BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur yaitu tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS adalah kekuatan tekanan darah tertinggi terhadap dinding arteri sewaktu jantung berkontraksi, sedangkan TDD adalah tekanan darah terendah terhadap pembuluh darah arteri sewaktu jantung istirahat diantara dua denyut yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi (Anonim, 2006). TDS lebih tinggi daripada TDD karena tensi selalu bervariasi tinggi rendah sesuai detak jantung (Tjay dan Rahardja, 2007).
Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup. Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena.Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriole) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriole, dan elastisitas dinding pembuluh darah (Nafrialdi, 2007).
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi. American Society of Hypertention (ASH) mendefinisikan hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
[Sumber: Chobanian et al, 2003]
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal Hipertensi Stage 1
(ringan)
Hipertensi Stage 2 (sedang)
160-179 100-109
Hipertensi Stage 3 (berat)
[Sumber: Sani, 2008]
2. Etiologi Hipertensi
a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 3. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder.
Tabel 3. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi
Penyakit Obat
Penyakit ginjal kronis Hiperaldosteronisme primer
Sindroma Cushing Pneochromocytoma Koarktasi aorta Penyakit tiroid atau paratiroid
Kortikosteroid, ACTH
Estrogen (biasanya pil KB dengan kadar estrogen tinggi)
NSAID, cox-2-inhibitor Fenilpropanolamine dan analog Cyclosporin dan tacrolimus Eritropoetin
Sibutramin
Antidepresan (terutama venlafaxine) [Sumber: Gusmirah, 2010]
3. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldostreron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldostreron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut mengubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi: mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipacu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stres dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi yangnpersisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina, dan susunan saraf pusat.
akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada umur 40-60 tahun (Sharma., et, al., 2008).
4. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis (tonus simpatis dan variasi diurnal), keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Pasien pre-hipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi; mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami hipertensi (Yogiantoro, 2014).
Tabel 4. Faktor Resiko Kardiovaskular
Dapat Dimodifikasi Tidak dapat Dimodifikasi
Hipertensi Merokok
Obesitas (BMI ≥30)
Physical Inactivity Dislipidemia Diabetes mellitus
Mikroalbuminemia atau GFR <60 ml/min
Umur (pria > 55 tahun, wanita > 65 tahun) Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler prematur (pria < 55 tahun, wanita < 65 tahun)
5. Diagnosis Hipertensi
Pemeriksaan pada hipertensi menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) (2003), terdiri atas:
1. Riwayat penyakit
a. Lama dan klasifikasi hipertensi b. Pola hidup
c. Faktor-faktor risiko kelainan kardiovaskular d. Riwayat penyakit kardiovaskular
e. Gejala-gejala yang menyertai hipertensi f. Target organ yang rusak
g. Obat-obatan yang sedang atau pernah digunakan 2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah minimal 2 kali selang dua menit b. Periksa tekanan darah lengan kontra lateral c. Tinggi badan dan berat badan
d. Pemeriksaan funduskopi
e. Pemeriksaan leher, jantung, abdomen dan ekstemitas f. Refleks saraf
3. Pemeriksaan laboratorium a. Urinalisa
b. Darah : platelet, fibrinogen
c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil, asam urat
6. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap faktor risiko kardiovaskular. Terapi antihipertensi pada berbagai uji klinis berhubungan erat dengan penurunan kejadian strok 35-40%, infark miokard 20-25, dan gagal jantung >50% (Feldman dkk, 2009).
a. Terapi Non-Medikamentosa
Terapi nonmedikamentosa adalah terapi perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik yang teratur, menurunkan berat badan, pembatasan minum alkohol dan tidak merokok. Bila perubahan gaya hidup tidak cukup memadai naka dimulai terapi medikamentosa (National Heart, Lung and Blood Institue, 2004).
b. Terapi Non-Farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan pre-hipertensi dan pre-hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 5 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
c. Terapi Farmakologi
Tabel 5. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan tekanan darah, range
Penurunan berat badan (BB)
Pelihara berat badan normal (BMI 18,8-24,9)
5-20 mmHg/10kg penurunan BB
Adopsi pola makan DASH
Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak
8-14 mmHg
Diet rendah sodium
Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida)
2-8 mmHg
Aktivitas fisik
Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu
4-9 mmHg
Minum alkohol sedikit saja
Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30 ml etanol mis.720 ml beer, 300ml wine untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan)
2-4 mmHg
Singkatan: BMI, body mass index; BB, berat badan; DASH, Dietary Approach to stop Hypertension
*berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan
Gambar 1. Algoritma pengobatan hipertensi menurut JNC 8
[Sumber: JNC 8, 2014]
Usia > 18 tahun
Merubah Gaya Hidup
Mengatur TD goal dan memulai dengan obat penurunan tekanan darah berdasarkan usia,diabetes dan CKD
Umur ≥60 tahun Umur <60 tahun Semua umur dengan diabetes non
CKD
CKD dengan atau tidak
diabetes TD goal:
SBP < 150 mmHg
DBP <90 mmHg
TD goal:
SBP <140 mmHg
DBP <90 mmHg
TD goal:
SBP <140 mmHg
DBP <90 mmHg
TD goal:
SBP <140 mmHg
DBP <90 mmHg
Non Blok:
Memulai dengan diuretik thiazid atau ACEI atau dengan
ARB atau CCB dengan pemberiantunggal atau
kombinasi
Blok:
Memulai dengan diuretik thiazid atau CCB dengan pemberian tunggal atau
kombinasi
Semua Ras:
Memulai dengan ACEI atau dengan ARB dengan pemberian tunggal atau
kombinasi
Memilih strategi titrasi terapi obat:
1. Memaksimalkan obat pertama sebelum menambahkan obat ke-2 2. Menambahkan obat ke-2 sebelum mencapai dosis maksimal obt pertama 3. Memulai dengan 2 obat yang berbeda gol atau sebagai kombinasi dosis
Tabel 6. Obat antihipertensi
Golongan obat Nama obat Dosis mg/hari Frekuensi harian Diuretik tiazid Chlorothiazide
Chlorthalidone Loop diuretic Bumetanide
Furosemide
Beta-bloker Atenolol Butaxolol
Tabel 6. Obat antihipertensi (Lanjutan) Calcium Channel
bloker
nondihidropiridin
Diltiazem extended release (Cardezem CD,
Dilacor XR, Tiazact) Diltiazem extended release (Cardizem LA)
Verapamil immediate release (Calan SR,
Isoptin SR) Verapamil long acting (Calan SR, Isoptin SR)
Verapamil (Coer, Covera HS, Verelan
PM) Alfa-1 bloker Doxazosin
Prazosin
sentral dan obat lain yang bekerja sentral [Sumber: Gusmirah, 2010]
7. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi dengan Bahan Alam
Bahan-bahan alam yang dapat menurunkan tekanan darah, antara lain;
a. Alpukat (Persea gratissima)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat sariawan, sedangkan daunnya berkhasiat sebagai diuretik.
Kandungan kimia: Buah dan daunnya mengandung alkaloida,
saponin, dan flavonoida, buahnya mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
b. Bawang putih (Allium sativum L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat pusing dan antibiotika. Umbi ini berkhasiat sebagai ekspektoran dan sedatif, profilaksis atrosklerosis dan mengobati infeksi saluran napas atas. Kandungan kimia: Umbi yang segar mengandung aliin 0,2-1,0 %. Aliin atau S-alil-l-sisteina adalah senyawa mudah larut dalam air, yang dapat erhodrolisis melalui aktivitas enzim aliinliase membentuk alisin, amoniak, dan asam ketoasetat.umbi lapis Allium sativum juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
c. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai obat batuk dan obat hipertensi. Bunganya berkhasiat sebagai obat batuk, obat masuk angin dan obat sakit gigi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida, saponin dan
flavonoid (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
d. Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.)
Kandungan kimia: Daun, buah, batang mengandung saponin, flavonoida. Daunnya juga mengandung tannin dan batangnya mengandung alkaloida dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001).
e. Ceplukan (Physalis angulata L.)
Khasiat: Berkhasiat sebagai antioksidan, antihipertensi, obat bisul, kencing manis.
Kandungan kimia: Polifenol, asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin, flavonoid, alkaloid (Djubaedah, 1995).
f. Jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk)
Khasiat: Berkhasiat sebagai antihipertensi dan obat ulkus peptik.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung alkaloida dan flavonida,
saponin, tanin, triterpen, pilofenol, kardenolin dan bufadienol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
g. Kumis kucing (Orthosiphon spicatus B.B.S.)
Khasiat: Daunnya berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat batu ginjal, obat kencing manis, obat antihipertensi.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung flavonoid dengan komponen
utama sinensetin < 1,1% eupatorin dan ortosifonin; asam fenolat; saponin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
h. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Khasiat: Buah dan daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat radang usus, daunnya berkasiat sebagai oabt kencing manis.
Kandungan kimia: Ekstrak kental buah mengkudu mengandung
minyak atsiri < 0,4 % dan skopolektin < 0,4 %. Kandungan kimia lain adalah asam oktoanoat, kalium, vitamin C, iridoid, rubiadin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000).
i. Labu siem (Sechium edule Sw.)
Khasiat: Sebagai antihipertensi, antiinflamasi, antimikroba,
Kandungan kimia: Alkaloida nonfenolik, saponin, sterol, triterpen, flavonoid glikosida (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
j. Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Khasiat: Bijinya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat encok, obat eksim dan obat masuk angin.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
k. Mentimun (Cucumis sativus L.)
Khasiat: Buahnya berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, penyegar badan dan bahan kosmetika. Bijinya sebagai obat cacing. Kandungan kimia: Daun dan buah mengandung saponin, flavonoida dan polifenol (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
l. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)
Khasiat: Herba sambiloto berkhasiat sebagai obat demam, obat penyakit kulit, obat kencing manis, obat masuk angin, obat rdang telinga, penawar racun, diuretik dan obat tifoid.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, falvonoida dan
tannin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000)
m. Seledri (Apium graveolens L.)
Khasiat: Herba seledri berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat masuk angin, penghilang rasa mual, dan menurunkan kolesterol darah.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung saponin, favonoida dan
polifenol. Buahnya mengandung 2-3% minyak atsiri yang mengandung terpena, yang terdiri dari limonene 60% dan salinena 10% (komponen utama), sedangkan yang lainnya adalah p-simena, β-terpinol, β-pinena,
fenol. Buahnya mengandung furanokumarin dan glikosiada kumarin (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001)
n. Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Khasiat: Rebusan daunnya digunakan sebagai diuretik dan peluruh batu ginjal.
Kandungan kimia: Daunnya mengandung senyawa golongan
flavonoida, termasuk flavon apigenin-7-glikosida, luteolin-7-glikosida, luteolin-7-glikuronida, dan luteolin-7-rutenosid, serta senyawa kumarin aeskuletin. Ditemukan senyawa lipid diasilgalaktosilgliserol, monogalaktosilgliserol, diasilgalaktosilgliserol. Senyawa lain adalah lupeilasetat, b-amirin, lupeol, sitosterol dalam bentuk aglikon dan pinoresinol (Wiryowidagdo, 2007)
o. Buah buni (Juniperus communis L.)
Khasiat: Simplisia ini digunakan sebagai diuretik, penambah nafsu makan, dan menghilangkan dyspepsia, sedangakan obat luar untuk mengobati neuralgia dan rematik.
Kandungan kimia: Simplisia mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,0%. Minyak atsiri mengandung 60 macam senyawa terpena dengan kadar 40-70%, terutama campuran α-pinena dan β-pinena. Komponen lain adalah kardinena, terpinena-4-ol, kariofilena, epoksidihidrokariofilena, terpenil asetat dan kamfer. Buahnya juga mengandung glikosida flavon, zat warna, gula dan resin (Wiryowidagdo, 2007)
C. Rumah Sakit