Mobile application on Newborn early detection of hearing impairment is very useful (51,2%) to help general practitioner on their

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah3. Pada kebanyakan kasus,

Merokok adalah masalah kesehatan utama di Indonesia dan lebih dari 200.000 orang meninggal per tahun (WHO, 2014). Tujuan: Untuk menganalisa apakah ada hubungan antara

Begitu juga dengan ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 76,66% meningkat menjadi 96,66%.Dari hasil pembahasan dan hasil refleksi pada siklus I dan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Nersini dengan judul “

maka hasil tersebut akan muncul berdasarkan front end dari fitur plugin yang sudah ada. Contoh dari klon Open-SID dan shortcode plugin WPSID tersedia pada

Aktivitas Imunostimulan dan Profil KLT Ekstrak Etanol Herba Patikan Cina ( Euphorbia thymifolia. L) Pada Fagositosis Makrofag Mencit Jantan Terinfeksi

Lesson learnt upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat banjir bandang di Kabupaten Garut, banjir bandang di Kota Bima dan gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun